Home / Romansa / Menikahi Musuhku / Chapter 4 HARI PERNIKAHAN

Share

Chapter 4 HARI PERNIKAHAN

last update Last Updated: 2021-05-20 16:18:34

Chapter 4

HARI PERNIKAHAN

Taksi online itu melaju dengan kecepatan sedang. Maudy duduk di kursi belakang dengan airmata berderai. Sebanyak dua kali, supir taksi itu melirik prihatin kepada Maudy. Akhirnya, dia memutar musik untuk menyamarkan isak tangis perempuan itu. 

Lagu yang baru saja diputar itu bercerita tentang hidup bahagia bersama orang yang dicintai, tetapi perasaan gadis itu malah semakin terluka dan tangisannya semakin hebat. Sebenarnya, musik atau lagu jenis apa pun yang didengarnya sekarang akan berubah menjadi lagu kesedihan setelah tiba di tentakel otaknya.

Sebenarnya, sudah lama sekali, dia pernah memimpikan pernikahan. Setelah diingat-ingat lagi, ya, dia pernah menjadi perempuan normal yang memimpikan pernikahan. 

Impiannya sangat sederhana. Dia ingin menjadi wanita yang sempurna dengan menikah dengan pria yang mencintai serta dicintainya dengan mengundang para sahabat lalu memiliki putra-putri yang manis. Lalu, layaknya di negeri dongeng, mereka akan hidup bahagia selamanya.

Impian itu sudah kandas. Maudy sudah menandatangani kontrak meskipun dengan tambahan syarat-syarat yang sudah disepakati oleh kedua belah pihak. Dia sudah tidak bisa mundur lagi karena Marcel sudah membayar sisa uang operasi adiknya dan biaya rawat inap. Dia juga tidak bisa membayangkan ayah dan ibu Marcel yang sudah begitu baik padanya seminggu terakhir ini. 

Bagaimana mungkin dia akan menikahi orang yang jelas-jelas memiliki dendam terhadapnya? Seharusnya, Maudy menikahi seseorang yang mencintainya. Hahaha! Masalahnya orang yang seperti itu tidak ada. Pria seperti itu sudah lama musnah dari kehidupan Maudy. Yang diingatnya hanyalah pria penghianat yang selingkuh dengan sahabatnya sendiri saat kuliah.

"Pria tukang selingkuh ke laut saja sana!" maki Maudy sambil menghentakkan kaki. 

Ah, Maudy menutup mulutnya. Bisa-bisa si sopir akan mengira dia wanita yang sedang patah hati karena diselingkuhi.

"Maaf. Kita sudah sampai, Mbak!" tegur sopir taksi secara halus.

"Oh, maaf. Ini uangnya. Terima kasih," kata Maudy sambil minta maaf.

"Jangan lupa memberikan bintang lima, ya, Mbak. Apalagi tadi suasananya sangat nyaman untuk bernostalgia," kata sopir taksi itu tidak tahu malu.

"Hehehe." Maudy menggaruk kepalanya yang tidak gatal. 

"Ya, sudahlah! Berikan bintang lima saja. Ini karena dia tidak menggangguku dan menjadi supir tidak tahu malu yang baik," celetuk Maudy. Dia terkekeh mendengar kalimatnya sendiri. Ditariknya napas dalam-dalam agar perasaannya lebih lapang.

"Mulai sekarang aku tidak akan menangis lagi. Masa berkabung untuk kebebasanku sudah selesai. Aku akan menjalani semua dengan tegar. Aku akan menjadi aktris terbaik dengan bayaran lebih dari dua puluh miliar," bisik Maudy pada dirinya sendiri. Lagipula, meskipun harus bercerai dua tahun lagi, dia tidak akan dijuluki perempuan tidak laku lagi. Saat itu, dia akan hidup gembira dan berkecukupan bersama adiknya.

Seorang wanita dengan seragam putih hijau mengantarkan Maudy ke lantai paling atas. Di sana terlihat gaun-gaun mewah yang tidak pernah dilihatnya di kehidupan nyata. Ada keuntungan bagi Maud karena dia bebas mencoba dan memilih gaun-gaun mewah ini karena Marcel yang akan membayar semuanya. Dengan menguatkan tekad, dia akan menikmati kesenangan ini dengan baik.

"Cantik sekali, Mbak. Sayang sekali, pengantin pria tidak hadir untuk melihat," kata manajer butik itu. 

