"Ada tamu," ucap Ayu pada Bima yang sedang mengancingkan kemejanya setelah percintaan panasnya dengan Ayu selesai. Ya, memang belum menikah, tapi Bima dan Ayu melakukannya atas dasar suka sama suka dan juga mereka beranggapan tidak ada salahnya melakukan hubungan intim lebih dulu karena toh mereka sebentar lagi menikah. "Siapa?" tanya Bima lalu merangkul pinggang Ayu dengan mesra dan menariknya untuk mendekat sampai tubuh mereka pun saling merapat. Di detik itu juga Bima mendaratkan ciuman ringan di bibir dan pipi Ayu. "Itu, Abah sama Emaknya si Athena," papar Ayu. Ia mengarahkan jari telunjuknya untuk membebelai pipi, rahang dan bibir Bima. "Mau ngapain mereka ke sini?" tanya Bima lagi. "Mana aku tahu," jawab Ayu mengangkat bahunya ringan. "Ya sudah, aku temuin mereka dulu. Kamu jangan kemana-mana, kamu belum makan." "Iya. Aku bakal nungguin kamu di sini aja," sahut Ayu dengan ceria, lalu duduk di tepi ranjang milik Bima yang kini sudah diganti dengan kasur empuk. Rumah Bima
"Abah kamu, masuk rumah sakit," ucap Ismail tiba-tiba saat ia membuka pintu kamar Brian tanpa permisi. Athena yang saat itu sedang membantu Brian berpakaian pun seketika menegang dengan mata yang terbelalak lebar. "Kok bisa? Abah aku kenapa, pak?" tanya Athena penuh rasa khawatir. "Beliau dipukuli habis-habisan oleh Bima. Sudah dibawa ke rumah sakit oleh warga, tapi nyawanya entah bisa tertolong atau enggak, aku belum memastikannya." Dengan santainya Ismail mengungkapkan itu semua. Ia bahkan sepertinya tidak bisa sama sekali berbasa basi dengan penyampaian kalimat yang lebih halus agar Athena tidak terlalu merasa sakit hati. "Aku mau ketemu abah...," lirih Athena lalu terburu-buru mengancingkan seluruh kancing kemeja Brian. Setelahnya, ia bergegas melangkah lebar ke arah Ismail, dan menatapnya penuh permohonan. Sedangkan Ismail, tampak mengarahkan pandangannya pada Brian yang terlihat menatapnya dengan tajam. Perlahan Brian mulai menggerakkan tangannya dan mulai berbicara pada Is
Tangis pilu Athena mengiringi pemakaman Abimanyu. Nyawa abahnya itu tidak bisa terselamatkan karena ketika sampai ke rumah sakit, ternyata Abimanyu sudah dikatakan dalam keadaan kritis. Pria paruh baya itu tidak sadarkan diri setelah didiagnosis mengalami pendarahan di perutnya akibat tendangan keras, dengan limpa yang pecah. "Aku benci dengan fakta bahwa hidup cuma bergantung pada uang. Kalo aja kita punya uang dan berasal dari keluarga kaya raya, apa Abah akan pergi dengan cara seperti ini? Apa pemakaman Abah akan sesederhana dan sekosong ini?" lirih Athena pedih. Athena terisak-isak di atas pusara Abimanyu yang basah karena hari yang hujan deras. Seolah ikut berduka atas kehilangan yang kini tengah Athena rasakan. Tak ada pelayat sama sekali. Para penggali kubur hanya pergi begitu tugas mereka selesai dan sudah mendapatkan uang. Yang tersisa hanya pak ustadz. Hanya pak ustadz yang tetap berada diantara Athena, sang ibu juga Ismail, beliau bahkan dengan sukarela berdoa tanpa mene
Semua orang mentertawakan nasib Athena yang harus menikah dengan Brian– si saudagar cacat. Daripada ikut berbahagia dengan pernikahan Athena dan Brian yang berlangsung meriah itu. 'Udah miskin, dijual sama suaminya, terus nikah sama orang kaya, tapi cacat.' 'Kasian. Cantik sih, tapi hidupnya kurang beruntung.' 'Percuma cantik dan dapet suami kaya raya kalo cuma dapet yang cacat. Gak ada gunanya, mending suami aku atuh, gak kaya tapi fisiknya sempurna.' Kira-kira begitulah beberapa kalimat penuh cemooh yang tertangkap oleh indera pendengaran Athena. Kemudian, berbagai ejekan itu pun diakhiri dengan tawa. "Jangan didengarkan, nona," bisik Ismail di terlinganya. Mata Athena mengerjap lalu kemudian ia pun mengangguk kecil. "Tentu, pak. Semua kalimat itu tidak lagi menyakiti aku, Athena yang dulu sudah mati," jawab Athena datar. Ia menatap dingin ke arah sekumpulan perempuan seusianya, yang tak lain adalah para anak tetangga Athena sehingga membuat mereka semua seketika berhenti ter
