105."Iya karena itu Adnan. Pelankan dikit lagi please."Malas dengan perdebatannya dengan Aisha, Adnan menurut saja. Ia menyetir dengan kecepatan sangat sangat lambat. Mereka pun tiba di Bandara dengan selamat. Waktu sudsh mepet, mereka harus segera check in. Alhasil, Adnan dan Aisha harus buru buru masuk ke dalam Bandara. "Kalau kamu gak banyak drama pastinkita udah sampe dari tadi Aisha. Ayo buruan, jalannya jangan lelet. Barang barang kita juga lumayan banyak. Emang isi koper kamu apa sih?""Jangan nyalahin aku kenapa sih. Aku juga gak tahu kenapa aku parnoan banget. Aku pernah kecelakaan, tapi aku gak pernah begini sebelumnya. Aku beneran takut tadi. Kamu bisa gak sih gak usah merepet. Biar aku yang bawa koperku." Aisha segera mengambil alih koper yang tadinya dibawa oleh Adnan. Aisha mendorong sendiri kedua kopernya itu, dan koper satunya lagai dibawakan oleh Adnan. "Ayo buruan Aisha!" Adnan mempercepat langkahnya dan ada berjalan di depan Aisha. "Aku tahu kalau kita hampir t
Hampir semua orang sudah meningggalkan lokasi pemakaman Reno. Para keluarga Reno baru saja meninggalkan makam Reno. Hanya tersisa beberapa orang saja yang bisa dihitung dengan hitungan jari. Bynda, Pak Adhi juga sudah kembali duluan. Sementara itu, Adnan masih belum beranjak darisana. Adnan sengaja msnunggu Aisha. Ia ingin memastikan Aisha baik baik saja hingga meningggalkan Pemakaman. Adnan memilih menunggu Aisha dari jarah yang lumayan jauh dan membiarkan Aisha lebih leluasa. Sedangkan Aisha, ia masih duduk di depan makam Reno. Banyak hal yang belum sempat ia katakan dengan Reno. "Kamu bilang ingin makan mie rebus buatanku sewaktu kita makan mie cuolo waktu itu. Aku bahkan belum sempat membuatkannya untukmu Ren. Kamu juva berhutang banyak hal padaku. Kamu bilang akan membantuku membuka yayasan dan juga menemaniku berlibur ke luar negeri di kesempatan lainnya. Kamu Pembohong Ren. Pembohong, kamu tahu gak sih kalau kamu itu jahat banget.""Kamu bilang kamu mencintaiku, tapi baru beb
"Ayo Bu, Adnan juga udah lapar Bu. Ayi Bu! Ayo Aisha!" Ajak Adnan.Namun begitu, hubungan Adnan dengan Pak Adhi bekum begitu membaik. Banyak kesalahpahaman di masa lalu yang belum bisa dimaafkan oleh mereka masing-masing. Untungnya, Baik Adnan dan Aisha tidak begitu terganggu dengan hal itu. Mereka dekat sebagai rekan yang mendirikan Yayasan, dan sangat profesional. Selain itu sebagai orang tua mereka juga akur demi mengasuh Hara menjadi pribadi yang baik dan tidak kekurangan kasih sayang."Paman Adnan!" Panggil seorang anak laki-laki. "Reyhan!" Sahut Adnan. Adnan juga melambaikan tangannya pada anak laki laki itu. Reyhan pun berlari menghampiri Adnan. "Paman.." Reyhan sangat antusias bertemu Adnan. Adnan pun menyambut Reyhan dengan merentangkan tangannya. Reyhan langsung masuk ke pelukan Adnan. "Paman sudah lama sekali gak kesini? Paman kemana saja?" Tanya Reyhan. "Paman ada pekerjaan di tempat yang jauh sayang. Maaf ya.""Oh gitu. Gak papa kok Paman. Reyhan dan yang lainnya s
"Iya iya, aku makan. Bismillah.." Ucap Aisha. Aisha segera menyuap makanan itu ke dalam mulutnya. "Huhh.. Hah.." Aisha kepanasan. "Pelan pelan Aisha, tiup dulu.""Siapa yang tahu bakal sepanas ini. Huhh.." Bibir Aisha sangat kaget dengan bskso panas yang disuap Aisha ke mulutnya. "Iya, pokoknya lebih hati hati kalau mau ngapa ngapain Aisha. Termasuk makan juga, hati hati.""Iya iya. Aku usahain lebih hati hati. Huh hahh.." Aisha menghembus dulu makanannya. "Hemm.. Btw kamu lagi sibuk ngapain selain ngurus Yayasan?""Sibuk mikirin gosip apa yang bakal kamu ceritain ke aku. Aku penasaran banget loh!""Hahaha.. Aku aja sampe luoa mau ceritain itu. Oh tentang gosip itu, katanya katanya.." Adnan menggantungkan kalimatnya."Apa..?" Aisha sambil mengunyah bakso. "Gak ads. Aku cuma bercanda doang. Gak ada gosip apa apa. Yang ads itu fakta, fakta kalau aku masih suka sama kamu Aisha. Aku masih suka sama kamu," Jelas Adnan. "Huk.. Uhuk.." Aisha tersedak mendengar perkataan Adnan."Yang be
