Share

64. Kesempatan dari Sky

Penulis: Pixie
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-02 07:05:48
"Mama sudah selesai menenangkan diri? Apakah perasaan Mama sudah jauh lebih baik? Mama sudah tidak marah lagi?" tanya Summer penuh perhatian. Padahal, kerut alisnya masih melukiskan kegelisahan.

Sky menarik napas. Ia hendak menjawab, tetapi Summer malah lanjut bicara, "Mama tahu? Paman Louis tadi bertanya apa yang akan aku lakukan kalau aku bertemu ayahku. Aku bilang, aku akan menanyakan kabarnya terlebih dahulu. Lalu, aku akan memeluknya dan mengecup pipinya banyak-banyak."

Tiba-tiba, Summer melangkah maju. Ia meraih tangan Sky. Kepalanya mendongak dengan mata berkaca-kaca.

"Karena itu, aku harap Mama tidak marah. Aku memeluk Paman Louis bukan karena aku ingin dia menjadi papaku. Tapi dia memintaku untuk menganggapnya sebagai ayah. Aku menggunakannya untuk memperagakan jawabanku saja, Mama. Dan dia bilang, Grace tidak akan marah. Jadi kurasa, itu bukan masalah."

Semua orang kompak menghela napas iba. Mereka bisa membayangkan ketakutan yang membayangi sang balita.

Sky pun s
Pixie

Adakah yang terharu?

| 7
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Indah Carolina
ga terharuuuu.. malah ikutan bahagiaaaaaa hehehe.. senaaaaaang bangeeetttttt... pingin peluk summer eh gada, jd peluk anakku.. gemes gemesssinn jiga hhihi
goodnovel comment avatar
Yanti Aching
moga gak ada yg gangguin nanti mlm. biar Louis dan sky bicara apa yg dipe dan selama ini
goodnovel comment avatar
Kim Tan
thor up lg...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   65. Seperti Anak dan Istri

    "Paman Louis, kenapa kalian berbisik-bisik? Apakah kalian tidak mendengarkan aku? Dan mau sampai kapan kamu memeluk Mama?" tanya Summer dengan bibir mencebik. Malangnya, Louis dan Sky tidak menanggapi. Merasa dirinya tidak digubris, Summer pun mengentakkan kaki ke lantai. "Mama, ini tidak adil. Aku juga mau dipeluk oleh Paman Louis!" Sambil menggembungkan pipi, balita itu mencoba untuk memisahkan Sky dan Louis. "Mama, ayo ... menjauhlah dari Paman Louis! Sekarang giliran aku untuk memeluknya." Merasakan dorongan dari tangan mungil itu, Louis akhirnya menunduk. Bukannya merasa malu, ia malah tertawa. Raut kesal Summer telah menggelitik hatinya. "Maaf, Manusia Mungil. Kami bukannya mengabaikanmu. Hanya saja, perbincangan kami belum selesai tadi." "Itu pasti obrolan orang dewasa. Kalian berbisik-bisik supaya aku tidak bisa mendengar, kan?" gerutu Summer dengan bibir mungilnya yang menguncup. Merasa gemas, Louis pun menggendongnya. "Tapi sekarang, obrolanku dengan ibumu sudah s

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-02
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   66. Kakek dan Cucu

    Setibanya di kediaman Harper, semua orang antusias menyambut kedatangan Summer. Kara bergegas membuat salad spesial untuk makan malam. Ia berjanji akan membuatkan roti lapis untuk sarapan besok pagi dan biskuit untuk kudapan siangnya. Summer awalnya berniat membantu. Namun, karena Kara melarang, ia akhirnya bermain bersama para pria di pekarangan belakang. Mereka adu lari, bermain lempar bola, dan kejar-kejaran. Walaupun keringat bercucuran di tubuhnya, tawa Summer tidak ada putus-putusnya. Saat sebuah sepeda baru tiba, Summer tercengang melihatnya. Ukurannya yang kecil sangat pas untuk tubuhnya. "Apakah sepeda itu untukku?" desahnya dengan mata bulat yang bercahaya. Begitu Frank mengangguk, tawanya bergema. Ia langsung menghampiri hadiahnya, mengamati barang baru itu dengan penuh kekaguman. "Mama, lihat apa yang Tuan Harper berikan kepadaku. Sebuah sepeda baru! Ini sangat keren! Lihatlah warna birunya. Ini warna kesukaanku! Dan keranjangnya, aku bisa menaruh Toby di sini dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-03
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   67. Waktu untuk Summer

