Share

82. Melanggar Aturan

Penulis: Pixie
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-11 14:57:57
Louis tersenyum puas. "Sempurna. Cepat ambil salinannya," ia menepuk pundak si pengawal.

"T-tunggu dulu!" Sang manajer kembali tergagap. "Kalian tidak bisa seenaknya mengambil rekaman CCTV hotel ini. Itu melanggar aturan!"

Wajah Louis sontak meredup. Sorot matanya meruncing. "Kau berubah pikiran? Kau tidak jadi berpihak padaku?"

"B-bukan begitu. Hanya saja, ini tidak sesuai kesepakatan. Anda bilang ingin mencari rekaman lima tahun lalu, tapi yang Anda lakukan ini melanggar privasi. Tuan Muda Kendrick—"

"Harus menebus kesalahannya," sela Louis dengan suara lantang.

Sang manajer terpaksa menelan lagi sisa kata-katanya. "Maaf, Tuan," ia tertunduk sembari meringis. Tangannya yang gemetar terasa dingin.

Melihat tingkah pengecut itu, Louis mendengus. "Kau pernah dengar istilah gigi untuk gigi, mata untuk mata? Kendrick sudah menjebakku dalam skandal besar. Sekarang giliran dia yang merasakannya. Skandal untuk skandal!"

Sang manajer tidak berani lagi berkata-kata. Para pen
Pixie

Louis panas, guys ....

| 5
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Indah Carolina
wahhh.. ada kamera tersembunyi nya kan thor.. buat bukti pengakuam si jahat ini
goodnovel comment avatar
Abi Sarah
kasih pelajaran kendrik louis,lnjt lg kk
goodnovel comment avatar
Monika Anastasia Khim
Sikatt hajarrr si kendrick Jgn kasih ampun dan jgn terpengaruh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   83. Rekaman Kebenaran

    Mendengar tawa Kendrick yang menjijikkan, Louis seketika lupa dengan misinya. Ia mencengkeram kerah baju laki-laki itu, mengentaknya dengan mata terpelotot. "Tutup mulutmu! Jangan bicara sembarangan. Sekali lagi kau mengatakan hal kotor tentang Sky, aku tidak akan segan-segan menghancurkanmu!" Bukannya ciut, tawa Kendrick malah semakin bergema. "Aku tidak bicara sembarangan, Louis. Memang itulah kenyataannya. Di balik jumpsuit konyolnya itu, ternyata tersimpan harta karun yang indah." "Hentikan!" Louis menyentaknya lebih keras. Namun, Kendrick malah semakin bersemangat untuk memancing amarahnya. "Apalagi, buah dadanya itu. Kau beruntung sekali bisa meremasnya. Setiap kali aku bersenang-senang sendiri, aku selalu membayangkan bagaimana aku bisa menggigitnya. Rintihannya pasti sangat menggoda!" Tiba-tiba, Louis melayangkan pukulan. Kendrick seketika terhuyung-huyung dan menabrak meja. "Sudah kubilang! Tutup mulutmu!" Ia melempar Kendrik ke lantai, menekan dadanya dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   84. Sky versus si Wanita Bayaran

    Begitu Louis menjatuhkan telunjuk, video langsung terputar. Itu adalah rekaman yang diambil di koridor menuju kamar hotel. Dirinya tampak berjalan sempoyongan di situ. Beberapa kali ia berusaha mendorong orang yang memapahnya, tetapi wanita berambut merah itu bersikeras untuk tetap memeluknya. "Ini sungguh memalukan," gerutunya di depan laptop. Ia heran mengapa dirinya terlihat begitu tak berdaya. Tak tahan melihat kondisinya yang menyedihkan, Louis mempercepat rekaman. Ia berhenti saat mendapati Sky mengendap-endap di belakang mereka. Dalam sekejap, seluruh sarafnya menegang. Paru-parunya mendadak penuh dengan kegugupan. Apalagi, sesaat setelah si Rambut Merah membawanya masuk, Sky dengan sigap menahan pintu agar tidak menutup. "Dia lincah sekali," Louis masih sempat-sempatnya takjub. Tidak ada yang bisa dilihatnya lagi dari sudut itu, Louis beralih ke video lain. Itu diambil oleh kamera di dalam kamar hotel yang menyoroti ke arah kasur. Tak ingin kehilangan inform