"Supaya jadi kejutan, Mbak!" kilah Maudy dengan hati yang berdenyut menahan sakit. Namun, dia tidak meneteskan air mata karena dia kini adalah wanita kuat.

***

Sesuai permintaan Marcel dan Maudy, pernikahan tidak dibuka untuk umum dan media. Dari pihak Maudy, tidak ada satu orang pun yang hadir. Maudy lebih nyaman jika orang-orang di sekitarnya tidak mengetahui itu. Bukankah dua tahun itu tidak lama? Untuk apa dia menunjukkan hubungan yang akan segera berakhir? 

Jika permintaan Marcel adalah hubungan yang mesra di hadapan para kerabatnya, maka permintaan Maudy adalah sebaliknya. Maudy ingin lebih nyaman dengan caranya sendiri. Di hadapan teman-teman Maudy, mereka harus bertingkah seperti orang asing. 

"Pengantin perempuan memasuki tempat," kata pembawa acara.

Maudy bersiap memasuki altar pernikahan sendirian. Dia ingin menangis karena merasa sendirian di tempat asing ini. 'Aku afalah aktris dengan bayaran dua puluh miliar lebih untuk pengobatan adikku.' Berulangkali dia membisikkan kalimat itu pada dirinya sendiri.

 Akan tetapi, ayah Marcel menghampirinya dan mengulurkan tangan padanya. "Aku sudah mendengar bahwa kedua orang tuamu sudah tidak ada. Namun, sekarang aku adalah ayah anakku dan ayah menantuku. Aku yang akan mengantarmu. Kami juga adalah orang tuamu sekarang. Jadi, panggil aku dengan papa juga," kata Yutama tulus.

Maudy tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Dia sudah mendengar bahwa laki-laki paruh baya itu merupakan ayah tiri Marcel. Menurutnya, laki-laki itu benar-benar orang baik.

Maudy mengulurkan tangannya. Disambutnya tangan Yutama, ayah Marcel dengan tangan yang dilapisi sarung tangan putih. 

"Terima kasih, Papa," bisiknya.

Saat hampir tiba di altar, Yutama melepaskan tangan Maudy. "Saat ini, papa harus kembali jadi ayah Marcel. Namun, semoga kamu bahagia menantu dan putriku," kata Yutama sambil melangkah mundur perlahan.

"Terima kasih, Pa!" kata Maudy sekali lagi. Dia menangis tidak tertahan. Dalam bayangannya, orang yang berbicara tadi adalah papa yang dirindukannya.

Marcel menatap Maud lalu mengulurkan tangannya. Tangan itu disambut Maud yang masih menata perasaannya. Sulit sekali! Dia sampai takut dandanannya akan luntur seketika.

"Hati-hati. Jangan sampai riasanmu luntur. Apa seburuk itu menikah denganku?" tanya Marcel.

"Tidak," jawab Maudy sambil menatap Marcel yang kelihatannya bertanya dengan tidak bermaksud mengejek.

Acara pernikahan berlangsung dengan sakral. Orang-orang duduk dengan tenang menyaksikan peristiwa ucapan janji suci kedua mempelai.

"Saya, Maudy Angelia, akan menerima dan mencintai Marcel Baret sebagai suami saya, dalam suka maupun duka, dalam sehat maupun sakit, seumur hidup." Suara Maud bergetar saat mengucapkan janji pernikahan itu. Ada rasa bersalah yang menyakiti hatinya dari dalam.

"Saya, Marcel Baret, akan menerima dan mencintai Maudy Angelia sebagai istri saya, dalam suka maupun duka, dalam sehat maupun sakit, seumur hidup." Marcel juga menyelesaikan janji suci pernikahan dengan baik. 

Maudy memutuskan menghayati saja pernikahan ini. Di hadapan Tuhan, dia tidak berani bersandiwara. Bolehkah dalam hatiku, aku menganggap pernikahan ini adalah sah? batin Maudy. Itulah yang terjadi. Apa pun yang terjadi ke depannya, jauh di dalam lubuk hatinya, pemberkatan pernikahan ini adalah sah untuk dua tahun. Dia adalah istri Marcel dan Marcel adalah suaminya walaupun dia tidak berencana memberikan perasaannya pada pria itu. 

Mereka saling bertukar cincin lalu Marcel mencium kening Maudy dengan mesra.

