Setelah cukup lama berbicara dengan Darwin dan Atharya hingga hari mulai petang, Sehan akhirnya membawa sang istri pulang.
Sesampainya di rumah, Liona langsung masuk ke kamar dan berniat untuk segera istirahat untuk melepas lelah."Apa sekarang kamu senang semua kenyataan telah terungkap?" tanya Sehan memastikan.Liona tersenyum, lalu mengangguk membenarkan. "Aku sebenarnya masih tidak menyangka, jika keputusanku untuk balas dendam kepada ibu ternyata memang tepat. Dulu aku ingin balas dendam karena ibu dan Aoura tidak pernah membiarkanku bahagia, dan sekarang aku harus balas dendam karena apa yang telah ibu lakukan pada Bunda telah melewati batas kemanusiaan."Sehan mengangguk membenarkan. "Gretta memang seharusnya mendapat penderitaan yang bertubi-tubi. Setelah membunuh ibumu, dia justru membuatmu menderita. Besok aku akan mencarinya, dan cepat atau lambat dia harus segera merasakan pembalasan itu!"Liona tersenyum senang. "Sehan, teriPintu kamar mandi terbuka, Sehan keluar dari dalam sana dengan penampilan yang sudah rapih. Hari ini dia berniat untuk datang ke apartemen Matt dan meminta pria itu membantunya. Namun sebelum itu, Sehan harus membangunkan sang istri karena saat dia masuk ke kamar mandi tadi, Sehan melihat Liona masih terlelap. Tetapi setelah Sehan sudah bersiap, ternyata Liona sudah bangun. Perempuan itu kini duduk di atas kasur sambil memegangi pinggangnya, membuat Sehan jadi menatapnya khawatir. Dia lalu menghampiri. "Kenapa Liona?"Liona menatap suaminya sesaat, lalu menggeleng lemah. "Kenapa perutku terasa tertarik, Sehan?"Sehan duduk di sisi kasur, samping sang istri. Dia lalu mengusap pelan bagian perut Liona, berharap bisa sedikit memberikan kenyamanan. "Pasti karena seharian kemarin kamu tidak beristirahat.""Apa benar seperti itu?" tanya Liona penasaran. Dia sendiri juga tidak tau apa penyebabnya perutnya mendadak terasa ke
Setelah mobil yang dia tumpangi sampai di depan halaman rumah Darwin, Liona tak langsung keluar. Dia menoleh, menatap sang suami di sampingnya sesaat dengan raut cemberut."Kamu yakin akan pergi menemui Matt tanpa aku?" tanya Liona sekali lagi. Di sepanjang jalan menuju rumah Darwin, pertanyaan itu terus Liona ajukan pada sang suami. Sehan yang mendengarnya hanya bisa menghela nafas sabar. Laki-laki itu menoleh, dan mengukir senyum meyakinkan. Membuat wajah Liona semakin cemberut karena jawaban Sehan yang lagi-lagi telah mengecewakannya. "Liona. Ayahmu telah melihatmu tumbuh dengan rasa kebencian karena kesalahpahaman. Melihat cara ayah meminta maaf padamu kemarin, aku yakin ayah benar-benar sangat menyesalinya. Pasti ayah ingin mengulang waktu-waktu yang telah berlalu, dan memperbaikinya satu-persatu menjadi lebih baik bersamamu. Namun sayangnya waktu tidak bisa diputar kembali. Sekarang, ayahmu sudah tidak membencimu. Apa kamu tidak ingin menghabiskan
Liona meletakkan secangkir teh hangat di atas meja depan ayahnya. Lalu dia ikut duduk di kursi samping Pria itu."Liona datang terlambat, andai saja tadi Liona datang lebih pagi pasti sempat membuatkan sarapan untuk ayah."Darwin terkekeh pelan. "Tidak perlu Liona. Ayah sudah membeli sarapan tadi bersama kakekmu. Oh iya, ayah baru tau jika kamu bisa masak."Liona diam sesaat. Mungkin Darwin juga tidak akan pernah tau bahwa Liona sempat mengalami trauma terhadap makanan karena ulah Gretta. Tapi untuk hal itu, Liona tak ingin menceritakannya pada Darwin. Takut membuat Darwin justru semakin merasa bersalah."Liona baru bisa memasak akhir-akhir ini. Mama Sandra yang mengajari Liona memasak.""Benarkah?"Liona mengangguk antusias. Dia lalu bercerita, "saat pertama Sehan memperkenalkan Liona kepada keluarganya. Aku pikir keluarganya bersikap angkuh padaku. Tapi ternyata dugaan Liona salah, mereka menyambut Liona begitu hangat. Liona ma
