“Maaf ma…” kata Luna sambil menundukkan wajahnya, ia ketakutan. Ia tak berani bilang bahwa KK dan juga surat lahirnya juga ketinggalan di tempat itu berserta persyaratan lainnya seperti foto dan beserta KTPnya karena berharap kalau Hari tadi bakal mau menikah dengannya menghindari perjodohan dan blind-date. Bisa lebih murka nih mamanya kalau tahu seperti ini.
“Mama tak mau tahu, kamu mesti balik ke resto itu dan mencari laki laki tadi. Jangan bilang kamu gak tahu namanya. ”
Selidik mama Nesti yang membuat anaknya hanya bisa membalas dengan cengiran. Cengiran garing yang bisa ditebak artinya oleh mama Nesti, yaitu anaknya tak tahu siapa orang laki laki yang bertemu dengannya tadi.
Mama Nesti hanya bisa melotot, papa Ronald hanya bisa menepuk jidatnya bersamaan dengan lengkingan suara istrinya yang marah ketika mengetahui anaknya yang super ceroboh itu bahkan tidak tahu siapa nama laki laki itu. Surat sepenting itu bisa bisanya ketinggalan, kalau hilang gimana coba? Lagian ketemuan doang kok malah nunjukin surat identitas segala sih?
“ Dahlah! Perang dunia ketiga deh! Padahal baru saja selesai permasalahan satu sudah muncul masalah lagi.”
Papa Ronald menutup telinganya mendengar lengkingan istrinya memainkan nada sopran tinggi, yang bisa membuat kaca kaca rumahnya pecah karena lengkingan syahdu istrinya seperti Bianca Castafiore di dalam komik Tintin.
“Lunaaa, mama tak mau tahu kamu harus bisa mendapatkan kembali surat penting itu, kalau kamu ga bisa dapatkan itu bagaimana kamu bisa menikah?” tanya mamanya masih dengan nada tinggi membuat Aluna dan sang papa menutup telinganya karena nada itu menusuk telinga mereka dan membuat telinga mereka berdenging.
Luna menutup wajahnya, karena ia tak bisa membayangkan harus bertemu dengan orang itu lagi, mau ditaruh dimana wajahnya? Sudah salah orang, masih ia lamar pula! Dan sekarang ia harus menemukan orang itu untuk menanyakan masalah surat identitas dan berkas lainnya? Mau ditaruh dimana wajahnya?
***
Saat hari telah terang, sebuah apartemen mewah milik seorang pewaris tunggal Davidson grup pun sudah memulai aktifitasnya. Appartemen dengan harga mencapai miliaran rupiah itu hanya ditempati oleh seorang laki laki tampan nan tajir.
Ia menempati dan menyiapkan seluruh keperluannya seorang diri. Bahkan pagi ini ia menyiapkan sarapan untuk dirinya dan langsung menyantapnya karena ia hari ini akan ada meeting penting bersama investor yang akan menanamkan modal di resort HD yang akan menjadi resort dengan fasilitas super modern dan tetap menjaga keindahan alam di dalamnya.
Ia terbiasa harus sarapan sebelum memulai harinya, ia percaya asupan gizi seimbang akan membuat selur uh harinya akan tambah sempurna.
Harry selalu tepat waktu dan juga ia punya asisten pribadi yang sangat cekatan, bernama Rommy. Ia merangkap supir dan juga asisten pribadi, yang mengurus masalah jadwal dan segala keperluan pribadinya.
Ia sudah bekerja sejak orang tua Harold masih hidup, bahkan secara tak langsung menjadi anak angkat walau Rommy tak mau terlalu membebani keluarga Davidson waktu itu, dan ketika orang tua Harold meninggal karena kecelakaan, dialah yang mendampingi sang adik angkat sekaligus bosnya.
Sehingga ia tahu semua hal yang ada pada Harold dan juga tentang wasiat konyol yang disiapkan ayah ibunya Harold sebelum meinggal yaitu Harry harus menikah sebelum 30 tahun atau kalau tidak ia har us rela menyerahkan seluruh kekayaan Davidson grup kepada pamannya yang selalu menjadi lintah dalam Davidson grup.
Tentu saja Harrold tak rela kalau harus menyerahkan jerih payah ayah ibunya kepada sang paman yang sukanya berfoya foya.
