Share

Rara Mengamuk

Penulis: Anarita
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-02 09:26:15

"Assalamu'alaikum, Cantik!"

Sapaan lembut itu terdengar layaknya angin  yang keluar dari mulut buaya di telinga Rara. Membuat hatinya bergetar jijik seketika. Tanpa mencari sumber suara, Rara pura-pura tidak mendengar suara Gilang yang menyapanya dari jarak lima meter. Matanya enggan bergerak, masih asik melihat anak-anak panti yang bermain riang kesana-kemari.

"Assalamualaikum!" seru Gilang sekali lagi. Pria itu sudah berpindah tempat. Membuat Rara terkejut karena ia mendadak berlutut tepat di hadapan Rara.

"Ngapain kamu di sini?" Enggan membalas salam, Rara menunjukkan nada bicara yang mengusir. "Pergi kamu! Jangan menutupi pandanganku," bentaknya kesal.

"Assalamu'alaikum, Neng Cantik," sapa Gilang untuk ketiga kalinya. Ia masih terus berusaha sampai Rara mau membalas salam wajib para umat islam.

"Waalaikumsalam," balas Rara jutek. Gadis itu langsung melengos ke samping. Ia merasa risih melihat pria yang tersenyum bodoh di depannya.

"Hai!" sapa Gilang kikuk. Jujur, ia tidak tahu bagaimana caranya berkenalan dengan seorang gadis. Ini adalah pertama untuknya.

"Aku sudah membalas salammu. Sebaiknya kamu menyingkir dari hadapanku. Apa kamu sengaja berdiri di depanku untuk menutupi pandanganku? Mau menghina kalau aku cacat dan hanya mampu duduk di atas kursi roda?" tanya Rara dengan wajah yang bersungut-sungut, kesal. Ia memang selalu melempar kalimat negatif pada siapa pun. Terutama orang asing yang sok akrab seperti Gilang.

Masih memasang wajah jenaka. Gilang mencoba menjelaskan soal rencana pernikahannya dengan Rara. "Izinkan aku memperkenalkan diri dulu, namaku Gilang. Kedepannya kamu akan menjadi pendampingku dalam perjalanan menuju surga Allah yang diridhai-Nya."

Reflek Rara melotot tajam. Memperhatikan Gilang dari ujung kaki sampai ke ujung kepala. "Jadi kamu pria malang yang dipilih ibu untuk menikah denganku?" tanya Rara heran. Ia menajamkan pandangannya sambil meneliti penampilan pria itu dari atas sampai bawah.

"Malang?" Gilang menyerutkan dahi tidak suka. Menimbang-nimbang perkataan Rara yang kurang enak untuk didengar.

Masih memasang wajah datar, Rara mengalihkan pandangannya kemana pun, asal tidak melihat senyum bodoh seorang Gilang. "Ya, malang. Jika kamu menikah denganku, artinya kamu harus siap untuk dihina oleh orang-orang. Menikahi gadis gila yang cacat, sepertinya julukkan itu cocok untukmu," ujar Rara sengit.

"Astagfirullahaladzim. Kenapa bicaramu seperti itu?" Entah iba atau bagaimana, yang jelas hati Gilang terasa sakit mendengar ucapan Rara. Sepertinya Rara mengalami tekanan sosial atas apa yang menimpa dirinya.

Rara kembali menatap Gilang tanpa membalas pertanyaannya yang tadi. "Kamu bilang ke ibu, kalau bersedia menikah denganku?" tanya Rara penasaran.

"Iya, aku bilang mau," jawab Gilang apa adanya.

Rara membentak sinis. "Dasar pria bodoh!"

Tidak terima, gilang mengelak seraya menggelengkan kepalanya lucu. "Aku tidak bodoh. Meskipun hanya mendapat peringkat dua di bangku SMA."

Astaga!

Rara langsung meremas bajunya gemas ketika mendengar kepolosan yang keluar dari mulut Gilang.

"Apa kau tidak berpikir matang-matang dulu sebelum menjawab? Di antara banyak lelaki yang dibujuk ibu, hanya kamu satu-satunya orang yang mau menikah denganku. Bukankah itu namanya bodoh?"

