Beranda / Urban / Menikahi Lelaki Brengsek / Bab 121 - Tak Direstui

Share

Bab 121 - Tak Direstui

Penulis: Vella Nine
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Nanda menarik napas dalam-dalam sambil merapikan jasnya saat ia baru saja keluar dari dalam mobil. Ia segera melangkah memasuki pintu kantor perusahaan Amora Internasional. Dengan cepat, ia langsung mencapai ke lantai gedung paling atas dan masuk ke ruang CEO.

“Dari mana saja?” tanya Andre sambil duduk di kursi kerja Nanda dan menatap tajam ke arah puteranya itu.

“Dari ...” Nanda memutar otaknya dengan cepat. Meski perasaannya tak karuan, ia tetap memberanikan diri untuk mengatakan kejujuran tentang hubungannya dengan Ayu. “Dari Keraton Surakarta.”

“Kamu mau menjalin hubungan bisnis dengan keluarga keraton itu?” tanya Andre.

Nanda menggeleng.

“Lalu? Untuk apa kamu meninggalkan perusahaan begitu lama? Sudah bosan kerja?” tanya Andre dingin.

Nanda menggeleng lagi.

“Terus apa?” seru Andre sambil menggebrak meja di depannya. “Kamu pikir, pemilik perusahaan bisa seenaknya aja, hah!? Meski kamu anak papa, papa tidak akan berbelas kas

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 122 - Deep Hope

    Nanda langsung menyambar ponsel dari tangan sekretaris itu. Ia berbalik dan melangkah pergi sembari menekan panggilan ke nomor ponsel Karina. Salah satu wanita yang terikat perjodohan bisnis dengannya karena hubungan bisnis dua perusahaan orang tua mereka. “Halo, Karina ...! Bisa ketemu?” tanya Nanda saat Karina menjawab panggilan telepon darinya. “Bisa. Jam berapa dan di mana?” tanya Karina lewat seberang telepon. “Bujana Coffee Shop. Sekarang!” pinta Nanda. “Nanda, aku masih sibuk ngurus bisnis. Satu jam lagi, gimana?” “Oke. Aku tunggu kamu di sana!” sahut Nanda. Ia segera mematikan panggilan teleponnya dan melangkah menuju pintu lift. “Permisi, Pak ...! Bapak mau pergi ke mana? Ada banyak dokumen yang harus ditandatangani.” Kepala Sekretaris perusahaan tersebut tiba-tiba menghampiri Nanda saat pintu lift baru saja terbuka. Nanda menghela napas saat ia dikejar-kejar dengan deadline perusahaan, juga dikejar waktu agar ia bisa

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 123 - I Believe Her

    Nanda melangkahkan kakinya perlahan memasuki kediaman orang tuanya. Sudah beberapa minggu ia tidak bertemu dengan sang ibu dan merasa sangat rindu. Dua tangannya menenteng paper bag berisi hadiah dan makanan kesukaan mamanya. “Sore, Ma ...!” sapa Nanda sambil menghampiri Nia yang sedang asyik berbincang dengan sahabatnya di ruang tamu. “Eh, ada Bunda Yuna?” Bunda Yuna tersenyum sambil menatap wajah Nanda. “Iya. Kebetulan lewat sini, jadi Bunda sekalian mampir. Gimana kabar kamu?” “Baik, Bunda.” Nanda langsung menyalami tangan Nia dan menciumnya. Ia juga tak lupa menyalami Bunda Yuna yang ada di sana. “Nia, aku balik dulu, ya!” pamit Bunda Yuna. “Satu jam lagi suamiku pulang ke rumah. Dia bisa ngambek kalau aku nggak ada saat dia pulang.” Nia mengangguk sambil tersenyum manis. Sebagai seorang istri, ia tahu bagaimana rutinitas dan tugas Yuna. Meski di luar sana terlihat sebagai wanita karir dengan jabatan tinggi dan memiliki banyak bisnis, saat

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 124 - Perseteruan Nanda dan Andre

