Siang itu, semua pegawai di Gen Design sibuk berat karena banyak dari mereka mengerjakan iklan yang masuk secara masal karena memang sebegitu terkenalnya design iklan dari Gen design ini.
Apalagi Luna yang merupakan senior, dan sudah banyak klien yang mengenalnya. Jadi permintaan pembuatan iklan yang memilih dirinya tentu sudah sangat banyak, makanya ia sering terlambat untuk sekedar makan siang, seperti hari ini.
Tiba tiba ada nomor asing yang masuk ke ponselnya dan berdering berkali kali. Sebenarnya Luna paling tak bisa mengangkat telepon dari orang yang tak dikenal dan tak terecord di phone book ponselnya, namun karena ia berada di kantor, mungkin bosnya ganti nomor.
Luna mengambil ponselnya dan berjalan masuk ruangannya untuk mengakat panggilan tersebut.
“Hallo..”
“Maaf apa anda nona Luna?” suara laki laki yang asing di telinga Luna membuat ia lagi lagi meyakinkan kalau penelepon bukan penipu undian berhadiah yang lagi marak.
“Iya saya Luna, anda siapa?”
Mendengar pertanyaan Luna, membuat laki laki itu malah menertawakan Luna, membuat Luna mengeryitkan keningnya karena tambah bingung.
“Aku Hari Wijaya, dosen yang menjadi kencan buta dari mama kamu, gagal kemarin, gara gara kamu lembur di kantor.” katanya sambil masih tertawa kecil.
“Oh iya.. iya saya ingat! Maafkan karena kerja lembur itu membuat saya tak jadi datang.” sahut Luna dengan nada terkejut.
“ Nona Luna, bisakah kita bertemu lagi?” tanya Hari dengan nada santun membuat Luna kebingungan. Kencan buta lagi? Ia malas sebetulnya, rasa malu akibat insiden kemarin belum hilang.
Tapi menolak pun kayaknya tak enak maka Luna pun mengeraskan hati dan mengiyakan saja.
“Uh oke .. kapan?”
“Gimana kalau setelah pulang kerja saya menjemput nona Luna ke kantor Gen design?”
“Hah? Ehm ya boleh tapi mungkin saya akan sedikit lambat keluarnya karena ada rapat yang sedikit memakan waktu, mungkin jam setengah 6?” pintanya karena ia tak mau kalau teman kantornya mengetahui diirnya dijemput oleh seorang laki laki yang belum tentu menjadi kekasihnya juga, jadi untuk menghindari gossip dan ejekan lebih baik menunggu teman temannya pulang jam stgh 5, dan stgh 6 baru dirinya di jemput oleh Hari sang dosen, teman kencan butanya itu.
Dan benar saja di jam stgh 6, tinggal 2 mobil yang masih menunggu, 1 mobil yang tampak mewah dan yang satunya hanya biasa saja. Karena kantor sudah sepi tinggal satpam saja jadi Luna mengira pasti salah satunya adalah mobil Hari kan?
Luna memperhatikan di dalam mobil merah mewah yang memiliki lanbang kuda itu ada seorang laki laki yang kayaknya ia kenal tapi yang turun adalah laki laki dari mobil SUV pasaran.
“Nona Luna?” wajahnya yang lumayan dan juga berkacamata sesuai dengan deskripsi yang dikatakan mamanya membuat Luna yakin kalau orang inilah Hari dan kali ini ia tak salah.
“ Hari Wijaya, dosen itukan?” tanyanya dengan detil, daripada salah lagi kan malu!
“Iya, senang ketemu gadis cantik seperti anda,”katanya sambil menjabat tangan dengan erat, rupanya mengekspresikan bahagia bertemu dengan Luna.
Di dalam mobil mewahnya, Harold mengerutkan kening karena ia menatap pasangan pria dan wanita yang tak jauh dari mobilnya itu. Ia pikir tadi Luna melihat ke arahnya dan karena Luna sudah melihatnya maka seharusnya Luna menghampiri mobilnya dan meminta surat identitasnya yang terbawa olehnya. Atau berbasa basi sekedar nya, karena mereka pernah kenal.