Gilang tidak marah dibilang bodoh oleh Rara, justru ia bingung melihat kemarahan Rara karena mau menerima perjodohannya. "Harusnya kamu senang 'kan? Ada lelaki yang mau menikah denganmu. Kenapa malah marah-marah?"

Sunggu, Gilang semakin tidak mengerti dengan isi pikiran wanita. Apa lagi wanita itu Rara, yang notabene memiliki kondisi temperamen emosi dan mental yang buruk.

Rara mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat, membuat Gila merinding takut akan ditinju.

"Dengarkan aku baik-baik, pria sok manis! Aku tidak tahu apa yang kamu pikirkan tentang pernikahan ini. Namun jika kamu tergiur oleh harta yang ibu janjikan padamu, lebih baik mundur saja. Harta yang ibuku berikan tidak akan mampu untuk membalas budimu karena menikahi orang gila. Mengerti Bodoh?"

Gilang berkata jujur seraya melepas senyum terindahnya. "Pertama, aku tidak bodoh. Kedua, ibumu tidak menjanjikan apapun kepadaku. Ketiga, aku menikahimu karena Allah ta'ala."

"Terserah!" balas Rara tidak peduli. Semua yang Gilang ucapkan di telinga Rara terdengar seperti gombalan belaka. Rara bahkan tak peduli apalagi merasa tersentuh.

Gilang yang masih belum menyerah, mencoba mendekati Rara sekali lagi. "Kalau kamu, bagaimana?"

"Aku kenapa?" bentak Rara ketus. Duduknya mulai gelisah—risih karena Gilang yang masih enggan beranjak pergi.

"Mau tidak menikah denganku?"

Rara mengedikkan bahunya malas. "Mau kamu atau siapa pun yang menikahiku, aku tidak peduli. Menikah adalah keinginan ibu untuk membuangku, bukan semata-mata karena kemauanku!" tandas Rara dengan wajah datar. Seberkas rasa miris menutupi seluruh hati Rara. Semenyedihkan ini memang hidupnya. Matanya kembali menatap anak-anak yang berlarian di lapangan saat Gilang berdiri dan menyingkir dari hadapannya.

Gilang yang sedikit iba hanya berani menundukkan kepalanya sopan. "Terima kasih telah mengizinkanku untuk menjabat tangan ayahmu di depan penghulu nanti. Untuk kedepannya, akan kupastikan kamu tidak merasa terbuang sama sekali. Assalamualaikum."

Terlonjak kaget dengan kemanisan mulut Gilang, Rara mengepalkan tangannya kesal saat Gilang berbalik badan hendak pergi meninggalkannya.

"Hei!" teriak Rara lantang, di mana Gilang langsung menghentikkan langkah dan berbalik kembali menghampiri Rara.

"Apa apa?" tanya Gilang, sopan.

"Namaku Rara!" Gadis itu mengulurkan tangannya dengan angkuh. Namun, dalam hatinya tulus untuk mengajak Gilang berkenalan.

Mengatupkan kedua tangannya di depan dada, Gilang enggan menyambut uluran tangan Rara. Pria itu menunduk sopan seraya berkata,

"Salam kenal, Rara!"

Emosi Rara meninggi seketika saat Gilang terang-terangan menolak untuk bersalaman dengannya.

"Sombong! Angkuh! Sok kecakepan!"

Teriakan Rara melengking kuat. Membuat siapa saja yang mendengar langsungnya menoleh ke arah Gilang dan Rara.

Gilang mendadak panik. Ia bingung melihat Rara yang begitu histeris meneriaki dirinya.

"Pergi kau pria angkuh! Aku tidak ingin melihat pria sombong sepertimu. Apa aku terlihat seperti kotoran di matamu? Sampai kau tidak sudi bersalaman denganku?" Teriakan Rara semakin histeris. Gadis itu meraung seperti orang gila. Membuat Gilang semakin panik dan merasa bersalah.

