***
[Kamp Musim Panas Ketiga, 12 tahun lalu, Barra dan Celine berakhir tanpa pernah dimulai.]
Celine menunggu sepanjang tahun untuk menyambut kamp musim panas terakhirnya tahun ini. Ia sudah menerima surat penerimaan beasiswa kuliahnya dari Universitas di Paris. Darimana Celine harus memulai menceritakan kisahnya ya? Ia dan Barra Hutama. Bukan, bukan. Belum. Kisah mereka belum dimulai.
Setidaknya ia harus berterima kasih pada Ayah tirinya yang memasukkannya dalam kegiatan Kamp Musim Panas sejak tahun pertama kelas 10. Pada awalnya, Celine memang tidak terlalu menyukai kegiatan alam seperti yang ditawarkan dalam agenda kamp. Ia bahkan kehilangan novel langka kesayangannya yang berjudul Martin Eden hampir terjatuh ke jurang jika Barra tidak menyelamatkan Celine (Bab 24) saat hari mulai gelap.
***Barra menghalau gapaian tangan Celine pada lengannya. Ia tidak memiliki banyak waktu untuk menanggapi drama atau pembelaan Celine terhadap masa lalunya. Wanita itu tidak perlu mengemis maaf atau penjelasan lebih banyak tentang masa lalu mereka.“Jangan sekarang, Celine. Aku harus mengantar kedua orang tuaku.”Celine mengiyakan perintah Barra. Ia dengan patuh mengekor di balik bayangannya.Barra memeluk ibu dan ayahnya. Saat Lenna Hutama melihat Celine yang sedang berdiri di ambang pintu, ibunya terlihat sangat bahagia.“Menantu kesayangan aku,” Lenna merentangkan kedua tangannya dan berharap agar suami dan anaknya memberi jalan agar ia dan Celine bisa berpelukan.
***“Mama, aku siap berangkat sekolah.” Lola sudah mengenakan ransel bercorak karakter Ariel si Putri Duyung. Wajah kecilnya terlihat sumringah. Gadis kecilnya memutari Celine yang masih minum jus paginya di meja makan.“Kita tunggu Ayah dulu ya. Lola kan belum pamit.”“Ayah lamaaaa,” gerutu Lola. Tidak disangka, Barra hadir di ruang makan masih mengenakan celana training dengan kaos tidurnya. Berkebalikan dengan raut wajah sang putri, Barra terlihat lesu.“Ayah tidak ke kantor?”Barra menggeleng. Ia menepuk kepala Lola pelan seraya mengambil air mineral di atas meja dan meminumnya.“Apa kau sakit, Barra?” Celine be
***“Barra.” Celine mendorong dada lelaki itu. Meski ia melakukannya dengan kekuatan penuh, Barra hanya beringsut sedikit.Sosok yang ditanya hanya diam. Barra menegakkan tubuh dan berdiri di ujung ranjang. Ia membungkuk seraya mengambil kaosnya di lantai kemudian mengenakannya.Celine terduduk tegang sambil menarik selimut. Menempelkan punggungnya pada sandaran ranjang. “Sedang apa kau disini?” Suara Celine terdengar sedikit panik tapi tidak histeris.Barra tidak menjawab pertanyaan Celine. Ia mengusap kasar wajah dan mengacak rambut hitamnya.Celine bergerak mendekati Barra. Kamisol setali berwarna broken white yang dikenakan memang membuat kulit Celine tampak lebih menarik. Bertumpu pada kedua lutut
***Setelah menjawab pertanyaan Barra dalam perjalanan pulang beberapa hari lalu, Celine berakhir pada lubang penyesalan. Bagaimana bisa ia berkata sejujur itu pada Barra? Bahwa ia, Celine Artha, memang menikmati apa yang telah dilakukan Barra di ranjangnya sendiri.Tapi, nasi sudah menjadi bubur. Celine pun malas menarik perkataannya sendiri.Ann mengetuk pintu ruangan sambil membawa dua kotak berwarna hitam berbeda ukuran pada kedua tangannya. “Ibu Celine, ini ada kiriman kurir.”Celine mengernyit. “Siapa pengirimnya, Ann?”“Saya tidak tahu, Ibu. Ini kartu ucapan dari pengirimnya terlampir di kotak paling atas,” Ann sudah melet
***Barra pulang menuju tengah malam diantar asistennya, Jim. Sambil menggenggam penghargaan yang diterimanya malam ini, hati kecilnya bertanya apa segala usahanya selama ini memang sudah cukup baik? Sampai sebuah organisasi menganugerahinya sebuah piala yang menyatakan bahwa ia adalah The Rising CEO di bidang lingkungan.Dirinya mengakui dalam sepuluh tahun terakhir ini, ia berhasil menggiring perusahaan tambang milik ayahnya yang hampir bangkrut menjadi perusahaan pengolahan limbah. Banting setir yang menghasilkan buah manis. Sebuah keberuntungan.‘Apa bertemu dengan Celine dan terjebak dalam sebuah pernikahan kontrak merupakan salah satu keberuntungannya yang lain?’ Barra membuka pintu kamar Lola dan menemukan
***Keesokannya Celine terbangun dengan perasaan lebih tidak menentu dibanding saat ia berangkat tidur semalam. Ia tahu keputusannya adalah keputusan logis dan tepat. Celine tidak mau menyerahkan dirinya begitu saja pada Barra jika lelaki itu dalam kondisi mabuk dan tertekan.Celine turun ke bawah dan menyiapkan sarapan dan bekal makan siang untuk Lola. Putri kecilnya juga turun dengan bersiul riang gembira.“Mommy.” Lola menghambur dalam pelukan Celine. “Lola sayang, Mommy!”“Aku juga sayang Lola,” Celine mengangkat gadis kecil itu ke pinggang dan mencium ujung kepalanya.“Wah, ta
***Barra mengutuk dirinya sendiri. Ia tahu sejak tadi bahwa Celine merebahkan diri dalam kegelapan. Perempuan itu sedang menikmati tubuhnya sendiri dan mungkin menyisipkan sedikit gambaran dirinya sebagai pendorong imaji liar.Menikmati diri bukan hanya milik lelaki. Perempuan juga bisa menikmati dan memuaskan diri sendiri.Barra juga mengetahui pentingnya perempuan untuk bermain dengan dirinya. Walaupun akan lebih baik jika Celine membutuhkan bantuan, Barra selalu siap sedia. Mereka dapat melakukannya dengan logis dan tetap menjaga agar tidak terlibat perasaan masing-masing.Lagipula kalau tidak mengandalkan diri sendiri, bagaimana Celine memenuhi kebutuhan sek*sualnya selama lima tahun terakhir? Apa perempuan itu hidup selibat? Atau justru Celine memi
***Ini pertama kalinya, Celine menemani Barra mengunjungi salah satu pabrik pengolahan limbah miliknya. Perusahaan Barra mendapat penghargaan bergengsi sebagai perusahaan yang dinilai telah berkontribusi terhadap keberlanjutan lingkungan.Jangan bayangkan pabrik pengolahan limbah milik Barra adalah perusahaan yang menerima sampah rumah tangga lalu memanfaatkannya menjadi potongan keset ramah lingkungan atau berbagai bentuk lain yang bernilai ekonomis. Tidak, bukan sama sekali.Perlu dipahami bahwa sampah dan limbah adalah dua hal berbeda. Limbah adalah polutan berbahaya yang dihasilkan dari aktivitas pabrik dan dapat berbentuk cairan atau benda padat yang tidak bisa dibuang sembarangan karena mengandung bahan berbahaya. Sedangkan, sampah umumnya dihasilk
***Celine tidak pernah membayangkan bahwa hari ini akan datang. Setelah kejadian buruk menimpa keluarga mereka terus menerus dan kini Celine bisa berdiri tegak menatap langit.Ya, di bawah langit cerah dengan lautan biru menghampar di sebuah kapal yacht berukuran sedang milik mertuanya. Celine dan Barra kembali mengikat janji suci secara agama menurut kepercayaan mereka untuk disaksikan keluarga terkasih.Gaun putih Celine yang bertema vintage berkibar pelan ditiup sepoian angin laut. Bahan yang ringan membuat gaunnya semakin terlihat estetik. Apalagi dengan tubuh sintal semampai milik Celine. Tidak yakin Barra bisa menahan diri untuk tidak menerkam istrinya di depan umum.
***Untuk pertama kalinya dalam enam bulan, semalam Barra bisa tidur dengan nyenyak dalam pelukan istrinya. Setelah kejadian di dalam mobil dimana Celine begitu keras untuk mendobrak pintu hatinya yang membeku bersamaan saat ia menerima abu milik ibunya. Semua hal di dunia dan sekitarnya menjadi tidak penting, pikir Barra.Barra menggeliat dan meregangkan tubuhnya saat Celine sedang bergerilya menyusuri bagian tubuh bawahnya yang sensitif. Barra dapat merasakan kulit istrinya yang polos dan mulus sedang bergerak di balik selimut.Ia tahu Celine sedang mengulum sesuatu sebagai sarapan paginya. bergerak dari atas lalu ke bawah dan begitu seterusnya dengan gerakan memutar.
***“Dengan ini menyatakan bahwa Barra Hutama dinilai lalai dalam tindak pidana pasar modal dan/atau penipuan dan/atau penggelapan dan/atau tindak pidana pencucian uang. Meski barang bukti yang diperlihatkan oleh Det. Zane menunjukkan ketidakterkaitan Barra dengan kegiatan kasus money laundering yang melibatkan sejumlah oknum petinggi partai dan sejumlah perantara atau makelar kasus.Pihak ketiga yang dimaksud bertugas menjembatani beberapa perusahaan asing yang tidak beroperasional di tanah air dan/atau memiliki keterkaitan khusus dengan warga negara di tanah air. Dalam persidangan terpisah juga ditemukan sejumlah perusahaan fiktif lain yang bertugas menyalurkan uang-uang yang terpecah dalam tahap placement dan/atau layering. Penjelasan lengkap sudah terlampir.