Tapi kok malah sekarang Luna mengikuti laki laki yang naik SUV itu?
Ia tahu kalau Luna pasti baru saja mengenal laki laki itu karena mereka berjabat tangan dan baru berkenalan, Harold tak lagi mau menunggu, aawalnya ia ingin berbicara masalah pernikahan yang ditawarkan sama dirinya kemarin oleh wanita itu, tapi sekarang kok malah wanita itu malah mau nyari laki laki lain, dan ia sudah menunggu lama untuk bertemu Luna, maka ia pun turun dari mobilnya.
Luna yang sudah berjalan bersama Hari, sang dosen tiba tiba tangannya ditarik paksa oleh Harold yang langsung menarik Luna ke mobil mewah itu.
“Luna, ikut saya!”
“Eh kamu mau bawa kemana Luna?” tanya Hari sang dosen, tapi Luna yang bingung hanya diam ketika tubuhnya dimasukan ke dalam mobil mewah itu, sedangkan Harold hanya diam lalu balik ke dalam mobilnya dan menarik gasnya dengan cepat membuat Hari kebingungan, dan dengan seluruh tenaganya menepuk mobil Harold yang langsung melesat pergi.
Hari masih mengejarnya sampai ke pintu keluar, namun ternyata Harold lebih cepat dari dirinya sehingga Hari hanya bisa menikmati kepulan asap putih bekas pembakaran mobil mewah milik laki laki yang menculik Luna tadi tanpa ia bisa melawan.
Sedangkan di dalam mobil, Luna tampak kesal dengan Harold yang lagi menggagalkan kencan buta nya dengan Hari, kencan butanya yang dipiihkan oleh mamanya.
“ Tuan, maaf saya mau nanya, apa alasan anda menarik saya ,masuk ke dalam mobil anda padahal saya sudah janji dengan laki laki tadi.” Katanya dengan nada kesal.
Menghadapi kemarahan Luna, Harold hanya santai dan langsung menoleh kepada Luna yang berada di sampingnya serta kembali focus kepada jalanan yang ia lalui.
“Aku mau mewujudkan cita cita kamu untuk menikah bersama ku, dan membawa kamu untuk menandatangani surat nikah!” katanya dengan enteng membuat Luna kembali teringat dengan tindakannya yang impulsive mengajak orang asing menikah begitu saja.
“Eh tapi, kemarin aku salah orang, orang yang ingin kuajak nikah itu adalah orang tadi yang kamu tinggal di depan kantorku.” Sungutnya kesal masih dengan wajah yang merona karena malu kalau teringat dengan hari sial itu saat ia salah orang.
Tiba tiba mobil itu direm mendadak, membuat tubuh Luna bergerak maju untung saja ada tangan yang kokoh yang menahan tubuhnya yang terlempar ke depan membuat saat ini ia dan laki laki itu hampir tak ber jarak sehingga salah sedikit pasti ujung hidungnya yang mancung akan bisa mengenai pipi laki laki tampan itu.
Bahkan Luna bisa mencium harum parfum laki laki itu sehingga ia sedikit terlena karena aromanya membuat dirinya mendekat dan ingin berdiam di dada laki laki itu, bagaimana ia bisa berpikir seperti itu, padahal ia baru mengenal laki laki itu dan ia sudah terpesona.
“ Kamu, kamu, ehm apa yang kamu sedang lakukan, kenapa kamu mendekaat?”
“Aku menolong kamu supaya kamu tidak terantuk dengan dashboard.” Tangannya pun masih melingkar dengan posesif di perut ramping Luna, padahal Luna tak pernah berada sedekat ini dengan laki laki selain papanya.
“ Ehm terimakasih, tapi tolong lepaskan tangan kamu.” katanya dengan suara lirih, dan Harold melepaskan pegangannya dengan enggan tapi kemudian dia ada ide supaya Luna yang akan mendekat kepadanya.