"Tidak ... bukan begitu, Cantik! Maafkan aku, Rara. Aku tidak bermaksud menolak bersalaman denganmu. Aku hanya tidak ingin bersentuhan dengan yang bukan muhrimku."

"Alasan!" Rara tetap tidak terima dengan penjelasan Gilang. Gadis itu terlanjur sakit hati karena penolakkan yang Gilang lakukan.

"Aku memang tidak terbiasa bersentuhan dengan yang bukan muhrimku, Rara. Bukannya aku tidak ingin menyalami tanganmu," ujar Gilang yang semakin panik. Teriakan Rara sudah seperti wanita yang ditinggal kawin lagi oleh suaminya. Bahkan, mereka sudah menjadi tontonan anak-anak panti asuhan sekarang.

Panik dan semakin gugup, ekspresi wajah Gilang bagaikan maling yang ketangkap basah mencuri. Ia sama sekali tidak berhasil meluluhkan hati Rara. Gadis itu malah semakin meraung histeris tanpa hentinya.

"Pergi kau! Pergi!" teriak Rara sekuat-kuatnya. Gadis itu semakin gila dalam raungan.

"Neng Rara, jangan teriak-teriak! Aku tidak bermaksud membuatmu tersinggung, Ra. Kalau kita sudah menikah, aku pasti berani memegang tanganmu, memelukmu bahkan menciummu." Astaga! Saat itu juga Gilang menampar mulutnya yang tiba-tiba mesum. Mengucapkan istigfar berkali-kali di dalam hati.

Maafkan hamba ya, Alloh! Yang tadi tidak sengaja terucap. Gilang terlalu panik.

Astagfirullah .... Astagfirullah .... Maafkan hamba karena tidak dapat menjaga lidah ini, ucap Gilang dalam hati.

Bab terkait

  • Menikahi Gadis Lumpuh   Diskusi

    Dikarenakan keributan itu Bunda Alia serta Ibu Mira segera beranjak dari kursi. Keduanya keluar pontang-panting menuju luar. Tadinya mereka tengah membahas rencana pernikahan, tentang resepsi dan lain-lain. Sekarang, keduanya tergopoh-gopoh menuju taman dan terdiam membeku melihat Rara meneriaki Gilang."Rara, kenapa ini?" tanya Ibu Mira. Secara bergantian ia melihat Rara dan Gilang. Anaknya itu memperlihatkan wajah bengis sedangkan Gilang terdiam bingung."Mama serius mau menikahkan aku dengan laki-laki sombong itu?" tuding Rara ke Gilang. Telunjuknya teracung mantap. Meski duduk di kursi roda rona takut sama sekali tidak ada di wajahnya.Merasa keadaan mulai kacau, Gilang pun maju mendekati Ibu Mira. "Maafkan saya, Bu. Ini hanya kesalahpahaman.""Salah paham? Salah paham kamu bilang?" Rara terkekeh hambar. Binar matanya menyalang-nyalang bak ada kobaran api di sana. Kekaguman yang sempat hadir sirna seketika saat melihat Gilang enggan berjabat tangan dengan. Rara insecure dan mulai

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-02
  • Menikahi Gadis Lumpuh   Gilang Sudah Kebelet

    Dikarenakan keributan itu Bunda Alia serta Ibu Mira segera beranjak dari kursi. Keduanya keluar pontang-panting menuju luar. Tadinya mereka tengah membahas rencana pernikahan, tentang resepsi dan lain-lain. Sekarang, keduanya tergopoh-gopoh menuju taman dan terdiam membeku melihat Rara meneriaki Gilang."Rara, kenapa ini?" tanya Ibu Mira. Secara bergantian ia melihat Rara dan Gilang. Anaknya itu memperlihatkan wajah bengis sedangkan Gilang terdiam bingung."Mama serius mau menikahkan aku dengan laki-laki sombong itu?" tuding Rara ke Gilang. Telunjuknya teracung mantap. Meski duduk di kursi roda rona takut sama sekali tidak ada di wajahnya.Merasa keadaan mulai kacau, Gilang pun maju mendekati Ibu Mira. "Maafkan saya, Bu. Ini hanya kesalahpahaman.""Salah paham? Salah paham kamu bilang?" Rara terkekeh hambar. Binar matanya menyalang-nyalang bak ada kobaran api di sana. Kekaguman yang sempat hadir sirna seketika saat melihat Gilang enggan berjabat tangan dengan. Rara insecure dan mulai

