Share

67. Tak Selera Makan

Penulis: Indy Shinta
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-18 14:09:17

Juna melirik jam tangan buatan Swiss seharga sebuah mobil yang melingkari pergelangan tangannya. Rasanya dia sudah tak sabar ingin mengakhiri meeting karena ingin segera bertemu dengan Meilani. Tapi apa boleh buat, meeting kali ini sedang membahas hal penting dan tidak bisa diwakilkan orang lain karena menyangkut hal strategis yang butuh perhatian serta penanganan langsung dari sang CEO. Juna harus segera menyelesaikannya sampai tuntas.

“Baiklah, kalau begitu saya sendiri yang akan menemui Mr Albert di Italia. Tolong, Irna,” Juna menoleh kepada sekretarisnya, “cek apakah ada jadwal saya yang urgen di minggu ini, kalau nggak ada lekas atur jadwal pertemuan saya dengan Mr Matteo di minggu ini saja,” kata Juna mengambil keputusan.

“Baik, Pak.” Irna mengangguk dan mencatatnya. Sementara Juna melanjutkan beberapa arahan dan kebijakannya terkait proyek pembangunan perumahan yang tersendat-sendat karena kendala sengketa lahan.

Di tengah pembicaraannya, tiba-tiba ponselnya bergetar dan wajah
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Menikahi Mantan Pacar Teman   68. Siaran Live

    Mei buru-buru menyusul Danu ke rutan. Tetapi keinginannya untuk membesuk sang om membuahkan hasil mengecewakan. “Boleh saya tahu alasan kenapa beliau tidak mau bertemu dengan saya?” desak Mei kepada petugas rutan. Dan Mei menghela napas sedih karena petugas tersebut tidak bisa memberikan keterangan. Mei kembali ke mobil dengan membawa perasaan bingung atas sikap ganjil Danu yang selalu menghindarinya. Dia ingin ke rumah Dilla untuk menengoknya, sekaligus mencari tahu sendiri jawaban dari perubahan sikap Danu, sebagai keluarga Dilla mungkin tahu alasannya. Tetapi dia pikir Juna pasti akan marah jika Mei bertemu Dilla tanpa izinnya, bagaimanapun Juna suaminya. Mei tak ingin bertindak sesukanya sendiri. “Mbak, ayo makan dulu? Mbak Mei sudah melewatkan makan siang,” bujuk Maryam. “Nggak pengen, Mar.” Mei membuang tatapannya ke luar jendela. “Kenapa Om nggak mau menemuiku ya? Padahal sudah seperti ayahku sendiri, pahlawanku selama ini, Mar.” Mei menitikkan air mata. Maryam mendesahkan s

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-18
  • Menikahi Mantan Pacar Teman   69. Cokelat dari Swiss

    Seusai percintaan kilat barusan, Mei membantu Juna merapikan pakaian dan penampilannya yang berantakan, tapi sialan menariknya di mata Mei. Astaga, benarkah pria ini suaminya? Setampan ini? Kenapa Mei tak pernah menyadari ketampanan Juna sejak dulu sih? Mei tersenyum kecut dalam hati. Tentu saja, karena Mei kala itu paham sekali kalau si tampan ini mendekatinya hanya karena Raya, jadi Mei tak merasa ge-er sama sekali didekati Juna, malah Mei cenderung mengabaikannya.“Halo, cantik? Kenalan dong? Meilani, kan? Gue Juna,” kata Juna kala pertama kalinya ‘sksd’ alias ‘sok kenal, sok dekat’ dengannya di taman sekolah SMA pada saat jam istirahat kedua.“Iya gue Meilani, panggil aja Mei.” Mei tersenyum seperlunya, tak terlalu mengacuhkan keberadaan Juna karena dia ingin segera menamatkan novel teenlit yang sedang dibacanya. Tampak sekali dari gesture tubuhnya jika dia terganggu dengan kehadiran Juna.“Mei!” seru Juna tiba-tiba.Mei tersentak karena dipanggil dengan suara kencang dan dalam ja

