***
Barra mengutuk dirinya sendiri. Ia tahu sejak tadi bahwa Celine merebahkan diri dalam kegelapan. Perempuan itu sedang menikmati tubuhnya sendiri dan mungkin menyisipkan sedikit gambaran dirinya sebagai pendorong imaji liar.
Menikmati diri bukan hanya milik lelaki. Perempuan juga bisa menikmati dan memuaskan diri sendiri.
Barra juga mengetahui pentingnya perempuan untuk bermain dengan dirinya. Walaupun akan lebih baik jika Celine membutuhkan bantuan, Barra selalu siap sedia. Mereka dapat melakukannya dengan logis dan tetap menjaga agar tidak terlibat perasaan masing-masing.
Lagipula kalau tidak mengandalkan diri sendiri, bagaimana Celine memenuhi kebutuhan sek*sualnya selama lima tahun terakhir? Apa perempuan itu hidup selibat? Atau justru Celine memi
***Ini pertama kalinya, Celine menemani Barra mengunjungi salah satu pabrik pengolahan limbah miliknya. Perusahaan Barra mendapat penghargaan bergengsi sebagai perusahaan yang dinilai telah berkontribusi terhadap keberlanjutan lingkungan.Jangan bayangkan pabrik pengolahan limbah milik Barra adalah perusahaan yang menerima sampah rumah tangga lalu memanfaatkannya menjadi potongan keset ramah lingkungan atau berbagai bentuk lain yang bernilai ekonomis. Tidak, bukan sama sekali.Perlu dipahami bahwa sampah dan limbah adalah dua hal berbeda. Limbah adalah polutan berbahaya yang dihasilkan dari aktivitas pabrik dan dapat berbentuk cairan atau benda padat yang tidak bisa dibuang sembarangan karena mengandung bahan berbahaya. Sedangkan, sampah umumnya dihasilk
*** Barra masih kesal dengan apa yang terjadi antara dirinya dan Celine beberapa malam lalu. Bisa-bisanya Celine menyebut nama almarhum suaminya saat mereka sedang bermesraan di atas ranjang. Barra pikir mereka akhirnya akan saling menikmati. Barra sudah menelepon Elle, pengacara Celine yang mengurus semua dokumen surat adopsi Lola dan serah terima aset Alaric. ‘Bagaimana dirinya tidak kesal dengan sahabatnya sendiri, Alaric Kusuma? Pertama, ia mengambil cinta pertama milik Barra dan menikahinya. Kedua, bisa-bisanya Alaric selingkuh dengan perempuan lain hingga memiliki anak diluar nikah dan anak itu kini berada dalam asuhan Barra. Terakhir, Alaric menyusun sebuah wasiat yang mengamanatkan Celine harus menyerahkan setengah warisan pada Lola
*** Halo readers, berikut adalah ringkasan part 1 (Bab 1-40) untuk mempermudah kalian mereka-reka kisah Barra dan Celine. Sebetulnya mulai dari Part 2 juga tidak masalah, senyamannya kalian saja ya. Selamat membaca. Be kind and add this book to your library! Love and Vote! Terima kasih. Ringkasan Part 1: Celine dan Barra sudah berteman sejak lama dan sempat terlibat cinta remaja. Keduanya kemudian berpisah tanpa ada kelanjutan hubungan. Celine menikahi Alaric, sahabat Barra. Barra juga menikahi Aimee dan memiliki satu anak. Beberapa tahun kemudian, Celine kembali pulang ke kota kelahirannya setelah tinggal di luar negeri. Alaric meninggal dalam kecelakaan dan meninggalkan surat wasiat yang menyatakan hartanya dibagi dua untuk anak dalam kandungan Aimee dan anak Celin
*** “Good morning, hawt mama!” Barra berkata tegas dengan letup gairah tersorot dari maniknya. Barra merebahkan diri sambil bertumpu pada salah satu siku dan tangan lain menggerayangi paha polos Celine karena gaun tidurnya sudah tersibak ke atas. Satu hentakan, camisole sutra itu akan terurai begitu saja di atas lantai. Barra menelentangkan Celine di atas ranjang. Bibir mereka masih bertaut dengan ganas. Barra menjauhkan wajahnya sedikit dan ia melihat protes di mata Celine. Barra merapatkan pinggul dan menggerakkan lutut. Semakin menempelkan bukti kejantanannya pada Celine di pagi hari. Celine sempat melengkungkan punggungnya semakin ke atas. Celine bergetar akibat sentuhan Barra. Telapak hangat lelaki itu mempermainkan kulitnya.