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   85. Malam Panas (+18)

    Lima tahun yang lalu .... Selesai melucuti kancing baju Louis, Sky memaksanya untuk bangkit duduk. Ia bantu pria itu membebaskan diri dari kemeja sutranya. Setelah itu, ia mulai melucuti celana Louis sambil melirik ke arah lain. "Aku datang ke sini untuk memberimu kejutan, Louis. Tapi kalau begini, justru kaulah yang memberiku kejutan," gumamnya, seperti mengomel. Beberapa detik kemudian, hanya tersisa celana dalam di tubuh Louis. Sky tidak berani melihat ke bawah lagi. Sambil menoleh ke arah lain, ia menaruh lengan Louis di pundaknya. "Ayo, Louis. Aku akan membantumu ke kamar mandi," desahnya sambil mengambil posisi kuda-kuda. Namun ternyata, tubuh Louis terlalu berat baginya. Pria itu tetap duduk di tepi kasur, sama sekali tidak terangkat. "Louis? Ayolah! Bekerjasamalah denganku. Kerahkan tenagamu! Sedikit saja, itu sudah sangat membantu." Sky mencoba cara lain. Ia berdiri di depan Louis, melingkarkan lengan pria

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-13
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   86. Aku Menginginkanmu (+18)

    "Louis, kenapa kamu membuka bajuku? Itu tidak sopan," gumam Sky resah. Ia mencoba beberapa kali untuk menarik tangannya, tetapi gagal. Padahal, Louis hanya menahan sweater yang melilit lengannya dengan satu tangan. Namun, tetap saja ia lebih kuat. "Daripada kau resah, kau lebih baik menikmatinya saja, Sky. Aku tidak akan kasar. Aku berjanji padamu kalau itu akan sangat lembut," bisik Louis membuat darah Sky berdesir lebih cepat. "Apa maksudmu, Louis? Kenapa kamu bicara seolah-olah kamu akan melakukan hal terlarang? Kau sudah sepakat untuk tidak melakukannya tadi. Apakah kau lupa?" "Aku sangat menginginkanmu, Sky. Ayolah .... Bantu aku. Tubuhku mulai terasa panas lagi karena kau melawan. Lagi pula, bukankah kau juga menginginkannya?" Sky mengernyitkan dahi. "Aku menginginkannya? Tidak, Louis. Jangan sekarang. Kita belum menikah." "Tapi tubuhmu menunjukkan tanda-tandanya." Tangan Louis terulur ke bawah. Sky pun terkesiap. Belum sempat ia berkomentar, Louis telah kembali

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-13
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   87. Yang Terjadi Pagi Itu

    Begitu Louis keluar dari pintu, wanita tua yang mengenakan seragam petugas kebersihan langsung tersenyum semringah. Mata keriputnya bercahaya. Ia tampak ramai dan tidak berbahaya. "Tuan Harper, akhirnya Anda kembali ke sini. Saya sangat senang bisa bertemu Anda lagi," sapanya hangat. Alis Louis tertaut. "Maaf, Nyonya. Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" Sang wanita mengerjap. Sambil mundur satu langkah, ia tertunduk. "Maaf, Tuan. Saya tidak bermaksud lancang. Sebetulnya, kita tidak benar-benar bertemu. Kita hanya berpas-pasan saat Anda berkunjung kemari 5 tahun yang lalu, tapi Anda pasti tidak memperhatikan saya." Mata Louis semakin menyipit. Ia berusaha menemukan sang wanita dalam ingatannya, tetapi gagal. "Ada keperluan apa Anda kemari, Nyonya?" Petugas kebersihan itu kembali menegakkan kepala. "Ada sesuatu yang harus saya berikan kepada Anda, Tuan." Sementara Louis menaikkan alis, wanita itu mengambil sebuah kantong plastik dari troli yang memuat peralatan keber

