Setelah sampai depan perusahaan Wiratama, Sehan langsung mengajak Liona memasuki gedung dengan menggandeng tangan perempuan tersebut.
Semua karyawan yang berpapasan dengan Sehan, menyapa Sehan dan Liona dengan ramah. Liona tersenyum membalas sapaan mereka. Hingga akhirnya langkah Liona terhenti, tepat saat dia berpapasan dengan seorang laki-laki yang sangat dia kenal.Sehan ikut terhenti, saat perempuan yang dia gandeng berhenti. Sehan menatap sang istri sesaat, lalu mengarahkan pandanganya ke arah laki-laki yang telah menyita perhatian Liona."Pagi pak Sehan," sapa Reno dengan ramah kepada Sehan. Pandangannya kini mengarah pada Liona, lalu dia tersenyum. "Pagi ... ibu Liona."Senyum Liona yang tadinya pudar, kini kembali terukir samar. "Pagi Reno, lama tidak bertemu denganmu."Reno menunduk, jujur melihat Liona saat ini telah membuatnya menahan malu. Dia yang mengungkapkan pernikahan kontrak Liona dan Sehan ke publik, dan Reno belum memReno terdiam. Dia tidak bisa mengelak apa yang Liona katakan barusan. Pandangan Liona kini menatap arah lain, dia berusaha menenangkan dirinya yang nyaris emosi karena ucapan Reno barusan. "Tapi aku sudah memaafkanmu. Lagi pula kita tidak jadi menikah, dan untungnya aku bertemu dengan Sehan. Aku beruntung bisa bertemu dengannya di waktu yang tepat." Reno kembali meluruskan pandangannya. Dia menahan rasa iri. Kenapa Liona sekarang terlihat bahagia bersama Sehan? Tapi dirinya justru terus menderita. "Aku sudah mendapatkan cinta dan kasih sayang yang aku cari selama ini." Liona kembali menatap Reno dengan sorot tanya. "Apa kamu sudah mendapatkan hal itu dari Aoura?" Rahang Reno mengeras. Dia tau, pertanyaan Liona barusan hanya sebuah ejekan untuknya. Reno sadar apa maksud Liona. Dia meninggalkan Liona, tapi Liona justru bahagia tanpanya. "Mengejar cinta orang yang tidak mencintai kita. Apa yang
"Kamu tidak jadi mengajak istrimu ke sini?" tanya Joana pada sang cucu yang baru saja duduk di kursi seberang mejanya. Mereka kini berada di ruang pribadi Joana yang ada di perusahaan Wiratama. "Liona masih di luar karena ada urusan sebentar, nanti dia pasti akan menyusul ke sini." Joana mengangguk paham. "Sebenarnya nenek ingin membahas tentang perusahaan denganmu dan Galen. Tapi karena mendengar kabar bahagia tentang kehamilan istrimu, nenek jadi ingin melupakan pekerjaan hari ini dan kita ganti dengan merayakan hari bahagia ini. Nenek ingin bertanya pada Liona dulu, hadiah apa yang dia inginkan dari nenek sebagai perayaan kehamilan pertamanya ini." Sehan tersenyum, ikut merasa senang melihat sang nenek yang begitu bahagia karena kabar kehamilan Liona. "Sehan yakin, Liona pasti akan menolak jika nenek bertanya hadiah apa yang ingin dia minta. Sehan menyarankan, jika ingin memberikannya had
Setelah cukup lama berbicara dengan Joana, Sehan dan Liona memutuskan untuk pamit lebih dulu. Mereka kemudian meninggalkan gedung Wiratama group, dan kembali ke mobil. Namun belum sempat memasuki mobil, Sehan menghentikan langkahnya. Laki-laki itu belum selesai protes dengan sang istri yang datang bersama Galen tadi. "Apa kau sengaja berbicara dengan Reno, hanya untuk menunggu kak Galen datang?"Liona mengernyit tak paham. Kenapa jika membahas tentang Galen, Sehan seakan ingin mengajaknya bertengkar?"Aku sudah selesai berbicara dengan Reno, dan kebetulan kak Galen datang. Karena tujuan kami sama-sama ingin ke ruangan nenek, jadi kami memutuskan untuk ke sana bersama. Kenapa hanya begitu saja kamu terlihat marah Sehan?"Segan mengernyit, semakin tak habis pikir dengan ucapan Liona barusan. "Apa katamu? Hanya begitu saja? Aku sudah berulang kali mengatakan padamu, jangan dekati kak Galen. Aku tidak suka kau dekat dengannya!"
