"Apa? Kau pikir kau sangat tampan? Mungkin, wanita lain langsung menggilaimu, tapi aku tidak!" tangkas Greya, dia mampu menutupi wajahnya yang memerah dari siapapun, tapi tidak dari Hansel, sang Cassanova yang telah menjelajahi lautan wanita.
"Begitu kah?" tanya Hansel dengan senyuman meledek.
"Minum obatnya! Jangan sampai kau demam dan kembali merepotkanmu lagi. Besok pagi, kau harus sudah keluar dari rumahku!" omelnya, berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Baik, Bu Dokter!" jawab Hansel sembari tersenyum simpul.
Greya menghela nafas panjang. Menghadapi pria yang kepercayaan dirinya tinggi, memang membutuhkan kesabaran seluas lautan.
"Untung saja, setelah malam ini, aku tidak akan bertemu lagi dengannya."
Greya mengambil selimut tebal, dia memutuskan untuk tidur di sofa luar saja. Hansel mengamati pergerakan Greya, dia sudah tau apa yang dilakukan wanita itu. Tapi, entah kenapa, dia memiliki kesenangan baru, yaitu menggoda wanita yang telah menyelamatkan hidupnya itu.
"Untuk apa kau mengambil selimut setebal itu?" tanya Hansel.
"Aku berbaik hati membiarkanmu tidur di sini. Aku akan tidur di luar malam ini!" jawabnya tanpa menoleh pada Hansel.
"Kenapa harus tidur di luar? Di sampingku masih ada tempat, masih muat jika kau tidur di sebelahku. Aku juga tidak keberatan untuk memelukmu," goda Hansel. Dia menepuk-nepuk tempat kosong di sebelahnya.
Greya mengepalkan tangannya. Dia merasa jengah dengan kata-kata manis yang begitu memuakkan.
"Aku sudah berbaik hati memberikan tempat hangat untukmu tidur. Maka berterima kasihlah! Jangan banyak bicara, cepat tidur sana! Aku tidak mau mendengar ocehanmu itu," sentak Greya, buru-buru dia mengambil selimutnya dan keluar dari kamar yang terasa pengap malam itu.
"Tapi, aku hanya ma–"
Bam!
Greya menutup pintu kamar dengan keras. Sebagai isyarat kalau dia tidak mengizinkan Hansel berbicara lebih banyak lagi.
"Wanita ini memang sangat berbeda. Aku jadi ingin bermain-main lebih lama dengannya," gumam Hansel mulai memikirkan sebuah niat licik di kepalanya.
Lama kelamaan, rasa kantuk mulai menyerangnya. Mungkin, itu juga efek obat yang diberikan Greya untuknya.
*****
Pagi hari, Greya sedang sibuk berkutat dengan bahan makanan di dapur kecilnya. Dia selalu membuat sarapan paginya sendiri, karena memasak selalu mengingatkannya pada mendiang sang Ibu yang setiap hari akan memasakkan banyak makanan enak untuknya.
Aroma masakan Greya berterbangan kemana-mana, menusuk hidung Hansel hingga membangunkan pria itu. Meskipun sudah terjaga sejak tadi, dia memilih berdiam di kamarnya dan berpura-pura tidur. Karena, sudah ada sebuah rencana yang tersusun dalam benaknya.
"Ah, selesai juga." Greya menata makanan yang baru saja di masaknya di atas meja makan sederhana yang terbuat khusus untuk dua orang saja. Rumahnya benar-benar sederhana.
"Sebenarnya, aku sangat malas memasak untuk pria itu. Tetapi, biar dia cepat sehat dan pergi dari sini, aku harus memberikannya nutrisi yang cukup." Greya ngedumel.
Greya masuk ke kamarnya. Ketika dilihatnya Hansel masih tertidur pulas, dia mengendap-endap mengambil pakaiannya yang berada di almari. Namun, dia tidak tahu, apa yang dilakukannya, semua berada dalam pengawasan Hansel.
Dikarenakan kamar mandinya yang kecil, Greya meletakkan pakaiannya di sofa agar tidak basah.
