Tidak seperti biasanya, hari ini Sehan tidak berniat untuk ke perusahaan pagi-pagi.
Dia baru saja selesai mandi, dan langsung keluar dari kamar untuk mencari sang istri. Dia tidak sabar ingin melihat wajah Liona pagi ini, karena dia yakin pasti perempuan itu sudah mengetahui berita terbaru hari ini.Di ruang tengah, Sehan melihat Liona duduk di sofa sambil fokus pada ponsel di tangannya.Dengan langkah pelan tanpa menimbulkan suara, Sehan menghampiri. Lalu mengintip layar ponsel Liona, penasaran apa yang tengah perempuan itu perhatikan.Benar dugaannya, ternyata Liona tengah membaca berita klarifikasi dari Reno. Sehan tersenyum lebar. Dia lalu membungkukkan tubuhnya, mendekatkan bibirnya ke telinga sang istri. Berbisik, "semuanya sudah terungkap kan?"Liona tersentak kaget, dan langsung menoleh, hingga membuatnya nyaris mencium wajah Sehan.Sehan hanya menahan senyum, saat wajah Liona mulai memerah. Pandangan Sehan kini mulaiSetelah berhasil memasuki kamarnya melalui jendela kamar, Aoura langsung memeluk sang ibu.Gretta lah yang membantunya masuk diam-diam ke rumah itu tanpa sepengetahuan Darwin. "Ibu, aku benar-benar takut. Apa yang akan ayah lakukan padaku?"Gretta memasang raut sedih. Sesekali dia mengusap rambut sebahu sang putri penuh kasih sayang. "Ayah terlihat marah setelah mendengar berita klarifikasi dari Reno. Tapi ayah juga khawatir melihatmu tidak pulang sejak tadi malam. Aoura, untuk sementara kamu jangan temui ayahmu dulu. Ibu akan berusaha menenangkan ayahmu, jika nanti semuanya sudah membaik kau baru boleh menemui ayah."Aoura mengangguk menurut. Dia lalu melepaskan pelukannya pada Gretta. "Ini semua gara-gara Reno!"Gretta menggeleng tak membenarkan. "Ibu masih belum paham, kenapa kamu tiba-tiba meminta Reno membuat berita tentang pernikahan kontrak Liona dan Sehan. Kau juga melihatnya sendiri kan saat ibu menemui mamanya Sehan,
"Galen, bagaimanapun anak tiri itu akan disingkirkan. Sandra pasti lebih senang melihat putra kandungnya menjadi pewaris Wiratama group."Galen terdiam. Dia jadi teringat dengan pembicaraan Sandra dan Joana waktu itu. Benar, Sandra lah yang membuat Sehan kembali ke Wiratama. "Aku tau apa yang kamu rasakan saat ini Galen. Sehan tidak akan bisa sampai di puncak ini tanpa adanya Sandra. Benar kan?"Galen masih tak menjawab. Gretta pasti bisa menebak jika jawabannya memang benar."Jika kamu ingin mengalahkan Sehan, maka singkirkan lah lebih dulu orang-orang yang menjadi semangatnya."Gretta tersenyum. Dia kini jadi teringat dengan anak tirinya yang juga telah hidup bahagia bersama Sehan. "Dan jangan lupa, singkirkan orang-orang di dekatnya. Seperti ... istrinya."Pikiran Galen kembali teringat dengan kejadian dua puluh tahun lalu. Dia berencana mencelakai Sehan dengan cara mendorongnya dari tangga, tapi justru dia yang ter
Tak langsung menjawab. Sesaat Galen mengarahkan pandangannya ke kafe itu kembali, tempat duduknya dan Gretta tadi tidak terlihat dari sana. Galen berharap, Sehan tidak melihatnya."Aku hanya ingin meminum kopi."Sehan mengangguk berusaha mempercayai. "Kebetulan bertemu denganmu di sini, bagaimana jika kita berbicara sebentar?""Aku sedang banyak urusan, aku harus segera kembali ke perusahaan.""Kalau begitu, masuklah ke mobilku. Aku akan mengantarkanmu ke perusahaan."Galen menatap mobil Sehan sesaat yang terparkir tak terlalu jauh darinya. Sebenarnya dia juga penasaran, apa yang ingin dikatakan Sehan padanya. Galen pun akhirnya mengangguk setuju.Galen meminta supir pribadinya pulang lebih dulu, sebelum akhirnya dia menyusul Sehan masuk ke mobil milik adiknya tersebut.Sehan kemudian mulai melajukan mobilnya dengan santai."Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Galen langsung pada intinya. Mereka berdu
"Jadi maksud ibu, Galen mungkin mau bekerja sama dengan ibu untuk menghancurkan kak Liona?" tanya Aoura yang masih belum paham.Gretta mengangguk mengiyakan. Setelah menyampaikan kabar bahagia ini Gretta harap luka yang Aoura rasakan saat ini sedikit berkurang."Sekarang keluarlah dari kamar sayang, dan temui ayahmu. Minta maaf padanya."Aoura masih ragu. "Ayah pasti akan memarahiku.""Ibu akan menemanimu, okey."Walau masih sedikit merasa ragu, akhirnya Aoura ditemani oleh Gretta keluar kamar menghampiri Darwin di ruang tengah. Laki-laki itu cukup kaget saat melihat istrinya berjalan bersama sang putri. Dia langsung berdiri dari duduknya."Aoura?""Sayang, anak kita akhirnya berani pulang. Tolong jangan marahi dia ya, dia sadar telah membuat kesalahan. Dia berjanji tidak akan mengulangi lagi."Darwin menatap Aoura yang masih menunduk bersalah. "Aoura, kenapa kau melakukan semua ini? Jika kau menjelekkan nama ka