    Nanda mengangguk. Ia merogoh ponsel di saku jasnya dan membuka galeri foto miliknya. “Dia makin cantik!” ucapnya bersemangat sembari menunjukkan foto Roro Ayu yang sedang duduk di sudut perpustakaan sembari membaca buku. “Dari dulu, dia memang senang belajar ya?” tanya Nia sambil tersenyum menatap wajah Roro Ayu. Nanda mengangguk. “Dia baru aja menyelesaikan gelar masternya di Cambridge University. Dia juga sudah menerbitkan banyak jurnal bisnis selama sekolah di sana. Lihat, Ma! Dia itu abis marah-marah sama aku, tapi malah ketiduran di pangkuanku. Lucu banget ‘kan? Hihihi.” Nia tersenyum sambil ikut mengusap layar ponsel Nanda. “Ini foto di mana? London Eye?” Nanda mengangguk. Ia langsung menutup layar ponsel dengan telapak tangannya saat sang mama mengusap ke kiri dan foto yang terpampang adalah foto dirinya dengan Ayu yang sedang berciuman. Nia tersenyum menggoda ke arah Nanda. “Mama udah lihat. Nggak usah ditutupi. Kamu beneran balikan sa

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 125 : Terlunta-Lunta

    “Hiks … hiks … hiks …!” Nia terus menangis sesenggukan di dalam kamar karena putera kesayangannya pergi dari rumah tanpa membawa apa pun. “Nia, kamu jangan nangis terus! Pusing dengernya,” pinta Andre sambil memegangi rahangnya yang terasa ngilu akibat pukulan dari puteranya. “Kalau nggak mau aku nangis terus, balikin Nanda ke rumah ini. Dia anak kita satu-satunya, kamu tega banget sama anak sendiri. Huuaaa ...!” seru Nia sambil membuang ingusnya dengan kasar menggunakan tisu. “Aku tahu. Aku juga nggak mau kayak gini. Tapi anak itu ... kalau terlalu dimanja, malah makin ngelunjak. Kita lihat aja! Palingan besok pagi dia sudah balik ke rumah ini dan nuruti kemauan kita. Dia pikir, bisa hidup tanpa orang tua? Siapa yang kasih makan selama ini sampai dia besar? Yang ngasih dia pendidikan dan semuanya? Cuma disuruh nurut sama orang tua aja susah!” sahut Andre sambil menahan kesal. “Hiks ... hiks ... hiks ...!” tangis Nia semakin keras begitu mendengar uca

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 126 - Susah Cari Kerja

    Nanda melangkahkan kakinya memasuki salah kantor perusahaan yang membuka lowongan kerja. Bermodalkan laptop pinjaman dari Sonny dan sedikit bantuannya, ia membuat lamaran pekerjaan dan mencoba mencari peruntungannya. Sayangnya, sudah tujuh perusahaan menolaknya untuk bekerja di sana. “Maaf, Mas ...! Kami tidak bisa menerima Anda. Posisi yang kami tawarkan tidak sesuai dengan pendidikan Anda. Kami hanya butuh kepala bagian. Pendidikan dan pengalaman kerja Anda terlalu tinggi untuk kami.” Ucapan beberapa HRD perusahaan itu kembali terdengar di telinga Nanda. Dari tujuh perusahaan yang ia lamar. Lima perusahaan menolaknya dengan alasan pendidikannya. Meski tidak terlalu pintar, tapi Nanda menyandang gelar Master of Bussiness dari salah satu universitas ternama di kota New York. Dua perusahaan lagi, menolaknya tanpa alasan yang jelas. Nanda menghela napas sembari duduk di bawah pohon yang ada di tepi jalan. “Minum, Mas?” Seorang pedagang es dawet

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 127 - Bertanggungjawablah!