Setelah Greya masuk ke dalam kamar mandi, diam-diam Hansel mengambil pakaian Greya dan memasukkannya kembali ke dalam kamar. Tujuannya sudah sangat jelas bukan?
Dia memandangi pakaian dalam Greya, seutas seringaian tipis terselip di bibir tipisnya.
"Wanita, aku akan memperlakukanmu dengan sangat baik nanti," gumamnya.
Mendengar suara decitan pintu kamar mandi, Hansel meletakkan kembali satu set pakaian Greya di tepi ranjang. Hansel buru-buru naik ke atas ranjang dan memejamkan matanya, seolah dia belum bangun.
Di luar, Greya kebingungan mencari pakaiannya. Berulang kali dia sudah menggeser sofanya, namun apa yang dicari belum kunjung dia temukan.
"Di mana pakaian itu? Seingatku, aku meletakkannya di sini. Tapi, kenapa bisa menghilang begitu saja?" gumamnya kebingungan.
"Aku sudah terlalu lama mengenakan bathrobe ini. Jika pria mesum itu tiba-tiba keluar?" Greya mengenyahkan semua pemikiran anehnya. "Lebih baik aku mengambil pakiaan lain saja."
Greya membuka pintu perlahan-lahan, mengintip suasana kamarnya yang terasa hening. "Syukurlah, pria itu belum bangun. Aku harus melakukan gerakan kilat."
Seperti yang dikatakannya tadi, Greya melakukan gerakan kilat untuk mengambil pakaiannya. Namun, dia tercengang saat melihat pakaian yang dicarinya tadi berada di tepi ranjang.
"Ke-kenapa pakaianku bisa berada di sini?" gumamnya sambil memegangi pakaian itu. "Jangan-jangan, pria ini yang…." Greya tak melanjutkan kalimatnya. Dia segera menyambar pakainya dan mau keluar keluar. Greya memegang knop pintu dan hendak memutarnya. Namun, dirinya dikejutkan dengan tangan besar yang memeluknya dari arah belakang.
"Apa yang kau lakukan?" teriak Greya, ketakutan mulai menguasai dirinya. "Lepaskan aku!" sergahnya lagi.
Hansel tersenyum, dia membenamkan wajahnya di Curug leher Greya, menghirup dalam-dalam aroma tubuh wanita itu yang begitu memanjakannya.
"Lepaskan aku, sialan! Jangan berpikir kau bisa melakukan sesuatu di sini!" lirih Greya.
Perlahan-lahan, Hansel membuka tali Bathrobe yang dikenakan Greya. Menurunkan Bathrobe tersebut hingga menampakkan pundak putih wanita yang mulai gemetar ketakutan.
"Kulitmu sangat halus," puji Hansel.
"Jangan macam-macam, Tuan. Cukup aku menganggapmu sebagai pria mesum. Jangan sampai aku melabelimu sebagai pria tidak tau diri!" kecam Greya, jantungnya mulai berdetak kencang. Saat ini, dirinya sedang terancam. Entah apa yang harus dia lakukan agar bisa terlepas dari pria ini.
"Terserah. Apapun panggilan yang kau sematkan untukku, aku menerimanya dengan senang hati," kata Hansel menunjukkan ketidak peduliannya.
Greya memejamkan matanya saat tangan Hansel mulai menyentuh setiap inci tubuhnya.
"Stop! Hentikan tanganmu, Tuan!" pekik Greya.
"Oh, kau mau aku menyentuh dibagian lain?"
"Hentikan omong kosongmu!" bentak Greya. "Beginikah caramu memperlakukan penyelamatmu? Jika semalam aku tidak menolongmu, kau pasti sudah mati, Tuan! Jadi, tolong jaga sikapmu!" berang Greya kesal menahan amarah bercampur takut.
"Lepaskan aku, atau aku akan menyuntikkan racun ke kakimu?!" ancam Greya, hanya itu cara yang dia miliki sekarang.