    "Alasan kedua," Cayden kembali melempar pandangan ke arah bangku taman, "aku tahu siapa yang sebetulnya kau cintai." Louis tersentak. Sorot matanya ikut tertarik ke arah perempuan berambut keriting. "Siapa yang betul-betul kucintai?" gumamnya seperti orang bodoh. Merasa kesal, Cayden menyenggol lengan Louis dengan sikunya. "Jangan bilang kalau kau sama seperti Emily. IQ jenius, tapi bodoh soal cinta?" Louis langsung merengut. "Kami tidak sama. Aku jauh lebih pintar." "Kau baru saja bicara seolah-olah kau tidak menyadarinya." "Itu gumaman spontan," celetuk Louis. "Jadi, kau mengaku bahwa kau mencintai Sky?" Louis termenung. Sejak berpacaran dengan Grace, ia tidak pernah lagi memikirkan perasaan lamanya itu. Bahkan, saat Sky kembali, ia lebih fokus pada Summer. Ia belum sempat mengolah emosinya yang bercampur aduk. "Apa yang membuatmu berpikir begitu?" Louis membalas dengan pertanyaan. Itu cara yang paling tepat untuk menghindar dari jawaban. "Cerita Emily dan firasatku s

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-03
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   68. Dekat Seperti Dulu

    "Tunggu, tunggu," Kara memegangi pundak si gadis kecil, "kamu tadi memanggilku apa, Sayang?" "Nenek," sahut Summer bangga. "Tadi Kakek Frank bilang kalau dia menganggapku sebagai cucunya sendiri. Karena aku menganggapnya sebagai kakekku juga, dia mengizinkan aku untuk memanggilnya Kakek. Bukankah itu artinya aku juga harus memanggilmu Nenek? Kalian berdua adalah suami istri." Hati Kara sontak diliputi keharuan. Sambil tersenyum lebar, ia mengangguk dan mengelus pipi gembul Summer. "Ya, Sayang. Aku justru senang kamu memanggilku Nenek. Mulai saat ini, kamu adalah cucuku dan aku adalah nenekmu, hmm?" "Ya!" Summer melompat kecil. Selang satu kedipan, ia memeluk Kara dan tertawa lirih. "Terima kasih sudah mengizinkan aku memanggilmu Nenek. Aku senang sekali. Sekarang, aku punya dua kakek dan dua nenek. Semuanya sangat baik dan sayang kepadaku. Aku sangat beruntung!" Ia mengeratkan pelukan dan menggoyang-goyangkan badan. Menyaksikan momen itu, semua orang tersenyum. Mereka t

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-04
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   69. Waktunya Bicara

    Sejak obrolannya dengan Louis di perpustakaan, Sky terus bertanya-tanya. Apa yang akan terjadi setelah ia menceritakan kebenaran? Apakah kemesraan mereka akan terulang? Mungkinkah Summer akan punya adik dalam waktu dekat? Dadanya tergelitik setiap bayangan itu lewat. Ia hanya bisa berharap kalau Summer segera tidur agar urusan mereka bisa cepat terselesaikan. Malangnya, hingga satu buku habis dibaca, gadis kecil yang duduk di pangkuan Louis itu masih terjaga. Meskipun ia sudah lemas, mata sayunya terus berkedip-kedip mengumpulkan kesadaran. "Sayang, kenapa kamu masih belum tidur?" Sky mengelus rambut sang balita. "Aku belum mengantuk, Mama. Bagaimana kalau kita membaca satu buku lagi?" Summer memaksa tangannya untuk bergerak meraih buku di atas meja. Melihat gadis kecil itu kesusahan, Louis pun membantu. "Kamu mau membaca buku ini?" Ia menukar buku di pangkuan Summer dengan yang baru. "Ya. Bisakah kamu membacanya, Paman?" sahutnya pelan. "Tentu saja." Louis membuka