    Karina tersenyum kecil sambil memperhatikan keringat yang membasahi wajah dan leher Nanda. Ia mengeluarkan tisu dari dalam tas tangannya dan mengusapkan ke wajah Nanda. “Kamu ngapain?” Nanda menjauhkan wajahnya saat tangan Karina tiba-tiba menyentuhnya. “Wajahmu keringetan, Nan. Kamu abis ngapain? Sini, aku bantu lap wajahmu,” tutur Karina sambil mengulurkan kembali tangannya ke wajah Nanda. “Aku bisa sendiri.” Nanda menyambar tisu dari tangan Karina dan mengusapkan ke wajahnya. Dahinya mengernyit saat melihat tisu bekas itu berwarna cokelat kehitaman. “Aku bisa jerawatan kalau kayak gini terus,” gumamnya. Karina tertawa kecil menatap wajah Nanda. “Walau jerawatan, pasti tetep kelihatan ganteng.” Nanda menghela napas mendengar ucapan Karina. Ia menyedot cepat es dawet di tangannya dan bangkit dari tempat duduknya. “Makasih, Lek!” ucapnya sembari meletakkan gelas es tersebut ke atas rombong pedagangnya. “Eh!? Kamu mau ke mana?” tanya Karina sambil merentangkan kedua tangan, meng

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 128 - Bantuan dari Karina

    “Nan, kalau kamu nggak keberatan. Aku bisa bantu kamu. Kamu bisa kerja di perusahaanku,” tutur Karina setelah mengetahui keadaan Nanda yang diusir keluarga karena menolak perjodohan dengannya.Nanda menggeleng. “Nggak, Rin. Makasih banget buat niat baikmu. Tapi ... aku nggak bisa menerimanya. Aku nggak mau berhutang budi dan semakin mempersulit hubungan bisnis ini.”“Jadi, mau kamu gimana?” tanya Karina dengan mata berkaca-kaca. Ia benar-benar tidak tega melihat keadaan Nanda saat ini.“Kalau aku miskin dan nggak punya apa-apa lagi, orang tuamu pasti nggak akan mau nerima aku ‘kan?” tanya Nanda.Karina menggelengkan kepalanya. “Nggak gitu, Nan. Dengan kita menikah, kamu bisa masuk ke perusahaanku dan kita bisa hidup bahagia bareng. Nggak perlu hidup miskin kayak gini, Nan. Demi cintamu ke perempuan itu, kamu sampe rela ngelepasin semuanya? Nggak realistis banget, Nan.”Nanda tertawa kecil mendengar ucapan Karina. “Kalau realistis, itu bukan cinta. Tapi rasa tanggung jawab.”“Cinta jug

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 129 - Bantuan dari Karina Part.2

    “Iih ... nggak mau! Nggak kenal,” tutur Karina sambil mengerutkan wajahnya. “Makanya, kenalan!” “Kamu kenal sama mereka, nggak?” “Nggak,” jawab Nanda sambil terkekeh. “Iih ... ogah, ah! Kalau mau carikan aku jodoh tuh yang kamu kenal. Biar tahu bibit, bebet dan bobotnya. Pas gitu, mereka cowok penipu gimana? Zaman sekarang, banyak cowok yang pura-pura kaya biar bisa gaet mertua kaya!” sahut Karina. Nanda terkekeh sambil menatap wajah Karina. “Aku serius!? Nggak usah bercanda, deh!” pinta Karina sambil menepuk paha Nanda. “Jodohin aku sama salah satu temen yang kamu kenal aja.” “Aku nggak punya teman.” “Bohong!” “Serius. Temen-temenku bangsat semua, Rin. Nggak cocok buat kamu.” “Termasuk kamu?” tanya Karina sambil melirik ke arah Nanda yang duduk di sebelahnya. Nanda terkekeh sambil menganggukkan kepala. “Aku ketua geng-nya. Kalau anak buahnya brengsek, berarti ketuanya lebih brengsek dari mereka.” “Hmm ... kalo ketua geng ganteng kayak kamu, aku mau ... kayak Dilan.” “Di

