***
“Barra.” Celine mendorong dada lelaki itu. Meski ia melakukannya dengan kekuatan penuh, Barra hanya beringsut sedikit.
Sosok yang ditanya hanya diam. Barra menegakkan tubuh dan berdiri di ujung ranjang. Ia membungkuk seraya mengambil kaosnya di lantai kemudian mengenakannya.
Celine terduduk tegang sambil menarik selimut. Menempelkan punggungnya pada sandaran ranjang. “Sedang apa kau disini?” Suara Celine terdengar sedikit panik tapi tidak histeris.
Barra tidak menjawab pertanyaan Celine. Ia mengusap kasar wajah dan mengacak rambut hitamnya.
Celine bergerak mendekati Barra. Kamisol setali berwarna broken white yang dikenakan memang membuat kulit Celine tampak lebih menarik. Bertumpu pada kedua lutut
***Setelah menjawab pertanyaan Barra dalam perjalanan pulang beberapa hari lalu, Celine berakhir pada lubang penyesalan. Bagaimana bisa ia berkata sejujur itu pada Barra? Bahwa ia, Celine Artha, memang menikmati apa yang telah dilakukan Barra di ranjangnya sendiri.Tapi, nasi sudah menjadi bubur. Celine pun malas menarik perkataannya sendiri.Ann mengetuk pintu ruangan sambil membawa dua kotak berwarna hitam berbeda ukuran pada kedua tangannya. “Ibu Celine, ini ada kiriman kurir.”Celine mengernyit. “Siapa pengirimnya, Ann?”“Saya tidak tahu, Ibu. Ini kartu ucapan dari pengirimnya terlampir di kotak paling atas,” Ann sudah melet
***Barra pulang menuju tengah malam diantar asistennya, Jim. Sambil menggenggam penghargaan yang diterimanya malam ini, hati kecilnya bertanya apa segala usahanya selama ini memang sudah cukup baik? Sampai sebuah organisasi menganugerahinya sebuah piala yang menyatakan bahwa ia adalah The Rising CEO di bidang lingkungan.Dirinya mengakui dalam sepuluh tahun terakhir ini, ia berhasil menggiring perusahaan tambang milik ayahnya yang hampir bangkrut menjadi perusahaan pengolahan limbah. Banting setir yang menghasilkan buah manis. Sebuah keberuntungan.‘Apa bertemu dengan Celine dan terjebak dalam sebuah pernikahan kontrak merupakan salah satu keberuntungannya yang lain?’ Barra membuka pintu kamar Lola dan menemukan
***Keesokannya Celine terbangun dengan perasaan lebih tidak menentu dibanding saat ia berangkat tidur semalam. Ia tahu keputusannya adalah keputusan logis dan tepat. Celine tidak mau menyerahkan dirinya begitu saja pada Barra jika lelaki itu dalam kondisi mabuk dan tertekan.Celine turun ke bawah dan menyiapkan sarapan dan bekal makan siang untuk Lola. Putri kecilnya juga turun dengan bersiul riang gembira.“Mommy.” Lola menghambur dalam pelukan Celine. “Lola sayang, Mommy!”“Aku juga sayang Lola,” Celine mengangkat gadis kecil itu ke pinggang dan mencium ujung kepalanya.“Wah, ta
***Barra mengutuk dirinya sendiri. Ia tahu sejak tadi bahwa Celine merebahkan diri dalam kegelapan. Perempuan itu sedang menikmati tubuhnya sendiri dan mungkin menyisipkan sedikit gambaran dirinya sebagai pendorong imaji liar.Menikmati diri bukan hanya milik lelaki. Perempuan juga bisa menikmati dan memuaskan diri sendiri.Barra juga mengetahui pentingnya perempuan untuk bermain dengan dirinya. Walaupun akan lebih baik jika Celine membutuhkan bantuan, Barra selalu siap sedia. Mereka dapat melakukannya dengan logis dan tetap menjaga agar tidak terlibat perasaan