"Tok.. Tok.." Aisha mengetuk jendela mobil itu. Aisha belum melihat siapapun turun dari sana, pasti Pemiliknya masih ada di dalam mobil. Tidak mendapat respon setelah mengetuk sekali, Aisha mencoba ulang. "Tok.. Tok..tok.." Kali ini Aisha mengetuk lebih kencang dari sebelumnya.Akhirnya usaha Aisha berhasil, Aisha mendengar jika sang Pemilik mobil membuka pintu mobil itu. Dan seorang Pria turun dari mobil itu. Aisha terperangah melihat Pria itu. "Astaghfirullah," Ucap Aisha tanpa sadar. Aisha mengedipkan matanya beberapa kali untuk memastikan apa yang dia lihat. Aisha melakukannya beberapa kali."Reno..?" Bibir Aisha sangat kelu mengucapkan nama itu. "Reno.. It's you? Ren.." Aisha segera menarik lengan Pria itu dan menggenggamnya."Ih.. Kamu siapa? Aneh banget!" Dengan cepat Pria itu menarik lengannya dan menjauh dari Aisha. "Kamu siapa? Kenapa kamu sangat tidak sopan?""Reno.. Ini kamu? Beneran kamukan?" Tanya Aisha."Me? Reno?" Tanya Pria itu. "Iya.. Kamu Reno?""Aku gak kenal
"Bukan gitu Bunda. Aisha gak mau balik ke kehidupan yang pernah Aisha tinggalkan Bun. Aisha masih ingat sakitnya gimana Bunda. Aisha kehilangan banyak hal di masa lalu Bun. Aisha juga kehilangan calon anak Aisha Bun. Rasanya sangat membekas Bunda. Aisha benar-benar tidak akan kembali ke lingkaran setan itu Bunda. Kalau untuk kembali kesana, itu rasanya tidak mungkin Bunda.""Begitu ya sayang, Bunda juga masih ingat gimana sakitnya kamu waktu itu. Maafkan Bunda bisa kepikiran sampai sana Aisha. Maafkan Bunda. Bunda salah Aisha." Bunda menyesali pikirannya yang terlalu jauh. Bunda benar-benar menyesal. "Gak papa Bunda. Bunda mungkin terlalu khawatir.""Sekali lagi maafkan Bunda ya sayang.""Iya Bunda. Aisha gak papa kok." Usai pembicaraan itu, Aisha kembali ke kamarnya untuk mandi dan istirahat sejenak sebelum makan malam. Selesai mandi, Aisha merebahkan dirinya di atas kasur empuknya. Ia mencari tahu tentang siapa Denis. Benarkah yang dilihatnya tadi hanya Pria bernama Denis yang mi
"Ya, sebuah keajaiban terjadi begitu saja. Saya juga tidak menyangka bisa memiliki bayi Bu. Alhamdulillah, anugerah itu datang ke kehidupan saya," Jelas Bela. Aisha langsung mendekati Bela dan memeluknya. "Alhamdulillah, saya sangat bahagia untukmu Bela."Iya Bu. Makasih banyak Bu." Aisha pun melepaskan pelukannya. "Ibu gimana kabarnya?" Tanya Bela. "Saya..?""Iya Ibu, Ibu gimana?""Saya masih begini begini aja Bel. Saya gak ada kepikiran buat yang lain. Sekarang fokus ngerawat Hara sambil ngurus Yayasan aja.""Ini udah lumayan lama loh Bu. Gak ada kepikiran mau cari pasangan Bu?""Iya Bu," Tambah Bianca. Bianca pun penasaran dengan perkembangan percintaan dsei mantan bosnya itu. Aisha tersenyum lalu menjawab, "Saya belum ketemu yang cocok. Kalau ada saya mau loh," Jawab Aisha dengan nada bercanda. "Iya iya bener Sih Bu. Hemm.. Oh iya Bu, mau saya kenalin gak Bu sama sepupu Saya?" Tanya Bela. "Sepupu kamu?" "Iya Bu, sepupu saya. Orangnya cakep, putih, tinggi dan punya usaha sen
"Alhamdulillah, sejauh ini sayang. Kita sudah benar-benar stabil, tidak akan mudah untuk menggoyahkan kita.""Alhamdulillah, semoga seterusnya juga begitu Pak.""Aamiin."Aisha pun segera bangkit dari tempat duduknya karena ingin mengakhiri kunjungannya. "Loh mau kemana?" Tanya Pak Adhi. "Aisha cuma berkunjung sebentar Pak. Nanti Aisha mau ke tempat lain. Ada pertemuan sama beberapa donatur Yayasan Pak," Jelas Aisha. "Oh gitu, nanti kamu terlambat sayang. Pergilah, hati hati di Jalan ya sayang. Lebih naik kita datang lebih dulu dibandingkan mereka yang harus menunggu. Jaga sopan santun kita.""Oke Pak, Aisha berangkat dulu ya Pak," Aisha segera salim pada Pak Adhi. Dalam beberapa menit Aisha sudsh berada di jalanan. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia menikmati perjalanannya menuju pertemuan dengan para Donatur Yayasan. Namun perjalanannya tidak begitu mulus. Sekitar 2 kilometer hampir sampai ke tempat tujuan ada macet. Aisha tidak kepikiran kalau jalanan disana ak