“Kakek, Mila permisi dulu ya,” Mila izin meninggalkan meja makan.Kepala Mila mendadak pusing, perutnya mual seperti masuk angin. Mungkin efek semalam karena dia kedinginan.“Kamu kenapa cucuku, sakit?” Pramono cemas melihat Mila yang memegangi kepalanya.“Cuma sedikit pusing, Mila bawa tiduran dulu pasti cepat pulih,” ucapnya sembari berjalan pelan.“Dasar cewek licik,” cemooh Sari.Dia yakin Mila hanya berpura-pura sakit untuk menarik simpati kakek dan Agil. Agil menoleh ke piring Mila yang masih utuh, hanya susu yang berkurang sedikit.“Agil, kamu mau ke mana? Sarapannya kan belum habis?” tanya Sari ketika Agil beranjak meninggalkan kursinya.“Aku mau cek Mila dulu,” katanya lalu pergi menemui Mila yang sudah jauh meninggalkan ruang makan.Sari mendengus kesal melihat Agil yang perhatian kepada Mila. Semenjak pulang dari kota dia terus mengabaikannya. Mila menutup mulutnya ketika merasa mual, dia segera lari ke kamar mandi. Ia memuntahkan isi makanan yang dia makan semalam. Kar
“Hamil?”Mila tidak percaya dengan perkiraan Riska, dia bersikeras jika dirinya itu hanya masuk angin.“Bagaimana bisa hamil coba?" ujarnya sembari menggelengkan kepala.“Kenapa tidak bisa? kau sama dia kan sudah bercinta,” ucapnya gemas. Jelas-jelas dia sudah berhubungan intim, masih menanyakan kronologi kehamilannya.Perkataan Riska masuk akal, Mila tidak bisa menyangkal lagi. Dan terus melanjutkan argumennya.“Tapi ... ,” Mila bingung melanjutkan ucapanya. Dia sudah melakukannya tanpa pengaman, kemungkinan besar akan menjadi janin.“Ini masih perkiraan, periksa ke dokter saja,” saran Riska.“Aku jadi takut, aku sudah terlambat datang bulan lebih dari seminggu,” ucapnya gundah. “Kau hamil ada suaminya, apa yang kau takutkan?” ujar Riska.Sahabatnya satu ini memang aneh, setiap perempuan yang menikah pasti bahagia ketika mendapatkan momongan. Bahkan banyak di antara mereka yang rela mengeluarkan uang banyak demi memiliki anak.Tetapi sahabatnya malah sedih, bingung dengan kehamilann
“Cucu mantu Kakek Pramono cantik banget ya,” puji salah satu warga yang sedang berbelanja. “Iya kelihatan elegan, beda dengan kita yang di kampung tanpa skin care,” sahut salah satu warga. Mereka membicarakan kecantikan Mila yang membuat iri para wanita di kampung. Sudah cantik, mendapatkan suami ganteng, kaya raya pewaris tunggal kekayaan keluarga Pramono. “Ibu-ibu, Mila memang cantik. Tapi apa kalian tahu apa pekerjaan Mila di kota?” hasut Sari untuk bergosip tentang Mila. “Memangnya apa pekerjaannya?” tanyanya tidak sabar mendengar gosip terbaru. “Dia itu seorang kupu-kupu malam, asal ibu-ibu tahu, Agil itu mau menikahi dia karena dijebak,” bisik Sari. Ia mengatakan jika Mila itu wanita miskin yang ingin menjadi orang kaya. Dia gila harta sehingga menghalalkan segala cara untuk mendapatkan lelaki kaya. Agar bisa hidup mapan. “Wah, tidak benar. Cantik sih kalau kupu-kupu malam juga buat apa,” komentarnya. “Hati-hati buk, nanti suami-suami ibu-ibu digoda lagi sama dia.” Sari
"Kenapa kau selalu meminta cerai?" tanya Agil.Setiap permasalahan yang ada Mila selalu meminta berpisah. Padahal Agil tidak tahu sama sekali permasalah yang ada."Aku tidak mau menggangu hubungan kamu sama sahabat tercintamu itu," sindir Mila. Mendengar cerita Tono membuat Mila kesal, ia tidak bisa mengangap remeh perasaan dua sahabat yang sudah terjalin lama."Aku sama sekali tidak suka sama dia, aku cuma mencintai kamu." Agil memegang tangan Mila.Dia capek terus menjelaskan perasaannya kepada Mila, tapi dia sangat mencintai istri galaknya itu.Mila memalingkan wajahnya, "Kata Tono, kau sangat akrab bahkan kalian sering menghabiskan waktu bersama.""Itu dulu, semasa masih sekolah. Sebelum aku bertemu dengamu." Agil menarik pelan dagu Mila sehingga memandangnya lagi.Agil mengusap wajah Mila, "Buat apa aku menanam benih jika aku mau orang lain."Agil sebisa mungkin membuat Mila hamil agar dia terikat dengannya. Mana mungkin masih mengharapkan kedatangan perempuan lain."Selama meni