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-14
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   88. Meluruskan Kesalahpahaman

    Awalnya, gadis kecil dan bocah laki-laki itu melambaikan tangan. Lalu perlahan, keduanya bergerak mendekat. Pertumbuhan mereka juga mulai terlihat. Saat bertemu di tengah, mereka berdua berpelukan. Gambar love pun muncul, seolah melayang-layang di sekitar mereka yang telah dewasa. Tak lama kemudian, Louis tiba di halaman akhir. Tulisan tangan Sky terukir jelas di sana. Saat membacanya, napas Louis langsung tersendat. Dadanya tergelitik sekaligus sakit, air mata berkumpul di pelupuknya. "Kamu adalah karakter terbaik dalam cerita hidupku. Maukah kau membantuku menulis sebuah buku tentang kita berdua?" Louis menelan ludah pahit. Ia bisa membayangkan betapa bersemangatnya Sky untuk datang menemuinya pada malam itu. Ia membawa harapan yang besar. "Aku sudah melambungkan hatinya dengan kata-kata manisku saat mabuk. Kubuat dia percaya bahwa aku sudah menerima cintanya. Dia bahkan menyebutku sebagai pacar di hadapan wanita ini," pikir Louis sembari melirik si petugas kebersihan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-14
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   89. Keputusan Louis

    "Sudah berapa kali video baru diputar?" tanya Louis yang telah duduk di depan kamera. Pengawal yang standby di laptop cepat-cepat menjawab, "Lebih dari 300.000, Tuan." Louis mengangguk. Wajahnya tampak sangat serius tanpa senyum seperti itu. "Mari kita mulai siarannya." Omega bergegas memeriksa kamera. Setelah memastikan posisi Louis sempurna, ia memulai hitungan mundur. Lalu, Louis pun mulai bicara. "Halo, semuanya. Apakah kalian sudah menyaksikan rekaman CCTV yang lebih lengkap? Aku harap, itu cukup untuk membuktikan bahwa gadis yang kalian hina sejak kemarin adalah gadis baik-baik," angguknya meyakinkan. "Sebetulnya, dia adalah sahabatku sejak kecil. Dia adalah gadis polos yang tidak mengenal kejahatan dalam hidupnya. Satu-satunya kesalahan yang ia buat adalah berada di tempat dan waktu yang salah." Sambil terus menatap kamera, Louis bergeming. Semua orang menanti kata-kata dari mulutnya. Namun, selang beberapa saat, suasana tetap hening. Omega sampai heran melihatnya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-15
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   90. Di Mana Papa?

    Selang beberapa saat, Louis belum bisa tenang. Perolehan suara untuk Grace dan Sky masih bersaing ketat. Mereka terus susul-menyusul dengan perbedaan yang sangat tipis. "Tuan, mengapa Anda tidak mengungkapkan bahwa Nona Evans adalah orang yang menyuruh Kendrick untuk menyebarkan video skandal? Kalau publik tahu, Nona Hills pasti mendapat lebih banyak perolehan suara," gumam Omega yang ikut tegang di samping bosnya. Louis melirik tipis. Alisnya berkerut sinis. "Apakah kau lupa? Dia adalah mantan kekasihku. Ya, meskipun dia belum terima soal itu. Tapi, bagaimanapun, aku tidak mungkin menjatuhkan dia. Lagi pula, dia sepupu Cayden, kau ingat? Aku lebih baik menghindari perselisihan dan masalah baru." "Karena itukah Anda membela Kendrick?" sambung Gamma yang juga sibuk memperhatikan hasil voting. Louis sontak melirik ke arah sebaliknya. "Kau baru kembali ke sini. Siapa yang memberitahumu tentang itu?" Omega spontan membulatkan mata, memberikan kode untuk rekannya. Namun, Gamma t