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-02
  • Menikahi Gadis Lumpuh   Menikah

    "Bagaimana para saksi? Sah?""Sah!""Alhamdulillah."Kalimat tahmid mengudara di kantor urusan agama. Ruang yang tak beberapa besar itu mampu membuat status kedua orang di sana berubah drastis. Yang pria—Gilang—telah menyandang status suami, sedang perempuan—Rara—menjadi istri. Kebahagiaan kentara sekali di wajah semua orang, terkecuali Rara. Itu lantaran hati tak ingin menikah. Hanya saja semua sudah diatur keluarga, pun juga tidak bisa apa-apa selain pasrah. Ia bahkan beranggapan dirinya ini tak ubahnya seonggok daging yang tak berhak bersuara. Bagai mayat hidup, Rara memosisikan diri sejak kecelakaan itu.Saat penghulu mengucapkan doa semua orang di sana mengaminkan. Tidak banyak memang. Dari pihak Rara hanya ada Herlambang—Ayahnya Rara, Ibu Mira serta dua kolega sebagai saksi. Ada juga baby sitternya di sana. Sementara dari pihak Gilang juga ada beberapa orang yang menemani, salah satunya adalah Bunda Alia.Setelah selesai Gilang diarahkan untuk menatap Rara. Dalam beberapa detik

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-12
  • Menikahi Gadis Lumpuh   Bergantunglah Padaku

    "Bukan begitu, Ra." Kini, Ibu Mira yang menimpali. Ia dekati Rara yang cemberut, lantas mengusap kepala anaknya itu dengan penuh sayang."Mau bagaimanapun kalian sudah sah sebagai suami istri anakku, Sayang. Jadi harus saling bergantung satu sama lain. Sudah sepatutnya Gilang membawa kamu ke rumahnya," sambung Ibu Mira lagi. Ia berusaha memberi arahan selembut mungkin agar Rara paham dengan statusnya kini.Rara yang tak kuasa menahan geram hanya berdengkus, lalu memalingkan muka. Ia benar benar emosi karena sejak awal tak ada yang membicarakan soal ini. Rara merasa dijebak, bahkan kini ia berpikir bahwa ibunya sengaja membuang anak itu demi kebebasan.Sekarang gadis itu hanya diam. Tak ada sepatah kata pun keluar dari bibir Rara yang. Mengetahui hal itu, Ibu Mira memutuskan untuk pamit."Ya sudah. Baik-baik, ya, Nak. Mama akan usahakan sering mengunjungi kamu. Jadi istri yang baik."Namun, lagi-lagi Rara tak merespon. Hanya tangannya saja yang mengepal geram."Ya sudah kalau begitu."

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-12
  • Menikahi Gadis Lumpuh   Sepertiga Malam

    Baru setengah hari Rara berdiam diri di rumah Gilang tapi sudah merasakan hampir setengah tahun hidup di sana. Ia bosan luar biasa dan merasa tersiksa luar dalam. Rumah Gilang terlalu sempit dan sederhana untuk Rara yang biasa hidup dalam kemewahan dam . Terlebih lagi cuaca yang panas buatnya jumpalitan menahan gerah. Di sana memang ada kipas angin, tapi tetap saja rasanya sangat berbeda bagi Rara lantaran tidak ada AC yang biasa menyejukkan ruangan.Gilang yang melihat tingkah Rara pun paham, bahwa gadis itu pasti tidak betah tinggal di rumah sederhana milik lelaki itu."Kamu tidak mau mandi?"Suara Gilang mengagetkan Rara yang sejak tadi termenung. Gadis yang tengah duduk dan masih mengenakan kebaya putih tersebut sampai terlonjak kecil. Setelah tahu siapa yang bertanya matanya langsung terpicing. Gilang datang dengan baju koko di badan. Pria itu baru saja selesai shalat maghrib berjamaah di masjid."Mau buat aku terkena serangan jantung? Mau aku cepat mati?" sergah Rara. Emosinya