“Pagi bos!” sapa Rommy dengan wajah ceria.
“Hmm, ada apa wajah kakak angkatku seperti itu?”
“Ck, biasa aja bisa? Aku hanya mau mengingatkan sama kamu kalau usia kamu sudah menjelang 30 th, jadi kapan kamu akan menikah? Kamu pasti tak mau kan kalau harta warisan keluarga Davidson akan jatuh pada lintah itu?”
Lagi lagi Rommy mengingatkan apa yang harus Harold lakukan agar sang paman tidak memanfaatkan wasiat itu untuk kepentingannya.
“Aku tahu dan aku juga ingat…”
“Sudah bertindak? Aku gak mau kalau nantinya Davidson grup ada di dalam kepemimpinan om Bisma Davidson. Karena hanya nama belakang saja yang sama namun dia tak memiliki kemampuan untuk mengurus Davidson grup, kalau sampai ia yang memerintah maka bisa dipastikan kalau Davidson bakal bangkrut dan hancur.
Tiba tiba, terlintas sebuah ide konyol yang membuatnya bisa bertemu lagi dengan gadis konyol yang entah kenapa membuat dirinya memikirkannya sejak pertemuan salah paham mereka kemarin.Ia menyerahkan identitas seorang gadis yang dia dapatkan kemarin, kepada Rommy.
“Selidiki wanita ini untukku, karena aku mau menikah dengannya,” katanya sambil menyodorkan kartu identitas yang kemarin ia dapatkan dari kesalah pahaman yang lucu itu.
“Wah, aku gak nyangka kalau kamu udah memikirkannya, bahkan kamu sudah melangkah terlebih dahulu. Hebat!!”
“Rasanya ini emang rancangan Tuhan untuk membungkam langkah om Bisma. Ah sudahlah, kita berangkat saja, karena pertemuan dengan investor itu sekitar jam 9, dan ini sudah jam 7.30, takut terlambat aku!” ajak Harold yang sudah siap, dan segera keluar dari apartemennya diiringi oleh asisten pribadinya itu.
***
Di tempat lain, pagi itu Luna harus puas dengan sarapan omelan mamanya yang masih memkasa untuk mencari kartu identitasnya.
“Masih untung mama hanya tahu kalau yang ilang cuman kartu identitas, kalau sampai ia tahu bahwa bukan cuman itu saja gimana coba? Nyanyiannya bisa dari sabang sampai merauke.” gunamnya sangat lirih.
“Kamu nggrundel (= mengumpat) apa? Mau marah sama mama?” sergah mamanya kesal, karena anak semata wayaangnya ini benar benar mengesalkan banget. Luna hanya mengeluh dalam hati, tapi gak berani membantah. Sedangkan saat ini ia hanya menggeleng gelengkan kepalanya saat menjawab pertanyaan mamanya. Gak mungkin ia bilang kalau ia marah sama mamanya, kan itu juga kesalahannya.
“Mama ga mau tahu kamu harus menemukan kartu identitas kamu itu! Ngerti?” tanya mamanya dengan suara keras, membuat papanya hanya bisa menarik tubuh istrinya dan mengelus bahunya agar ia tak marah marah sama anaknya terus. Bisa bisa wanita cantik yang bergelar sebagai istrinya itu darah tinggi kalau terus menerus begitu.
“ Iya nanti Luna cari ma..” sahutnya berusaha meredam kemarahan mamanya.
“Ya sudah kamu berangkat dulu, nanti kamu telat.” kata papanya membuat Luna hanya bisa mengangguk dan meninggalkan meja makan setelah berpamitan kepada mama dan papanya, dan dibalas dengan anggukan dingin sang mama, pasrah deh Luna kalau gini.
***
Siang itu, saat Harold dan Rommy makan siang di hotel Astin, tepatnya di resto Atlantis yaitu tempat pertemuan Harold dan juga Aluna, Rommy dengan percaya diri berkata sama Harold.
“Aku sudah mendapatkan data dari gadis yang kamu incar,” kata Rommy sambil melambaikan data dan berkas yang ia dapatkan dari tim IT dari Davidson grup itu.
“Wah cepat sekali?” sahut Harold yang terkejut dengan kinerja Rommy yang sangat gerccep.
