Beranda / Romansa / Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO / 87. Yang Terjadi Pagi Itu

Share

87. Yang Terjadi Pagi Itu

Penulis: Pixie
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-14 08:29:17
Begitu Louis keluar dari pintu, wanita tua yang mengenakan seragam petugas kebersihan langsung tersenyum semringah. Mata keriputnya bercahaya. Ia tampak ramai dan tidak berbahaya.

"Tuan Harper, akhirnya Anda kembali ke sini. Saya sangat senang bisa bertemu Anda lagi," sapanya hangat.

Alis Louis tertaut. "Maaf, Nyonya. Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?"

Sang wanita mengerjap. Sambil mundur satu langkah, ia tertunduk. "Maaf, Tuan. Saya tidak bermaksud lancang. Sebetulnya, kita tidak benar-benar bertemu. Kita hanya berpas-pasan saat Anda berkunjung kemari 5 tahun yang lalu, tapi Anda pasti tidak memperhatikan saya."

Mata Louis semakin menyipit. Ia berusaha menemukan sang wanita dalam ingatannya, tetapi gagal.

"Ada keperluan apa Anda kemari, Nyonya?"

Petugas kebersihan itu kembali menegakkan kepala. "Ada sesuatu yang harus saya berikan kepada Anda, Tuan."

Sementara Louis menaikkan alis, wanita itu mengambil sebuah kantong plastik dari troli yang memuat peralatan keber
Pixie

Kira-kira, apa yang ada di flipbook itu?

| 4
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
puji amriani
nanti cpt up ya kk
goodnovel comment avatar
Indah Carolina
si nenek juru kunci . keren... eh.. itu flibook hadiah buat kelulusan louise bukan
goodnovel comment avatar
Dewi Novita
hebat euy si nenek, masih aja nyimpen bukunya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   88. Meluruskan Kesalahpahaman

    Awalnya, gadis kecil dan bocah laki-laki itu melambaikan tangan. Lalu perlahan, keduanya bergerak mendekat. Pertumbuhan mereka juga mulai terlihat. Saat bertemu di tengah, mereka berdua berpelukan. Gambar love pun muncul, seolah melayang-layang di sekitar mereka yang telah dewasa. Tak lama kemudian, Louis tiba di halaman akhir. Tulisan tangan Sky terukir jelas di sana. Saat membacanya, napas Louis langsung tersendat. Dadanya tergelitik sekaligus sakit, air mata berkumpul di pelupuknya. "Kamu adalah karakter terbaik dalam cerita hidupku. Maukah kau membantuku menulis sebuah buku tentang kita berdua?" Louis menelan ludah pahit. Ia bisa membayangkan betapa bersemangatnya Sky untuk datang menemuinya pada malam itu. Ia membawa harapan yang besar. "Aku sudah melambungkan hatinya dengan kata-kata manisku saat mabuk. Kubuat dia percaya bahwa aku sudah menerima cintanya. Dia bahkan menyebutku sebagai pacar di hadapan wanita ini," pikir Louis sembari melirik si petugas kebersihan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-14
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   89. Keputusan Louis

    "Sudah berapa kali video baru diputar?" tanya Louis yang telah duduk di depan kamera. Pengawal yang standby di laptop cepat-cepat menjawab, "Lebih dari 300.000, Tuan." Louis mengangguk. Wajahnya tampak sangat serius tanpa senyum seperti itu. "Mari kita mulai siarannya." Omega bergegas memeriksa kamera. Setelah memastikan posisi Louis sempurna, ia memulai hitungan mundur. Lalu, Louis pun mulai bicara. "Halo, semuanya. Apakah kalian sudah menyaksikan rekaman CCTV yang lebih lengkap? Aku harap, itu cukup untuk membuktikan bahwa gadis yang kalian hina sejak kemarin adalah gadis baik-baik," angguknya meyakinkan. "Sebetulnya, dia adalah sahabatku sejak kecil. Dia adalah gadis polos yang tidak mengenal kejahatan dalam hidupnya. Satu-satunya kesalahan yang ia buat adalah berada di tempat dan waktu yang salah." Sambil terus menatap kamera, Louis bergeming. Semua orang menanti kata-kata dari mulutnya. Namun, selang beberapa saat, suasana tetap hening. Omega sampai heran melihatnya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-15
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   90. Di Mana Papa?