***“Ayah, kenalkan ini Barra, suamiku.” Celine menyambut tangan Barra dari ambang pintu dan menariknya.Barra menyerahkan buket bunga yang sedang digenggamnya pada Celine. Barra lalu menyodorkan tangan dan mengenalkan diri.“Barra Hutama, Pak.”“Panggil aku Hugo saja, anak muda.” Hugo Artha menyambut tangan lelaki yang mendadak menjadi suami putrinya.Ini pertama kalinya Barra berhadapan langsung dengan ayah Celine yang tersohor. Seorang hakim terkenal karena putusan-putusannya selalu memihak masyarakat terpinggirkan yang melawan ketidakadilan melalui pengadilan. Barra memang mengenal nama Hugo Artha sebagai hakim yang adil dan jujur.“Ma
***“Saya memang bukan ayah kandungmu, Celine.” Hugo berkata dengan tenang lalu melanjutkan, “Tapi menurutmu apakah aku tidak perlu tahu soal pernikahanmu dengan lelaki bernama Barra Hutama ini?”“Bukan itu maksudku, Yah.” Celine menundukkan kepala dan tidak berani menatap wajah Hugo. Ayah tiri yang menikahi ibunya saat Celine berusia lima tahun dan membesarkan Celine seperti anaknya sendiri sejak ibunya meninggal. Bahkan Hugo mengadopsi Celine sejak kecil dan dia berhak untuk menggunakan nama keluarga Artha yang dikenal sebagai keluarga noble atau bersahaja.“Ini sudah tiga bulan lebih, Celine. Bahkan sejak kepulanganmu dari luar negeri kau hanya berkunjung sebentar lalu menghilang kembal
***Satu hal yang Barra ingat saat menyadari sebuah pisau tertancap pada perut sebelah kiri adalah siapa yang akan melindungi Lola dan Celine.Barra berdiri di ujung ranjang rumah sakit. Dia melihat sosok yang sangat mirip dengan dirinya sedang merebahkan diri, diperban sana sini, sejumlah mesin yang sedang berjuang bersama dirinya untuk memonitor detak jantung atau alat bantu pernapasan.Barra lalu menyadari bahwa dirinya dalam kondisi koma. Katanya hanya orang-orang terpilih yang bisa terpisah antara jiwa dan raga serta menyaksikan raganya teronggok tidak berdaya.Ruangan putih yang sedang ditempati Barra tentu saja khas ruang perawatan khusus rumah sakit. ICU. Sesaat kemudian Barra melihat sosok istrinya, Celine yang sudah mengenakan jubah khusus untu
*** Stay strong, be positive. We struggle all the time. That’s life. (Celine Artha, 2021) Jika Celine bisa memutar waktu maka dia akan memilih untuk tidak pernah mendatangi Barra dengan rencana pernikahan kontrak sesuai isi wasiat mendiang suaminya yang eksentrik itu. Barra mungkin masih sehat dan sedang bersenang-senang dengan sejumlah gadis muda yang usianya jauh dibawahnya. Lola tidak akan kehilangan ayah untuk kedua kali. Dan, Celine tidak perlu merasa patah hati setiap bangun di pagi hari. ‘Ayah ternyata benar, keputusannya terlalu gegabah dengan melibatkan Barra dan Lola dalam rencana mulianya. Belum setengah jalan rumah tangga mereka berlangsung, Barra sudah menjadi korban. Besok entah siapa lagi?’
***Celine tidak pernah membayangkan bahwa hari ini akan datang. Setelah kejadian buruk menimpa keluarga mereka terus menerus dan kini Celine bisa berdiri tegak menatap langit.Ya, di bawah langit cerah dengan lautan biru menghampar di sebuah kapal yacht berukuran sedang milik mertuanya. Celine dan Barra kembali mengikat janji suci secara agama menurut kepercayaan mereka untuk disaksikan keluarga terkasih.Gaun putih Celine yang bertema vintage berkibar pelan ditiup sepoian angin laut. Bahan yang ringan membuat gaunnya semakin terlihat estetik. Apalagi dengan tubuh sintal semampai milik Celine. Tidak yakin Barra bisa menahan diri untuk tidak menerkam istrinya di depan umum.
***Untuk pertama kalinya dalam enam bulan, semalam Barra bisa tidur dengan nyenyak dalam pelukan istrinya. Setelah kejadian di dalam mobil dimana Celine begitu keras untuk mendobrak pintu hatinya yang membeku bersamaan saat ia menerima abu milik ibunya. Semua hal di dunia dan sekitarnya menjadi tidak penting, pikir Barra.Barra menggeliat dan meregangkan tubuhnya saat Celine sedang bergerilya menyusuri bagian tubuh bawahnya yang sensitif. Barra dapat merasakan kulit istrinya yang polos dan mulus sedang bergerak di balik selimut.Ia tahu Celine sedang mengulum sesuatu sebagai sarapan paginya. bergerak dari atas lalu ke bawah dan begitu seterusnya dengan gerakan memutar.
***“Dengan ini menyatakan bahwa Barra Hutama dinilai lalai dalam tindak pidana pasar modal dan/atau penipuan dan/atau penggelapan dan/atau tindak pidana pencucian uang. Meski barang bukti yang diperlihatkan oleh Det. Zane menunjukkan ketidakterkaitan Barra dengan kegiatan kasus money laundering yang melibatkan sejumlah oknum petinggi partai dan sejumlah perantara atau makelar kasus.Pihak ketiga yang dimaksud bertugas menjembatani beberapa perusahaan asing yang tidak beroperasional di tanah air dan/atau memiliki keterkaitan khusus dengan warga negara di tanah air. Dalam persidangan terpisah juga ditemukan sejumlah perusahaan fiktif lain yang bertugas menyalurkan uang-uang yang terpecah dalam tahap placement dan/atau layering. Penjelasan lengkap sudah terlampir.