"Jika aku tidak mau melepaskanmu, bagaimana?" Hansel masih dengan gaya mengolok-oloknya. "Lagi pula, bagaimana caramu melakukan sesuatu padaku? Kau sedang berada dalam pelukanku. Dan sebentar lagi, kau akan berada di bawah kungkunganku sambil meneriakkan namaku dan mendesah nikmat," sanggah Hansel tersenyum miring.
'Sialan! Ternyata pria ini pintar juga. Cara apa yang harus kulakukan? Aku menyesal telah menolong pria sialan ini. Jika tau begini, aku akan membiarkan kakinya membusuk hingga dia mati saja!'
"Bermimpilah!" sentak Greya.
Hansel kembali menciumi leher Greya. Tangannya mulai menurunkan Bathrobe yang dipakai Greya secara paksa. Namun, sekuat tenaga pula Greya menahan Bathrobe itu agar tidak mengekspos tubuhnya.
Saat mereka sedang asik tarik-menarik bathrobe di tubuh Greya, suara ketukan pintu berulang kali yang diselingi dengan panggilan menghentikan pergerakan mereka.
Tok!
Tok!
"Grey? Apa kamu ada di dalam?" tanya seorang pria dari arah luar.
"Grey? Kenapa kamu tidak menyahut? Apa kamu ada di dalam?" panggil pria itu lagi. Tak lama kemudian, ponsel Greya yang berada di atas meja makan berdering. Suara ponsel Greya terdengar sampai keluar."Grey, kamu ada di dalam tidak?" tanya pria itu lagi mulai panik."Lepaskan aku, pria mesum!" bentak Greya kesal."Baiklah. Aku tidak jadi memakanmu sebagai sarapan pagi," ucapnya yang langsung melepaskan pegangannya dari tubuh Greya."Pinjamkan ponselmu!" pintanya sambil menengadahkan tangannya."Untuk apa?" tanya Greya meningkatkan rasa kewaspadaannya."Aku mau menghubungi orangku untuk menjemputku di sini. Apa kau kau mau menampungku sampai aku sembuh? Kalau begitu, aku akan menumpang di sini dengan senang hati!" Hansel memperlihatkan sederet giginya. Meskipun terlihat menyebalkan, tetapi wajahnya sangat tampan. Namun, tetap saja Greya tidak terpesona. Aura menyebalkan lebih mendominasi."Menumpang? Enak saja. Pergi sana!" Greya menolak tubuh Hansel sampai terduduk di ranjang. Hansel
Mendengar penuturan Greya, Jo menurunkan tangannya. Dia menggenggam kedua tangan Greya dan memohon maaf pada wanita itu."Grey, aku mohon maaf. Selama ini aku khilaf, aku tidak sadar telah menyakiti hatimu, Grey! Kumohon maafkan aku!" mohon Jo memelas.Greya tersenyum samar, berulang kali dia sudah dibohongi oleh pria itu. Entah kenapa dia memilih bertahan dan memaafkan meski kerap kali dia dikasari dan diduakan. Entah karena dia yang terlalu mencintai, atau memang karena bodoh. "Aku ini laki-laki normal, Grey. Aku butuh wanita untuk menyalurkan keinginan biologisku. Kamu tidak pernah mau memberikan apa yang aku inginkan. Jadi, aku terpaksa mencari wanita lain di luaran sana untuk memuaskan aku. Kumohon maafkan aku, Grey! Jika saja kamu bisa menuruti keinginanku, mungkin aku tidak akan seperti itu," ujar Jonathan.Greya memejamkan matanya sesaat, dia tersenyum sinis pada pria yang telah menemani hari-harinya selama lima tahun ini. Bukan hanya kebahagiaan yang diberikan Jo, tetapi jug