"Hafalkan 1 hari 100 kosa kata," ucap Ismail seraya menyerahkan kamus bahasa Inggris kepada Athena. "Untuk apa?" tanya Athena mengeryit bingung kepada Ismail yang hanya mengangkat bahunya ringan. "Gak tahu, Nona. Hanya itu yang tuan Brian perintahkan padaku," jawab Ismail kemudian berlalu pergi. Athena menatap kamus itu, membuka halaman pertamanya lalu kemudian merasa pusing melihat rentetan kosa kata yang ditulis dengan jarak masing-masingnya terlalu dekat. Perlahan, Athena pun menuruti perintah Ismail, ia mulai membaca satu persatu kosa kata. Karena Athena bukanlah perempuan dengan pendidikan yang layak, sehingga Athena pun membaca kosa kata dalam bahasa inggris itu pun dengan pelafalan yang salah, membuat Ismail harus turun tangan dan mengajarkan cara membaca dari satu persatu kosa kata itu sebanyak 1 kata. Athena mengikuti arahan Ismail dan menghafal 100 kata pertama itu sesuai dengan apa yang Ismail ajarkan, lalu menghafalnya dengan sekuat tenaga. Sesekali, Ismail mengoreksi
Athena Goddess adalah salah satu nama Dewi Yunani yang menjadi simbol Dewi kebijaksanaan dan perang. Namun, Athena sendiri tidak merasa namanya sesuai dengan Athena Goddess. Ia merasa sangat lemah."T-tuan," gumam Athena tertahan karena Brian mencekik lehernya kuat-kuat.Mata pria itu memerah, terlihat kalut dan ketakutan untuk hal yang tidak bisa Athena mengerti. "Mati... kau harus mati, iblis sepertimu harus mati." Brian mendesis marah. Ia benar-benar menatap Athena dengan tatapan penuh rasa benci dan penuh ketakutan.Detik itu pula Athena merasakan tulang lehernya hampir patah seiring cengkraman Brian kian mengetat, sementara yang bisa Athena lakukan saat itu hanya menangis. Ia pikir, setelah tidak lagi bersama dengan Bima, ia tidak akan merasakan sakit seperti ini lagi. Namun, entah ini sebuah kutukan ataupun nasib buruk, lagi-lagi Athena harus berada di situasi seperti ini. Lingkaran setan seperti ini terus menerus membuatnya sengs
“Jadi, Athena, bagaimana kalau kita punya anak? Aku gak akan nuntut kamu untuk cinta padaku. Kita bisa berhubungan intim tanpa cinta, tapi jika akhirnya aku berhasil punya anak darimu, tentu saja aku akan mencintai anakku.”Athena diam sejenak.Ia terlihat menimbang-nimbang keputusan yang hendak diambilnya, lalu kemudian akhirnya ia mengangguk malu-malu."Iya, tuan. Saya bersedia punya anak dari tuan," jawabnya tenang, walaupun suara itu terdengar gemetar saat sampai ke telinga Brian."Kalo gitu, sini, mendekat." Brian menepuk sisi tempat tidur disampingnya.Athena meliriknya sebentar, dan kemudian beringsut mendekati Brian untuk duduk tepat di sampingnya."Boleh aku peluk kamu?" tanya Brian.Athena mengangkat wajahnya mendongak menatap Brian tepat di matanya, lalu mengangguk kecil."Iya, boleh."Tanpa kata, perlahan Brian pun menepis jarak di antara dirinya dan Athena. Ia merengkuh dengan lembut tubuh