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-12
  • Menikahi Gadis Lumpuh   Mandi

    Segera Gilang menutup mulut, mukanya berubah jadi serba salah. Tawa tadi hanya spontan dan sama sekali tak bermaksud menyinggung Rara. Ia menyesal karena sempat lupa kalau hati Rara ini seperti dahan kering yang jika terinjak akan patah dengan mudah."Bukan begitu maksudku. Aku hanya merasa lucu karena kamu menyalahkan buaya, setahuku buaya itu salah satu hewan yang setia.""Sok tau!" balas Rara yang masih terdengar sewot.Tidak ingin menambah masalah Gilang pun menggerakkan kepala. Ia mengangguk, mengaku salah dan meminta maaf."Baiklah, tolong maafkan aku jika segala perkataanku membuat kamu marah. Jadi, sekarang kamu mau mandi apa tidak? Kalau tidak maka aku ....""Iya, aku mau mandi," potong Rara yang nada bicaranya masih saja terdengar sama—ketus. Berdebat dengan Gilang, selain melelahkan juga cukup membuat hatinya dan pikirannya panas."Nah, begitu lebih baik. Lagian mau sampai kapan kamu menahan diri? Menahan kemih hanya akan menimbulkan penyakit." Gilang tersenyum penuh kemena

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-12
  • Menikahi Gadis Lumpuh   Trik Gilang

    Setelah lumayan segar, Rara pun meraih kimono yang tergantung di gantungan dinding. Cukup susah ia menggapai kimono tersebut. Terlebih sekarang ia harus memakainya kimononya dengan mengeluarkan tenaga ekstra.Setelah hampir lima menit berujuang, barulah kimono itu membalut badannya dengan sempurna. Gadis itu sedikit mendengkus, sejenak ia mengutuk Gilang yang tak membiarkan Mba Sri menjadi baby sitternya lagi."Cih! Kalau bukan karena Gilang sialan itu, aku tidak mungkin menderita seperti ini," kesal Rara dengan gumaman. Gadis itu pun menarik napas sebelum berteriak."Gilang, aku sudah selesai!" serunya."Gilaaaang!"Suasana mendadak hening. Gilang tidak menyahut. Di luar juga tidak ada aktifitas apa pun yang terdengar."Apa jangan-jangan Gilang meninggalkanku?" Pikiran buruk melintas di benak Rara. Benarkah lelaki itu tega melakukan hal seperti itu kepadanya. Antara percaya dan tidak percaya. Rara pun mencoba memanggil Gilang sekali lagi."Gilaaaang, aku sudah selesai ini!" Lagi-lagi

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-12
  • Menikahi Gadis Lumpuh   Salat Tahajud

    "Mulai saat ini aku yang akan bertanggung jawab mengantar kamu kontrol ke rumah sakit," tutur Gilang sembari menggendong Rara, lantas membaringkannya ke pembaringan dengan perlahan."Tidak usah. Tidak perlu. Tidak berguna. Aku sudah melakukannya selama ini tapi percuma. Aku tidak bisa jalan lagi," balas Rara. Membuang muka."Ra, tidak boleh putus asa. Sebagai manusia kita wajib usaha, kita wajib …..""Berisik!" Rara tutup seluruh wajahnya dengan selimut. Hampir seratus persen, hanya menyisakan pucuk kepala saja.Gilang yang melihat itu hanya bisa tersenyum kecil. "Baiklah, aku akan minta jadwalnya pada mamamu.""Bodo amat!"Malam pertama yang harusnya dilewati dengan panas justru mereka lewati dengan saling diam. Atmosfer begitu kentara, terasa amat dingin. Belum lagi di luar sedang hujan deras. Dinginnya menusuk tulang, seakan selimut tebal tak mampu menghangatkan badan.Gilang jadi panas dingin tak karuan di sebelah Rara. Ia belingsatan, tidak ada posisi yang mampu buat lelaki itu t

