Rumah Yaksa sangat besar dengan beberapa kamar dan ruangan. Pekarangannya juga sangat luas. Istrinya tidak suka rumah tingkat, jadi rumah diperluas saja.
Wanita yang sedang hamil enam bulan itu sangat ramah dan baik. Devin sangat menyayangkan kalau Yaksa telah menduakannya.
"Istrimu mirip banget sama kakaknya. Pantesan enggak dapat kakak, adek pun jadi."
Devin tidak menanggapi ucapan temannya, ia malah menoleh kepada istrinya yang sedang ngobrol dengan istri Yaksa di karpet tidak jauh darinya. Yakin kalau Kamalia pasti mendengar ucapan tadi.
Jam sembilan malam Devin mengajak Kamalia kembali ke hotel.
"Kawan-kawanmu sudah tahu tentang Mbak Eva. Seperti apa hubungan kalian dulu?" tanya Kamalia setelah selesai salat Isya dan mengganti bajunya dengan piyama.
"Seperti yang kamu tahu saja dan aku tidak ingin membahasnya."
Se
"Kenapa nikah enggak mau bilang-bilang," kata seorang teman pria."Biar dikira masih jomlo, Bro." Goda teman yang lain."Biar masih bisa lirak-lirik cewek," sahut yang satunya pula."Kupikir saat loe ngelanjutin S2 ke Australia, pulang bakalan bawa bini bule," seloroh teman yang lain."Bulepotan."Tawa pecah seketika. Devin hanya menggelengkan kepala. Memandang Kamalia yang menunduk di sebelah istrinya Yaksa."Ceritanya ini sekalian honeymoon ya?"tanya seorang teman perempuan."Iyalah, masih anget-angetnya ini," jawab Yaksa."Kalian ini nggak bisa jaga perasaan banget, sih. Ada istrinya ini lho," tegur Era."Sorry, ya, Lia. Teman-teman Dev memang pada gila semua." Adi menimpali.Kamalia menoleh sambil tersenyum hambar. "Enggak apa-apa."
Kamalia kembali mematikan ponselnya. Air mata menganak sungai tidak terbendung. Tubuhnya jatuh pada tempat tidur. Meratapi nasib yang tidak berpihak baik padanya. Andaian demi andaian membuatnya beku.Jam sepuluh malam Kamalia segera bangkit untuk menggosok gigi dan mencuci muka.Tepat setelah selesai salat Isya, pintu kamar terbuka. Devin tersenyum kemudian mengunci kembai pintu.Kamalia segera menutup hidungnya saat mencium aroma al*ohol."Kamu minum, ya?""Tidak.""Bohong, baunya aja menyengat gini.""Aku tidak minum, Lia.""Enggak usah bohong."Devin mendekat, mengangkat dagu istrinya dan mencium bibir bahkan melumatnya kasar. Kamalia mendorong tubuh Devin kuat-kuat, tapi bergerak pun tidak. Akhirnya Devin yang melepaskan."Apaan, sih?" Kamalia mengusap
"Kamu sama siapa?" tanya Eva setelah Kamalia masuk lewat pintu samping yang langsung ke dapur."Ada yang nganter, Mbak."Kamalia duduk di kursi kayu sebelah Kakaknya.Eva tidak bisa melihat ke sebelah utara, karena pintu dapur menghadap ke timur."Kok sepi, Ibu dan Bapak kemana, Mbak?""Masih di sawah. Mungkin sebentar lagi pulang. Mas Ragil juga langsung ke Bimbel.""Aku enggak bisa lama, Mbak. Langsung saja, Mbak mau cerita apa?""Tentang Dev. Mbak takut dia cuman mau mempermainkan kamu saja. Mbak banyak salah sama dia."Eva menarik napas panjang, lantas memegangi perutnya yang sedang hamil empat bulan. Matanya berkaca-kaca."Dulu, Dev sering mengirim uang buat Mbak. Waktu itu dia masih kuliah. Jujur yang kita pakai untuk keperluan sehari-hari waktu itu adalah uang darinya. Hingga
Setelah selesai belanja keperluan rumah, Kamalia dan Sumi makan ice cream di Istana Es. Sebuah kafe di dalam mall yang menyediakan berbagai macam ice cream dan es buah.Mereka mengambil tempat duduk di pojok depan. Sambil memandang lalu lalang pengunjung mall dari dinding kaca."Nanti temani sebentar aku beli baju bayi, ya.""Kamu sudah hamil, Lia?""Aku mau belikan untuk calon keponakanku. Kakakku lagi hamil empat bulan.""Udah tahu jenis kelaminnya laki-laki apa perempuan?"Kamalia menggeleng."Beli nanti saja, kalau udah tahu keponakanmu laki apa perempuan.""Enggak apa-apa, beli sekarang saja. Biar nanti aku pilihkan warna netral."Lagian mumpung ada kesempatan jalan sendiri. Kalau sama Devin, belum tentu ia sempat untuk membeli. Sekalian minta tolong Pak Karyo untuk mengan
