Brian sudah mengubah posisinya ke posisi awal, ketika akhirnya dia meraih lonceng dan membunyikannya. Ia bahkan berpura-pura membangunkan Athena, untuk mengurangi kecurigaan Ismail ketika melihat Athena yang berbaring di tempat tidurnya.
(Coba periksa dia, Ismail. Tiba-tiba saja dia terbaring seperti ini,) kata Brian pada Ismail.Ismail mengernyit bingung dan buru-buru mengarahkan jemarinya untuk memeriksa denyut nadi di leher dan pergelangan tangan Athena."Nona Athena hanya tidur, tuan," ujar Ismail seraya mengabarkan hal itu menggunakan bahasa isyaratnya.(Kenapa tiba-tiba?)"Karena tadi saya minta resep obat tidur demi kesehatan Nona Athena dan mungkin sekarang obatnya mulai bekerja, apa sekarang saja saya pindahkan Nona Athena ke kamarnya?" tanya Ismail, masih dengan ucapan yang diiringi dengan gerakan bahasa isyaratnya.Brian menggeleng pelan.(Gak perlu. Biarkan dia di sini saja dulu,) sahut Brian datar."Hai Athena!" teriak Ayu dengan sengaja menyapa Athena yang saat itu hendak berbalik pergi dari area pakaian wanita. "Jangan dilihat," kata Ismail mengingatkan. "Aku baik-baik aja, pak." Tanpa mengindahkan perintah Ismail, Athena berbalik dan menatap datar ke arah Bima dan Ayu yang berjalan bergandengan tangan menghampirinya. "Kamu apa kabar? Tapi kayaknya baik-baik aja ya?" tanya Ayu yang bahkan tidak perlu memerlukan jawaban sama sekali. Perempuan itu tersenyum pongah, mencibir keadaan Athena yang dijual bagaikan barang kepada pria cacat. Athena tidak menjawab. Ia memilih bungkam dan menatap tanpa ekspresi ke arah Bima yang terlihat tak merasa berdosa sama sekali saat bertemu dengan Athena. Bahkan, untuk permintaan maaf demi remeh temeh pun, Bima tidak sudi mengucapkannya. "Kenapa Bima? Sepertinya kamu sedang menikmati uangmu," cibir Ismail menyahut tiba-tiba. Ismail tersenyum miring, sementara Bima malah mendengus kasar dan menatap Athena dan Brian secara bergantian. "Tentu
"Ada tamu," ucap Ayu pada Bima yang sedang mengancingkan kemejanya setelah percintaan panasnya dengan Ayu selesai. Ya, memang belum menikah, tapi Bima dan Ayu melakukannya atas dasar suka sama suka dan juga mereka beranggapan tidak ada salahnya melakukan hubungan intim lebih dulu karena toh mereka sebentar lagi menikah. "Siapa?" tanya Bima lalu merangkul pinggang Ayu dengan mesra dan menariknya untuk mendekat sampai tubuh mereka pun saling merapat. Di detik itu juga Bima mendaratkan ciuman ringan di bibir dan pipi Ayu. "Itu, Abah sama Emaknya si Athena," papar Ayu. Ia mengarahkan jari telunjuknya untuk membebelai pipi, rahang dan bibir Bima. "Mau ngapain mereka ke sini?" tanya Bima lagi. "Mana aku tahu," jawab Ayu mengangkat bahunya ringan. "Ya sudah, aku temuin mereka dulu. Kamu jangan kemana-mana, kamu belum makan." "Iya. Aku bakal nungguin kamu di sini aja," sahut Ayu dengan ceria, lalu duduk di tepi ranjang milik Bima yang kini sudah diganti dengan kasur empuk. Rumah Bima
"Abah kamu, masuk rumah sakit," ucap Ismail tiba-tiba saat ia membuka pintu kamar Brian tanpa permisi. Athena yang saat itu sedang membantu Brian berpakaian pun seketika menegang dengan mata yang terbelalak lebar. "Kok bisa? Abah aku kenapa, pak?" tanya Athena penuh rasa khawatir. "Beliau dipukuli habis-habisan oleh Bima. Sudah dibawa ke rumah sakit oleh warga, tapi nyawanya entah bisa tertolong atau enggak, aku belum memastikannya." Dengan santainya Ismail mengungkapkan itu semua. Ia bahkan sepertinya tidak bisa sama sekali berbasa basi dengan penyampaian kalimat yang lebih halus agar Athena tidak terlalu merasa sakit hati. "Aku mau ketemu abah...," lirih Athena lalu terburu-buru mengancingkan seluruh kancing kemeja Brian. Setelahnya, ia bergegas melangkah lebar ke arah Ismail, dan menatapnya penuh permohonan. Sedangkan Ismail, tampak mengarahkan pandangannya pada Brian yang terlihat menatapnya dengan tajam. Perlahan Brian mulai menggerakkan tangannya dan mulai berbicara pada Is