    Selang beberapa saat, Louis belum bisa tenang. Perolehan suara untuk Grace dan Sky masih bersaing ketat. Mereka terus susul-menyusul dengan perbedaan yang sangat tipis. "Tuan, mengapa Anda tidak mengungkapkan bahwa Nona Evans adalah orang yang menyuruh Kendrick untuk menyebarkan video skandal? Kalau publik tahu, Nona Hills pasti mendapat lebih banyak perolehan suara," gumam Omega yang ikut tegang di samping bosnya. Louis melirik tipis. Alisnya berkerut sinis. "Apakah kau lupa? Dia adalah mantan kekasihku. Ya, meskipun dia belum terima soal itu. Tapi, bagaimanapun, aku tidak mungkin menjatuhkan dia. Lagi pula, dia sepupu Cayden, kau ingat? Aku lebih baik menghindari perselisihan dan masalah baru." "Karena itukah Anda membela Kendrick?" sambung Gamma yang juga sibuk memperhatikan hasil voting. Louis sontak melirik ke arah sebaliknya. "Kau baru kembali ke sini. Siapa yang memberitahumu tentang itu?" Omega spontan membulatkan mata, memberikan kode untuk rekannya. Namun, Gamma t

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-15
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   91. Bukan Kekasihku Lagi

    Setibanya di L City, Louis langsung masuk ke limosin. Ia sudah tidak sabar ingin bertemu Sky, mengecup keningnya dan memeluk tubuhnya hangat. Ia juga sudah tidak sabar ingin melihat wajah lucu putri kecil mereka, mengajaknya bermain bersama dan mendengarkan suara tawanya yang ceria. Ia hampir lupa dengan hasil voting kalau tidak diingatkan oleh Omega. "Tuan, haruskah saya membuka laptop sekarang? Mungkin saja, voting sudah menunjukkan hasil yang berbeda," tanya pengawal termuda itu. Louis sontak menjentikkan jari. "Tidak perlu laptop. Kita bisa melihat hasilnya dari sini." Louis mengeluarkan ponsel. Namun, belum sempat ia membuka aplikasi, Gamma berseru, "Tuan ...." Louis dan tiga orang pengawal lain kompak menoleh ke arahnya. Ia sedang memegang ponsel. Rautnya serius, matanya yang melebar agak sedikit panik. "Ada apa?" Gamma menunjukkan ponselnya kepada Louis. "Perolehan suara kini 64 banding 36." "Siapa yang 64?" tanya Louis sembari meraih ponsel Gamma. Ia sampa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-16
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   92. Rekaman yang Mengejutkan

    Grace terkesiap. Helaan napasnya terdengar kasar dan kesal. "Kau tidak bisa memutus hubungan kita secara sepihak, Louis. Kaulah yang dulu mendekatiku. Adilkah kalau kau meninggalkan aku begitu saja? Kau tidak takut dicap sebagai laki-laki berengsek?" Louis tidak mau berkomentar lagi. Ia tempatkan flashdisk ke dalam genggaman Grace, lalu melenggang masuk. Grace sontak berbalik dengan alis tertaut. "Louis, kau tidak bisa memperlakukan aku seperti ini." Ia hendak menyusul. Namun, empat orang pengawal tiba-tiba datang dari belakang dan menghadang pintu. "Maaf, Nona Evans. Tuan Harper memerintahkan kami untuk menghalangi siapa pun yang ingin masuk. Dia ingin beristirahat tanpa diganggu." "Kalian berani menentangku? Kalian lupa siapa aku?" ucap Grace, garang. "Maaf, Nona. Kami tidak bermaksud untuk menentang Anda," ujar Alpha dengan penuh keseriusan. "Kami hanya menjalankan perintah. Sekarang, Anda sebaiknya memeriksa apa yang Tuan Harper berikan kepada Anda. Saya rasa, Anda