"Dasar cucu sialan! Aku sudah tua begini masih saja mau kau korbankan!" omel kakek itu."Tuan, Bayu, ini tongkat Anda!" ucap asisten Alex menyerahkan tongkat milik Bayu.Bayu langsung merampas tongkatnya, dia sudah terlalu tua, untuk berjalan pun kesusahan. Malah menjadi sasaran musuh-musuh cucunya."Kau lihat, karena dirimu, supirku dan seorang gadis menjadi korbannya! Kau ini, kalau berbisnis yang benar-benar saja. Kenapa saingan bisnismu bisa sampai mencelakaiku juga?" omelnya, menatap cucunya yang terdiam dengan sorot mata tajam. Bayu tidak tahu, kalau yang tadi menyerangnya bukanlah saingan bisnis Hansel, tetapi rival Hansel sesama ketua mafia di dunia hitam."Maaf, Kek, aku pastikan lain kali hal seperti ini tidak akan terjadi lagi!" ucap Hansel memohon maaf pada sang Kakek yang siap meledakkan omelannya."Kau benar-benar tidak kasihan padaku. Untuk berjalan saja aku kesusahan. Tapi, kau malah mengorbankan aku!" ketusnya, emosinya belum mereda sedikitpun. "Gara-gara dirimu, seor
"Cepat cari! Dia pasti masih di sekitar sini. Jangan biarkan dia lolos begitu saja, kita akan dipenggal oleh Tuan Max!" pekik sekumpulan orang bersenjata di dalam gang gelap."Sialan! Mereka terus saja mengejarku!" umpat seorang pria yang berjalan terpincang-pincang, sebab kakinya terkena timah panas yang ditembakkan oleh musuh-musuh yang masih mengejarnya."Cepat cari lagi! Malam ini kita harus menemukannya!" seru salah seorang pria yang memimpin kawanan mafia itu. "Sejak lama dia sudah ditargetkan oleh Tuan Max. Sangat susah mendapatkan kesempatan seperti ini lagi. Maka dari itu, malam itu kita harus memburunya sampai dapat!" imbuh pria itu menyemangati anak buahnya yang lain."Cari ke sana!" suara kawanan para musuh pria itu semakin mendekat.Pria bernama Hansel yang sedang dikepung oleh anak buah musuhnya itu mulai kebingungan mencari tempat persembunyian. Dia melihat ke segala penjuru, tidak menemukan tempat aman yang bisa dijadikan tempat persembunyiannya."Sial! Apa aku harus m
"Dasar cucu sialan! Aku sudah tua begini masih saja mau kau korbankan!" omel kakek itu."Tuan, Bayu, ini tongkat Anda!" ucap asisten Alex menyerahkan tongkat milik Bayu.Bayu langsung merampas tongkatnya, dia sudah terlalu tua, untuk berjalan pun kesusahan. Malah menjadi sasaran musuh-musuh cucunya."Kau lihat, karena dirimu, supirku dan seorang gadis menjadi korbannya! Kau ini, kalau berbisnis yang benar-benar saja. Kenapa saingan bisnismu bisa sampai mencelakaiku juga?" omelnya, menatap cucunya yang terdiam dengan sorot mata tajam. Bayu tidak tahu, kalau yang tadi menyerangnya bukanlah saingan bisnis Hansel, tetapi rival Hansel sesama ketua mafia di dunia hitam."Maaf, Kek, aku pastikan lain kali hal seperti ini tidak akan terjadi lagi!" ucap Hansel memohon maaf pada sang Kakek yang siap meledakkan omelannya."Kau benar-benar tidak kasihan padaku. Untuk berjalan saja aku kesusahan. Tapi, kau malah mengorbankan aku!" ketusnya, emosinya belum mereda sedikitpun. "Gara-gara dirimu, seor
Mendengar penuturan Greya, Jo menurunkan tangannya. Dia menggenggam kedua tangan Greya dan memohon maaf pada wanita itu."Grey, aku mohon maaf. Selama ini aku khilaf, aku tidak sadar telah menyakiti hatimu, Grey! Kumohon maafkan aku!" mohon Jo memelas.Greya tersenyum samar, berulang kali dia sudah dibohongi oleh pria itu. Entah kenapa dia memilih bertahan dan memaafkan meski kerap kali dia dikasari dan diduakan. Entah karena dia yang terlalu mencintai, atau memang karena bodoh. "Aku ini laki-laki normal, Grey. Aku butuh wanita untuk menyalurkan keinginan biologisku. Kamu tidak pernah mau memberikan apa yang aku inginkan. Jadi, aku terpaksa mencari wanita lain di luaran sana untuk memuaskan aku. Kumohon maafkan aku, Grey! Jika saja kamu bisa menuruti keinginanku, mungkin aku tidak akan seperti itu," ujar Jonathan.Greya memejamkan matanya sesaat, dia tersenyum sinis pada pria yang telah menemani hari-harinya selama lima tahun ini. Bukan hanya kebahagiaan yang diberikan Jo, tetapi jug