“Aku minta bantuan anak IT tadi, saat rapat investor berlangsung, dan siang ini aku dah dapet datanya,” kata Rommy sambil menyerahkan berkas itu sama Harold sehingga Harold bisa segera men-screening data yang disampaikan sama Rommy tentang Aluna.
Aluna Mahadewi Permana, 27 tahun, lahir 09 september dan bekerja sebagai Adevertising designer di Gen design selama 7 tahun, berarti dia sudah bekerja sambil kuliah, karena tercatat ia baru lulus 5 tahun yang lalu.
“Menarik!” ucapnya tiba tiba, membuat Rommy hanya bisa tersenyum menatap adik angkat sekaligus bosnya karena berarti tak lama lagi, ia akan bisa menyelenggarakan pesta pernikahan besar besaran untuk adik angkatnya itu dan tentu saja bisa mengalahkan om Bisma yang ingin sekali menjatuhkan keponakannya itu dan merampas harta warisannya.
“Gimana? Jadi kamu dan dia sudha membicarakan hal ini?”
“Iya, dia mau menikah denganku!” katanya dengan santai.
“Oke, berarti aku tinggal menyerahkan kepada Pengadilan Agama untuk mencatatkan pernikahan untuk kamu segera?” tanya Rommy menunggu persetujuan adiknya itu.
“Boleh, besok tinggal aku akan meminta dia untuk foto bersama buat akte pernikahan, lalu setelah itu kita sah sebagai suami dan istri.” sahutnya dengan tenang.
“Aku senang kalau kamu sudah mulai move on, dan aku harap kali ini kamu benar benar tidak salah pilih.” lanjut Rommy yang membuat tubuh Harold menegang dan seketika gemetar mengingat kejadian di masa lampaunya itu.
Siang itu, semua pegawai di Gen Design sibuk berat karena banyak dari mereka mengerjakan iklan yang masuk secara masal karena memang sebegitu terkenalnya design iklan dari Gen design ini. Apalagi Luna yang merupakan senior, dan sudah banyak klien yang mengenalnya. Jadi permintaan pembuatan iklan yang memilih dirinya tentu sudah sangat banyak, makanya ia sering terlambat untuk sekedar makan siang, seperti hari ini. Tiba tiba ada nomor asing yang masuk ke ponselnya dan berdering berkali kali. Sebenarnya Luna paling tak bisa mengangkat telepon dari orang yang tak dikenal dan tak terecord di phone book ponselnya, namun karena ia berada di kantor, mungkin bosnya ganti nomor. Luna mengambil ponselnya dan berjalan masuk ruangannya untuk mengakat panggilan tersebut. “Hallo..” “Maaf apa anda nona Luna?” suara laki laki yang asing di telinga Luna membuat ia lagi lagi meyakinkan kalau penelepon bukan
" Tapi aku . . . aku. . . aku hanya bercanda dan waktu itu aku salah mengenali orang jadi aku minta maaf, tapi waktu itu bukankah kamu juga menganggap itu sebagai sebuah lelucon lalu tertawa, jadi aku rasa kamu bisa lah melepaskan aku. . . Dan menganggap ini semua hanya candaan aja oke?" kata Luna dengan nada terbata-bata dan berusaha untuk bisa berbicara normal kembali saat dirinya sedikit terkejut dengan Fakta apa yang sudah saat ini dia ketahui yaitu bahwa Harry yang dobel R itu menginginkan dirinya sebagai istri bahkan surat-surat yang dimiliki oleh Luna yang sempat ketinggalan dan terbawa oleh Harry malah sekarang digunakan oleh Harry untuk mengubah status Luna dari lajang menjadi menikah.Dan ini GAWAT saudara saudara . . . bagaimana bisa ia menikah tanpa Restu dari kedua orang tuanya??? Bisa digantung ia di bawah pohon tauge. . . argh ada ada aja, ini semuanya gara gara kebodohannya yang maksimal. . .Harry mendekatkan wajahnya kepada Luna dan saking dekatnya dia bisa mencium w