Marcel menatap wajah Maud diam-diam. Hari ini wajahnya begitu cantik, tetapi mengapa harus menangis? Apakah semengerikan itu menikah denganku? pikir Marcel. 

"Jangan menangis. Ini momen bahagia. Seharusnya kita terlihat bahagia. Aku tidak ingin orang lain curiga pada kita," tukas Marcel sambil menyerahkan sapu tangan pada Maudy.

"Hahaha. Kamu salah! Memang seperti inilah kebahagiaan pengantin perempuan di hari pernikahannya. Dia menangis untuk menunjukkan rasa bahagia," kata Maudy sambil mengusap pelan sudut matanya.

"Oh. Berarti kamu sudah bertindak tepat," kata Marcel sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain. Jangan sampai pengantin cantik di sebelahnya meluluhkan hatinya sehingga dia lupa tujuannya.

'Tunggu! Pengantin cantik? Apakah memang dia cantik?' Marcel melirik Maud diam-diam. 

"Tidak, kok." Marcel membantah pikirannya, namun hatinya cukup gembira hari ini sehingga dia menggaet tangan Maudy di lengannya lalu memamerkannya ke semua koleganya dengan wajah berbinar. 

"Aku lapar sekali," kata Maudy. 

"Oh, oke. Pergilah ambil makanan sana," kata Marcel.

"Apakah aku harus menunjukkan pengantin wanita berkeliling sendiri sementara si pengantin laki-laki sibuk dengan teman-temannya?" bisik Maudy sambil tersenyum lebar.

"Oh, lupakan jawaban bodohku. Aku akan menemanimu ke mana pun," jawab Marcel dengan senyum lebar juga. 

"Wah, pengantin baru yang sangat mesra," celetuk kawan-kawan Marcel. 

"Terima kasih. Kami permisi dulu. Sepertinya istriku lapar," kata Marcel sambil mengedipkan mata ke arah mereka.

"Cuit! Cuit!" 

Godaan beberapa teman Marcel membuat wajah Maudy memerah. Ini semua karena perkataan Marcel yang ambigu. Dia mengucapkan kata lapar dengan penekanan yang tidak biasa.

(Bersambung)

Related chapters

  • Menikahi Musuhku   Chapter 5 HONEYMOON

    Chapter 5HONEYMOONMaudy terbangun dan menyadari dirinya berada di tempat yang tidak dikenal. Ini bukan kamarnya! Ini juga bukan rumah sakit. Namun, mengapa dia terbaring di lantai dan hanya beralaskan sehelai selimut?Kamar ini terlihat acak-acakan dan sepasang gelas wine serta gelas wine yang kosong tergeletak tidak beraturan di atas meja.Perempuan itu berdiri dengan sedikit terhuyung lalu melihat ke arah tempat tidur yang kosong. Pakaian pria tergeletak rapi di sana. Pakaian Marcel?Ugh, kepala Maudy sedikit pusing. Dia mencari cermin di sekeliling ruangan dan ternyata menemukan sebuah cermin besar di dinding. Cermin itu hampir menutupi satu sisi dinding ruangan ini. 'Wah, ini sih cermin sultan!' Maudy membatin."Mataku bengkak sekali? Pantas aku sulit untuk membukanya!" gerutu perempuan itu sambil mengamati matanya yang sembab.

    Last Updated : 2021-11-29
  • Menikahi Musuhku   Chapter 6 SENYUM MAUDIVES

    Chapter 6SENYUM MAUDIVESSepeninggal Marcel, Maudy memakan banyak kuliner khas Pulau Male sepuasnya. 'Kuliner Maldives memang luar biasa,' pikirnya.Dia berharap kegiatan memanjakan lidah ini akan mampu menelan sebagian rasa dongkolnya terhadap laki-laki angkuh itu."Dia pasti berpikir bahwa semua bisa diukur dengan uang. bukan? Dia tidak berubah," gerutu Maudy kesal. "Ugh, aku malah teringat masa lalu. Bodohnya aku sempat tergoda sedikit pada ketampanannya tadi pagi. Itu benar-benar penyamaran dari iblis yang tersembunyi. Iblis yang tersembunyi di balik wajah itu suatu saat mungkin akan menerkam ku. Hi...!" Maudy mengoceh dan bergidik sendirian.Wanita itu tidak tahu mau apa lagi di sini. Semua yang pernah direncanakannya tentang perjalanan dan petualangan ke luar negeri sejak dia masih duduk di bangku sekolah terasa tidak menarik untuk dilakukan. Semua rusa