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-19
  • Menikahi Mantan Pacar Teman   70. Kau yang Terindah

    “Mei?” tegur Juna karena Mei masih diam. Mei memaksakan segaris senyum di bibirnya. “Tentang sewa detektif yang gue minta tadi, Jun.” Sebenarnya bukan tentang detektif yang menjadi lamunan Mei tadi, tetapi kenangannya tentang ikan gurame dan Kevin. Namun Mei tak ingin membahas isi pikiran yang sebenarnya demi menghargai perasaan Juna. Bagaimanapun Juna suaminya, dan membicarakan mantan gebetan secara terang-terangan di depan suaminya bukanlah tindakan bijak bagi Mei, terlebih setelah percintaan yang barusan terjadi. Mei tak ingin merusak suasana dan hal indah yang sudah terbangun gara-gara kenangan semata. Juna terkekeh. “Emangnya elu mau menyelidiki apaan sih, Maemunah?” tanyanya sambil menyesapi bumbu ikan gurame. Mei menelan ludah melihatnya, 'Kelihatannya kok enak banget', pikirnya jadi ingin juga mencicip. “Mei?” tegur Juna karena melihat Mei melamun lagi dan tidak fokus. “Eh, maaf.” Mei jadi gugup. Lalu dia menceritakan kejadian yang dialaminya tadi, tentang kabar om Danu ya

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-20
  • Menikahi Mantan Pacar Teman   71. Kalau Gue Nakal

    “Halo.” Juna menjawab telepon yang berdering di meja kerjanya sambil melirik Mei yang tertidur di sofa. “Pak, dokumen dari Pak Ronald sudah sampai. Bisa diantar ke ruangan bapak sekarang?” “Mau ngomong gitu doang?” Ada nada kesal dalam teguran Juna, sudah beberapa kali Irna menelepon hanya untuk menyampaikan hal yang tak terlalu mendesak. “Kenapa nggak langsung ketuk pintu dan masuk aja, sih?” Tentu saja Juna tak menyadari kekhawatiran yang melanda sekretarisnya, Irna takut memergoki hal yang tidak-tidak di dalam sana kalau tak menelepon si bos lebih dulu. Apalagi atmosfer ruangan bosnya terasa berbeda sejak sang istri memasukinya, atmosfer yang membuat jiwa jomblonya meronta-ronta. “B-baik, Pak. Saya masuk sekarang.” Irna memasuki ruangan dan meletakkan map di meja. “Pak,” panggil Irna. “Tadi Bu Laras menitipkan ini juga. Sebenarnya Bu Laras ingin menyampaikan sendiri, tapi sepertinya tadi Bapak sedang s-sibuk,” Irna sedikit kikuk saat menyebut kata ’sibuk’ karena kesibukan bosn

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-21
  • Menikahi Mantan Pacar Teman   72. Pendamping Perjalanan Bisnis

    Menolak menjadi kucing peliharaan Juna, Mei pilih mengaktifkan dirinya dalam kegiatan sosial bersama teman-teman sosialitanya. Semula Mei ingin membatasi saja pergaulan, dia tak nyaman berjumpa banyak orang, tetapi ternyata Mei justru terdorong kian ke tengah, sebab Opa Tomo malah memberinya tanggung jawab mengelola yayasan sosial yang membawa nama besar Utomo Group. Mau tak mau Mei harus bersikap luwes dan belajar banyak dari setiap orang yang ditemuinya. Dan dalam waktu singkat, nama Meilani sebagai cucu menantu dari Utomo Putra mulai dikenal luas. Membuat Mei semakin berhati-hati dalam menggerakkan setiap langkahnya, sebab dia jadi merasa diawasi ribuan pasang mata. Ucapan dan tindakannya, bisa saja dicatat dan dicatut, terutama oleh media dan netizen yang menjadi follower setianya di media sosial. Mungkin inilah alasan Juna dulu menyingkirkan sejenak statusnya sebagai cucu konglomerat dan pilih bergaul dengan masyarakat biasa saja semasa sekolah agar bebas menikmati masa remajanya