Hari Minggu yang cerah, ketika pagi-pagi sekali Ismail mengetuk pintu dan Athena dengan langkah gontai membukanya karena tidak mungkin Brian yang sedang bersandiwara sebagai pria tak berdaya itu yang melakukannya."Wajah anda pucat, nona. Apa masih sakit?" suara Ismail langsung menyapa begitu itu terbuka lebar.Athena menyentuh keningnya sebentar, lalu menatap sayu ke arah Ismail. Sedangkan Brian tampak berbaring di tempat tidurnya tanpa bisa melakukan apapun."Cuma sedikit demam, pak. Aku-" Athena tidak bisa melanjutkan kalimatnya ketika perutnya bergejolak dan ia... ingin muntah.Ia terburu-buru masuk ke dalam kamar mandi. Berkali-kali ia berusaha memuntahkan isi perutnya, tapi yang keluar hanya lendir. Ia tak memuntahkan apapun, sementara rasa mual itu terus menggerogotinya."Nona, apa nona baik-baik saja?" tanya Ismail menggedor pintu kamar mandi.Sementara Athena hanya bisa terduduk lemas di lantai dan menatap sayu ke arah pintu.
Hari Senin pagi, Athena begitu semangat melangkahkan kakinya memasuki lift VIP khusus para eksekutif perusahaan.Hari ini sangat menyenangkan bagi Athena karena ia berangkat bekerja diantar oleh Reza. Pria itu bahkan datang pagi-pagi sekali untuk sekadar menjemput Athena. Bahkan,Reza begitu telaten menyuapi Valerie, membuat Athena merasa benar-benar punya pasangan yang cocok untuk dirinya dan ayah yang baik untuk anaknya."Morning, Bu Aleah. Anda sepertinya sangat ceria hari ini, tidak seperti biasanya." Suara Brian menyapa.Sontak, saat itu Athena menoleh ke belakang, untuk sekadar mendapati Brian yang tersenyum tipis ke arahnya.Ah, sial memang. Saking larutnya dalam rasa senang, Athena bahkan sampai tidak melihat keberadaan Brian.“O-Oh… morning pak Brian,” sahut Athena sedikit terbata. Ia berdeham sejenak sebelum akhirnya ia menetralkan raut wajahnya kembali menjadi terlihat tanpa ekspresi."Diantar oleh suami, bu?" ta
You Hate When People See You Cry Because You Want To Be That Strong Girl. At The Same Time, Though, You Hate How Nobody Notices How Torn Apart And Broken You Are.(Anonymous)***“Baba, pon unyi.” (Papa, handponenya bunyi.) Suara menggemaskan itu terdengar, disusul dengan langkah kecil Valerie yang datang menghampiri Andreas dengan sebuah ponsel yang digenggam erat oleh tangan mungilnya.Andreas dan Athena yang saat itu sedang duduk di ruang tamu membicarakan soal bisnis pun akhirnya menoleh ke arah Valerie yang berjalan sedikit limbung ke arah mereka.“Oh, iya beneran bunyi. Makasih ya?” Andreas menyahut senang seraya meraih tubuh mungil Valerie untuk duduk dipangkuannya.Ia mengambil ponselnya dan menerima panggilan itu untuk beberapa saat, sebelum akhirnya padangdan matanya tertuju ke arah Athena.“Ada apa?” tanya Athena.Andreas tak langsung menjawab. Ia menutup lubang spiker
"Kak Andre," panggil Athena ragu. Ia bersandar pada daun pintu ruang praktek Andreas di klinik pria itu.“Ada apa?” sahut Andreas bertanya, setelah ia selesai membungkus semua obat-obatan racikannya.“Eng… itu… aku mau tanya… apa dokter Reza… suka ngerayain ulang tahun?” tanya Athena dengan suara yang sedikit terbata-bata.Mendengar itu, Andreas pun seketika mengulum senyumnya dan berbalik menatap Athena dengan kedua alis yang sengaja naikkan sebelah, berniat menggoda Athena.“Apa ini artinya kamu mau memberikan lampu hijau pada penantian Reza selama ini?”Athena menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia tiba-tiba saja merasa malu dan canggung kalau harus mengakui niatannya.“Eng.. iya, aku pikir kata-kata kakak juga ada benernya. Mulai dari hari ini aku mau buka hati aku buat dokter Reza. Apa kakak tahu di mana dokter Reza biasanya ngerayain ulang tahun?”