    Last Updated : 2021-11-29
  • Menikahi Musuhku   Chapter 7 PENGANTIN BARU, RUMAH BARU

    Chapter 7PENGANTIN BARU, RUMAH BARUDrrt!Maudy menatap sejenak ke layar ponselnya yang dihiasi wallpaper matahari tenggelam. Setelah menghadapi kemarahan dari teman satu kantornya tadi pagi, dia memutuskan untuk mengaktifkan nada getar ponselnya.Dia lalu memasukkan kembali ponsel itu ke dalam tasnya. Namun, baru saja benda itu tersimpan di balik tas berwarna hitam, sebuah getaran merambat ke permukaan tas dan menyentuh tangannya.Maudy menghela napas. Dibukanya lagi resleting tasnya dan mengambil benda persegi panjang itu. Gerakannya terhenti setelah melihat nama yang tertera di layar.Maudy ingin mengabaikan panggilan itu, tetapi dia ingat betul bahwa itu melanggar kontrak secara terang-terangan. Bisa saja memang ada hal penting yang akan disampaikan Marcel padanya."Halo!" Perempuan itu menyapa lawan bicaranya dengan nada sedik

    Last Updated : 2021-11-29
  • Menikahi Musuhku   Chapter 8 MASUK KANTOR

    Chapter 8MASUK KANTORKeesokan harinya, pagi-pagi benar, Maudy langsung berangkat ke kantor. Sebenarnya, seluruh badannya terasa penat. Namun, ada pekerjaan yang harus segera diselesaikan.Wanita yang memiliki tinggi badan 155 cm itu merasa beruntung karena Marcel tidak benar-benar datang seperti pemberitahuannya di telepon kemarin sore. Jadi, dia bisa berbaring sepuasnya.Setibanya di kantor, tubuhnya langsung dihenyakkan ke atas kursi kerjanya yang lumayan empuk. Baru izin beberapa hari, rasanya Maudy sudah sangat merindukan tempat kerjanya ini.Dia sangat senang duduk di kursi kerjanya yang menghadap pemandangan luar gedung yang luas. Sepatu hak tingginya dilepas lalu kakinya diluruskan sebentar ke atas permadani yang hangat. Maudy tersenyum. Dinikmatinya suasana ini sepenuh hati.Wah, tidak disangka, tiba-tiba saja dia sedikit mengantuk. Apakah kar

    Last Updated : 2021-12-01
  • Menikahi Musuhku   Chapter 9 LEKAS SEMBUH, ALYSA

    Chapter 9LEKAS SEMBUH, ALYSAHanya berkisar kurang lebih sepuluh menit, angkutan umum yang dinaiki oleh Maudy hampir tiba di kawasan rumah sakit. Bangunan putih itu sudah terlihat menjulang tinggi dari kejauhan.Untunglah Rumah Sakit Mitra Sehat berdiri di pusat kota sehingga tidak menyulitkan untuk dijangkau dengan angkutan umum. Letaknya yang strategis dan jaraknya yang dekat dengan tempat tinggal maupun kantor sangat menguntungkan bagi Maudy.Tet. Teeett.Bunyi klakson mobil bersahut-sahutan. Udara panas dan jalanan yang macet sepertinya membuat semakin sulit mengontrol emosi."Minggir Kau, ah!Kau tidak tahu kalau jalan ini jalan umum? Bertelepon pula di jalan raya."Maudy terkejut dan takut mendengar suara makian sopir angkutan yang membawanya. Padahal, wajah sopir yang menjadi lawannya sama-sama san

    Last Updated : 2021-12-01
  • Menikahi Musuhku   Chapter 10 PULANG

    Chapter 10PULANGMarcel baret duduk di sofa sambil menahan kemarahan yang menggelegak dalam dirinya. Pesan dari Jod membuatnya geram.Dasinya sudah dilonggarkan sejak tadi. Kegerahan yang dirasakannya tentunya bukan karena setelan jas hitam yang dikenakannya.Ditatapnya asisten Jod yang bernama Teddy berdiri mematung dengan wajah pucat. Jika bisa, laki-laki berkacamata dan bertubuh ceking itu mungkin ingin segera menghilang saja dari sini."Hei! Kamu yang di sana!" Tangan Marcel yang menyatu di bawah dagunya yang terlihat kuat."Ya, Tuan Marcel?" Sebisa mungkin, Teddy menahan ketakutannya."Sebenarnya, sepenting apa urusan ini sehingga aku harus menunggu tuanmu?""Maaf, Tuan. Sa... saya kurang tahu," kata Teddy gemetaran. "Maaf, sekali lagi."Marcel menghela napas lalu berdiri t