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-21
  • Menikahi Mantan Pacar Teman   73. Panitia Reuni

    Sarah dan Tania geleng-geleng kepala saat pikirannya berseluncur di media sosial. Mereka meet up sambil menunggu teman-teman SMA lainnya di sebuah kafe. Meski duduk di meja yang sama, tetapi perhatian mereka justru asyik tercurah ke dalam gawai masing-masing. “Gokil ya ternyata si Juna? Siapa sangka kalau dia tajir parah, the real of sultan gini,” gumam Tania sambil mengomentari instastory Juna yang sedang menampilkan foto-foto liburannya di Eropa bersama Mei. Sarah mengangguk-angguk. “Mei beruntung banget ya, nikah sama Juna,” timpalnya yang ternyata juga sedang mengintip instastory Juna. Lalu matanya melotot seperti mau copot saat melihat foto Juna dan Mei berpose mesra di depan mobil Bugatti Chiron dengan latar belakang sebuah vila cantik bergaya khas Eropa. Jiwa iri kedua orang itu serasa menjerit-jerit melihat video pendek Juna yang tengah menyetir hypercar mewah itu. Teman SMA yang dulu sering mereka cibir ini, sungguh terlihat begitu berbeda. Kemudian video berganti, kini ter

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-21
  • Menikahi Mantan Pacar Teman   74. Just Have Fun With Me

    Mei meringkuk seperti bayi kala merasakan selimutnya tersingkap dan udara dingin merambati tubuhnya dengan cepat. Tangannya menggapai-gapai selimut untuk menutup lagi tubuhnya yang berbalut lingerie tipis, lingerie yang hanya memiliki fungsi keindahan saja, tapi tak becus menghangatkan tubuhnya di malam yang dingin ini. “Bangun, Maemunah.” Juna menepuk-nepuk pipi Mei yang justru merapatkan mata, silau ditusuk cahaya lampu keemasan yang menerangi kamar. “Jun, matiin lampunya, silau ...,” rengek Mei yang masih ingin tidur. “No. Wake up, now!” Juna menepuk bokong Mei dengan cukup keras dan sukses membuat mata Mei terbuka. Bukan hanya terbuka, bahkan mata itu memelototinya. “Apaan, sih!” Dipelototi, Juna malah tersenyum lebar. “Wake up, please. I have a surprise for you,” ucapnya seraya merunduk dan mengecup lembut kening Mei yang memberengut, kesal terganggu tidur nyenyaknya. “Ayo turun, kita harus sarapan dan gerak cepat.” Juna enggan kompromi lagi, digendongnya tubuh Mei ke kamar

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-22
  • Menikahi Mantan Pacar Teman   75. Bahagia yang Mengudara

    Juna menepuk-nepuk bahu Mei yang masih memeluknya erat karena euforia. “Ayo, balon udaranya sudah siap. Jangan sampai kita kehilangan momen matahari terbit yang cantik gara-gara kelamaan pelukan kayak gini. Kita bisa pelukan sepuasnya nanti saja di kamar, mau lebih dari pelukan juga boleh banget. Wadaw!” Juna memekik dan tertawa karena Mei sekarang jago sekali mencubit pinggangnya. Mei berbalik, terperangah, terpukau menatap balon raksasa yang mulai terangkat ke udara tepat di depan matanya. Ini pengalaman pertamanya naik balon udara. Sedangkan Juna di sebelahnya, tersenyum menatap Mei sambil meremas tangan Mei yang berada dalam genggamannya. Beberapa kru membantu mereka naik ke atas keranjang bersama seorang pilot. Mei memekik senang ketika pelan-pelan keranjang terangkat ke udara dan lepas dari tanah, membumbung tinggi ke langit jernih yang dihiasi semburat fajar begitu indah. Mei mencengkeram pinggiran keranjang dan menatap ke bawah. Lapangan hijau tampak semakin jauh dan mengecil