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-04
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   70. Lima Tahun yang Lalu

    "Kau tahu?" bisik Sky datar. "Kenapa aku bisa ada di sana malam itu?" Louis menggeleng. "Itu juga yang ingin kuketahui. Kenapa kau datang ke hotel itu? Bukankah kau berjanji untuk datang langsung ke acara kelulusanku?" "Karena aku ingin memberikan kejutan untukmu," sahut Sky, membuat suasana hening sejenak. Louis tampak terkejut dengan pernyataannya. "Kejutan?" Sky menarik tangannya dari genggaman Louis. Sambil mencengkeram jemarinya sendiri, ia tertunduk. "Kupikir kau akan senang dengan kedatanganku. Aku bermaksud ingin menawarkan diri untuk menjadi pendamping wisudamu." "Tunggu, tunggu." Tangan Louis terangkat, meminta jeda. Matanya membulat, ragu pada kemungkinan yang muncul. "Kau ingin menjadi pendamping wisudaku? Kenapa? Apakah ... kau juga menyukaiku?" Bibir Sky mengerucut. Ia terlalu malu untuk mengakuinya. "Itu lima tahun yang lalu, Louis. Aku masih sangat muda. Aku sering bertindak tanpa berpikir panjang. Karena itu," ia mengernyit, "ya, aku nekat ingin men

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-05
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   71. Kalau Waktu Bisa Diputar Ulang

    Louis mendesah tak percaya. Ia kini mengerti apa yang menyebabkan Sky menghilang. Itu bukan karena keegoisan ataupun ketidakpedulian sang wanita, tetapi karena kebodohannya sendiri. "Astaga, Sky," erang Louis sembari menjepit pangkal hidungnya. Matanya terpejam sesaat. "Kau tahu?" ia kembali memandangi sang wanita. "Yang kubicarakan saat itu bukan kamu. Aku bahkan tidak tahu dengan siapa aku tidur." Sky berkedip sendu. "Waktu itu, aku mana sempat berpikir? Kudengar, kau menyebutku wanita murahan karena sudah tidur denganmu. Kau membenciku, dan mengatakan bahwa aku berkebalikan dari wanita impianmu." "Tidak," sangkal Louis sambil menggeleng cepat. Ia genggam tangan Sky lebih erat. "Aku bukan membicarakan dirimu, tapi perempuan berambut merah itu." Alis Sky tertaut. "Perempuan berambut merah? Orang yang memapahmu keluar dari bar itu?" Mata Louis melebar. "Ya! Perempuan itulah yang ditunjukkan oleh si wartawan. Aku mengira kalau aku sudah tidur dengannya. Karena itu, aku s

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-05
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   72. Tertangkap Basah

    "Tidak, Sky," geleng Louis, diiringi helaan napas berat. Ia takut kalau Sky menarik diri darinya. Ia tidak mau berpisah. "Bukan kau yang jahat, tapi aku. Aku jahat karena menjadikan Grace pelarian. Tapi aku akan lebih jahat lagi kalau aku mengabaikan kamu dan Summer," lanjutnya, mengharapkan pengertian. Sedetik kemudian, ia memindahkan tangannya ke pundak Sky. "Jadi, kau tidak perlu khawatir. Aku akan bertanggung jawab penuh soal ini. Aku akan mengakhiri hubunganku dengan Grace secara baik-baik, memastikan tidak ada media yang menyalahkanmu, dan menebus apa yang telah kuperbuat kepadamu." Sky menggeleng tak mengerti. "Bagaimana dengan impianmu untuk punya istri yang ideal? Aku tidak jamin bisa memberikan banyak keuntungan untukmu dan perusahaanmu. Aku bukan pebisnis." "Bisakah kau berhenti memikirkan soal istri yang ideal? Aku mengarangnya untuk mengintimidasi si Rambut Merah itu. Aku sengaja menyebutkan hal-hal yang menurutku mustahil dicapai olehnya," Louis mengernyit. "T