masing-masing.Lagipula kalau tidak mengandalkan diri sendiri, bagaimana Celine memenuhi kebutuhan sek*sualnya selama lima tahun terakhir? Apa perempuan itu hidup selibat? Atau justru Celine memi
***Ini pertama kalinya, Celine menemani Barra mengunjungi salah satu pabrik pengolahan limbah miliknya. Perusahaan Barra mendapat penghargaan bergengsi sebagai perusahaan yang dinilai telah berkontribusi terhadap keberlanjutan lingkungan.Jangan bayangkan pabrik pengolahan limbah milik Barra adalah perusahaan yang menerima sampah rumah tangga lalu memanfaatkannya menjadi potongan keset ramah lingkungan atau berbagai bentuk lain yang bernilai ekonomis. Tidak, bukan sama sekali.Perlu dipahami bahwa sampah dan limbah adalah dua hal berbeda. Limbah adalah polutan berbahaya yang dihasilkan dari aktivitas pabrik dan dapat berbentuk cairan atau benda padat yang tidak bisa dibuang sembarangan karena mengandung bahan berbahaya. Sedangkan, sampah umumnya dihasilk
*** Barra masih kesal dengan apa yang terjadi antara dirinya dan Celine beberapa malam lalu. Bisa-bisanya Celine menyebut nama almarhum suaminya saat mereka sedang bermesraan di atas ranjang. Barra pikir mereka akhirnya akan saling menikmati. Barra sudah menelepon Elle, pengacara Celine yang mengurus semua dokumen surat adopsi Lola dan serah terima aset Alaric. ‘Bagaimana dirinya tidak kesal dengan sahabatnya sendiri, Alaric Kusuma? Pertama, ia mengambil cinta pertama milik Barra dan menikahinya. Kedua, bisa-bisanya Alaric selingkuh dengan perempuan lain hingga memiliki anak diluar nikah dan anak itu kini berada dalam asuhan Barra. Terakhir, Alaric menyusun sebuah wasiat yang mengamanatkan Celine harus menyerahkan setengah warisan pada Lola
*** Halo readers, berikut adalah ringkasan part 1 (Bab 1-40) untuk mempermudah kalian mereka-reka kisah Barra dan Celine. Sebetulnya mulai dari Part 2 juga tidak masalah, senyamannya kalian saja ya. Selamat membaca. Be kind and add this book to your library! Love and Vote! Terima kasih. Ringkasan Part 1: Celine dan Barra sudah berteman sejak lama dan sempat terlibat cinta remaja. Keduanya kemudian berpisah tanpa ada kelanjutan hubungan. Celine menikahi Alaric, sahabat Barra. Barra juga menikahi Aimee dan memiliki satu anak. Beberapa tahun kemudian, Celine kembali pulang ke kota kelahirannya setelah tinggal di luar negeri. Alaric meninggal dalam kecelakaan dan meninggalkan surat wasiat yang menyatakan hartanya dibagi dua untuk anak dalam kandungan Aimee dan anak Celin
*** “Good morning, hawt mama!” Barra berkata tegas dengan letup gairah tersorot dari maniknya. Barra merebahkan diri sambil bertumpu pada salah satu siku dan tangan lain menggerayangi paha polos Celine karena gaun tidurnya sudah tersibak ke atas. Satu hentakan, camisole sutra itu akan terurai begitu saja di atas lantai. Barra menelentangkan Celine di atas ranjang. Bibir mereka masih bertaut dengan ganas. Barra menjauhkan wajahnya sedikit dan ia melihat protes di mata Celine. Barra merapatkan pinggul dan menggerakkan lutut. Semakin menempelkan bukti kejantanannya pada Celine di pagi hari. Celine sempat melengkungkan punggungnya semakin ke atas. Celine bergetar akibat sentuhan Barra. Telapak hangat lelaki itu mempermainkan kulitnya.