Bab terbaru

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 167 - I Do

    Nanda mengernyitkan dahi. “Waktu aku nggak punya apa-apa, kamu tetep mau sama aku karena aku ganteng ‘kan? Bisa aja kamu tertarik sama yang lebih ganteng lagi. Iya ‘kan?” “Hahaha. Masa aku mau sama berondong, sih? Nggaklah. Aku tetep sayang sama kamu. Nggak ada yang bisa gantikan kamu karena aku bukan sekedar sayang, aku juga butuh kamu ada di sisiku,” ucap Ayu sambil menyentuh lembut pipi Nanda. Nanda tersenyum sambil mengecup bibir Ayu berkali-kali. “Janji? Nggak akan ada cowok lain selain aku?” Ayu mengangguk. “Harusnya aku yang tanya seperti itu ke kamu. Bukannya kamu yang selalu gonta-ganti pasangan, hah?” “Aku sudah tobat, Ay. Lebih baik jadi mantan anak nakal daripada malah jadi mantan anak baik. Iya, kan?” “Memang harus tobat karena kamu akan menjadi seorang ayah dari anak perempuan. Tugas kita jauh lebih berat untuk mendidik dan merawat dia. Aku yang sudah dilindungi begitu kuat oleh orang tuaku saja, masih bisa dilahap oleh predator sepertimu,” ucap Ayu sambil menatap w

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 166 - See The Daughter

    Hari-hari berikutnya, Nanda dan Ayu menjalani hari-harinya dengan bahagia. Setiap hari, Nanda melakukan rutinitas kesehariannya di kantor. Sementara, Ayu mengisi waktu luangnya dengan menyibukkan diri menjadi dosen di salah satu universitas ternama di kota Surabaya. “Selamat sore, Ibu Dosen ...! Sudah mau pulang?” sapa Nanda sambil tersenyum manis saat Ayu keluar dari kelasnya di fakultas bisnis dengan perut yang sudah membesar. “Sore ...!” balas Ayu dengan senyum merekah di bibirnya. Nanda langsung melingkarkan lengannya di belakang pinggang Ayu. “Gimana kelasmu hari ini? Asyik?” Ayu mengangguk sambil tersenyum manis. “Nggak ada mahasiswa yang godain kamu ‘kan?” bisik Nanda. Ayu menggeleng. “Mereka hanya bercanda sesekali. Nggak godain serius,” jawab Ayu. “Hmm ... aku nggak mau kalau harus bersaing sama mahasiswa S2 kamu, ya!” “Bersaing apaan? Aku ini sudah bersuami, mana ada mahasiswa yang mau bersaing sama suami sepertimu,” sahut Ayu. “Hahaha. Baguslah. Aku sudah buat janj

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 165 - Kehangatan Malam Pengantin

    Ayu menggeleng sambil menyembunyikan tawa di dalam hatinya. “Aku maunya sekarang, Nan!" pintanya dengan gaya centil. Nanda langsung mengernyitkan dahi sambil bangkit dari tempat tempat tidur. “Kamu ini kenapa? Nggak kesurupan ‘kan?” Ayu menggeleng sambil tersenyum centil. Nanda langsung menempelkan punggung tangannya ke kening Ayu. “Normal, kok?” Ayu segera menepis tangan Nanda dari keningnya. “Kamu kira aku gila?” “He-em. Kamu nggak pernah secentil ini? Kenapa jadi centil banget?” “Bukannya kamu suka cewek yang centil dan agresif?” tanya Ayu balik. “Itu dulu, Ay. Lagian, kamu nggak cocok bertingkah centil kayak gini. Aku geli lihatnya,” sahut Nanda. Ayu mendengus kesal menatap wajah Nanda. Ia segera menarik selimut, menutup tubuhnya dengan rapat dan berbalik membelakangi Nanda. Nanda menahan tawa sambil melihat tubuh Ayu yang ada di bawah selimut. “Ay ...!” panggilnya lirih. “Ay ...!” panggil Nanda lagi sambil menggoyang-goyangkan tubuh Ayu. “Aku ngantuk. Mau tidur!” seru

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 164 - Don't Leave Me Again!