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-22

Bab terbaru

  • Menikahi Mantan Pacar Teman   Extra Part

    Mei meletakkan Cinta di box tidurnya secara perlahan setelah selesai mengganti diapers untuk bayi cantiknya yang menggemaskan itu, kini anak keduanya itu sudah berusia 3 bulan. Juna menepuk-nepuk lembut pipi puterinya. “Selamat bobok, cintanya mami dan papi,” bisiknya dengan hati berbunga-bunga. Setelah memastikan Cinta tidur nyaman, Juna menoleh kepada Mei yang sedang memerah ASI. Air susu Mei melimpah ruah, sampai-sampai Mei membeli kulkas baru khusus untuk menyimpan stok ASI bagi sang buah hati. Mei bertekad akan memberi Cinta ASI eksklusif selama 6 bulan, sama seperti Vi dulu. “Masih lama, Mi?” Juna manyun memerhatikan Mei sibuk dengan alat perahnya. “Bantuin sini, malah bengong! Biar cepat beres ini,” omel Mei. Juna pun nyengir dan membantu Mei menuliskan tanggal hari ini di setiap label botol ASI itu, kemudian memasukkannya ke dalam kulkas yang ada di dalam kamar mereka. Sementara Mei membereskan alat-alat pemerah ASI, mencuci, mengelap, dan menyimpan kembali dengan rapi. “S

  • Menikahi Mantan Pacar Teman   Extra Part

    “Mami, bangun! Ini sudah jam berapa?” Juna menarik selimut Mei, menepuk-nepuk istrinya yang malah lebih erat lagi memeluk guling. Juna geleng-geleng kepala. Sepertinya Mei bangun kesiangan lagi, padahal biasanya Mei itu morning person. Istrinya itu sigap melayani apa saja kebutuhannya dan juga Vi. Rajin mempersiapkan keberangkatan Juna ke kantor, dan juga mempersiapkan sendiri box makanan untuk Vi. Tapi sudah seminggu ini, makanan untuk Vi diurus pegawainya. Demikian pula persiapan sarapan untuk mereka. Juna rindu sarapannya dipersiapkan sendiri oleh sang istri tercinta. “Banguun, ... Maemunah.” Juna menarik guling Mei, tapi kemudian Mei mengalungkan lengannya di leher Juna. Membuat Juna terkekeh dan menciumi wajah istrinya. “Jun, ngantuk banget gue loh. Masih kepingin bobok.” Juna pun mengecupi pipi istrinya yang masih memejamkan mata. Mei kelihatan sangat mengantuk memang. Juna jadi tak tega menyuruhnya bangun dan menyelimutinya lagi. Juna mandi pagi dan berganti pakaian, memasa

  • Menikahi Mantan Pacar Teman   Extra Part

    Mei tersenyum puas usai melakukan rapat final dengan manager pengelola gedung Utomo Group. Mei menyabet tempat di lantai dasar gedung Utomo Group yang sebelumnya disewa oleh sebuah restoran franchise asing. Mei ingin menancapkan taring bisnisnya di gedung utama milik kakek suaminya sendiri.Juna pikir istrinya kian menggilai bisnis dan ingin semakin banyak mereguk laba berlipat-lipat. Namun Juna dibuat terkejut saat Mei memaparkan sesuatu kepadanya, bahwa Mei akan memberikan diskon khusus bagi para pegawai Utomo Group yang makan di restoran itu dalam jangka waktu selama mereka berstatus pegawai Utomo Group, yaitu diskon 90% bagi kalangan pegawai kelas bawah semisal security, OB, cleaning service, dan diskon 60% bagi kalangan staf biasa.“Biar apa gitu, Mei?”“Biar mereka merasa dihargai, dan mereka bisa pakai diskonannya buat kepentingan mereka yang lain, atau buat ditabung. Soalnya, Jun, ... gue pernah jadi pegawai rendahan kayak mereka, budget makan siang itu mehong dan berasa bange