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-12

Bab terbaru

  • Menikahi Gadis Lumpuh   (Happy Ending) Rara & Gilang

    ***Rara terdiam, agak aneh menurutnya Gilang ini. Namun, ketika teringat betapa sederhana dan bijaknya Gilang, ia pun tidak berani menyela."Tapi paling tidak kita rayakan, Lang. Sebagai istri aku rasanya tidak enak kalau hanya menghabiskan hari kelahiranmu dengan hanya berdiam diri."Gilang memegang dagunya. Ia mulai berpikir."Bagaimana kalau pesan kue?" usul Rara. Matanya berbinar.Sayangnya usul itu mendapat gelengan kepala."Lalu maunya apa?" Rara kembali cemberut."Bagaimana kalau masak. Aku ingin mencicipi masakanmu," balas Gilang."Masak?"Gilang mengiakan dengan anggukan."Emang mau masakan apa?" tanya Rara lagi.Gilang pun terlihat berpikir. "Buatkan aku sayur asem dan ikan asin saja, bagaimana?""Cuma itu?" Rara benar-benar tidak habis pikir."Jangan bilang cuma, kamu tau menu itu sukses buatku nambah tiga kali.""Masa cuma itu.""Tapi aku maunya itu, bagaimana?"Mulanya Rara ragu, tapi setelah melihat Gilang yang tampak sangat berharap ia pun mengiakan dengan anggukan."W

  • Menikahi Gadis Lumpuh   Satu Tahun Berlalu

    Setahun kemudian.Rumah tangga Gilang dan Rara semakin membaik dari waktu ke waktu. Layaknya rumah tangga pada umumnya, di rumah sederhana Gilang itu selalu ada canda, tawa, kadang ada sedikit pertengkaran kecil antara mereka.Namun, itu tak jadi pemicu keretakan. Justru sebaliknya, mereka saling memahami antara lain, membuat rumah tangga mereka kian kokoh.Satu tahun itu pula Gilang berhasil menunjukkan keseriusan. Cinta yang tulus membuatnya tak pernah lelah maupun mengeluh dengan kondisi Rara yang cacat. Justru, rasa sayang serta peduli untuk Rara makin menggebu.Rara sendiri sama, dia terus berusaha sembuh. Kabar baiknya sekarang sudah bisa berjalan menggunakan tongkat. Terakhir, Rara juga sudah mulai berjalan dengan dua kaki, meskipun hanya bertahan lima langkah.Kendati demikian tak buat asanya putus. Ada Gilang yang selalu menyemangati dan itu buat Rara semangat lagi. Ia ingin cepat berjalan normal agar bisa mengimbangi langkah Gilang. Ingin seperti pasangan kebanyakan yang men

  • Menikahi Gadis Lumpuh   Sesampainya Dirumah

    Dari semenjak kejadian tadi siang, Rara menjadi lebih banyak diam. Gilang sendiri juga belum berani cerita apa-apa. Pria itu masih berusaha menyusun kata yang pas supaya tidak menyakiti hati Rara Nantinya."Ra, kamu baik-baik aja 'kan?" Gilang melongok ke kamar. Tampak Rara tengah duduk sembari membaca buku bertema islami dengan posisi kaki selonjoran."Itu pertanyaan kamu yang ke empat kali. Memangnya kamu tidak bosen?" balas Rara tanpa menatap.Diperlakukan seperti membuat Gilang salah tingkah. Kelakuannya saat ini makin tambah belingsatan saja."Ra, kamu baca apa?" Gilang mendekat, matanya seketika membola saat mengetahui halamaan buku yang Rara baca. "Kamu ngapain baca begituan?" tanya Gilang spontan."Memangnya kenapa? Aku hanya penasaran saja dengan hukum poligami. Ternyata poligami sangat indah jika dijalani sesuai kaidah. Aku tidak menyangka pahala istri yang dipoligami sangat besar!"Mendengar itu, Gilang makin tambah misuh-misuh. Ia berebut buku tersebut lantas menaruhnya ke