    “Ay, lain kali jangan candain aku seperti ini lagi. Aku hampir gila karena kehilangan kamu, Ay,” pinta Nanda sambil menatap wajah Ayu yang sedang membersihkan riasannya di dalam kamar. “Aku juga nggak tega lihat kamu kayak gitu. Idenya Nadine, Okky sama Sonny,” jawab Ayu sembari menengadah menatap Nanda. “Sonny tuh memang minta disepak,” tutur Nanda sambil memperhatikan wajah Ayu. “Belum kelar bersihin mukanya?” “Sebentar lagi,” jawab Ayu sembari mengusapkan kapas ke atas bibirnya. Nanda tersenyum sembari menyentuh lembut bibir Ayu. Ia menarik dagu wanita itu dan mengecup bibirnya. Tak sabar menunggu wanita ini selesai membersihkan seluruh riasannya. “Nan, aku masih bersih—” Ucapan Ayu terhenti saat Nanda kembali menyambar bibirnya dengan sensual. Seluruh tubuhnya menegang dan ia membalas ciuman Nanda dengan senang hati sembari mengalungkan lengannya ke leher pria itu. Semakin lama, ciuman Nanda semakin dalam. Dengan cekatan, pria itu menggendong Ayu naik ke atas ranjang tanpa m

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 163 - Cinta Adalah Tentang Rasa Takut

    Nanda memukul tiang pilar dengan kesal sembari memeluk kain gaun milik Ayu. Perasaannya tak karuan melihat banyak darah yang tertinggal. Semua bayangan buruk tentang Ayu memenuhi otaknya hingga membuat lututnya tak bisa berdiri tegak. “AARGH ...! Roro Ayu ... jangan tinggalin aku!” teriak Nanda histeris sambil memeluk potongan gaun pengantin Ayu seperti sedang memeluk seorang bayi mungil. Ia benar-benar takut kehilangan wanita yang baru ia nikahi beberapa jam lalu. Banyak hal yang telah mereka korbankan untuk bisa bersatu kembali dan Tuhan masih saja membuat mereka harus berpisah dengan cara yang begitu keji. Nanda terus menangis sesenggukan di halaman dalam keraton tersebut dan tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapi kemungkinan buruk yang terjadi pada istrinya itu. Ia benar-benar tidak siap kehilangan karena belum sempat membuat wanitanya itu hidup bahagia. Sementara itu ... dari lantai tiga menara keraton tersebut. Sepasang mata Ayu menikmati tubuh Nanda yang sedang meratap k

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 162 - Pengantin yang Hilang

    “Saya terima nikah dan kawinnya Raden Roro Ayu Rizki Prameswari binti Raden Mas Edi Baskoro Hadiningrat dengan mas kawin uang tunai sebesar lima ratus ribu dollar dibayar tunai ...!” ucap Nanda tegas sembari menjabat tangan penghulu yang membimbing hari pernikahannya dengan Roro Ayu. SAH! SAH! SAH! “Alhamdulillah ...!” Semua orang ikut tersenyum lega saat Nanda bisa mengucapkan ijab kabul dengan baik di hadapan penghulu yang menikahkannya dengan Ayu. Air mata Ayu menetes perlahan. Meski ini pernikahan yang kedua kalinya, tapi ia tetap saja tidak bisa menahan rasa haru ketika Nanda benar-benar mengucapkan ijab kabul dari hatinya sendiri. Bukan dengan cara terpaksa seperti yang sudah terjadi pada pernikahan sebelumnya. Bunda Rindu langsung memeluk tubuh Ayu dan menangis sesenggukan. Banyak hal yang telah membuat puterinya itu sakit dan Ayu tetap memilih untuk mencintai Nanda. Hati seorang wanita bisa begitu sabar dan setia pada pria yang pernah menyakiti. Dan ia kagum pada puteri