  • Menikahi Mantan Pacar Teman   Extra Part

    “Mei, serius ... elu nggak kepengen ngadain resepsi buat pernikahan kita ini?” Juna diam-diam ingin mewujudkan pesta pernikahan impian yang ingin digelarnya secara mewah. Sebagai wujud kegembiraannya memenangkan hati Mei kembali.“Ogah. Kan udah gue bilang ogah. Berisik amat sig elu masih nanyain melulu, Jun?”Juna manyun. “Emang kenapa sih, Mei?” rengeknya sambil memeluk Mei dari belakang, sementara Mei sedang sibuk meracik bumbu untuk makan malam mereka nanti.“Buat apa elu buang-buang duit cuma buat menjamu para sosialita yang fake itu, heh? Gue ingat banget ya, pas gue lagi melarat gimana sikap mereka ke gue. Gue tuh kayak sampah tahu nggak di mata mereka. Anna dan teman-temannya itu! Papasan sama gue di mall kagak ada yang mau noleh barang seorang, padahal gue udah sapa duluan baek-baek,” oceh Mei sambil menggeprek lengkuas sekuat-kuatnya sampai penyet, seakan lengkuas itu adalah perwujudan Anna dan teman-temannya.Jantung Juna nyaris mencelat kaget mendengarnya. ‘Dih, serem juga

  • Menikahi Mantan Pacar Teman   EPILOG

    Mei dan Juna menginap di sebuah presidential suite. Di sinilah mereka pernah melewati malam pertama pada pernikahan mereka yang terdahulu. Pada malam rujuknya mereka kali ini, Mei dan Juna kembali memilih ruangan yang sama, ruangan yang menyimpan sejuta kenangan tentang mereka. Ruangan ini menjadi saksi bisu, bahwa ada rasa membara yang mengikat Mei dan Juna, sejak dulu sampai sekarang, tak pernah padam. Jika keduanya dulu merasa canggung saat memasuki ruangan ini dalam balutan gaun pengantin, sekarang tidak lagi. Begitu Juna menutup pintu hotel, dia langsung mengangkat tubuh istrinya itu ke ranjang, melucuti pakaian Mei dengan tak sabar. Sudah halal, bukan? Tangan Juna bergerak cepat menyingkirkan segala macam penghalang, dan matanya berbinar-binar begitu tubuh polos Meilani kini terpampang nyata. Mei ternyata masih tetap luar biasa dan semengagumkan dulu. “Bisa-bisanya Mei, elu udah jadi emak-emak tapi body masih mulus langsing singset kayak gini?” pujinya sambil membelai perut Mei

  • Menikahi Mantan Pacar Teman   184. Demi Juna

    “Buset, ribet amat sih mau rujuk kebanyakan syarat administrasi! Nggak bisa nikah di KUA hari ini dong gue? Mau tuntasin ibadah nikah yang mulia kok ada-ada aja ya ujiannya?” oceh Juna saat menelepon Jonathan. “Ya udah, Jon, elu buruan daftarin dan urusin semua persyaratan rujuk buat gue dan Mei di KUA. Gue sama Mei nikah siri aja dulu hari ini! Biar cepat sah dan halal,” pungkasnya. Mei tertawa mendenngar ocehan Juna yang teramat ramai. “Beneran mau nikah hari ini? Ntar ajalah ... tanggung, nikah di KUA yang resmi sekalian, tunggu Jojon kelar beresin syarat administrasinya dulu, Jun.” “Eits, nggak bisa! Ibadah loh ini, Maemunah ...! Ibadah itu jangan ditunda-tunda. Jangan dengerin bujuk rayu setan buat nunda-nunda ibadah kita.” Mei terpingkal-pingkal. “Cih. Bisa aja nih orang modusnya, ... bilang aja udah nggak tahan pengen grepe-grepe gue!” cibirnya. Juna nyengir. “Itu kan ibadah juga, Mami sayang, ... yang membedakan kita sama kucing! Kucing mau kawin tinggal kawin, kalau kita