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-16
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   93. Summer Sakit

    Begitu rekaman berakhir, Grace bergeming. Tatapannya menggantung, pikirannya tertuju ke masa lalu. Dulu, sewaktu ia masih ditindas, ia selalu bertekad bahwa suatu hari nanti, ia akan menjadi orang hebat. Ia ingin membuktikan bahwa dirinya layak dihargai dan tidak pantas dihina. Tanpa ia sadari, tekadnya telah berubah menjadi ambisi. Ia tidak suka kalau ada yang menghalangi langkahnya. Ia tidak mau kembali ke masa suramnya lagi, berada di bawah kaki orang lain. Sekarang, ia justru telah melewati batas. Supaya tidak diinjak, ia malah menginjak orang lain. Ia pikir itu hanyalah pertahanan diri. Namun ternyata, ia telah menempatkan orang lain di posisinya dulu. "Apakah aku bodoh karena mempertahankan sepatu hak tinggiku? Aku juga cantik saat mengenakan sepatu kets. Haruskah aku membelinya satu?" renung Grace dengan mata berkabut. "Lagi pula, sepatu hak tinggi memang kurang cocok untukku," gumamnya sebelum menghela napas berat. *** Selesai mengganti pakaian, Louis turun

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-17
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   94. Louis Pasti Datang

    "Kau sudah memesan tiket ke Kanada untukku?" gumam Louis dengan nada ringan. Begitu Emily mengangguk, tawa Louis mengudara. Pria itu memeluk sang adik dari samping, mengecup kepalanya berulang kali. "Terima kasih banyak, Tuan Putri. Kau memang saudara perempuan terbaik di muka bumi," bisiknya hangat. Emily mendengus. "Kau hanya memujiku kalau ada maunya saja. Sekarang cepatlah bersiap. Pesawatmu akan segera berangkat. Ajak satu orang pengawal saja karena hanya dua kursi yang tersisa. Dan jangan khawatirkan perusahaan. Cayden dan Orion akan mem-backup pekerjaanmu. Kalau perlu, Russell juga kuseret agar tidak bersenang-senang terus bersama teman-temannya di luar sana." "Baiklah. Sekali lagi, terima kasih, Emily. Aku akan memberimu hadiah yang keren saat kau melahirkan nanti." Emily mengangguk-angguk sembari mendesah panjang. "Aku akan menantikan itu. Sekarang bersiaplah! Summer membutuhkanmu." "Oke. Omega!" Pengawal termuda berlari cepat menghampiri bosnya. "Ya, Tuan?"

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-17
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   95. Larangan Ayah

    Summer membuka pintu dengan penuh semangat. Ia tidak sempat lagi mengintai siapa yang ada di luar. Namun, begitu melihat siapa yang datang, keceriaannya memudar. Senyumnya mengendur, semangatnya meredup. "Kakek? Nenek?" "Halo, Summer. Apakah kau sudah sehat?" sapa Alice sembari mengelus kepala cucunya. Summer berkedip lugu. "Ya." "Tapi kenapa kau terlihat lesu? Apakah kamu tidak rindu kepada kami?" sambung Edmund sambil memasang tampang kecewa. Summer mendengus samar. Pundaknya turun sedikit. "Aku rindu." "Lalu kenapa kau tidak memeluk kami? Biasanya kau sudah melompat-lompat menyambut kami. Apakah kepalamu masih sakit?" Edmund mengusap kepala sang cucu sehingga rambutnya bertambah kusut. Tak ingin membuat kakek dan neneknya kecewa, Summer melangkah maju. Dengan dua lengan kecilnya, ia memeluk kaki mereka. "Aku senang bisa bertemu kalian lagi, Kakek, Nenek," ucapnya, kurang bersemangat. Mendengar itu, Alice dan Edmund pun bertukar pandang. Mereka berdiskusi ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18