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 161 - Wedding Day

    Keesokan harinya ... Nanda menarik napas dalam-dalam sambil menatap dirinya di depan cermin. Setelan jas warna cream dengan lis warna cokelat, sudah ia kenakan dan membuat tampilannya jauh lebih segar dari biasanya. “Udah siap?” tanya Nia sambil melangkah masuk ke dalam kamar Nanda. Nanda mengangguk. “Gimana? Ganteng, nggak?” “Ganteng, dong!” ucap Nia sambil tersenyum menatap wajah Nanda. Nanda tersenyum lebar dan merapikan kembali jasnya yang sudah rapi. “Nan, kamu jaga baik-baik pernikahanmu kali ini, ya!” pinta Nia sambil menyentuh lengan Nanda. Nanda mengangguk sambil tersenyum menatap Nia. “Baik atau buruknya rumah tangga, semua tergantung suami sebagai pemimpin. Kalau istri salah, ingatkanlah dan kembalikan ke jalan yang baik. Kalau kamu yang salah, kamu harus berani untuk mengakui dan meminta maaf,” ucap Nia sambil menatap wajah Nanda. “Kamu boleh egois di depan semua orang, tapi tidak boleh egois demi kebaikan rumah tanggamu di masa depan.” “Iya, Ma. Aku pasti ingat s

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 160 - Persiapan Pernikahan Part.2

    Jalanan kota Solo yang basah oleh embun pagi, mulai menghangat dan langkah kaki penghuni kota itu mulai ramai. Keraton Kesultanan Surakarta dan masyarakat di sekelilingnya disibukkan dengan persiapan pernikahan Puteri Mahkota keraton tersebut. “Bunda, apakah pernikahanku harus seberlebihan ini?” tanya Ayu sambil menatap wajah Bunda Rindu. Bunda Rindu tersenyum sambil merangkul tubuh Ayu. “Bunda tahu, kamu selalu menyukai hal yang sederhana. Tapi ini semua keinginan masyarakat sekitar. Mereka sangat mengenalmu dan meminta untuk mengadakan pesta rakyat. Ay, kamu ini puteri mahkota di keraton ini. Saat ayahmu tutun tahta, kamu dan keturunanmu yang harus menggantikannya. Semua warga di sini mencintai dan membutuhkanmu. Jangan kecewakan mereka, ya!” ucapnya lembut. Ayu mengangguk. Ia mengedarkan pandangannya menatap begitu banyak abdi dalem dan masyarakat sekitar yang antusias menyambut pesta pernikahannya. “Aku dengar, calon suami Ndoro Puteri itu orang biasa saja. Bukan dari keluarga

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 159 - Persiapan Pernikahan

    “Jangan, Ay! Belum selesai, kan?” Nanda langsung menghadang langkah kaki Ayu. “Kalau udah tahu belum selesai, kamu jangan main game, dong! Apa susahnya sih diskusi bareng? Aku nggak suka kalau cowok itu ngomong ikut aja – ikut aja! Ngeselin tahu, nggak!?” sahut Ayu. “Hehehe. Iya, iya.” Nanda langsung merangkul tubuh Ayu. “Pilih, deh! Kamu sukanya yang mana?” “Aku udah pilih, Nanda! Tinggal cari baju untuk kamu. Kamu sukanya yang mana?” seru Ayu menahan kesal. “Apa pun pilihan kamu, aku pasti suka, Ay. Kamu aja yang pilih, ya! Sesuaikan aja sama baju pengantin kamu,” jawab Nanda sambil menatap wajah Ayu. “Ntar kamu nggak suka, Nan. Kalau warnanya putih juga, bagus atau nggak, sih? Kayak gimana gitu, ya?” “Yang ini aja, deh!” Nanda menunjuk salah satu jas berwarna cream dengan lis cokelat keemasan. Ayu mengangguk. “Oke. Ambil yang ini aja.” Nanda tersenyum sambil menatap Ayu yang sedang berbincang dengan pegawai butik tersebut. Hal sederhana yang kerap dipermasalahkan oleh wani

DMCA.com Protection Status