  • Menikahi Mantan Pacar Teman   183. Yes or No

    Mei buru-buru ke dapur, meneguk segelas air untuk membasahi kerongkongannya yang kering karena menahan gondok kepada Juna yang malah mengusilinya soal penggrebegan tadi. Wajah Mei jadi merah padam, bukan hanya karena marah pada keadaan. Tapi dia juga bingung bagaimana caranya menjelaskan ke Vincent? Tadi dia mengecek i*******m dan benar saja, kejadian tadi sudah tayang di I* TV milik Anna dan meraih banyak penonton. “Tuh, kan. Netizen malah belain kita dan kasih selamat sekalian. Orang-orang sekarang sudah tahu soal anak kita, Mei. Juga tentang kita yang sudah rujuk. Dahlah ... yuk, jadiin real aja?” Juna meletakkan ponsel setelah ikut mengecek dan membaca komentar yang berseliweran di I* itu. Juna kemudian merangkul Mei yang duduk menunduk di sofa sambil memegangi kepalanya yang pening. Juna memijiti pundak Mei hingga wanita itu terlihat sedikit nyaman. Mei menangis sambil mengatakan kalau dia takut Vincent marah, takut Vincent kecewa kepadanya. Mei juga meminta saran dan pendapat

  • Menikahi Mantan Pacar Teman   182. Kesempatan dalam Kesempitan

    “Gue kangen banget sama Vi, Mei. Please? Gue sekarang tahu kenapa gue langsung jatuh cinta sama Vi sejak awal ketemu dulu. Dan semakin ke sini gue semakin sering kangen sama dia. Ternyata itu yang namanya ikatan batin. Iya ‘kan? Elu sendiri tadi bilang, bakal beri gue ruang buat mencurahkan kasih sayang gue ke Vi?” Mei memutar bola mata. “Iya, tapi nggak gini juga keleus ..., lu lihat ini jam berapa sekarang? Jam 12 malam. Gila lu mau masuk-masuk kamar janda tengah malam gini.” Juna tertegun. Setelah pembicaraan seriusnya tadi, sekarang Mei dengan cepat kembali ke mode cablak. Juna garuk-garuk kepala. “Dih, cepat juga waktu berlalu ya, Mei?” “Ya iyalah, dodol. Situ aja nangisnya berapa jam sendiri?” “Njirr ..., jangan cerita ke siapa-siapa ya, Mei. Tengsin gue.” “Wani piro?” Lalu Mei terkekeh jahat. “Cih. Lu kayak John Wick aja, Mei!” seloroh Juna. Karena John Wick suka menantang imbalan Juna dengan dua kata yang sama itu, ‘wani piro’. “John Wick? Keanu Reeves?” Mei kebingunga

  • Menikahi Mantan Pacar Teman   181. Tak Cukup Hanya Cinta

    Juna merengkuh kedua tangan Mei. Tangan Mei terasa hangat dalam genggaman Juna yang dingin. “Mei ...,” panggil Juna seraya mengecup lembut punggung tangan wanita itu, “gue udah tahu semuanya, ... siapa sebenarnya Vi,” ucapnya begitu lirih. “Sorry ..., I’m too late.” Juna mendesahkan sejuta penyesalan. Juna berlutut di depan Mei seraya mendongak, mempertemukan tatapan mereka. “Mei ...,” panggilnya lagi, karena wanita itu tak jua bersuara sejak tadi. Mei membeku dalam kediaman panjangnya. “Gue sungguh-sungguh minta maaf. Mungkin permintaan maaf gue ini nggak sepadan dengan penderitaan yang sudah elu lewati seorang diri selama ini.” Juna mengetatkan genggamannya seiring pecutan sesal yang kian melecut-lecut dalam hatinya. Juna baru tahu dari Anjani ..., jika ternyata Mei dalam kondisi mengandung darah dagingnya saat Juna menceraikannya dulu. Saat Juna mengusirnya siang itu, meninggalkan rumahnya di bawah terik cahaya mentari yang membakar kulit, dengan berjalan kaki. Ya ..., berjalan ka

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status