Bab terbaru

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   198. Pasangan yang Manis

    Merasakan Summer bergerak-gerak di sampingnya, River pun terbangun. Ia bangkit duduk, berbisik sambil mengusap mata, "Summer, ada apa? Apakah kamu mimpi buruk?" Summer menggeleng lemah. Matanya masih mencari-cari. "Tidak." "Apakah kamu takut ada ular yang masuk? Kamu masih trauma dengan pengalaman buruk buruk yang tadi kamu ceritakan kepadaku?" "Tidak, River. Bukan itu." "Apakah kamu merindukan orang tuamu?" Summer akhirnya menatap River dengan wajah lusuhnya. "Tidak juga. Aku bersama kamu dan yang lain di sini. Untuk apa aku merindukan orang tuaku yang sedang berbulan madu? Biarkan saja mereka bersenang-senang berdua." River menggaruk-garuk kepala. "Lalu apa yang membuatmu resah?" "Aku mencari kantung tidurku. Aku selalu memakainya setiap kali camping. Aku tidak bisa tidur nyenyak kalau tidak ada dia," sahut sang balita, serak. Dengan penerangan dari lampu cas yang sudah sangat redup, River pun membantu Summer mencarinya. Ternyata, kantung tidur Summer masih terlipa

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   197. Pembawa Kehangatan

    Briony tidak mampu lagi berkata-kata. Kejujuran Summer sudah seperti skakmat baginya. Melihat diamnya sang bibi, keresahan Summer kembali meradang. Ia maju sedikit, berbisik, "Tapi sekarang, aku sudah sadar kalau tindakanku itu salah, Bibi. Aku tidak seharusnya ikut campur persoalan orang dewasa. Karena itu, aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Bibi mau kan memaafkan aku?" Briony mengerjap. Matanya terpaku pada wajah bulat yang mengharapkan maafnya. "Kamu janji tidak akan menjodoh-jodohkan aku dengan siapa pun lagi?" tanyanya, memastikan. Summer mengangguk. "Ya. Seperti yang Paman Brandon bilang, Bibi butuh waktu untuk memulihkan hati. Kesedihan Bibi tidak bisa langsung hilang hanya dengan memiliki pasangan. Aku sudah mengerti tentang itu." Alis Briony melengkung tinggi. "Brandon bilang begitu?" Summer mengangguk. "Karena itu, tolong jangan marah padaku lagi, Bibi. Aku sudah bertobat. Aku tidak akan mengulangi kesalahan." Briony terdiam sejenak, mencerna keadaan.

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   196. Kepedulian yang Tulus

    Briony menghela napas cepat. Sebelum gadis itu kembali bertengkar dengan keponakannya, Brandon menyela, "Summer, sudah berapa jauh progres kalian?" "Sedikit lagi kami selesai, Paman!" "Ya, tersisa tiga lilitan lagi. Tapi kurasa ini akan memakan waktu lebih lama. Tali yang terulur sudah sangat panjang," imbuh River sambil terus bekerja. Keringat telah membutir di keningnya. Briony memutar bola mata. Ia benar-benar sudah tak nyaman. Ia ingin keluar dari situasi itu dengan segera. Karena itu, begitu lilitan tali terlepas, ia cepat-cepat bangkit dan melangkah pergi. Melihat sikap dingin sang bibi, Summer kembali diliputi rasa bersalah. "Oh, tidak. Bibi sungguh-sungguh marah kepadaku," gumamnya sambil mencebik. "Jangan berpikiran negatif dulu, Summer. Siapa tahu bibimu pergi karena malu," River mencoba untuk menenangkan. "Tapi Bibi tidak pernah mengabaikan aku begitu. Paman Brandon, apakah sikapku tadi sudah keterlaluan?" tanya Summer dengan mata berkaca-kaca. Saat ini,