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-15

Bab terbaru

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   198. Pasangan yang Manis

    Merasakan Summer bergerak-gerak di sampingnya, River pun terbangun. Ia bangkit duduk, berbisik sambil mengusap mata, "Summer, ada apa? Apakah kamu mimpi buruk?" Summer menggeleng lemah. Matanya masih mencari-cari. "Tidak." "Apakah kamu takut ada ular yang masuk? Kamu masih trauma dengan pengalaman buruk buruk yang tadi kamu ceritakan kepadaku?" "Tidak, River. Bukan itu." "Apakah kamu merindukan orang tuamu?" Summer akhirnya menatap River dengan wajah lusuhnya. "Tidak juga. Aku bersama kamu dan yang lain di sini. Untuk apa aku merindukan orang tuaku yang sedang berbulan madu? Biarkan saja mereka bersenang-senang berdua." River menggaruk-garuk kepala. "Lalu apa yang membuatmu resah?" "Aku mencari kantung tidurku. Aku selalu memakainya setiap kali camping. Aku tidak bisa tidur nyenyak kalau tidak ada dia," sahut sang balita, serak. Dengan penerangan dari lampu cas yang sudah sangat redup, River pun membantu Summer mencarinya. Ternyata, kantung tidur Summer masih terlipa

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   197. Pembawa Kehangatan

    Briony tidak mampu lagi berkata-kata. Kejujuran Summer sudah seperti skakmat baginya. Melihat diamnya sang bibi, keresahan Summer kembali meradang. Ia maju sedikit, berbisik, "Tapi sekarang, aku sudah sadar kalau tindakanku itu salah, Bibi. Aku tidak seharusnya ikut campur persoalan orang dewasa. Karena itu, aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Bibi mau kan memaafkan aku?" Briony mengerjap. Matanya terpaku pada wajah bulat yang mengharapkan maafnya. "Kamu janji tidak akan menjodoh-jodohkan aku dengan siapa pun lagi?" tanyanya, memastikan. Summer mengangguk. "Ya. Seperti yang Paman Brandon bilang, Bibi butuh waktu untuk memulihkan hati. Kesedihan Bibi tidak bisa langsung hilang hanya dengan memiliki pasangan. Aku sudah mengerti tentang itu." Alis Briony melengkung tinggi. "Brandon bilang begitu?" Summer mengangguk. "Karena itu, tolong jangan marah padaku lagi, Bibi. Aku sudah bertobat. Aku tidak akan mengulangi kesalahan." Briony terdiam sejenak, mencerna keadaan.

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   196. Kepedulian yang Tulus

    Briony menghela napas cepat. Sebelum gadis itu kembali bertengkar dengan keponakannya, Brandon menyela, "Summer, sudah berapa jauh progres kalian?" "Sedikit lagi kami selesai, Paman!" "Ya, tersisa tiga lilitan lagi. Tapi kurasa ini akan memakan waktu lebih lama. Tali yang terulur sudah sangat panjang," imbuh River sambil terus bekerja. Keringat telah membutir di keningnya. Briony memutar bola mata. Ia benar-benar sudah tak nyaman. Ia ingin keluar dari situasi itu dengan segera. Karena itu, begitu lilitan tali terlepas, ia cepat-cepat bangkit dan melangkah pergi. Melihat sikap dingin sang bibi, Summer kembali diliputi rasa bersalah. "Oh, tidak. Bibi sungguh-sungguh marah kepadaku," gumamnya sambil mencebik. "Jangan berpikiran negatif dulu, Summer. Siapa tahu bibimu pergi karena malu," River mencoba untuk menenangkan. "Tapi Bibi tidak pernah mengabaikan aku begitu. Paman Brandon, apakah sikapku tadi sudah keterlaluan?" tanya Summer dengan mata berkaca-kaca. Saat ini,