Menghabiskan waktu hampir tiga jam, akhirnya rapat selesai.Sudah bisa ditebak, Sehan lah yang berhasil memenangkan rapat pemilihan presdir Wiratama tersebut.Semua orang yang menghadiri rapat hari ini berjabat tangan pada Sehan, memberi ucapan selamat. Mereka tampak ikut berbahagia dengan kemenangan Sehan hari ini.Setelah semua orang selesai berjabat tangan dengannya, kini pandangan Sehan mengarah pada sang kakak yang masih berada di ruang rapat tersebut.Sehan mulai menghampiri. "Kau tidak mau mengucapkan selamat untukku?"Galen menoleh, Sehan mengulurkan tangan untuk berjabat tangan padanya. Jika Galen mengucapkan selamat pada Sehan, bukankah itu sama saja dia telah merayakan kekalahannya?Tak menghiraukan uluran tangan dari Sehan. Galen kini berdiri dari duduknya, dia menatap Sehan sesaat dengan wajah tanpa ekspresi apapun. Sehan hanya mengukir senyum, berpura-pura tak mengetahui perasaan Galen hari ini.
"Bisakah kita bertemu besok pagi?"Di atas balkon kamarnya, Galen tengah berbicara dengan seseorang melalui ponselnya. Di seberang sana, lawan bicaranya justru tertawa pelan setelah Galen mengajukan pertanyaan itu.'Sudah ku duga, kau pasti akan menerima tawaran kerja sama denganku. Andai kau menerimanya sebelum rapat hari ini, pasti kau lah yang menang.'Galen tak mengatakan bahwa dia ingin menerima tawaran kerja sama dengan Gretta, tapi sepertinya perempuan itu bisa menebaknya sendiri. Kini pandangan Galen mendadak terarah pada sebuah mobil putih yang baru saja memasuki halaman rumah Wiratama. Galen hafal, itu adalah mobil adiknya. "Saya akan mematikan panggilannya, besok pagi saya akan mengirimkan alamat tempat kita bertemu."Panggilan berakhir. Galen masih berdiri di atas balkon memperhatikan Sehan yang sudah keluar dari mobil, dan mulai memasuki rumah Wiratama sambil menggandeng tangan Liona dengan romantis. Dia bisa melih
"Aku ingin, kak Galen terus menjadi presdir Wiratama group."Semua orang di sana tertegun. Sehan hanya mengukir senyum saat Galen menatapnya cukup terkejut. Liona menoleh, menatap suaminya masih tak percaya. Mendengar hal barusan, Liona sedikit bisa merasa lega. Liona percaya, Sehan pasti telah merencanakan yang terbaik untuk mereka semua. Hal ini membuat Liona semakin bangga pada suaminya. "Sehan apa kamu yakin?" tanya Joana memastikan. Sehan mengangguk meyakinkan, membuat Joana menghela nafas pasrah. Dia lalu berucap, "siapa pun Presdir Wiratama group. Nenek yakin dia pasti bisa mengurus perusahaan dengan baik. Kalian berdua adalah cucu nenek, nenek tidak bermaksud ingin membuat kalian bersaing atau merebutkan perusahaan. Nenek tau, Galen ataupun Sehan itu sama saja. Nenek sangat percaya pada kalian berdua. Jika itu keputusan Sehan, maka Minggu depan nenek akan resmikan presdir Wiratama adalah Galen."Semua orang di sana tak ada yang membantah
Sandra mengalihkan pandangannya ke arah lain, berusaha menyembunyikan matanya yang sudah berkaca-kaca. "Hati mama sangat sakit setelah mengetahui kenyataan ini. Kenapa Galen harus menuduhmu? Mama sudah tunjukan rekaman itu pada nenek, tapi saat mama ingin menunjukan pada papamu mama tidak sanggup. Di sisi lain, mama juga tidak mau membuat Galen dihukum oleh papamu. Walaupun dia bersalah. Mama tau, mama adalah ibu tiri untuk Galen. Jika mama membuat Galen dihukum karena membela kebenaran anak kandung mama, bukankah mama akan menjadi ibu tiri yang jahat? Sampai sekarang mama bingung, bagaimana membuatmu kembali ke keluarga Wiratama tanpa harus membuat Galen terluka."Sehan menunduk sesaat. Dia tak menyangka Sandra telah melakukan banyak hal untuk dirinya. Wajar jika Joana tidak pernah membencinya, ternyata sudah mengerti kejadian yang sebenarnya. Sehan kini berdiri, lalu berpindah duduk di samping mamanya. Dia lalu menggenggam tangan Sandra dengan erat, be