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-06

Bab terbaru

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   198. Pasangan yang Manis

    Merasakan Summer bergerak-gerak di sampingnya, River pun terbangun. Ia bangkit duduk, berbisik sambil mengusap mata, "Summer, ada apa? Apakah kamu mimpi buruk?" Summer menggeleng lemah. Matanya masih mencari-cari. "Tidak." "Apakah kamu takut ada ular yang masuk? Kamu masih trauma dengan pengalaman buruk buruk yang tadi kamu ceritakan kepadaku?" "Tidak, River. Bukan itu." "Apakah kamu merindukan orang tuamu?" Summer akhirnya menatap River dengan wajah lusuhnya. "Tidak juga. Aku bersama kamu dan yang lain di sini. Untuk apa aku merindukan orang tuaku yang sedang berbulan madu? Biarkan saja mereka bersenang-senang berdua." River menggaruk-garuk kepala. "Lalu apa yang membuatmu resah?" "Aku mencari kantung tidurku. Aku selalu memakainya setiap kali camping. Aku tidak bisa tidur nyenyak kalau tidak ada dia," sahut sang balita, serak. Dengan penerangan dari lampu cas yang sudah sangat redup, River pun membantu Summer mencarinya. Ternyata, kantung tidur Summer masih terlipa

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   197. Pembawa Kehangatan

    Briony tidak mampu lagi berkata-kata. Kejujuran Summer sudah seperti skakmat baginya. Melihat diamnya sang bibi, keresahan Summer kembali meradang. Ia maju sedikit, berbisik, "Tapi sekarang, aku sudah sadar kalau tindakanku itu salah, Bibi. Aku tidak seharusnya ikut campur persoalan orang dewasa. Karena itu, aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Bibi mau kan memaafkan aku?" Briony mengerjap. Matanya terpaku pada wajah bulat yang mengharapkan maafnya. "Kamu janji tidak akan menjodoh-jodohkan aku dengan siapa pun lagi?" tanyanya, memastikan. Summer mengangguk. "Ya. Seperti yang Paman Brandon bilang, Bibi butuh waktu untuk memulihkan hati. Kesedihan Bibi tidak bisa langsung hilang hanya dengan memiliki pasangan. Aku sudah mengerti tentang itu." Alis Briony melengkung tinggi. "Brandon bilang begitu?" Summer mengangguk. "Karena itu, tolong jangan marah padaku lagi, Bibi. Aku sudah bertobat. Aku tidak akan mengulangi kesalahan." Briony terdiam sejenak, mencerna keadaan.

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   196. Kepedulian yang Tulus

    Briony menghela napas cepat. Sebelum gadis itu kembali bertengkar dengan keponakannya, Brandon menyela, "Summer, sudah berapa jauh progres kalian?" "Sedikit lagi kami selesai, Paman!" "Ya, tersisa tiga lilitan lagi. Tapi kurasa ini akan memakan waktu lebih lama. Tali yang terulur sudah sangat panjang," imbuh River sambil terus bekerja. Keringat telah membutir di keningnya. Briony memutar bola mata. Ia benar-benar sudah tak nyaman. Ia ingin keluar dari situasi itu dengan segera. Karena itu, begitu lilitan tali terlepas, ia cepat-cepat bangkit dan melangkah pergi. Melihat sikap dingin sang bibi, Summer kembali diliputi rasa bersalah. "Oh, tidak. Bibi sungguh-sungguh marah kepadaku," gumamnya sambil mencebik. "Jangan berpikiran negatif dulu, Summer. Siapa tahu bibimu pergi karena malu," River mencoba untuk menenangkan. "Tapi Bibi tidak pernah mengabaikan aku begitu. Paman Brandon, apakah sikapku tadi sudah keterlaluan?" tanya Summer dengan mata berkaca-kaca. Saat ini,

