Share

Bab 14 - Lupa Rumah

14

Kalian tahu enggak, rasanya pengen marah, tetapi enggak bisa?

Nyesek banget! Sumpah!

Andai tadi kami bertemu di tempat dan kesempatan yang lain, mungkin akan kuhajar wajah klimis Andra itu. Seenaknya saja dia bilang aku mencuri Raisanya.

Damn!

"Bentar, Dy, jadi maksudnya bos kecil itu adalah mantan pacarnya Raisa?"

tanya Seno sambil membulatkan matanya.

Aku mengangguk mengiakan.

"Buset! Terus gimana, dong?" desaknya.

"Kagak gimana-gimana. Ya, aku tetap lanjut kerja aja. Walaupun ada rasa was-was dia bakal ngerjain," sahutku sembari bertopang dagu di meja.

"Nyantai, Bro, jangan suuzon dulu. Kali aja dia baik sama kamu."

"I hope so!"

Sejenak kami terdiam sambil sama-sama memandangi kursi Farraz yang sedang ditinggalkan pemiliknya dinas ke luar kota. Seno menepuk bahuku, kemudian mendorong kursinya menjauh dan melanjutkan aktivitas.

Aku berhenti melamun, lalu kembali memfokuskan pandangan pada laporan di

layar laptop. Meskipun sulit berkonsentrasi, aku tetap berusaha menunta
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status