“ Lihat apa ini?” tanya Harold sambil melambaikan surat dan identitas pribadinya, membuat Luna bersemangat sehingga ia lupa kalau tubuhnya dan tubuh Harold masih tak berjarak, sehingga tanpa sadar pipinya mendekat pada Harold dan menempel disana selama beberapa saat karena ia ingin meraih berkas di tangan Harold.
Merasakan kalau pipinya menyentuh benda kenyal dan hangat, membuat Luna menegang karena ia membuat kesalahan dengan mendekatkan pipinya kepada bibir Harold, lalu dengan cepat bibir itu menyelinap kea rah telinga Luna yang mungil dan cantik serta berbisik.
“Kamu cantik, dan ya kartu ini sudah kuurus sehingga sebentar lagi statusnya yang lajang berubah menjadi menikah!” bisiknya dengan provokatif
" Tapi aku . . . aku. . . aku hanya bercanda dan waktu itu aku salah mengenali orang jadi aku minta maaf, tapi waktu itu bukankah kamu juga menganggap itu sebagai sebuah lelucon lalu tertawa, jadi aku rasa kamu bisa lah melepaskan aku. . . Dan menganggap ini semua hanya candaan aja oke?" kata Luna dengan nada terbata-bata dan berusaha untuk bisa berbicara normal kembali saat dirinya sedikit terkejut dengan Fakta apa yang sudah saat ini dia ketahui yaitu bahwa Harry yang dobel R itu menginginkan dirinya sebagai istri bahkan surat-surat yang dimiliki oleh Luna yang sempat ketinggalan dan terbawa oleh Harry malah sekarang digunakan oleh Harry untuk mengubah status Luna dari lajang menjadi menikah.Dan ini GAWAT saudara saudara . . . bagaimana bisa ia menikah tanpa Restu dari kedua orang tuanya??? Bisa digantung ia di bawah pohon tauge. . . argh ada ada aja, ini semuanya gara gara kebodohannya yang maksimal. . .Harry mendekatkan wajahnya kepada Luna dan saking dekatnya dia bisa mencium w
Drrtt drtttDisaat mereka berdua sedang asyik menunggu, tiba-tiba ada telepon masuk.Ups, ternyata bukan hanya ponsel milik Luna namun juga milik Harry yang berdiri bersamaan.Tampak dari layar ponsel itu adalah panggilan dari keluarga, Luna langsung membalikkan badan untuk menjauh dari Harry dan mengangkat ponselnya itu."Halo Luna, apakah kamu baik baik saja?" tanya sang ibu dengan nada cemas, hati ibu siapa yang tidak cemas karena mendengar anaknya diculik oleh laki-laki yang tidak dikenal.Bahkan ia mendengar suara sang ibu yang serak-sorak basah tanda bahwa dia sangat khawatir sampai menangis di ujung telepon, membuat Luna merasa kebingungan.Apakah ada masalah di rumah? pikir Luna dengan hati yang ikutan menjda cemas.Awalnya dirinya ingin menunggu sampai Harry dijemput oleh asisten pribadinya yang katanya akan menjemput suaminya itu di tengah jalan seperti ini.Tapi kayaknya dirinya akan mengurungkan niatnya untuk menunggu sampai suaminya itu dijemput oleh, karena merasa bahwa
Hari ini adalah hari Sabtu, dan Luna masih bermalas-malasan di tempat tidurnya, tapi ponselnya berdiri dengan cukup keras sehingga dia mau tidak mau menutup telinganya dengan bantal, karena dia merasa bahwa Siapakah yang akan meneleponnya hari Sabtu seperti ini?Paling-paling hanya marketing kartu kredit yang memaksa dirinya untuk memiliki sebuah kartu kredit padahal dirinya sudah sering kali menolak hal itu.Namun ponselnya tidak berhenti untuk berdering, setelah berhenti, berbunyi lagi, begitu terus sampai kira-kira tiga kali, akhirnya memaksa Luna untuk mencari keberadaan ponselnya.Dengan sedikit membuka matanya, dia menggerutu dengan kesal karena ponselnya tidak berada di nakas seperti biasanya, dan dia harus mencari ponselnya itu dengan setengah mata terbuka, karena setengah matanya lagi tertutup.“ Siapa yang menganggu pagi pagi begini sih?’Dia mencoba mengulurkan tangannya dan meraba ke kasur tempat dirinya tidur dan mencari ponselnya di sana.Dan akhirnya dia bisa mendapatka