Mila dan Agil pergi ke salah satu villa di area terdekat dengan desa. Pemandangan yang sangat bagus memanjakan mata."Kau sering ke mari?" tanya Mila.Agil mengangguk sembari mengeluarkan koper dari bagasi. Dia berencana seminggu berada di villa. "Sama siapa?" tanya Mila penasaran.Permpuan mana yang pertama diajak ke villa yang keren. Dengan udara yang dingin ini pasti Agil sering memadu kasih."Kakek sama Tono," jawabnya singkat.Mila menyeringai, tidak mungkin dia datang hanya dengan keluarganya. Ini tempat yang indah untuk berpacaran."Sari?" tanya Mila.Agil tidak lekas menjawab, ia memilih membuka kunci agar mereka berdua bisa segera masuk ke dalam villa.Mila berjalan mendahului Agil dan menghadangnya. "Kenapa diam? Kau pasti pernah mengajaknya ke sini kan?" Agil menutup pintu dengan kakinya, "kenapa masih bahas dia terus?" Agil bosan dalam rumah tangganya selalu terselip nama Sari. "Kan bisa tinggal jawab saja," ucapnya sembari memutar tubuhnya melanjutkan jalan menuju rua
"Villa ini sangat bagus, ya," kata Mila sembari melihat pemandangan sore di sekeliling Villa."Kamu suka?" Agil menaruh cangkir berisikan teh hangat di samping Mila.Mila mengangguk, siapa yang tidak suka dengan Villa bagus? Pemandangan yang indah dan strategis. Pasti akan menguntungkan jika dijadikan bisnis."Tentu saja aku sangat suka dengan tempat sebagus ini," katanya sembari menoleh sebentar ke arah Agil. Agil menyesap teh hangatnya. "Kalau suka aku kasih kamu," kata Agil enteng.Mila tertawa mendengar ucapan Agil, dia menganggap Agil bercanda. Dari mana Agil memiliki uang untuk membeli Villa semahal itu?Kamu kenapa tertawa?" Agil menaruh cangkirnya. Dia memiringkan kakinya untuk menghadap ke arah Mila."Tidak apa," ucapnya sembari menggelengkan kepala."Kamu tidak percaya?" Ujar Agil.Mila mengusap punggung tangan Agil, "Diajak jalan-jalan ke sini saja aku sudah senang. Jadi kamu tidak perlu memberikan ini." Mila sadar diri, dia tidak mau memaksakan Agil memberikan barang-ba
“Pak, ini laporan perusahaan bulan ini,” Riska memberikan laporan perusahaan setelah di pegang oleh Delvin.“Terima kasih, kamu boleh keluar,” ucapnya sembari menerima berkas dari Riska.Riska menundukan kepala, lalu meninggalkan ruangan Danu.Danu sudah lama tidak mengecek perusahaan setelah di percayakan kepada Delvin. Sama halnya dulu waktu masih dipegang oleh Mila. Danu menelpon Riska agar Delvin datang ke ruangannya sekarang juga. Tapi, sangat mengejutkan Delvin belum ada di kantor padahal jam sudah siang.Riska mengatakan jika tidak ada yang jadwal bertemu klien hari ini. Akhirnya Danu memanggil Riska kembali ke ruangannya.“Riska di mana Delvin?” tanya Danu, seingat dia Delvin berangkat pagi sekali.“Saya tidak tahu Pak, tapi hampir setiap hari Pak Delvin datang telat. Bahkan sering tidak di kantor. Meeting seting digagalkan,” ucapnya.Delvin sering membatalkan meeting ketika dia tidak mood, dia menjalankan perushaan seenaknya.Danu menanyakan penjualan beberapa bulan terakhir
Delvin pulang dengan keadaan mabuk, ia mengoceh sembarangan di depan rumahnya. Sarah yang mengetahui keadaan anaknya langsung menghampiri sebelum suaminya mengetahui dan mengusirnya dari rumah. “Delvin, apa yang kau lakukan?” ucap Sarah. Ia meminta satpam memapah Delvin sampai ke dalam kamarnya. Setelah itu Sarah mengganti semua pakaian anak laki-lakinya yang masih terus mengoceh. “Itu semua gara-gara si tua bangka!” makinya. Dia terus mengomel kalau ayah tirinya itu terus memarahinya, jelas semua ini bukan kesalahannya. Melainkan anak buahnya yang tidak becus dalam bekerja. “Diam Delvin, cepatlah sadar atau kau akan menyesalinya besok,” kata mamanya sembari menyelimuti Delvin. Sarah sangat kecewa dengan anaknya itu yang tidak bisa menggunakan kesempatan yang sudah ia berikan. Menjelang pagi, Delvin mulai sadar. Ia menepuk pelipisnya yang terasa pusing. Kepalanya masih berat karena efek dari alkohol yang di tegaknya terlalu banyak. Pemuda itu bergegas mandi, sebelum telat masuk