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   195. Briony Kesal

    "Paman Brandon dan Bibi Briony kan sudah dewasa. Kalian sama-sama belum mempunyai pasangan. Bukankah tidak apa-apa kalau kalian berdua berciuman?" tanya Summer sambil menahan tawa. Meski demikian, kegelian tetap lolos dari mulutnya.Mendengar pernyataan semacam itu, Briony menghela napas tak percaya. "Summer, apakah kau lupa berapa umurmu? Kamu itu masih kecil. Belum saatnya kamu membicarakan tentang pasangan dan ciuman!""Apa masalahnya, Bibi? Bukan aku yang akan berciuman, tapi Bibi dan Paman Brandon!"Pipi Briony semakin memanas. "Kami tidak akan berciuman, Summer. Kami hanya berteman!" tegasnya, kesal.Sementara itu, Brandon melirik River. Ia merasa ulah keponakannya itu sudah melewati batas. "River, apakah ini idemu? Kau mengajari Summer hal yang tidak pantas lagi?" "Tidak, Paman. Bukan aku! Itu ide Summer!" Sambil tertawa, Summer mengaku. "Tolong jangan memarahi River, Paman. Ini memang ideku. Aku sedang bereksperimen tentang cinta. Aku ingin membuktikan apakah dua orang yang

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   194. Jebakan untuk Briony dan Brandon

    "Wow! Eksperimen kalian memang keren! Selamat, Summer, River. Kalian berhasil melakukannya dengan benar. Menyusun stik es krim agar reaksi berantainya tidak putus bukanlah hal yang mudah," puji Brandon, membuat mata para bocah berbinar-binar. "Paman benar! Susunan stiknya memang rumit dan sulit untuk dilakukan!" seru River sambil mengangguk yakin. "Untung saja kerja sama kami baik. Eksperimen terselesaikan dengan sempurna!" lanjut Summer bangga. "Omong-omong, Paman, Bibi, apakah kalian punya waktu untuk kami? Masih ada satu eksperimen yang perlu kami lakukan, tapi kami tidak bisa melakukannya berdua." Brandon dan Briony mengangkat alis. "Eksperimen apa?" tanya mereka bersamaan. Summer dan River saling lirik dan bertukar senyum. Selang beberapa saat, Brandon dan Briony telah berdiri di tengah pekarangan. Mereka menghadap satu sama lain dengan jarak sekitar 10 meter. Masing-masing dari mereka menggenggam ujung dari seutas tali. "Hei, Summer, apakah tali itu tidak kepanjanga

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   193. Kisah Cinta yang Miris

    Selama beberapa saat, Summer membiarkan River mengamati hasil eksperimennya. Setiap bocah laki-laki itu berdecak kagum, hati Summer berbunga-bunga. Ia merasa bangga pada dirinya sendiri karena telah berhasil membuat percobaan yang mengagumkan. "Wow, apakah ini kertas daur ulang?" River menyentuhkan telunjuk mungilnya pada sebuah kertas tebal dengan permukaan tak rata dan warna yang agak kusam. Summer mengangguk mantap. "Ya, itu adalah percobaan ketigaku, tapi hasilnya belum memuaskan. Aku akan mencoba untuk membuatnya lagi sampai hasilnya sebagus kertas biasa." "Apakah kalau sudah berhasil, kau mau menjualnya?" Bibir Summer mengerucut. "Entahlah, aku belum yakin tentang itu. Mungkin, aku akan menggunakannya untuk mencetak buku-bukuku terlebih dahulu. Setelah itu, baru aku akan memperluas penggunaannya. Aku berharap, dengan adanya kertas daur ulang ini, penebangan pohon bisa berkurang. Orang-orang tidak perlu menggunakan kertas baru. Kertas-kertas lama juga bisa." River men