" Jangan lupa Luna, jam 1 siang di hotel Astin, resto Atlantis, no meja 127, Hari Wijaya, Dosen." kata mama Nesti, dengan jelas. Lagi lagi mama Nesti mengaturkan sebuah blind date untuk Luna, tepatnya Aluna Mahadewi Permana, anaknya yang sudah berusia 27 tahun. " Oke ma.. aku berangkat dulu sudah telat masuk kerja, bisa bisa gajiku dipotong oleh bosku kalau aku telat."sahut Luna sama mama Nesti dengan nada malas. " Ingat! Kalau kamu tidak temui Hari, maka nama kamu akan mama coret dari kartu keluarga kita," ancam mama Nesti dengan nada geram, sudah berapa kali anak perempuannya itu membuat ulah hanya karena ia tak mau dijodoh jodoh kan dengan laki laki pilihan mamanya itu. " Astaga ma, kemarin itu Luna ga suka sama orangnya." Bantah Luna dengan wajah cemberut karena ia tak suka dengan mamanya yang selalu menyuruhnya dan memaksannya menikah, bahkan ia pernah mengira kalau dirinya adalah anak angkat karena kekejaman dan pemaksaan mamanya. " Jangan berde
Mendengar penjelasan Harry, Luna semakin memucat karena malu, ia menggenggam ujung kemejanya dengan erat, karena itulah yang biasa ia lakukan saat gugup. Ya ampun bagaimana ini?? Pakai acara salah orang lagi! “ He he he, ehm, maaf..” Luna menggigit bibirnya dan tersenyum garing, serta sedikit demi sedikit ia beringsut keluar dari tempat duduknya dan berdiri dengan cepat. Wajahnya pucat karena ia tahu kalau ini sangat memalukan, dan ingin rasanya ia ngumpet di dalam karpet di bawah ini supaya laki laki itu tak melihatnya. Apalagi dia tadi sudah dengan PDnya mengajaknya nikah. O M G mau ditaruh dimana wajahnya ini. “Maaf ehm aku masih ada urusan yang lain, aku pergi dulu ya.” Selesai Luna berkata seperti itu, ia langsung menyambar tasnya dan berjalan keluar dengan cepat tanpa menghiraukan ekspresi dari laki laki itu dan segera menghentikan taxi yang memang berjajar di depan hotel Astin yang merupakan hotel berbintang 5, dan pergi.
“Maaf ma…” kata Luna sambil menundukkan wajahnya, ia ketakutan. Ia tak berani bilang bahwa KK dan juga surat lahirnya juga ketinggalan di tempat itu berserta persyaratan lainnya seperti foto dan beserta KTPnya karena berharap kalau Hari tadi bakal mau menikah dengannya menghindari perjodohan dan blind-date. Bisa lebih murka nih mamanya kalau tahu seperti ini. “Mama tak mau tahu, kamu mesti balik ke resto itu dan mencari laki laki tadi. Jangan bilang kamu gak tahu namanya. ” Selidik mama Nesti yang membuat anaknya hanya bisa membalas dengan cengiran. Cengiran garing yang bisa ditebak artinya oleh mama Nesti, yaitu anaknya tak tahu siapa orang laki laki yang bertemu dengannya tadi. Mama Nesti hanya bisa melotot, papa Ronald hanya bisa menepuk jidatnya bersamaan dengan lengkingan suara istrinya yang marah ketika mengetahui anaknya yang super ceroboh itu bahkan tidak tahu siapa nama laki laki itu. Surat sepenting itu bisa bisanya ketinggalan, ka