    Last Updated : 2021-12-01
  • Menikahi Musuhku   Chapter 11 TINGGAL BERSAMA

    Chapter 11TINGGAL BERSAMAJarum jam terus berdetak dalam tempo yang teratur. Jarum pendek kini mengarah ke angka sembilan. Tidak ada suara lain yang terdengar di ruangan seolah-olah tiada penghuni yang tinggal dan beraktivitas setiap harinya di rumah itu.Maudy yang terbaring kelelahan sejak tadi mulai bangkit lalu masuk ke kamar mandi. Dia mulai menghapus lalu mencuci sisa riasan di wajahnya. Dengan perlahan, ditepuk-tepuknya kulit wajahnya dengan handuk wajah lalu mengoleskan krim malam tipis-tipis.Beberapa saat kemudian, dia duduk dalam diam sambil menatap dirinya sendiri di dalam cermin. Entah mengapa, akhir-akhir ini dia sering melakukannya.Sebenarnya, meskipun di luar dia terlihat tidak takut apa-apa, dia juga memiliki rasa takut. Dia benci terlalu sepi seperti ini. Tinggal di rumah besar dan sendirian serta diabaikan. Ini membuatnya teringat akan kesendirian

    Last Updated : 2021-12-01
  • Menikahi Musuhku   Chapter 12 LATIHAN MENJADI ISTRI

    Chapter 12LATIHAN MENJADI ISTRIPagi menyapa. Maudy terbangun dan menyadari bahwa dia telah berada di tempat tidur. Kedua bola matanya mengarah kepada Marcel yang masih terbaring di sebelahnya."Apa tanpa sadar aku pindah ke sini tadi malam?" gumam Maudy sambil menggosok matanya.Laki-laki itu itu juga terbangun dan memicingkan mata. Untuk sesaat, mereka bertatapan. Segera saat bibit kesadaran menyusup ke otak mereka masing-masing, Maudy segera menjauh dan Marcel segera terduduk."Apa kamu yang memindahkan aku ke tempat tidur?" tanya Maudy.Marcel mendengus. "Apa aku terlihat seperti orang yang mau repot-repot melakukan hal itu?" ejek Marcel sambil bertopang dagu."Jadi...aku pindah sendiri?" tanya Maudy bingung. "Sepertinya aku berjalan sambil tidur," sambungnya lagi."Aku tidak tahu apa-apa.

    Last Updated : 2021-12-01

Latest chapter

  • Menikahi Musuhku   Chapter 39 RAHASIA TERBONGKAR

    Chapter 39RAHASIA TERBONGKAR"Maksud Mama apa? Saya tidak paham," kata Maudy. "Marcel sudah menceritakan semuanya. Kamu tidak bisa mengelak lagi. Benar-benar penipu, kamu," maki Kirana. Tangan Maudy gemetar. Ponselnya hampir terjatuh. "Ma-Marcel mengatakan apa pada Mama?""Semuanya. Kalian benar menikah pura-pura, bukan? Dan kamu mau menikah dengan Marcel karena menginginkan uang dua puluh miliar. Wanita macam apa kamu? Selama ini kami sudah sangat percaya kepada kamu dan mau menerimamu apa adanya tanpa melihat latar belakangmu," kata Kirana, menyerang Maudy tiada habisnya.Hati Maudy terasa sakit seolah tertusuk pisau. Begitu teganya Marcel melakukan ini semua padanya. Baru saja dia ingin mempercayai laki-laki itu, tetapi pengkhianatan yang didapatnya kini. Air mata jatuh di wajah Maudy. Dia sungguh sedih dan terluka."Bisakah aku bicara dengannya, Ma? Setelah itu, aku akan menjelaskan semuanya," pinta Maudy. Sekuat mungkin dia menekan nada gemetar dalam suaranya. "Tidak perlu

