Mata Sehan menatap Liona dengan sorot serius setelah mendengar kenyataan tersebut. Dia bisa melihat ada banyak pertanyaan yang telah disembunyikan perempuan itu dari sorot matanya.
"Aku selalu berusaha mengingatnya, tapi sepertinya amnesia yang ku alami karena kecelakaan itu cukup parah. Bahkan aku tidak ingat tentang kecelakaan itu." Liona menghela nafas berat. "Andai ingatan itu kembali, mungkin aku mengetahui semuanya. Kenapa ayah menyebutku anak adopsi? Kenapa aku bisa berada di panti asuhan? Apa sebenarnya yang terjadi hingga membuat orang tua ku membenciku?"Sehan diam, berpikir sejenak. "Apa ... kamu ingat siapa yang mengantarmu ke panti asuhan?"Liona menggeleng lemah. "Aku tidak ingat, sepertinya aku diberi obat tidur setelah keluar dari rumah sakit. Dan saat aku bangun tidur, tiba-tiba aku sudah berada di panti asuhan. Tapi kata ibu panti, seorang laki-laki tua berumur sekitar lima puluhan mengantarku ke sana. Tidak mungkin jika itu ayah, pastiLangkah Liona semakin cepat, menyusuri setiap koridor di rumah sakit. Pikirannya tak bisa tenang saat mengetahui kabar bahwa ayahnya tiba-tiba dilarikan ke rumah sakit, entah apa penyebabnya.Hingga tiba di depan sebuah ruang rawat, Liona menghentikan langkahnya. Dia ingin langsung masuk ke ruangan itu, dia tau itu adalah ruang rawat ayahnya. Namun beberapa bodyguard berbadan kekar menghalanginya."Saya Liona, biarkan saya bertemu dengan ayah saya.""Ibu anda melarang semua orang masuk, termasuk anda."Mata Liona membulat. Dia semakin khawatir, apa yang telah Gretta lakukan pada Darwin?"Ayah anda juga sudah membaik, jadi anda tidak perlu melihatnya."Liona menggeleng tak percaya. Dia tetap bersikeras, memaksa untuk masuk ke dalam. Walau para bodyguard itu terus mendorongnya untuk menjauh dari sana, namun Liona terus memberontak."Ayah! Ini aku Liona! Aku ingin bertemu dengan ayah!"Pintu terbuka, menghentikan s
Gretta yang baru sampai langsung menghentikan langkahnya di depan ruang rawat sang suami, untungnya dia belum sempat menunjukan diri. Setelah mendapat telepon dari Bodyguardnya bahwa Liona menemui Darwin di rumah sakit, Gretta dengan segera menghampiri. Belum sempat masuk ke ruangan itu, dia justru mendengar ucapan Liona barusan. Kakinya seketika gemetar lemas. 'Dari mana anak itu tau bahwa dia anak kandung Darwin?'Gretta berusaha mengintip suasana di dalam ruangan tersebut lewat celah pintu yang sedikit terbuka. Dia bisa melihat raut wajah Darwin saat ini, suaminya itu tengah menatap Liona dengan sorot terkejut.'Darwin jangan katakan apapun pada anak itu!' Gretta menatap suaminya dengan sorot penuh harapan. Dia tak boleh langsung masuk dan ikut ke sana, itu bisa membuat semuanya semakin kacau. Tapi dia juga takut, bagaimana jika Darwin akan mengatakan alasan dia membenci Liona? 'Ini belum saatnya Liona mengetahui yang sebenarnya. Se
Setelah berhasil membuat Liona sedikit lebih tenang, Sehan langsung membawa perempuan itu pulang. Sesampainya di rumah, Sehan langsung membantu Liona duduk di sofa ruang tengah. Dia menatap wajah Liona yang masih memancarkan raut sedih. Sehan tau saat ini Liona tengah terluka, tapi karena apa? Sehan masih penasaran, apa yang terjadi saat Liona di sana tadi? Bahkan Liona sama sekali belum menceritakan padanya. Namun Sehan juga tak mau memaksa, dan membiarkan Liona menenangkan diri lebih dulu.Laki-laki itu kemudian duduk di samping Liona. Andai Sehan bisa datang lebih cepat, atau Liona mau menunggunya dan datang ke sana bersama. Mungkin semuanya tidak akan seperti ini. "Apa ... ibu ada di sana?" tanya Sehan dengan hati-hati. Dia memperhatikan wajah Liona dengan seksama, sambil berusaha menebak apa yang telah dialami perempuan itu.Liona menggeleng lemah. "Baiklah, tenangkan dirimu lebih dulu. Apa kamu ingin minum teh