*** Menunggu agenda persidangan selanjutnya bagi Barra bukanlah hal mudah. Meski Celine sudah mendapatkan barang bukti dari tangan Eldar dan membuat berita acara penyerahan barang bukti pada Det. Zane. Tapi tetap saja perasaannya masih belum tenang. “Sayang, hari ini jadi berangkat ke Sinar Kusuma Group?” Barra menghampiri Celine yang sedang memeluk Lola. Pagi ini Celine sedang meminta izin tidak mengantar Lola berangkat ke sekolah. “Iya, Sayang. Ella mengabari bahwa berkas dari kantor hukum yang ditunjuk Sinar Kusuma Group sudah selesai. Hari ini aku akan menandatangani dokumen terkait surat wasiat Alaric yang diwariskan untuk Lola.” Barra mengangguk. Padahal sebelum mereka sepakat bahwa Celine dapat mewa
***Tanpa bertanya pada Barra, Celine sudah mengetahui apa yang dimaksud dengan kemenangan besar yang dikatakan Zoraya Kusuma padanya tadi. Celine mengantar Lola pulang lalu kembali pergi. Ia ada urusan di kantor Hope Foundation, Rona mendadak menghubunginya dan mengatakan ada hal penting yang ingin disampaikan.Tidak terlalu curiga dengan kabar Rona, kepala rumah tangga di yayasan tersebut. Celine berangkat sendiri tanpa mengabari suaminya lebih dulu. Ia tahu Barra saat ini sedang terpukul dengan kenyataan bahwa Zoraya berhasil masuk dalam dewan direksi PT. Hijau Hutama.Celine memarkir mobilnya seperti biasa. Kondisi yayasan juga cukup sepi. Mobil yang kini terparkir hanya mobil operasional milik yayasan dan miliknya. Ia mengunci pintu mobil dan memasuki gedung.&ldquo
***Setelah melewati malam penuh huru hara bersama istrinya, Barra yang tidak bisa tidur sepanjang malam memutuskan menyalurkan setengah sisa energinya untuk lari pagi. Meski udara pagi itu sebetulnya tidak bersahabat karena mendung, ia tetap memaksakan diri. Barra butuh sesuatu yang bersifat fisik untuk mengalihkan perhatiannya.Semalam istrinya marah besar saat Barra memberinya ide untuk pergi menyusul orang tua Barra dan tinggal sementara di sana. “Sayang, bagaimana jika kau dan Lola untuk sementara waktu menyusul orang tuaku?” Kalimat pembuka Barra pada istrinya selepas ia membersihkan badan.Celine yang sedang mengoleskan body butter tipis-tipis di sepanjang
***Celine sedang mematut diri di depan cermin. Ia merapikan dress berwarna cream selutut yang dikenakannya hari ini. Seminggu berlalu setelah kejadian Barra menemukan keberadaan Zoraya di sekolah Lola. Hari ini adalah sidang pembuktian untuk kasus yang menimpa suaminya.Semalam Celine meminta agar diperbolehkan hadir dalam persidangan Barra. Hal ini dilakukannya sebagai bukti dukungan pada suaminya.“Sayang, kau tidak perlu hadir. Doa dan kepercayaanmu terhadapku sudah lebih dari cukup,” ujar Barra sambil memeluk istrinya dari belakang.“Jangan mencoba mengubah keputusanku. P
*** Barra boleh bernafas lega karena Celine memberi mandat dan kepercayaan seutuhnya. Ide yang dipikirnya akan ditolak Celine atau istrinya akan beranggapan negatif. Hidup memang taman bermain. Saat kita membutuhkan sesuatu dan kita mengejarnya mati-matian ternyata hal yang kita cari ada di depan mata. “Jim, Pak Jhon sudah memberi kabar?” Barra menatap asistennya dari balik meja kerja. Jim menggeleng, “Saya sudah tanyakan pada Sekretaris Pak Jhon. Pesannya Bapak nanti yang akan menghubungi Pak Barra.” Barra mengusap janggutnya yang belum dicukur halus. Celine lebih menyukai jika jenggotnya sedikit kasar. Istrinya akan memekik kegirangan saat Barra mengusap janggut pada garis leher Celine.
***“Apa ada hal khusus yang kau bicarakan dengan Ella beberapa hari lalu?” Celine menatap suaminya dengan pandangan curiga.“Bahas persidangan. Bahas kemungkinan Dewan Direksi akan dikuasai Zoraya karena kini tiga puluh persen anggota direksi sudah berada di sisi perempuan iblis itu. Bahas tentang polosnya dirimu,” celoteh Barra dengan enteng.“Kau membahas kepolosan istrimu dengan sahabat sang istri?” Celine mendorong Barra ke atas ranjang mereka karena kebetulan suaminya sedang bersiap mengenakan kemeja.“Sayang, aku bukannya menolak ide liar yang akan kau praktekkan padaku sekarang,” protes Barra, “Tapi sebentar lagi aku harus menemui janji penting di bawah.&