  • Menikahi Gadis Lumpuh   Luka Yang Terlihat

    Pemandangan yang baru saja dilihat membuat Rara memutuskan untuk menutup pintu mobil. Di titik ini, Rara merasa harga dirinya dijatuhkan seketika. Ia dapat melihat dengan jelas bagaimana suaminya itu dipeluk oleh wanita lain, akan tetapi ia tidak bisa berlari untuk sekadar mencegah, apalagi sampai membuat perhitungan kepada Nayla.Dari jendela mobil juga, Rara melihat Nayla yang terus menyeret koper lalu hilang di balik pintu gerbang. Setelah itu ia melihat ke arah Gilang. Lelaki itu terlihat memapah Bunda Alia masuk ke dalam rumah.Kini tinggallah Rara di dalam mobil seorang diri. Kesunyian halaman di panti asuhan saat ini sukses menambahkan momen sakit di hati Rara semakin menggebu-gebu. Ia menangis. Hatinya menjerit atas semua yang baru saja ia saksikan.Rara bukan mempermasalahkan pelukan perpisahan yang dilakukan oleh Nayla, tapi Rara menyayangkan dirinya yang tidak bisa berbuat apa-apa saat semua itu terjadi. Bahkan untuk sekadar menyusul Gilang saja, Rara tak mampu melakukannya

  • Menikahi Gadis Lumpuh   Boncap 5 : Salam Perpisahan

    Gilang baru saja hendak menurunkan Rara dari mobil saat suara ribut-ribut terdengar di pelataran panti. Lelaki itu gagas menoleh, dari kejauhan ia melihat Bunda Alya sedang terlibat cekcok dengan Nayla. Sepertinya perdebatan mereka cukup serius. Gilang pun segera meminta izin pada Rara agar melerai keduanya terlebih dahulu."Ra, kamu di mobil sebentar ya! Kayaknya Bunda lagi bertengkar sama Nayla. Aku pisahin mereka dulu."Saking paniknya, Gilang gagas berlari tanpa menunggu jawaban Rara terlebih dahulu. Di sofa mobil yang pintunya sudah terbuka, Rara hanya dapat menatap punggung Gilang yang semakin menjauh darinya. Ia juga menatap kursi roda yang baru saja dibentangkan oleh Gilang. Namun, sayang, Rara tidak bisa menggapai benda yang sangat dibutuhkannya tersebut karena posisinya terlalu jauh.Sementara Gilang. Lelaki itu berlari secara membabi buta. Lalu berdiri di tengah-tengah mereka." Ada apa ini?" seru Gilang sambil menatap Bunda Alya dan Nayla secara bergantian, bahkan ia lupa

  • Menikahi Gadis Lumpuh   Boncap 4 : Ada Apa

    ***"Gawat, Ra! Gawat!"Gilang masuk ke kamar begitu saja saat Rara sedang asik membaca buku panduan salat. Wanita itu sedang menghafalkan beberapa hafalan doa dan tata cara salat tahajud saat Gilang mendekat dengan mimik wajah cemas."Ada apa? Kenapa kamu cemas begitu?""Nayla Ra … Nayla ….""Nayla kenapa?" Rara memekik.Hati Rara sedikit tercubit melihat Gilang begitu mencemaskan Nayla. Namun, ia tepis segala perasaan tidak baik itu karena Nayla dan Gilang memiliki ikatan persaudaraan yang cukup kuat meski bukan saudi kandung."Anak panti bilang Bunda Alia bertengkar dengan Nayla. Ternyata kepergiannya Nayla ke Singapur terlalu mendadak, dan tanpa sepengetahuan Bunda.""Kok bisa, Lang?""Entahlah, Ra! Anak panti bilang Nayla mau berangkat sore nanti, dia juga bilang kalau Nayla sudah terlanjur tanda tangan kontrak dan menerima dana sebesar 150 juta.""Astagfirullahallazim. Kamu serius, Lang? Aku takutnya Nayla itu ditipu. Perusahaan mana yang berani memberi DP sebanyak itu?""Maka d