"Grey? Kenapa kamu tidak menyahut? Apa kamu ada di dalam?" panggil pria itu lagi. Tak lama kemudian, ponsel Greya yang berada di atas meja makan berdering. Suara ponsel Greya terdengar sampai keluar."Grey, kamu ada di dalam tidak?" tanya pria itu lagi mulai panik."Lepaskan aku, pria mesum!" bentak Greya kesal."Baiklah. Aku tidak jadi memakanmu sebagai sarapan pagi," ucapnya yang langsung melepaskan pegangannya dari tubuh Greya."Pinjamkan ponselmu!" pintanya sambil menengadahkan tangannya."Untuk apa?" tanya Greya meningkatkan rasa kewaspadaannya."Aku mau menghubungi orangku untuk menjemputku di sini. Apa kau kau mau menampungku sampai aku sembuh? Kalau begitu, aku akan menumpang di sini dengan senang hati!" Hansel memperlihatkan sederet giginya. Meskipun terlihat menyebalkan, tetapi wajahnya sangat tampan. Namun, tetap saja Greya tidak terpesona. Aura menyebalkan lebih mendominasi."Menumpang? Enak saja. Pergi sana!" Greya menolak tubuh Hansel sampai terduduk di ranjang. Hansel
"Apa? Kau pikir kau sangat tampan? Mungkin, wanita lain langsung menggilaimu, tapi aku tidak!" tangkas Greya, dia mampu menutupi wajahnya yang memerah dari siapapun, tapi tidak dari Hansel, sang Cassanova yang telah menjelajahi lautan wanita."Begitu kah?" tanya Hansel dengan senyuman meledek."Minum obatnya! Jangan sampai kau demam dan kembali merepotkanmu lagi. Besok pagi, kau harus sudah keluar dari rumahku!" omelnya, berusaha mengalihkan pembicaraan."Baik, Bu Dokter!" jawab Hansel sembari tersenyum simpul.Greya menghela nafas panjang. Menghadapi pria yang kepercayaan dirinya tinggi, memang membutuhkan kesabaran seluas lautan. "Untung saja, setelah malam ini, aku tidak akan bertemu lagi dengannya." Greya mengambil selimut tebal, dia memutuskan untuk tidur di sofa luar saja. Hansel mengamati pergerakan Greya, dia sudah tau apa yang dilakukan wanita itu. Tapi, entah kenapa, dia memiliki kesenangan baru, yaitu menggoda wanita yang telah menyelamatkan hidupnya itu."Untuk apa kau m
"Cepat cari! Dia pasti masih di sekitar sini. Jangan biarkan dia lolos begitu saja, kita akan dipenggal oleh Tuan Max!" pekik sekumpulan orang bersenjata di dalam gang gelap."Sialan! Mereka terus saja mengejarku!" umpat seorang pria yang berjalan terpincang-pincang, sebab kakinya terkena timah panas yang ditembakkan oleh musuh-musuh yang masih mengejarnya."Cepat cari lagi! Malam ini kita harus menemukannya!" seru salah seorang pria yang memimpin kawanan mafia itu. "Sejak lama dia sudah ditargetkan oleh Tuan Max. Sangat susah mendapatkan kesempatan seperti ini lagi. Maka dari itu, malam itu kita harus memburunya sampai dapat!" imbuh pria itu menyemangati anak buahnya yang lain."Cari ke sana!" suara kawanan para musuh pria itu semakin mendekat.Pria bernama Hansel yang sedang dikepung oleh anak buah musuhnya itu mulai kebingungan mencari tempat persembunyian. Dia melihat ke segala penjuru, tidak menemukan tempat aman yang bisa dijadikan tempat persembunyiannya."Sial! Apa aku harus m