  • Menikahi Musuhku   Chapter 38 DONOR UNTUK ALYSA

    Chapter 38DONOR UNTUK ALYSAMaudy tidak di sini. Kenyataan itu membuat Marcel tidak puas. Mulutnya menghela napas berkali-kali.Sejak tadi, dia sudah membayangkan pelukan hangat wanita itu sat dia menjemputnya ke bandara, tetapi hal itu tidak akan terjadi hari ini.Marcel menatap jauh keluar jendela. Bayangan malam beradu dengan kelap-kelip lampu perkotaan. Di bawah sana, bayangan pohon-pohon hias meninggalkan area-area gelap nan misterius. Setelah mendengar Maudy tidak akan jadi datang malam hari ini, Marcel sudah memutuskan menikmati malam ini sendirian. Namun, dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Semua hal terasa tidak menarik. Dalam pikiran hanya ada Maudy dan rindu yang menyesakkan dalam dadanya. Melihat semua hal yang berada di dalam kamar ini juga hanya mengingatkan dirinya saat Maudy membalas pelukannya. Dia ingin merengkuh wanita itu erat--erat, di sini, saat ini juga!"Argh! Aku bisa gila," kata Marcel, memutar badan tiba-tiba. Beberapa lembar file yang dipegangnya s

  • Menikahi Musuhku   Chapter 37 ADA PENYUSUP LAIN

    Chapter 37ADA PENYUSUP LAIN"Kakek!"Marcel yang baru saja membuka pintu kamar segera berlari memeluk Hartono, kakeknya itu, yang sedang duduk di atas tempat tidur sambil membaca koran."Kamu baru tiba?" tanya Hartono gembira. Rambutnya yang memutih terlihat jauh lebih panjang daripada saat meninggalkan Indonesia."Tidak. Aku baru menyelesaikan pertemuan bisnis barulah datang ke sini," jawab Marcel.Kakek menatap Marcel penuh rasa rindu. Dia sungguh bangga karena cucunya ternyata mandiri meskipun tiba-tiba dijadikan CEO sementara."Untunglah Kakek sudah sembuh," kata Marcel. Ditariknya koran itu dari tangan kakeknya. "Kakek seharusnya istirahat dengan benar. Kakek masih dalam tahap pemulihan, bukan?"Kakek terkekeh."Iya. Kakek baru pegang koran ini. Kakek hanya melihat-lihat judulnya saja."

  • Menikahi Musuhku   Chapter 36 SENI MEMBUNUH

    Chapter 36SENI MEMBUNUHBety Nioma terduduk dalam ruangan tanpa cahaya sedikit pun. Matanya juga tertutup oleh seutas kain hitam tebal. Kedua tangannya terikat ke belakang, tersambung dengan sandaran kursi kayu yang didudukinya sejak tadi malam.Mulutnya terkunci rapat. Dia sudah lelah berteriak minta tolong dan berusaha melepaskan diri hingga kehilangan seluruh tenaganya.Awalnya, dia mengira bahwa semua ini hanyalah salah satu cara bercanda para senior padanya. Dia sempat tertidur. Setelah terbangun dan menyadari bahaya sebenarnya, barulah dia berteriak dan berusaha memberontak. Sayangnya, itu semua hal yang sia-sia.Kini dia sadar telah diculik dan orang yang menculiknya tidak berniat melepaskan dirinya begitu saja. Apa yang harus dia lakukan?Kali ini, dia ingin sekali ke kamar mandi. Dia terlihat gelisah dan terus menggerakkan tubuhnya. 

  • Menikahi Musuhku   Chapter 35 PENYUSUP

    Chapter 35PENYUSUP"Apa tidak masalah bos pergi tanpa memberitahu apa-apa, pada Nyonya? Bukankah bos sedang berusaha memperbaiki hubungan dengannya?" tanya Kevin."Hubungan kami bisa dikatakan semakin membaik," jawab Marcel semringah.Kevin menatap Marcel dengan curiga."Oh, ada sesuatu yang terjadi rupanya kemarin? Berarti laporanku yang sudah melebihi tebal skripsi itu sudah berhasil menunjukkan manfaatnyakah?!" ucap Kevin."Aku mau mengucapkan terima kasih soal itu. Ada juga manfaat kemampuan detektifmu," kata Marcel sambil mengedipkan matanya."Apa-apaan itu? Aku masih normal," kata Kevin dengan menampilkan ekspresi jijik. "Jangan lupa janjimu. Bonus dan asisten...," kata Kevin."Asisten memangnya perlu asisten? Masa jeruk minum jeruk?" goda Marcel kepada sahabatnya sejak kecil itu.