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   195. Briony Kesal

    "Paman Brandon dan Bibi Briony kan sudah dewasa. Kalian sama-sama belum mempunyai pasangan. Bukankah tidak apa-apa kalau kalian berdua berciuman?" tanya Summer sambil menahan tawa. Meski demikian, kegelian tetap lolos dari mulutnya.Mendengar pernyataan semacam itu, Briony menghela napas tak percaya. "Summer, apakah kau lupa berapa umurmu? Kamu itu masih kecil. Belum saatnya kamu membicarakan tentang pasangan dan ciuman!""Apa masalahnya, Bibi? Bukan aku yang akan berciuman, tapi Bibi dan Paman Brandon!"Pipi Briony semakin memanas. "Kami tidak akan berciuman, Summer. Kami hanya berteman!" tegasnya, kesal.Sementara itu, Brandon melirik River. Ia merasa ulah keponakannya itu sudah melewati batas. "River, apakah ini idemu? Kau mengajari Summer hal yang tidak pantas lagi?" "Tidak, Paman. Bukan aku! Itu ide Summer!" Sambil tertawa, Summer mengaku. "Tolong jangan memarahi River, Paman. Ini memang ideku. Aku sedang bereksperimen tentang cinta. Aku ingin membuktikan apakah dua orang yang

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   194. Jebakan untuk Briony dan Brandon

    "Wow! Eksperimen kalian memang keren! Selamat, Summer, River. Kalian berhasil melakukannya dengan benar. Menyusun stik es krim agar reaksi berantainya tidak putus bukanlah hal yang mudah," puji Brandon, membuat mata para bocah berbinar-binar. "Paman benar! Susunan stiknya memang rumit dan sulit untuk dilakukan!" seru River sambil mengangguk yakin. "Untung saja kerja sama kami baik. Eksperimen terselesaikan dengan sempurna!" lanjut Summer bangga. "Omong-omong, Paman, Bibi, apakah kalian punya waktu untuk kami? Masih ada satu eksperimen yang perlu kami lakukan, tapi kami tidak bisa melakukannya berdua." Brandon dan Briony mengangkat alis. "Eksperimen apa?" tanya mereka bersamaan. Summer dan River saling lirik dan bertukar senyum. Selang beberapa saat, Brandon dan Briony telah berdiri di tengah pekarangan. Mereka menghadap satu sama lain dengan jarak sekitar 10 meter. Masing-masing dari mereka menggenggam ujung dari seutas tali. "Hei, Summer, apakah tali itu tidak kepanjanga

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   193. Kisah Cinta yang Miris

    Selama beberapa saat, Summer membiarkan River mengamati hasil eksperimennya. Setiap bocah laki-laki itu berdecak kagum, hati Summer berbunga-bunga. Ia merasa bangga pada dirinya sendiri karena telah berhasil membuat percobaan yang mengagumkan. "Wow, apakah ini kertas daur ulang?" River menyentuhkan telunjuk mungilnya pada sebuah kertas tebal dengan permukaan tak rata dan warna yang agak kusam. Summer mengangguk mantap. "Ya, itu adalah percobaan ketigaku, tapi hasilnya belum memuaskan. Aku akan mencoba untuk membuatnya lagi sampai hasilnya sebagus kertas biasa." "Apakah kalau sudah berhasil, kau mau menjualnya?" Bibir Summer mengerucut. "Entahlah, aku belum yakin tentang itu. Mungkin, aku akan menggunakannya untuk mencetak buku-bukuku terlebih dahulu. Setelah itu, baru aku akan memperluas penggunaannya. Aku berharap, dengan adanya kertas daur ulang ini, penebangan pohon bisa berkurang. Orang-orang tidak perlu menggunakan kertas baru. Kertas-kertas lama juga bisa." River men