Tangis pilu Athena mengiringi pemakaman Abimanyu. Nyawa abahnya itu tidak bisa terselamatkan karena ketika sampai ke rumah sakit, ternyata Abimanyu sudah dikatakan dalam keadaan kritis. Pria paruh baya itu tidak sadarkan diri setelah didiagnosis mengalami pendarahan di perutnya akibat tendangan keras, dengan limpa yang pecah. "Aku benci dengan fakta bahwa hidup cuma bergantung pada uang. Kalo aja kita punya uang dan berasal dari keluarga kaya raya, apa Abah akan pergi dengan cara seperti ini? Apa pemakaman Abah akan sesederhana dan sekosong ini?" lirih Athena pedih. Athena terisak-isak di atas pusara Abimanyu yang basah karena hari yang hujan deras. Seolah ikut berduka atas kehilangan yang kini tengah Athena rasakan. Tak ada pelayat sama sekali. Para penggali kubur hanya pergi begitu tugas mereka selesai dan sudah mendapatkan uang. Yang tersisa hanya pak ustadz. Hanya pak ustadz yang tetap berada diantara Athena, sang ibu juga Ismail, beliau bahkan dengan sukarela berdoa tanpa mene
Semua orang mentertawakan nasib Athena yang harus menikah dengan Brian– si saudagar cacat. Daripada ikut berbahagia dengan pernikahan Athena dan Brian yang berlangsung meriah itu. 'Udah miskin, dijual sama suaminya, terus nikah sama orang kaya, tapi cacat.' 'Kasian. Cantik sih, tapi hidupnya kurang beruntung.' 'Percuma cantik dan dapet suami kaya raya kalo cuma dapet yang cacat. Gak ada gunanya, mending suami aku atuh, gak kaya tapi fisiknya sempurna.' Kira-kira begitulah beberapa kalimat penuh cemooh yang tertangkap oleh indera pendengaran Athena. Kemudian, berbagai ejekan itu pun diakhiri dengan tawa. "Jangan didengarkan, nona," bisik Ismail di terlinganya. Mata Athena mengerjap lalu kemudian ia pun mengangguk kecil. "Tentu, pak. Semua kalimat itu tidak lagi menyakiti aku, Athena yang dulu sudah mati," jawab Athena datar. Ia menatap dingin ke arah sekumpulan perempuan seusianya, yang tak lain adalah para anak tetangga Athena sehingga membuat mereka semua seketika berhenti ter
"Hafalkan 1 hari 100 kosa kata," ucap Ismail seraya menyerahkan kamus bahasa Inggris kepada Athena. "Untuk apa?" tanya Athena mengeryit bingung kepada Ismail yang hanya mengangkat bahunya ringan. "Gak tahu, Nona. Hanya itu yang tuan Brian perintahkan padaku," jawab Ismail kemudian berlalu pergi. Athena menatap kamus itu, membuka halaman pertamanya lalu kemudian merasa pusing melihat rentetan kosa kata yang ditulis dengan jarak masing-masingnya terlalu dekat. Perlahan, Athena pun menuruti perintah Ismail, ia mulai membaca satu persatu kosa kata. Karena Athena bukanlah perempuan dengan pendidikan yang layak, sehingga Athena pun membaca kosa kata dalam bahasa inggris itu pun dengan pelafalan yang salah, membuat Ismail harus turun tangan dan mengajarkan cara membaca dari satu persatu kosa kata itu sebanyak 1 kata. Athena mengikuti arahan Ismail dan menghafal 100 kata pertama itu sesuai dengan apa yang Ismail ajarkan, lalu menghafalnya dengan sekuat tenaga. Sesekali, Ismail mengoreksi
Athena Goddess adalah salah satu nama Dewi Yunani yang menjadi simbol Dewi kebijaksanaan dan perang. Namun, Athena sendiri tidak merasa namanya sesuai dengan Athena Goddess. Ia merasa sangat lemah."T-tuan," gumam Athena tertahan karena Brian mencekik lehernya kuat-kuat.Mata pria itu memerah, terlihat kalut dan ketakutan untuk hal yang tidak bisa Athena mengerti. "Mati... kau harus mati, iblis sepertimu harus mati." Brian mendesis marah. Ia benar-benar menatap Athena dengan tatapan penuh rasa benci dan penuh ketakutan.Detik itu pula Athena merasakan tulang lehernya hampir patah seiring cengkraman Brian kian mengetat, sementara yang bisa Athena lakukan saat itu hanya menangis. Ia pikir, setelah tidak lagi bersama dengan Bima, ia tidak akan merasakan sakit seperti ini lagi. Namun, entah ini sebuah kutukan ataupun nasib buruk, lagi-lagi Athena harus berada di situasi seperti ini. Lingkaran setan seperti ini terus menerus membuatnya sengs
“Jadi, Athena, bagaimana kalau kita punya anak? Aku gak akan nuntut kamu untuk cinta padaku. Kita bisa berhubungan intim tanpa cinta, tapi jika akhirnya aku berhasil punya anak darimu, tentu saja aku akan mencintai anakku.”Athena diam sejenak.Ia terlihat menimbang-nimbang keputusan yang hendak diambilnya, lalu kemudian akhirnya ia mengangguk malu-malu."Iya, tuan. Saya bersedia punya anak dari tuan," jawabnya tenang, walaupun suara itu terdengar gemetar saat sampai ke telinga Brian."Kalo gitu, sini, mendekat." Brian menepuk sisi tempat tidur disampingnya.Athena meliriknya sebentar, dan kemudian beringsut mendekati Brian untuk duduk tepat di sampingnya."Boleh aku peluk kamu?" tanya Brian.Athena mengangkat wajahnya mendongak menatap Brian tepat di matanya, lalu mengangguk kecil."Iya, boleh."Tanpa kata, perlahan Brian pun menepis jarak di antara dirinya dan Athena. Ia merengkuh dengan lembut tubuh