“Minum obat anda, tuan.” Suara Ismail menegur Brian yang masih saja keras kepala tak mau meminum obatnya sama sekali.Brian masih tetap memilih terus berbaring lemah di atas tempat tidurnya, sambil terus mendiamkan demam menggorogoti tubuhnya lebih lama lagi.“Berhenti mengoceh, Ismail. Suaramu membuat kepalaku makin sakit,” protes Brian seraya menarik selimutnya sampai menutupi seluruh kepalanya.“Tuan, kan, harus mengurus perusahaan. Belum lagi proyek bersama perusahaan Hilton. Kalau anda masih terbaring lemah seperti ini, bu Aleah Dominique pasti akan marah besar. Anda tahu sendiri bagaimana murkanya beliau seperti apa?"Brian diam. Ia enggan menjawab ucapan Ismail dan memilih tetap memejamkan matanya.Pada akhirnya Ismail hanya bisa menghela napas berat dan mengembalikan botol pil obat anti depresan juga obat demam Brian itu ke dalam laci nakas."Ah, ternyata tuan sudah tak punya semangan hidup. Padahal saya
"Brian Atmaja bercerai," ucap Andreas membaca headline dari berita online yang ia baca di ponselnya. “Ckckck... jaman sekarang berita perceraian orang-orang kaya lebih banyak dimuat di media berita, darpada informasi saham atau apapun yang lebih pending,”lanjutnya berkomentar.Sementara Athena tampak termenung mendengar kabar itu. Entah ia harus bereaksi seperti apa. Sebab, untuk sekadar bergembira pun ia tak mampu. Hatinya sudah terlanjur kosong untuk sekadar memberikan reaksi soal Brian.“Kamu gak mau ketawa gitu?” tanya Andreas seraya menoleh ke arah Athena.Athena menggeleng cepat.“Gak deh makasih. Gak peduli juga hidup mereka berantakan atau apa pun juga, kecuali kalo mereka sengsara karena perbuatanku, barulah aku senang." Sudut bibir Athena berkedut, menyunggungkan senyum miring untuk beberapa saat.Andreas terbahak, lalu mengulurkan tangannya untuk sekadar mengusap gemas puncak kepala Athena.&ldq
Tak ada banyak yang aku harapkan.Cukup dengan melihatmu setiap pagi menyajikan senyum dan ucapan selamat pagi tiap kali aku bangun tidur pun, aku sudah bahagia.Ah, andai semua harap tentangmu bisa jadi nyata, Aleah.(Reza Zanuardi)***"Atas nama ibu Aleah Dominique?" suara seorang kurir langsung menyapa begitu Athena membuka pintu mansion Andreas.Bukannya langsung menjawab, Athena justru mengerutkan keningnya bingung dengan segala tanya di kepala-Dia tahu alamat ini dari mana? batin Athena.“Ya, saya sendiri. Ada keperluan apa?”tanya Athena akhirnya, alih-alih menanyakan pertanyaan yang sebelumnya sempat terlintas di kepalanya.“Oh, ini ada kiriman bunga dan kotak hadiah untuk ibu Aleah Dominique atas nama pengirim Reza Zanuardi,” jawabnya ringan seraya mengulurkan rangkaian bungan mawar-bunga baby birth dan tulip ungu itu kepada Athena.Sedangkan Athena sudah