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   192. Eksperimen Summer

    Tiba-tiba, Summer dan River melangkah mundur. Namun, setelah hitungan ketiga, mereka malah berlari maju. Mereka tanpa ragu menabrak Brandon dan Briony. Saat mereka terpental dan jatuh ke lantai, mereka malah tertawa terpingkal-pingkal. "Summer, kamu benar! Kita terpental karena gaya dorong yang kita berikan kembali kepada kita!" ujar River seraya mengatur napas. "Itulah Hukum Newton ke-3. Aksi sama dengan reaksi! Sekarang, bagaimana kalau kita beralih ke agenda selanjutnya? Ayo ke ruang eksperimen dan memulai eksperimen yang sesungguhnya!" "Ayo!" Kedua bocah itu bergegas bangkit dan berlari ke pekarangan barat. Melihat kecepatan mereka, Brandon dan Briony hanya bisa berkedip-kedip dengan mulut ternganga. "Astaga .... Apa yang salah dengan mereka? Apakah mereka mengira kita ini benda mati? Mereka bahkan tidak sempat meminta maaf sebelum pergi," desah Briony, tak habis pikir. Ia tidak sadar jika tubuhnya masih menempel pada Brandon. Sambil menghela napas, Brandon mengusi

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   191. Dijodohkan

    "Sampai jumpa, Mama, Papa! Semoga perjalanan kalian lancar! Bersenang-senanglah bersama penguin di Kutub Selatan!" ujar Summer sembari melambaikan tangan dengan sekuat tenaga. Senyumnya semringah, kakinya sesekali melompat. Louis dan Sky balas melambai dari jendela mobil mereka. "Sampai jumpa nanti, Sayang. Jangan lupa pesan Mama! Jadilah anak baik. Jangan membuat masalah selama Mama dan Papa pergi, oke?" pesan Sky dengan mata berkaca-kaca. "Tenang, Mama. Aku ini anak baik. Aku tidak mungkin membuat masalah. Mama dan Papa fokus pada bulan madu saja!" angguk Summer sambil berkacak pinggang. Dari sisi Sky, Louis menunjuk sepupunya. "Briony, tolong awasi Summer dengan baik. Kami percayakan dia kepadamu," tuturnya serius. "Kurasa tidak ada yang perlu kuawasi, Louis. Putrimu adalah anak yang cerdas dan manis. Lagi pula, bukan hanya aku orang dewasa yang ada di rumah ini," celetuk Briony ringan. "Ya, ada Kakek, Nenek, Bibi Emily, Paman Cayden, Paman Russell, dan Paman Brand

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   190. Rencana Bulan Madu

    Louis meringis. Sambil mengelus kepala sang putri, ia memberi penjelasan, "Papa dan Mama tidak mau mengganggu pikiranmu. Kami berencana untuk membicarakannya setelah kamu memutuskan untuk lanjut bersekolah atau belajar mandiri." "Papa dan Mama seharusnya tidak perlu menunggu. Itu sama sekali tidak mengganggu pikiranku," geleng Summer lucu. "Jadi, kau tidak keberatan kalau ayah dan ibumu pergi berbulan madu?" selidik Brandon, penasaran. Summer mengangguk. "Tentu saja tidak. Orang yang baru menikah memang seharusnya pergi berbulan madu, seperti Paman Cayden dan Bibi Emily. Gerry dan Merry juga." "Benarkah? Kamu tidak keberatan kalau Mama dan Papa berpergian berdua, sedangkan kamu di rumah?" tanya Sky spontan. Summer mengerjap. "Oh? Aku tidak ikut?" Para orang dewasa sontak menggigit bibir menahan geli. Sementara itu, River menjawab, "Tentu saja kau tidak boleh ikut, Summer. Itu bulan madu, bukan liburan. Hanya pengantin baru yang akan berangkat. Kehadiran orang lain hanya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status