*** Menunggu agenda persidangan selanjutnya bagi Barra bukanlah hal mudah. Meski Celine sudah mendapatkan barang bukti dari tangan Eldar dan membuat berita acara penyerahan barang bukti pada Det. Zane. Tapi tetap saja perasaannya masih belum tenang. “Sayang, hari ini jadi berangkat ke Sinar Kusuma Group?” Barra menghampiri Celine yang sedang memeluk Lola. Pagi ini Celine sedang meminta izin tidak mengantar Lola berangkat ke sekolah. “Iya, Sayang. Ella mengabari bahwa berkas dari kantor hukum yang ditunjuk Sinar Kusuma Group sudah selesai. Hari ini aku akan menandatangani dokumen terkait surat wasiat Alaric yang diwariskan untuk Lola.” Barra mengangguk. Padahal sebelum mereka sepakat bahwa Celine dapat mewa
***Tanpa bertanya pada Barra, Celine sudah mengetahui apa yang dimaksud dengan kemenangan besar yang dikatakan Zoraya Kusuma padanya tadi. Celine mengantar Lola pulang lalu kembali pergi. Ia ada urusan di kantor Hope Foundation, Rona mendadak menghubunginya dan mengatakan ada hal penting yang ingin disampaikan.Tidak terlalu curiga dengan kabar Rona, kepala rumah tangga di yayasan tersebut. Celine berangkat sendiri tanpa mengabari suaminya lebih dulu. Ia tahu Barra saat ini sedang terpukul dengan kenyataan bahwa Zoraya berhasil masuk dalam dewan direksi PT. Hijau Hutama.Celine memarkir mobilnya seperti biasa. Kondisi yayasan juga cukup sepi. Mobil yang kini terparkir hanya mobil operasional milik yayasan dan miliknya. Ia mengunci pintu mobil dan memasuki gedung.&ldquo
***Setelah melewati malam penuh huru hara bersama istrinya, Barra yang tidak bisa tidur sepanjang malam memutuskan menyalurkan setengah sisa energinya untuk lari pagi. Meski udara pagi itu sebetulnya tidak bersahabat karena mendung, ia tetap memaksakan diri. Barra butuh sesuatu yang bersifat fisik untuk mengalihkan perhatiannya.Semalam istrinya marah besar saat Barra memberinya ide untuk pergi menyusul orang tua Barra dan tinggal sementara di sana. “Sayang, bagaimana jika kau dan Lola untuk sementara waktu menyusul orang tuaku?” Kalimat pembuka Barra pada istrinya selepas ia membersihkan badan.Celine yang sedang mengoleskan body butter tipis-tipis di sepanjang
***Celine sedang mematut diri di depan cermin. Ia merapikan dress berwarna cream selutut yang dikenakannya hari ini. Seminggu berlalu setelah kejadian Barra menemukan keberadaan Zoraya di sekolah Lola. Hari ini adalah sidang pembuktian untuk kasus yang menimpa suaminya.Semalam Celine meminta agar diperbolehkan hadir dalam persidangan Barra. Hal ini dilakukannya sebagai bukti dukungan pada suaminya.“Sayang, kau tidak perlu hadir. Doa dan kepercayaanmu terhadapku sudah lebih dari cukup,” ujar Barra sambil memeluk istrinya dari belakang.“Jangan mencoba mengubah keputusanku. P
*** Barra boleh bernafas lega karena Celine memberi mandat dan kepercayaan seutuhnya. Ide yang dipikirnya akan ditolak Celine atau istrinya akan beranggapan negatif. Hidup memang taman bermain. Saat kita membutuhkan sesuatu dan kita mengejarnya mati-matian ternyata hal yang kita cari ada di depan mata. “Jim, Pak Jhon sudah memberi kabar?” Barra menatap asistennya dari balik meja kerja. Jim menggeleng, “Saya sudah tanyakan pada Sekretaris Pak Jhon. Pesannya Bapak nanti yang akan menghubungi Pak Barra.” Barra mengusap janggutnya yang belum dicukur halus. Celine lebih menyukai jika jenggotnya sedikit kasar. Istrinya akan memekik kegirangan saat Barra mengusap janggut pada garis leher Celine.
***“Apa ada hal khusus yang kau bicarakan dengan Ella beberapa hari lalu?” Celine menatap suaminya dengan pandangan curiga.“Bahas persidangan. Bahas kemungkinan Dewan Direksi akan dikuasai Zoraya karena kini tiga puluh persen anggota direksi sudah berada di sisi perempuan iblis itu. Bahas tentang polosnya dirimu,” celoteh Barra dengan enteng.“Kau membahas kepolosan istrimu dengan sahabat sang istri?” Celine mendorong Barra ke atas ranjang mereka karena kebetulan suaminya sedang bersiap mengenakan kemeja.“Sayang, aku bukannya menolak ide liar yang akan kau praktekkan padaku sekarang,” protes Barra, “Tapi sebentar lagi aku harus menemui janji penting di bawah.&