"Aku gak mau pisah, please...." Mona bersimpuh di kaki Brian. "Aku bisa dihukum mati kalo orang tuaku tahu aku hamil sama orang lain."Surat gugatan cerai itu sudah Brian berikan pada Mona. Sudah ia tanda tangani juga, dan hanya tinggal menunggu Mona untuk menanda tanganinya juga, tapi perempuan itu malah membuat segalanya jadi terhambat."Jangan mempersulit keadaan, Mona. Tanda tangani saja," tukas Brian yang tak memperdulikan bagaimana Mona begitu memohon dengan sungguh-sungguh kepadanya.Perempuan itu bahkan memeluk erat kaki Brian dan tak melepaskannya sekalipun sudah beberapa kali Brian melepaskan tautan tangan Mona dari sana."Aku hamil Brian, jangan ceraikan aku. Kalo kita cerai aku harus gimana? Anakku pasti akan hidup tanpa ayah, Brian. Aku mohon... jangan ceraikan aku."Dengan wajah yang berurai air mata, Mona mendongak menatap Brian dengan tatapan memelas. Ia memohon belas kasihan Brian.Helaan napas berat kemudian terdengar dari
"Ngapain?" ketus Athena saat mendapati Reza dan sepeda motornya yang sudah terparkir di depan pintu keluar lobi kantor.Namun, seolah tak terpengaruh dengan wajah dingin dan ucapan Athena yang ketus, Reza justru memamerkan senyum manisnya pada Athena.“Bukan apa-apa sih. Tadi,aku isi bensinnya full tank. Jok belakang juga kosong,kayaknya seru kalo bonceng kamu,” ujar Reza dengan senyuman manis yang tak pernah sekalipun luntur dari wajahnya, menciptakan dua lesung pipit yang terlihat tak kalah manis menghiasi kedua pipinya.Sial memang.“Saya nunggu kakak saya datang jemput,” sahut Athena menolak secara halus. Ia memalingkan wajahnya ke arah lain,menghindari untuk melihat betapa senyuman manis Reza yang benar-benar mengganggunya.“Andreas ada jadwal OP di rumah sakit, jadi gak mungkin jemput.”“Nanti pasti sebentar lagi pak Lukman bakal jemput ke sini,” kata Athena masih terus mengutarakan
"Tuan tadi kelihatan dingin pada nona Aleah, kenapa?" tanya Ismail begitu ia selesai membantu Brian untuk merebahkan dirinya ke atas tenpat tidur."Karena dia bukan Athena," jawab Brian ringan. "Dia mirip Athena, makanya aku ingin terus melihatnya. Tapi, setelah Athena ditemukan, aku gak lagi mau melihat Aleah. Aku sudah punya tempat tujuan ke mana aku harus melepas rinduku pada Athena," lanjutnya.Mendengar jawaban itu, Ismail pun mengangguk-nganggukan kepalanya."Silakan minum obatnya," ucap Ismal seraya mengulurkan obat anti depresan untuk Brian.Ya, depressi Brian kembali parah setelah ia sangat terpukul dengan penemuan mayat Athena dan Valerie."Aku gak mau minum obat." Brian mendorong pelan uluran tangan Ismail, menghalaunya agar tak memberikan obat itu lagi."Tapi, sakit tuan bisa makin parah kalau gak minum obat.""Aku ingin mati, Ismail... aku cuma ingin pergi," racau Brian membuat Ismail seketika menghembuskan napas be