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   192. Eksperimen Summer

    Tiba-tiba, Summer dan River melangkah mundur. Namun, setelah hitungan ketiga, mereka malah berlari maju. Mereka tanpa ragu menabrak Brandon dan Briony. Saat mereka terpental dan jatuh ke lantai, mereka malah tertawa terpingkal-pingkal. "Summer, kamu benar! Kita terpental karena gaya dorong yang kita berikan kembali kepada kita!" ujar River seraya mengatur napas. "Itulah Hukum Newton ke-3. Aksi sama dengan reaksi! Sekarang, bagaimana kalau kita beralih ke agenda selanjutnya? Ayo ke ruang eksperimen dan memulai eksperimen yang sesungguhnya!" "Ayo!" Kedua bocah itu bergegas bangkit dan berlari ke pekarangan barat. Melihat kecepatan mereka, Brandon dan Briony hanya bisa berkedip-kedip dengan mulut ternganga. "Astaga .... Apa yang salah dengan mereka? Apakah mereka mengira kita ini benda mati? Mereka bahkan tidak sempat meminta maaf sebelum pergi," desah Briony, tak habis pikir. Ia tidak sadar jika tubuhnya masih menempel pada Brandon. Sambil menghela napas, Brandon mengusi

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   191. Dijodohkan

    "Sampai jumpa, Mama, Papa! Semoga perjalanan kalian lancar! Bersenang-senanglah bersama penguin di Kutub Selatan!" ujar Summer sembari melambaikan tangan dengan sekuat tenaga. Senyumnya semringah, kakinya sesekali melompat. Louis dan Sky balas melambai dari jendela mobil mereka. "Sampai jumpa nanti, Sayang. Jangan lupa pesan Mama! Jadilah anak baik. Jangan membuat masalah selama Mama dan Papa pergi, oke?" pesan Sky dengan mata berkaca-kaca. "Tenang, Mama. Aku ini anak baik. Aku tidak mungkin membuat masalah. Mama dan Papa fokus pada bulan madu saja!" angguk Summer sambil berkacak pinggang. Dari sisi Sky, Louis menunjuk sepupunya. "Briony, tolong awasi Summer dengan baik. Kami percayakan dia kepadamu," tuturnya serius. "Kurasa tidak ada yang perlu kuawasi, Louis. Putrimu adalah anak yang cerdas dan manis. Lagi pula, bukan hanya aku orang dewasa yang ada di rumah ini," celetuk Briony ringan. "Ya, ada Kakek, Nenek, Bibi Emily, Paman Cayden, Paman Russell, dan Paman Brand

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   190. Rencana Bulan Madu

    Louis meringis. Sambil mengelus kepala sang putri, ia memberi penjelasan, "Papa dan Mama tidak mau mengganggu pikiranmu. Kami berencana untuk membicarakannya setelah kamu memutuskan untuk lanjut bersekolah atau belajar mandiri." "Papa dan Mama seharusnya tidak perlu menunggu. Itu sama sekali tidak mengganggu pikiranku," geleng Summer lucu. "Jadi, kau tidak keberatan kalau ayah dan ibumu pergi berbulan madu?" selidik Brandon, penasaran. Summer mengangguk. "Tentu saja tidak. Orang yang baru menikah memang seharusnya pergi berbulan madu, seperti Paman Cayden dan Bibi Emily. Gerry dan Merry juga." "Benarkah? Kamu tidak keberatan kalau Mama dan Papa berpergian berdua, sedangkan kamu di rumah?" tanya Sky spontan. Summer mengerjap. "Oh? Aku tidak ikut?" Para orang dewasa sontak menggigit bibir menahan geli. Sementara itu, River menjawab, "Tentu saja kau tidak boleh ikut, Summer. Itu bulan madu, bukan liburan. Hanya pengantin baru yang akan berangkat. Kehadiran orang lain hanya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status