Hari ini adalah hari Sabtu, dan Luna masih bermalas-malasan di tempat tidurnya, tapi ponselnya berdiri dengan cukup keras sehingga dia mau tidak mau menutup telinganya dengan bantal, karena dia merasa bahwa Siapakah yang akan meneleponnya hari Sabtu seperti ini?Paling-paling hanya marketing kartu kredit yang memaksa dirinya untuk memiliki sebuah kartu kredit padahal dirinya sudah sering kali menolak hal itu.Namun ponselnya tidak berhenti untuk berdering, setelah berhenti, berbunyi lagi, begitu terus sampai kira-kira tiga kali, akhirnya memaksa Luna untuk mencari keberadaan ponselnya.Dengan sedikit membuka matanya, dia menggerutu dengan kesal karena ponselnya tidak berada di nakas seperti biasanya, dan dia harus mencari ponselnya itu dengan setengah mata terbuka, karena setengah matanya lagi tertutup.“ Siapa yang menganggu pagi pagi begini sih?’Dia mencoba mengulurkan tangannya dan meraba ke kasur tempat dirinya tidur dan mencari ponselnya di sana.Dan akhirnya dia bisa mendapatka
Drrtt drtttDisaat mereka berdua sedang asyik menunggu, tiba-tiba ada telepon masuk.Ups, ternyata bukan hanya ponsel milik Luna namun juga milik Harry yang berdiri bersamaan.Tampak dari layar ponsel itu adalah panggilan dari keluarga, Luna langsung membalikkan badan untuk menjauh dari Harry dan mengangkat ponselnya itu."Halo Luna, apakah kamu baik baik saja?" tanya sang ibu dengan nada cemas, hati ibu siapa yang tidak cemas karena mendengar anaknya diculik oleh laki-laki yang tidak dikenal.Bahkan ia mendengar suara sang ibu yang serak-sorak basah tanda bahwa dia sangat khawatir sampai menangis di ujung telepon, membuat Luna merasa kebingungan.Apakah ada masalah di rumah? pikir Luna dengan hati yang ikutan menjda cemas.Awalnya dirinya ingin menunggu sampai Harry dijemput oleh asisten pribadinya yang katanya akan menjemput suaminya itu di tengah jalan seperti ini.Tapi kayaknya dirinya akan mengurungkan niatnya untuk menunggu sampai suaminya itu dijemput oleh, karena merasa bahwa
" Tapi aku . . . aku. . . aku hanya bercanda dan waktu itu aku salah mengenali orang jadi aku minta maaf, tapi waktu itu bukankah kamu juga menganggap itu sebagai sebuah lelucon lalu tertawa, jadi aku rasa kamu bisa lah melepaskan aku. . . Dan menganggap ini semua hanya candaan aja oke?" kata Luna dengan nada terbata-bata dan berusaha untuk bisa berbicara normal kembali saat dirinya sedikit terkejut dengan Fakta apa yang sudah saat ini dia ketahui yaitu bahwa Harry yang dobel R itu menginginkan dirinya sebagai istri bahkan surat-surat yang dimiliki oleh Luna yang sempat ketinggalan dan terbawa oleh Harry malah sekarang digunakan oleh Harry untuk mengubah status Luna dari lajang menjadi menikah.Dan ini GAWAT saudara saudara . . . bagaimana bisa ia menikah tanpa Restu dari kedua orang tuanya??? Bisa digantung ia di bawah pohon tauge. . . argh ada ada aja, ini semuanya gara gara kebodohannya yang maksimal. . .Harry mendekatkan wajahnya kepada Luna dan saking dekatnya dia bisa mencium w