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   195. Briony Kesal

    "Paman Brandon dan Bibi Briony kan sudah dewasa. Kalian sama-sama belum mempunyai pasangan. Bukankah tidak apa-apa kalau kalian berdua berciuman?" tanya Summer sambil menahan tawa. Meski demikian, kegelian tetap lolos dari mulutnya.Mendengar pernyataan semacam itu, Briony menghela napas tak percaya. "Summer, apakah kau lupa berapa umurmu? Kamu itu masih kecil. Belum saatnya kamu membicarakan tentang pasangan dan ciuman!""Apa masalahnya, Bibi? Bukan aku yang akan berciuman, tapi Bibi dan Paman Brandon!"Pipi Briony semakin memanas. "Kami tidak akan berciuman, Summer. Kami hanya berteman!" tegasnya, kesal.Sementara itu, Brandon melirik River. Ia merasa ulah keponakannya itu sudah melewati batas. "River, apakah ini idemu? Kau mengajari Summer hal yang tidak pantas lagi?" "Tidak, Paman. Bukan aku! Itu ide Summer!" Sambil tertawa, Summer mengaku. "Tolong jangan memarahi River, Paman. Ini memang ideku. Aku sedang bereksperimen tentang cinta. Aku ingin membuktikan apakah dua orang yang

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   194. Jebakan untuk Briony dan Brandon

    "Wow! Eksperimen kalian memang keren! Selamat, Summer, River. Kalian berhasil melakukannya dengan benar. Menyusun stik es krim agar reaksi berantainya tidak putus bukanlah hal yang mudah," puji Brandon, membuat mata para bocah berbinar-binar. "Paman benar! Susunan stiknya memang rumit dan sulit untuk dilakukan!" seru River sambil mengangguk yakin. "Untung saja kerja sama kami baik. Eksperimen terselesaikan dengan sempurna!" lanjut Summer bangga. "Omong-omong, Paman, Bibi, apakah kalian punya waktu untuk kami? Masih ada satu eksperimen yang perlu kami lakukan, tapi kami tidak bisa melakukannya berdua." Brandon dan Briony mengangkat alis. "Eksperimen apa?" tanya mereka bersamaan. Summer dan River saling lirik dan bertukar senyum. Selang beberapa saat, Brandon dan Briony telah berdiri di tengah pekarangan. Mereka menghadap satu sama lain dengan jarak sekitar 10 meter. Masing-masing dari mereka menggenggam ujung dari seutas tali. "Hei, Summer, apakah tali itu tidak kepanjanga

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   193. Kisah Cinta yang Miris

    Selama beberapa saat, Summer membiarkan River mengamati hasil eksperimennya. Setiap bocah laki-laki itu berdecak kagum, hati Summer berbunga-bunga. Ia merasa bangga pada dirinya sendiri karena telah berhasil membuat percobaan yang mengagumkan. "Wow, apakah ini kertas daur ulang?" River menyentuhkan telunjuk mungilnya pada sebuah kertas tebal dengan permukaan tak rata dan warna yang agak kusam. Summer mengangguk mantap. "Ya, itu adalah percobaan ketigaku, tapi hasilnya belum memuaskan. Aku akan mencoba untuk membuatnya lagi sampai hasilnya sebagus kertas biasa." "Apakah kalau sudah berhasil, kau mau menjualnya?" Bibir Summer mengerucut. "Entahlah, aku belum yakin tentang itu. Mungkin, aku akan menggunakannya untuk mencetak buku-bukuku terlebih dahulu. Setelah itu, baru aku akan memperluas penggunaannya. Aku berharap, dengan adanya kertas daur ulang ini, penebangan pohon bisa berkurang. Orang-orang tidak perlu menggunakan kertas baru. Kertas-kertas lama juga bisa." River men