Drrtt drtttDisaat mereka berdua sedang asyik menunggu, tiba-tiba ada telepon masuk.Ups, ternyata bukan hanya ponsel milik Luna namun juga milik Harry yang berdiri bersamaan.Tampak dari layar ponsel itu adalah panggilan dari keluarga, Luna langsung membalikkan badan untuk menjauh dari Harry dan mengangkat ponselnya itu."Halo Luna, apakah kamu baik baik saja?" tanya sang ibu dengan nada cemas, hati ibu siapa yang tidak cemas karena mendengar anaknya diculik oleh laki-laki yang tidak dikenal.Bahkan ia mendengar suara sang ibu yang serak-sorak basah tanda bahwa dia sangat khawatir sampai menangis di ujung telepon, membuat Luna merasa kebingungan.Apakah ada masalah di rumah? pikir Luna dengan hati yang ikutan menjda cemas.Awalnya dirinya ingin menunggu sampai Harry dijemput oleh asisten pribadinya yang katanya akan menjemput suaminya itu di tengah jalan seperti ini.Tapi kayaknya dirinya akan mengurungkan niatnya untuk menunggu sampai suaminya itu dijemput oleh, karena merasa bahwa
Hari ini adalah hari Sabtu, dan Luna masih bermalas-malasan di tempat tidurnya, tapi ponselnya berdiri dengan cukup keras sehingga dia mau tidak mau menutup telinganya dengan bantal, karena dia merasa bahwa Siapakah yang akan meneleponnya hari Sabtu seperti ini?Paling-paling hanya marketing kartu kredit yang memaksa dirinya untuk memiliki sebuah kartu kredit padahal dirinya sudah sering kali menolak hal itu.Namun ponselnya tidak berhenti untuk berdering, setelah berhenti, berbunyi lagi, begitu terus sampai kira-kira tiga kali, akhirnya memaksa Luna untuk mencari keberadaan ponselnya.Dengan sedikit membuka matanya, dia menggerutu dengan kesal karena ponselnya tidak berada di nakas seperti biasanya, dan dia harus mencari ponselnya itu dengan setengah mata terbuka, karena setengah matanya lagi tertutup.“ Siapa yang menganggu pagi pagi begini sih?’Dia mencoba mengulurkan tangannya dan meraba ke kasur tempat dirinya tidur dan mencari ponselnya di sana.Dan akhirnya dia bisa mendapatka
" Jangan lupa Luna, jam 1 siang di hotel Astin, resto Atlantis, no meja 127, Hari Wijaya, Dosen." kata mama Nesti, dengan jelas. Lagi lagi mama Nesti mengaturkan sebuah blind date untuk Luna, tepatnya Aluna Mahadewi Permana, anaknya yang sudah berusia 27 tahun. " Oke ma.. aku berangkat dulu sudah telat masuk kerja, bisa bisa gajiku dipotong oleh bosku kalau aku telat."sahut Luna sama mama Nesti dengan nada malas. " Ingat! Kalau kamu tidak temui Hari, maka nama kamu akan mama coret dari kartu keluarga kita," ancam mama Nesti dengan nada geram, sudah berapa kali anak perempuannya itu membuat ulah hanya karena ia tak mau dijodoh jodoh kan dengan laki laki pilihan mamanya itu. " Astaga ma, kemarin itu Luna ga suka sama orangnya." Bantah Luna dengan wajah cemberut karena ia tak suka dengan mamanya yang selalu menyuruhnya dan memaksannya menikah, bahkan ia pernah mengira kalau dirinya adalah anak angkat karena kekejaman dan pemaksaan mamanya. " Jangan berde
Mendengar penjelasan Harry, Luna semakin memucat karena malu, ia menggenggam ujung kemejanya dengan erat, karena itulah yang biasa ia lakukan saat gugup. Ya ampun bagaimana ini?? Pakai acara salah orang lagi! “ He he he, ehm, maaf..” Luna menggigit bibirnya dan tersenyum garing, serta sedikit demi sedikit ia beringsut keluar dari tempat duduknya dan berdiri dengan cepat. Wajahnya pucat karena ia tahu kalau ini sangat memalukan, dan ingin rasanya ia ngumpet di dalam karpet di bawah ini supaya laki laki itu tak melihatnya. Apalagi dia tadi sudah dengan PDnya mengajaknya nikah. O M G mau ditaruh dimana wajahnya ini. “Maaf ehm aku masih ada urusan yang lain, aku pergi dulu ya.” Selesai Luna berkata seperti itu, ia langsung menyambar tasnya dan berjalan keluar dengan cepat tanpa menghiraukan ekspresi dari laki laki itu dan segera menghentikan taxi yang memang berjajar di depan hotel Astin yang merupakan hotel berbintang 5, dan pergi.