Angin malam yang berhembus sepoi membuat suasana makin terasa dingin. Di angkasa bintang bertaburan dengan bulan separuh yang tertutup awan.Devin mematikan rokok di asbak ketika Kamalia menghampiri sambil membawakan segelas jahe hangat dan diletakkan di atas meja balkon."Ini minumnya.""Terima kasih."Kamalia hendak masuk lagi, tapi lengannya di tahan Devin. "Tunggu sebentar," cegahnya."Duduklah dulu, ada yang ingin aku tanyakan."Kamalia duduk di kursi yang berseberangan dengan Devin."Tadi siang mampir ke rumah kakakmu, ya?" tanya Devin pelan dan dingin. Kamalia menghindari tatapan tajam suaminya. Pasti Devin tahu karena tanya ke Pak Karyo. Kalau Sumi tidak mungkin cerita."Ya.""Untuk apa?" Setelah membaca pesan-pesan Eva dan Willy, juga pertemuan tadi siang dengan Ragil membua
Kamalia memulai paginya dengan menyiapkan baju ganti Devin untuk pergi dua hari. Biasa pria itu bertanya apakah dia mau ikut apa tidak. Namun sejak usai salat subuh tadi diam saja. Bahkan langsung tidur usai bercinta.Devin masuk kamar sambil membawa laptop dalam tas."Aku turun dulu, akan kusiapkan sarapan," kata Kamalia."Siapkan roti bakar saja biar kumakan sambil jalan. Aku buru-buru karena harus mampir ke Bank.""Iya."Kamalia bergegas turun ke dapur. Membakar empat keping roti, mengolesinya dengan margarin, dan memasukkan ke dalam bekas makan."Apa Tuan tidak sarapan, Lia?" tanya Sumi yang menghampirinya."Tidak. Dia buru-buru mau pergi. Tolong ambilkan tumbler, biar kubikinkan teh untuk dibawa."Sumi menuju rak kaca, mengambil apa yang diminta Kamalia.Devin yang s
Ben melangkah malas sambil menguap dan membuka pintu depan."Hai, sorry ganggu," ucap Devin melenggang masuk rumah."Kenapa telat banget sih, Mas. Katanya siang dah sampe rumah, enggak tahunya sampe jam sebelas malam." Ben mengikuti kakaknya hingga ke ruang makan."Jalanan macet tadi. Malam Minggu, hujan lagi. Apalagi ada kecelakaan beruntun yang bikin macet total."Devin mengambil air hangat di dispenser. Lantas duduk dan minum."Mama enggak bisa pulang. Ada acara di kampus." Ben memberitahu."Iya. Mama sudah telepon aku tadi.""Kenapa enggak ngabari kalau pulang telat. Ditunggu Kamalia sampe ngantuk-ngantuk duduk di sofa. Akhirnya kusuruh tidur di kamar."'Ditunggu? Tidak biasanya Kamalia menunggu. Sama-sama di rumah pun kadang dia tidur duluan.' Ah, ada apa, Lia?
"Lia, ganti bajumu, kita ke kota sekarang. Mungkin kamu ingin beli sesuatu atau makan sesuatu," ajak Dev pada Kamalia yang sedang membaca di balkon kamar."Aku belum ingin beli apa-apa.""Ayo, ikut saja! Besok aku mulai sibuk, mungkin jarang bisa menemani belanja."Devin masuk kembali ke kamar. Mau tak mau Kamalia akhirnya berdiri. Masuk ke ruang baju untuk mengambil pakaian ganti."Pakai gaun saja, Lia. Lagi hamil jangan pakai celana jeans" tegur Dev sambil memakai kaosnya."Celana ini longgar. Nggak apa-apa kupakai dulu.""Ganti aja."Kamalia kembali masuk ke ruang pakaian. Mengganti celana dengan setelan blouse putih dan rok plisket warna hijau lumut sebatas betis.Cuaca cerah saat mereka keluar. Sesekali mobil bersimpangan dengan beberapa petani yang membawa rumput pulang dari ladang.