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   192. Eksperimen Summer

    Tiba-tiba, Summer dan River melangkah mundur. Namun, setelah hitungan ketiga, mereka malah berlari maju. Mereka tanpa ragu menabrak Brandon dan Briony. Saat mereka terpental dan jatuh ke lantai, mereka malah tertawa terpingkal-pingkal. "Summer, kamu benar! Kita terpental karena gaya dorong yang kita berikan kembali kepada kita!" ujar River seraya mengatur napas. "Itulah Hukum Newton ke-3. Aksi sama dengan reaksi! Sekarang, bagaimana kalau kita beralih ke agenda selanjutnya? Ayo ke ruang eksperimen dan memulai eksperimen yang sesungguhnya!" "Ayo!" Kedua bocah itu bergegas bangkit dan berlari ke pekarangan barat. Melihat kecepatan mereka, Brandon dan Briony hanya bisa berkedip-kedip dengan mulut ternganga. "Astaga .... Apa yang salah dengan mereka? Apakah mereka mengira kita ini benda mati? Mereka bahkan tidak sempat meminta maaf sebelum pergi," desah Briony, tak habis pikir. Ia tidak sadar jika tubuhnya masih menempel pada Brandon. Sambil menghela napas, Brandon mengusi

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   191. Dijodohkan

    "Sampai jumpa, Mama, Papa! Semoga perjalanan kalian lancar! Bersenang-senanglah bersama penguin di Kutub Selatan!" ujar Summer sembari melambaikan tangan dengan sekuat tenaga. Senyumnya semringah, kakinya sesekali melompat. Louis dan Sky balas melambai dari jendela mobil mereka. "Sampai jumpa nanti, Sayang. Jangan lupa pesan Mama! Jadilah anak baik. Jangan membuat masalah selama Mama dan Papa pergi, oke?" pesan Sky dengan mata berkaca-kaca. "Tenang, Mama. Aku ini anak baik. Aku tidak mungkin membuat masalah. Mama dan Papa fokus pada bulan madu saja!" angguk Summer sambil berkacak pinggang. Dari sisi Sky, Louis menunjuk sepupunya. "Briony, tolong awasi Summer dengan baik. Kami percayakan dia kepadamu," tuturnya serius. "Kurasa tidak ada yang perlu kuawasi, Louis. Putrimu adalah anak yang cerdas dan manis. Lagi pula, bukan hanya aku orang dewasa yang ada di rumah ini," celetuk Briony ringan. "Ya, ada Kakek, Nenek, Bibi Emily, Paman Cayden, Paman Russell, dan Paman Brand

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   190. Rencana Bulan Madu

    Louis meringis. Sambil mengelus kepala sang putri, ia memberi penjelasan, "Papa dan Mama tidak mau mengganggu pikiranmu. Kami berencana untuk membicarakannya setelah kamu memutuskan untuk lanjut bersekolah atau belajar mandiri." "Papa dan Mama seharusnya tidak perlu menunggu. Itu sama sekali tidak mengganggu pikiranku," geleng Summer lucu. "Jadi, kau tidak keberatan kalau ayah dan ibumu pergi berbulan madu?" selidik Brandon, penasaran. Summer mengangguk. "Tentu saja tidak. Orang yang baru menikah memang seharusnya pergi berbulan madu, seperti Paman Cayden dan Bibi Emily. Gerry dan Merry juga." "Benarkah? Kamu tidak keberatan kalau Mama dan Papa berpergian berdua, sedangkan kamu di rumah?" tanya Sky spontan. Summer mengerjap. "Oh? Aku tidak ikut?" Para orang dewasa sontak menggigit bibir menahan geli. Sementara itu, River menjawab, "Tentu saja kau tidak boleh ikut, Summer. Itu bulan madu, bukan liburan. Hanya pengantin baru yang akan berangkat. Kehadiran orang lain hanya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status