Hari ini adalah hari Sabtu, dan Luna masih bermalas-malasan di tempat tidurnya, tapi ponselnya berdiri dengan cukup keras sehingga dia mau tidak mau menutup telinganya dengan bantal, karena dia merasa bahwa Siapakah yang akan meneleponnya hari Sabtu seperti ini?Paling-paling hanya marketing kartu kredit yang memaksa dirinya untuk memiliki sebuah kartu kredit padahal dirinya sudah sering kali menolak hal itu.Namun ponselnya tidak berhenti untuk berdering, setelah berhenti, berbunyi lagi, begitu terus sampai kira-kira tiga kali, akhirnya memaksa Luna untuk mencari keberadaan ponselnya.Dengan sedikit membuka matanya, dia menggerutu dengan kesal karena ponselnya tidak berada di nakas seperti biasanya, dan dia harus mencari ponselnya itu dengan setengah mata terbuka, karena setengah matanya lagi tertutup.“ Siapa yang menganggu pagi pagi begini sih?’Dia mencoba mengulurkan tangannya dan meraba ke kasur tempat dirinya tidur dan mencari ponselnya di sana.Dan akhirnya dia bisa mendapatka
Drrtt drtttDisaat mereka berdua sedang asyik menunggu, tiba-tiba ada telepon masuk.Ups, ternyata bukan hanya ponsel milik Luna namun juga milik Harry yang berdiri bersamaan.Tampak dari layar ponsel itu adalah panggilan dari keluarga, Luna langsung membalikkan badan untuk menjauh dari Harry dan mengangkat ponselnya itu."Halo Luna, apakah kamu baik baik saja?" tanya sang ibu dengan nada cemas, hati ibu siapa yang tidak cemas karena mendengar anaknya diculik oleh laki-laki yang tidak dikenal.Bahkan ia mendengar suara sang ibu yang serak-sorak basah tanda bahwa dia sangat khawatir sampai menangis di ujung telepon, membuat Luna merasa kebingungan.Apakah ada masalah di rumah? pikir Luna dengan hati yang ikutan menjda cemas.Awalnya dirinya ingin menunggu sampai Harry dijemput oleh asisten pribadinya yang katanya akan menjemput suaminya itu di tengah jalan seperti ini.Tapi kayaknya dirinya akan mengurungkan niatnya untuk menunggu sampai suaminya itu dijemput oleh, karena merasa bahwa
" Tapi aku . . . aku. . . aku hanya bercanda dan waktu itu aku salah mengenali orang jadi aku minta maaf, tapi waktu itu bukankah kamu juga menganggap itu sebagai sebuah lelucon lalu tertawa, jadi aku rasa kamu bisa lah melepaskan aku. . . Dan menganggap ini semua hanya candaan aja oke?" kata Luna dengan nada terbata-bata dan berusaha untuk bisa berbicara normal kembali saat dirinya sedikit terkejut dengan Fakta apa yang sudah saat ini dia ketahui yaitu bahwa Harry yang dobel R itu menginginkan dirinya sebagai istri bahkan surat-surat yang dimiliki oleh Luna yang sempat ketinggalan dan terbawa oleh Harry malah sekarang digunakan oleh Harry untuk mengubah status Luna dari lajang menjadi menikah.Dan ini GAWAT saudara saudara . . . bagaimana bisa ia menikah tanpa Restu dari kedua orang tuanya??? Bisa digantung ia di bawah pohon tauge. . . argh ada ada aja, ini semuanya gara gara kebodohannya yang maksimal. . .Harry mendekatkan wajahnya kepada Luna dan saking dekatnya dia bisa mencium w