Di sebuah bangunan tua, wanita paruh baya berjalan dengan langkah mantap menelusuri setiap lorong sunyi tersebut. Hingga langkahnya terhenti di depan sebuah ruang yang dijaga oleh dua orang satpam, dia memberikan isyarat kepada dua satpam di hadapannya.Dua satpam itu dengan segera membuka pintu ruangan di hadapan Gretta. Seorang pria berperawakan kurus tinggi, dengan beberapa luka bakar di sebagian tubuhnya, berjalan sempoyongan keluar dari dalam ruang tersebut. Dia mengucek matanya, saat silau cahaya lampu menyapa pandangannya. "Aku masih ngantuk, kenapa kau datang ke sini?" tanya pria tersebut sambil menguap lebar."Aku mempunyai tugas lagi untukmu, Matt."Pria bernama Matt tersebut mengangkat satu alisnya, menatap Gretta penasaran. "Apa?"Gretta memberikan selembar foto pada Matt, pria itu menerimanya dan memperhatikan foto seorang perempuan yang baru saja diberikan Gretta padanya. Matt tampak bingung, ini pertama kali dia
"Sudah baikan?" tanya Sehan memastikan.Liona baru saja bangun tidur. Sehan sudah berada di sampingnya, laki-laki itu duduk di sisi kasur menunggu Liona bangun."Kamu sejak tadi di sini?"Sehan mengangguk mengiyakan, mungkin Liona juga tidak sadar bahwa Sehan juga tidur di sampingnya tadi malam. Karena khawatir dengan kondisi sang istri, Sehan tidak tega meninggalkan perempuan itu tidur sendirian. Liona mulai beringsut duduk. "Apa kamu ingin makan bubur? Jika kamu mau, aku akan membelikannya di luar sebentar."Liona tak mau merepotkan sang suami. Dia lalu menjawab, "aku makan seadanya saja yang ada di rumah."Sehan mengangguk paham. "Tapi bahan-bahan di rumah habis, jadi aku tidak bisa membuatkan makanan untukmu. Jadi kita beli makanan di luar saja ya?"Liona mengangguk menurut. "Baiklah."Sehan kemudian berdiri dari duduknya. "Aku akan membeli makanan di luar, kamu tunggu sebentar ya."Liona
"Baiklah." Sehan mengangguk paham setelah lawan bicaranya di telepon tersebut menjelaskan sesuatu. "Sebenarnya, selain tentang ibunya Liona. Aku mencurigai sesuatu, siapa yang mengantar Liona ke panti asuhan saat itu? Orang itu pasti tau semuanya tentang Liona, dan bagaimana bisa Liona selamat dari kecelakaan itu. Apa kau bisa mencari tau tentang itu?"'Siap, saya akan usahakan.'"Baiklah. Segeralah berikan informasi padaku mengenai ini."Tak lama panggilan berakhir. Sehan memutuskan kembali untuk menghampiri sang istri yang dia tinggalkan saat membeli buah tadi.Namun saat mengetahui Liona saat ini tengah berbicara dengan seorang pria asing, langkah Sehan seketika terhenti. Dia menatap pria itu curiga. "Dengan siapa Liona berbicara?"Sehan mulai memperhatikan dengan seksama penampilan pria di hadapan istrinya tersebut. Pakaiannya tampak lusuh, di tangan, kaki dan lehernya ada luka bakar. Terlihat seperti ora
Liona segera masuk ke dalam mobil. Dia menatap ke luar jendela mobil sesaat, memperhatikan sekitarnya dengan sorot waspada."Siapa pria tadi? Aku sangat takut dengan caranya menatapku. Kenapa dia tau namaku? Apa aku pernah bertemu dengannya?"Liona takut jika pria itu masih mengikutinya. Dia bergegas mengambil ponselnya di dalam tas, dan berniat untuk menelpon Sehan. "Di mana Sehan sekarang? Kenapa membeli makanan lama sekali?"Belum sempat menempelkan ponselnya ke telinga, laki-laki yang dia cari akhirnya datang memasuki mobil dan duduk di sampingnya. Liona seketika menghela nafas lega. Dia kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas."Sehan, tadi ada -""Seorang pria yang menghampirimu?" tanya Sehan memotong kalimat sang istri.Liona terkejut, saat Sehan bisa menebaknya dengan tepat. Dia penasaran, "apa kau melihatnya tadi?"Sehan mengangguk membenarkan. "Aku melihatnya, saat dia berdiri di sampingmu tadi. Dia
TIDAK BERADA DI PIHAK MANAPUN Seorang pria mulai masuk ke mobilnya, duduk di jok sampingnya. Gretta hanya terus meluruskan pandangnya, lalu kembali menjalankan mobilnya lagi. "Uang yang kau berikan sudah habis, aku sampai bingung ingin membeli makanan menggunakan apa," keluh Matt sambil menghela nafas berat.Gretta berdecak kesal. "Kau tau, perusahaan Darwin saat ini sedang diambang kebangkrutan. Jika kau terus meminta uang padaku, maka kau justru mempercepat aku untuk semakin bangkrut.""Kalau begitu kenapa tak kau ceraikan dia, dan menikahlah lagi dengan pria kaya lainnya.""Kau pikir semudah itu. Aku menikahi Darwin dengan susah payah, bahkan sampai sekarang aku belum tenang. Kau justru memintaku meninggalkannya. Hartanya saja belum aku miliki sepenuhnya."Matt mengangguk paham. Dia lalu menyandarkan tubuhnya pada punggung jok mobil yang dia duduki."Aku tadi tidak sengaja bertemu dengan Liona saat sedang mencari ma