  • Menikahi Gadis Lumpuh   Boncap 3 : Gawat

    "Tapi Bunda—" Nayla mendongak dengan tatapan tidak senang. Mendengar nama Gilang disebut, hatinya serasa melompat dari tempat. Inilah yang membuat Nayla terpukul karena lagi-lagi harus dibayangi nama Gilang ketika tinggal di sini.Dengan pergi ke tempat yang jauh, Nayla bisa fokus melupakan Gilang sepenuhnya."Maaf Nay, bukannya Bunda bermaksud menyeret Gilang ke dalam hidupmu lagi. Bunda tahu maksud kamu baik ingin melupakan cinta yang salah, tapi tolong tunggu sebentar, biarkan bunda berdiskusi dengan Gilang terlebih dahulu sebelum kamu berangkat," kata Bunda."Tapi sore nanti Nayla harus pergi karantina ke asrama, Bu. Sekalipun Bunda dan Abang berdiskusi, Nay tetap akan berangkat.""Tahan dulu ya, Nay!" Bunda Alia mengelus puncak kepala gadis itu. Namun, Nayla menepiskan dengan gerakan agak keras."Maaf, Bun! Untuk kali ini Nay tidak bisa menuruti permintaan Bunda.."Sambil menahan tangis yang hendak pecah lagi, Nayla gagas berlari meninggalkan ruangan Bunda. Untuk kali ini Nayla a

  • Menikahi Gadis Lumpuh   Boncap 2 : Lancang

    ****Entah kenapa Bunda Alia tidak senang mendengarnya. Wanita itu terlihat menggeleng samar. "Bunda tidak mau menerima uang itu, Nay. Sebaiknya kamu pulangkan saja uang itu dan tetaplah tinggal di sini. bagaimana pun juga kamu jauh lebih berharga dari uang itu. Apalah artinya uang jika kamu tidak ada," kata Bunda Alia serius.Nada larangan itu membuat Nayla memandang Bunda Alia dengan memelas. "Tapi Nay sudah terlanjur tanda tangan kontrak, Bun. Nanti sore Nay akan dijemput untuk karantina dan belajar di asrama. Nay tidak bisa menolak karena kesepakatan ini sudah terjadi ," ujar Nayla."Kamu lancang Nay!" Bunda Alia memekik marah. "Seharusnya kamu bicarakan ini pada Bunda ataupun Abang!"Wanita itu meraup wajahnya. Terlihat frustrasi sekali. "Singapur itu jauh, Nay! Bagaimana kalau kamu tidak betah di sana? Uang seratus lima puluh juta itu banyak. Itu pasti merupakan pemberat agar kamu tetap bekerja di sana!""Tidak, Bunda. Itu hanyalah uang gaji Nay selama satu tahun!""Ngeyel kamu

  • Menikahi Gadis Lumpuh   Boncap 1 : Serius?

    Tak banyak yang Nayla bicarakan dengan Gilang dan Rara pasca mendadak ia mengatakan ingin pergi ke Singapur. Selepas itu, Nayla pamit untuk pulang. Keadaan jiwanya saat ini sedang tidak baik-baik saja, dan berada di sana hanya akan membuat luka di hatinya semakin menganga.Sesampainya di rumah, Nayla gagas masuk ke kamar. Ia membereskan barang-barang untuk persiapan bekerja di Singapur. Tidak langsung ke sana, nantinya Nayla akan dijemput oleh seseorang, di antar ke asrama untuk mengurus beberapa surat keberangkatan sambil belajar penyesuaian diri sebelum berangkat menjadi TKI di sana.Dulunya Nayla pernah mencoba kuliah di jurusan keperawatan. Namun terhenti di tengah jalan karena terhalang biaya. Namun tak lama kemudian, pihak kampus mendatangi Nayla, menyuruh wanita lanjut kuliah dengan full beasiswa asalkan ia mau kuliah di jurusan tata boga. Akhirnya Nayla melanjutkan kuliahnya.Dari bekal itu, sekarang Nayla memberanikan diri mendaftarkan sebagai perawat orang sakit. Mirip pemba

DMCA.com Protection Status