Siang itu, semua pegawai di Gen Design sibuk berat karena banyak dari mereka mengerjakan iklan yang masuk secara masal karena memang sebegitu terkenalnya design iklan dari Gen design ini. Apalagi Luna yang merupakan senior, dan sudah banyak klien yang mengenalnya. Jadi permintaan pembuatan iklan yang memilih dirinya tentu sudah sangat banyak, makanya ia sering terlambat untuk sekedar makan siang, seperti hari ini. Tiba tiba ada nomor asing yang masuk ke ponselnya dan berdering berkali kali. Sebenarnya Luna paling tak bisa mengangkat telepon dari orang yang tak dikenal dan tak terecord di phone book ponselnya, namun karena ia berada di kantor, mungkin bosnya ganti nomor. Luna mengambil ponselnya dan berjalan masuk ruangannya untuk mengakat panggilan tersebut. “Hallo..” “Maaf apa anda nona Luna?” suara laki laki yang asing di telinga Luna membuat ia lagi lagi meyakinkan kalau penelepon bukan
“Maaf ma…” kata Luna sambil menundukkan wajahnya, ia ketakutan. Ia tak berani bilang bahwa KK dan juga surat lahirnya juga ketinggalan di tempat itu berserta persyaratan lainnya seperti foto dan beserta KTPnya karena berharap kalau Hari tadi bakal mau menikah dengannya menghindari perjodohan dan blind-date. Bisa lebih murka nih mamanya kalau tahu seperti ini. “Mama tak mau tahu, kamu mesti balik ke resto itu dan mencari laki laki tadi. Jangan bilang kamu gak tahu namanya. ” Selidik mama Nesti yang membuat anaknya hanya bisa membalas dengan cengiran. Cengiran garing yang bisa ditebak artinya oleh mama Nesti, yaitu anaknya tak tahu siapa orang laki laki yang bertemu dengannya tadi. Mama Nesti hanya bisa melotot, papa Ronald hanya bisa menepuk jidatnya bersamaan dengan lengkingan suara istrinya yang marah ketika mengetahui anaknya yang super ceroboh itu bahkan tidak tahu siapa nama laki laki itu. Surat sepenting itu bisa bisanya ketinggalan, ka
Mendengar penjelasan Harry, Luna semakin memucat karena malu, ia menggenggam ujung kemejanya dengan erat, karena itulah yang biasa ia lakukan saat gugup. Ya ampun bagaimana ini?? Pakai acara salah orang lagi! “ He he he, ehm, maaf..” Luna menggigit bibirnya dan tersenyum garing, serta sedikit demi sedikit ia beringsut keluar dari tempat duduknya dan berdiri dengan cepat. Wajahnya pucat karena ia tahu kalau ini sangat memalukan, dan ingin rasanya ia ngumpet di dalam karpet di bawah ini supaya laki laki itu tak melihatnya. Apalagi dia tadi sudah dengan PDnya mengajaknya nikah. O M G mau ditaruh dimana wajahnya ini. “Maaf ehm aku masih ada urusan yang lain, aku pergi dulu ya.” Selesai Luna berkata seperti itu, ia langsung menyambar tasnya dan berjalan keluar dengan cepat tanpa menghiraukan ekspresi dari laki laki itu dan segera menghentikan taxi yang memang berjajar di depan hotel Astin yang merupakan hotel berbintang 5, dan pergi.
" Jangan lupa Luna, jam 1 siang di hotel Astin, resto Atlantis, no meja 127, Hari Wijaya, Dosen." kata mama Nesti, dengan jelas. Lagi lagi mama Nesti mengaturkan sebuah blind date untuk Luna, tepatnya Aluna Mahadewi Permana, anaknya yang sudah berusia 27 tahun. " Oke ma.. aku berangkat dulu sudah telat masuk kerja, bisa bisa gajiku dipotong oleh bosku kalau aku telat."sahut Luna sama mama Nesti dengan nada malas. " Ingat! Kalau kamu tidak temui Hari, maka nama kamu akan mama coret dari kartu keluarga kita," ancam mama Nesti dengan nada geram, sudah berapa kali anak perempuannya itu membuat ulah hanya karena ia tak mau dijodoh jodoh kan dengan laki laki pilihan mamanya itu. " Astaga ma, kemarin itu Luna ga suka sama orangnya." Bantah Luna dengan wajah cemberut karena ia tak suka dengan mamanya yang selalu menyuruhnya dan memaksannya menikah, bahkan ia pernah mengira kalau dirinya adalah anak angkat karena kekejaman dan pemaksaan mamanya. " Jangan berde