  • Menikahi Musuhku   Chapter 34 HATI DI ATAS RANJANG 2

    Chapter 34HATI DI ATAS RANJANG 2"Itu... Aku hanya mencoba untuk bersikap romantis," kata Marcel dengan malu-malu.'Ternyata Marcel bisa bersikap malu-malu juga,' pikir Maudy.Maudy menahan dirinya atas banyak pertanyaan yang timbul di benaknya dan mengizinkan Marcel memberikan perhatian yang diinginkan. Dia ingin menikmati saja makan malam ini dengan baik. Dia merasa lapar seharian ini. Dia bahkan tidak ingat untuk makan siang karena kasus di kantor tadi."Tambah lagi, ya. Aku memasak banyak," kata Marcel menawarkan.Sejujurnya, Maudy masih kurang yakin Marcel yang memasak makanan seenak ini. Namun, bagaimana pun ini semua tetaplah usahanya. Maudy tidak ingin menghancurkannya.Maudy mengambil sedikit makanan lagi ke piringnya lalu memakannya dengan lahap. Dia tidak berpikir untuk bersikap malu-malu karena itu bukan gayanya. Dia termasuk o

  • Menikahi Musuhku   Chapter 33 HATI DI ATAS RANJANG

    Chapter 33HATI DI ATAS RANJANG"Kamu sudah datang, Sayang," sambut Marcel di depan pintu.Maudy tidak bisa sembarangan bertindak di sini karena para pelayan sedang mengawasi. Inikah tujuan laki-laki ini meminta sopir menjemput Maudy untuk kembali ke rumah utama? Apakah supaya Maudy menuruti keinginannya?"Jangan sentuh. Aku kotor baru dari luar. Pasti banyak debu di pakaianku," kata Maudy untuk mengelak dari sentuhan Marcel.Maudy terpaksa memberikan seulas senyum di bibirnya."Tidak apa-apa. Aku juga belum mandi, Sayang. Aku hanya merindukanmu," kata Marcel yang tiba-tiba menarik tubuh Maudy ke dalam pelukannya.Mau tidak mau, Maudy terpaksa membalas pelukan itu. Sementara pelayan berbisik senang. Bagaimana tidak, mereka baru saja bersandiwara mengatakan baru pulang tadi pagi dari liburan bersama, tetapi sore hari ini sudah langsung

  • Menikahi Musuhku   Chapter 32 RAHASIA SANG CEO

    Chapter 32RAHASIA SANG CEOKayla baru saja meninggalkan ruangan karena ada hal penting yang harus dibicarakan dengan departemen lain. Semua orang sedang sibuk dengan pekerjaan masing-masing ketika Lira mendadak membuat keributan."Gila," teriak Lira tiba-tiba.Suara teriakan Lira membuat semua orang terkejut. Mereka ingin tahu apa yang membuatnya seribut itu."Buka ponsel kalian. Dah banyak keluar berita dan videonya. Di televisi juga," katanya. "Tentang CEO Ferrore Grup.""Ada apa?"Maudy membuka ponselnya dan mengetikkan kata kunci. Puluhan postingan tentang Marcel langsung muncul."Jadi...dia sudah menikah? Betulan?" seru Vivian.Maudy merasa panas dingin. Dia menonton video pengakuan Marcel di depan pers."Jangan ribut...aku mau dengar siapa istrinya," ucap Lira

  • Menikahi Musuhku   Chapter 31 RENCANA BESAR

    Chapter 31 RENCANA BESAR Mobil warna hitam baru saja memasuki pekarangan. Maudy yang sudah selesai bersiap-siap mau pergi ke kantor langsung meraih tasnya dan keluar. "Kevin? Mengapa kamu yang datang?" tanya Maudy. Dia terlihat bingung. "Aku yang memintanya. Sopir kamu sedang kurang enak badan." "Sopir bukan hanya satu orang, bukan?" tukas Maudy. "Mereka sedang ada pekerjaan lain. Jadi, Kevin yang akan membawa kita," kata Marcel lalu masuk ke mobil. Maudy bergeming. Dia tidak ada niat mengikuti permainan suaminya itu. "Bukankah mobilmu ada di garasi? Mengapa tidak bawa sendiri?" "Ah, mobilku sedang ada sedikit masalah. Kalau tidak aku akan meminta Kevin naik busway saja dan membawa kita pakai mobil yang itu," kata Marcel mencoba meyakinkan Maudy.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status