Liona meraih lengan Darwin, menggenggamnya membuat Darwin menghentikan ceritanya. Liona tak ingin membuat sang ayah terus merasa bersalah, karena Liona tau bahwa ayahnya tidak sepenuhnya salah. Tapi Gretta lah yang membuat semuanya jadi seperti ini."Melihat ayah sudah mengetahui yang sebenarnya bahwa Liona tidak bersalah, itu sudah membuat Liona bahagia. Dan selama ini Liona tidak pernah melihat ayah menyayangi Liona dengan tulus karena keberadaan Gretta, maka dari itu bolehkah Liona minta kasih sayang dari ayah mulai hari?"Darwin kembali tertegun dengan permintaan sang putri. Membuatnya hampir menangis haru. Dengan senang hati, Darwin mengangguk menyetujui permintaan sang anak.Liona memeluk sang ayah, Darwin membalas pelukan putrinya. "Ternyata begitu rasanya dipeluk oleh seorang ayah," ucap Liona sambil mengukir senyum haru. Ini adalah pertama kalinya Liona merasakan pelukan dari sang ayah. Tak lama pelukan mereka akhirnya terlepas
Hari ini Atharya telah mengumumkan di depan para pemegang saham lainnya, bahwa Liona kini termasuk bagian dari pengelola perusahaannya. Atharya telah menyerahkan separuh sahamnya untuk sang cucu, hal ini membuat Liona memiliki wewenang di perusahaan tersebut.Setelah rapat selesai. Kini tertinggal Liona, Darwin dan Atharya yang masih berada di ruang rapat. "Aku tidak menyangka setelah ku tinggalkan cukup lama perusahaan ini justru di ambang kebangkrutan. Aku harap dengan adanya Liona sekarang, kau bisa membantuku dan ayahmu Liona."Liona mengangguk, mengiyakan ucapan sang kakek. Dia lalu beralih menatap Darwin. "Ayah, aku ingin menjelaskan sedikit mengenai ucapan Sehan waktu itu. Sehan mengatakan pada ayah dia bisa membantu perusahaan ini asalkan Liona memiliki posisi penting di sini. Sebenarnya maksud Sehan mengatakan itu, karena tak ingin perusahaan ini sepenuhnya dikuasai oleh ibu Gretta. Karena Sehan tau, ibu Gretta bukan orang baik."Darwin
Waktu sudah menunjukan pukul tujuh malam. Suara pintu utama terbuka, membuat Liona yang sejak tadi duduk di ruang tengah dengan pikiran gelisahnya, tertegun. "Sehan?" Liona berdiri, menyambut kedatangan sang suami. Sebelumnya Liona sudah mengirimkan pesan pada laki-laki itu jika dirinya tadinya pulang diantarkan Darwin, jadi Sehan tak perlu menjemputnya di rumah Darwin. Sehan lalu berjalan menghampiri sambil menghela nafas berat. Membuat Liona mulai menerka. "Kamu tidak berhasil menemukan ibu?" Sehan mengangguk lemah. "Entah di mana saat ini Gretta bersembunyi. Matt sudah memberitahuku tempat-tempat yang biasanya didatangi oleh Gretta, tapi kami sampai sekarang belum bisa menemukannya. Sepertinya Gretta sudah tau, jika saat ini aku sedang mencarinya." Liona mengangguk paham. Dia juga tak bisa terus memaksa Sehan untuk segera menemukan keberadaan Gretta. "Sehan, tidak perlu terbu
Pagi hari itu, di sebuah apartemen modern. Waktu sudah menunjukan pukul tujuh pagi, namun Matt masih belum mau meninggalkan alam mimpinya. Tidak ada yang harus dia khawatirkan. Dia adalah seorang pengangguran yang hidupnya sudah sangat tercukupi. Tidak ada pekerjaan yang harus dia lakukan hari ini, jika Sehan tak menelponnya. Jadi Matt hanya ingin menghabiskan waktunya untuk berkelana di alam mimpi.Namun sebuah bel berbunyi, mengusik tidurnya. Perlahan kelopak mata Matt terbuka. Dia menguap lebar sambil merenggangkan kedua tangannya, sebelum akhirnya beringsut duduk.Lagi-lagi bel apartemen itu terus berbunyi, menunjukan bahwa orang yang datang ke apartemennya kali ini tidak sabaran. Matt meraih ponselnya sesaat, tidak ada pesan dari Sehan. Dia yakin jika bos mudanya itu datang ke apartemennya pasti akan menelponnya lebih dulu, tapi ini tidak. "Apa yang datang bukan Sehan?"Karena penasaran, setelah merasa nyawanya kembali terkumpul, M
Selama ini Gretta memang telah salah membuat rencana. Liona tidak akan pernah mati jika Sehan terus berada di sisinya. Bahkan saat Liona kecelakaan di hari pernikahannya dengan Reno, Sehan lah yang diam-diam menyelamatkannya. Sehan juga yang membuat Liona keluar dari penderita yang telah Gretta berikan. Sehan juga yang membantu Liona mencari keberadaan Atharya, sampai semua rahasia Gretta terbongkar. Tanpa Sehan, mungkin Liona sudah lenyap sejak dulu. "Sehan," panggil Liona dengan ragu. Kini mereka berada di teras rumah, Liona mengantar sang suami menuju mobil. Hari ini Sehan kembali ingin ke apartemen Matt untuk melanjutkan pencarian Gretta kemarin. "Kenapa Liona?" tanya Sehan penasaran.Liona menggeleng lemah. "Akhir-akhir ini aku merasa tidak nyaman jauh darimu."Sehan tersenyum gemas. Dia sendiri juga merasa, akhir-akhir ini Liona selalu menunjukan rasa kekhawatiran padanya. Bahkan perempuan itu terlihat ingin s