Siang itu, semua pegawai di Gen Design sibuk berat karena banyak dari mereka mengerjakan iklan yang masuk secara masal karena memang sebegitu terkenalnya design iklan dari Gen design ini. Apalagi Luna yang merupakan senior, dan sudah banyak klien yang mengenalnya. Jadi permintaan pembuatan iklan yang memilih dirinya tentu sudah sangat banyak, makanya ia sering terlambat untuk sekedar makan siang, seperti hari ini. Tiba tiba ada nomor asing yang masuk ke ponselnya dan berdering berkali kali. Sebenarnya Luna paling tak bisa mengangkat telepon dari orang yang tak dikenal dan tak terecord di phone book ponselnya, namun karena ia berada di kantor, mungkin bosnya ganti nomor. Luna mengambil ponselnya dan berjalan masuk ruangannya untuk mengakat panggilan tersebut. “Hallo..” “Maaf apa anda nona Luna?” suara laki laki yang asing di telinga Luna membuat ia lagi lagi meyakinkan kalau penelepon bukan
“Maaf ma…” kata Luna sambil menundukkan wajahnya, ia ketakutan. Ia tak berani bilang bahwa KK dan juga surat lahirnya juga ketinggalan di tempat itu berserta persyaratan lainnya seperti foto dan beserta KTPnya karena berharap kalau Hari tadi bakal mau menikah dengannya menghindari perjodohan dan blind-date. Bisa lebih murka nih mamanya kalau tahu seperti ini. “Mama tak mau tahu, kamu mesti balik ke resto itu dan mencari laki laki tadi. Jangan bilang kamu gak tahu namanya. ” Selidik mama Nesti yang membuat anaknya hanya bisa membalas dengan cengiran. Cengiran garing yang bisa ditebak artinya oleh mama Nesti, yaitu anaknya tak tahu siapa orang laki laki yang bertemu dengannya tadi. Mama Nesti hanya bisa melotot, papa Ronald hanya bisa menepuk jidatnya bersamaan dengan lengkingan suara istrinya yang marah ketika mengetahui anaknya yang super ceroboh itu bahkan tidak tahu siapa nama laki laki itu. Surat sepenting itu bisa bisanya ketinggalan, ka
Mendengar penjelasan Harry, Luna semakin memucat karena malu, ia menggenggam ujung kemejanya dengan erat, karena itulah yang biasa ia lakukan saat gugup. Ya ampun bagaimana ini?? Pakai acara salah orang lagi! “ He he he, ehm, maaf..” Luna menggigit bibirnya dan tersenyum garing, serta sedikit demi sedikit ia beringsut keluar dari tempat duduknya dan berdiri dengan cepat. Wajahnya pucat karena ia tahu kalau ini sangat memalukan, dan ingin rasanya ia ngumpet di dalam karpet di bawah ini supaya laki laki itu tak melihatnya. Apalagi dia tadi sudah dengan PDnya mengajaknya nikah. O M G mau ditaruh dimana wajahnya ini. “Maaf ehm aku masih ada urusan yang lain, aku pergi dulu ya.” Selesai Luna berkata seperti itu, ia langsung menyambar tasnya dan berjalan keluar dengan cepat tanpa menghiraukan ekspresi dari laki laki itu dan segera menghentikan taxi yang memang berjajar di depan hotel Astin yang merupakan hotel berbintang 5, dan pergi.
" Jangan lupa Luna, jam 1 siang di hotel Astin, resto Atlantis, no meja 127, Hari Wijaya, Dosen." kata mama Nesti, dengan jelas. Lagi lagi mama Nesti mengaturkan sebuah blind date untuk Luna, tepatnya Aluna Mahadewi Permana, anaknya yang sudah berusia 27 tahun. " Oke ma.. aku berangkat dulu sudah telat masuk kerja, bisa bisa gajiku dipotong oleh bosku kalau aku telat."sahut Luna sama mama Nesti dengan nada malas. " Ingat! Kalau kamu tidak temui Hari, maka nama kamu akan mama coret dari kartu keluarga kita," ancam mama Nesti dengan nada geram, sudah berapa kali anak perempuannya itu membuat ulah hanya karena ia tak mau dijodoh jodoh kan dengan laki laki pilihan mamanya itu. " Astaga ma, kemarin itu Luna ga suka sama orangnya." Bantah Luna dengan wajah cemberut karena ia tak suka dengan mamanya yang selalu menyuruhnya dan memaksannya menikah, bahkan ia pernah mengira kalau dirinya adalah anak angkat karena kekejaman dan pemaksaan mamanya. " Jangan berde