Sehan mengernyit, lalu melangkah mendekat ke arah sang kakak."Apa maksudmu?"Satu sudut bibir Galen terangkat, mengukir senyum samar."Aku hanya ingin bersikap baik padamu, tapi kau terus saja menolak semua itu. Aku tau aku salah, dan aku ingin memperbaiki kesalahanku. Apa kau tidak mengijinkannya?"Sehan tertegun sesaat. Dia masih tidak bisa percaya, benarkah Galen akan menyesali kesalahannya. "Tapi aku sadar, mungkin karena di masa lalu aku begitu kejam padamu, sampai kau sekarang sama sekali tidak bisa mempercayaiku. Maaf, Sehan.""Kau ... mengatakan kalimat maaf?" tanya Sehan yang masih tidak bisa percaya. Benarkah yang dikatakan Liona, bahwa kakaknya tersebut mulai berubah?"Aku tau, mama dan nenek sudah mengetahui semuanya. Aku sadar, tidak seharusnya aku iri padamu karena kasih sayang mama. Bagaimana pun kau adalah anak kandungnya, aku sebagai anak tiri seharusnya tidak boleh iri.""Kak Galen -"
Liona diam. Dia sama sekali tidak memikirkan hal itu, karena selama ini luka yang diberikan Aoura padanya terlalu banyak. Bahkan sepertinya mustahil, jika Aoura akan berubah baik padanya."Kau dan kak Galen adalah saudara tiri, masih satu ayah. Sedangkan aku dan Aoura bukan siapa-siapa. Ibu dan ayah kami berbeda. Jadi, aku tidak masalah jika Aoura tidak akan berubah. Tujuanku masih sama seperti dulu, hanya ingin melihatnya menderita."Sehan diam. Memperhatikan wajah sang istri yang perlahan mengukir raut sedih. Sehan tau, luka yang dia dapat dari Galen mungkin tidak seberapa dibandingkan dengan luka yang Liona dapat dari Aoura dan Gretta. Jika Galen, mungkin hanya melukai Sehan dengan memberinya tuduhan palsu. Tapi jika Aoura dan Gretta, memberi luka pada Liona hingga membuat Liona beberapa kali hampir kehilangan nyawa. Tangan Sehan terulur, menggenggam tangan Liona yang berada di atas pangkuan perempuan itu. "Liona, aku tidak pernah l
Waktu sudah menunjukan pukul tujuh pagi. Sehan sudah berpakaian rapi, namun masih ragu untuk meninggalkan istrinya dan berangkat ke perusahaan. Perempuan itu masih tertidur nyenyak, Sehan tak tega untuk membangunkannya. Sejak tadi Sehan masih duduk di samping sang istri, mengusap lembut pucuk kepala Liona penuh kasih sayang tanpa berniat untuk membangunkan tidurnya. Sehan masih dengan sabar menunggu perempuan itu bangun dengan sendirinya. Jika Sehan berangkat kerja sekarang, mungkin Liona juga akan paham dan tak akan mencarinya. Atau Sehan bisa saja mengabari sang istri nanti di telepon saat perempuan itu sudah bangun, tapi entah kenapa justru terasa berat bagi Sehan untuk meninggalkan Liona. Sehan menghela nafas pelan. Lalu berucap, "dulu tugasku hanya menjagamu. Tapi sekarang, aku juga harus menjaga buah hati kita yang berada di perutmu. Rasanya, setiap detik aku ingin terus melihatmu Liona. Aku tidak ingin jauh darimu, dan ingin memast
Setelah mendapat bantuan dari pelayan tersebut, akhirnya Sehan bisa memasuki kamar Darwin tanpa sepengetahuan Aoura.Sehan tau, di rumah itu hanya Aoura dan Gretta yang jahat. Sedangkan para pelayan yang bekerja di sana memiliki hati baik. Jadi Sehan bisa dengan mudah meminta bantuan pelayan di sana.Setelah berada di kamar Darwin, Sehan menutup pintu kamar tersebut dengan rapat dan menguncinya dari dalam. Jadi dia tak akan khawatir jika Aoura tiba-tiba akan masuk. Sehan juga telah meminta pelayan barusan untuk mengawasi Aoura, agar tidak sampai masuk kamar Darwin saat Sehan masih ada di sana. Kini perhatian Sehan mengarah pada ayah mertuanya yang masih terduduk di atas kasur, pria itu mengukir senyum menyapa saat melihat Sehan datang."Akhirnya kau datang juga."Sehan menghampiri, lalu menghela nafas pelan. "Kenapa ayah memintaku untuk datang ke sini tanpa sepengetahuan Ibu?"Pandangan Darwin mengarah ke arah pintu ka
Darwin tak bisa mengatakan apa-apa sekarang. Sehan tersenyum puas, sepertinya dia telah berhasil membantu Liona untuk menyadarkan pria tersebut."Ada banyak hal yang harus ayah lakukan setelan ini. Lakukan tes DNA, berhentilah percaya dengan ibu, dan ... coba cari tau ibu menyembunyikan kakek di mana."Darwin tertegun. Dia kembali menatap Sehan dengan sorot bingung. "Apa maksudmu Gretta menyembunyikan kakek?""Ayah pasti tidak tau, kakek tidak ada di rumahnya saat ini. Pasti ayah sudah diberitahu Liona, bahwa kakek sebenarnya tidak mengalami demensia."Darwin kini semakin bingung. Benarkah istrinya selama ini bersikap seperti itu di belakangnya. Tapi kenapa?"Dan untuk perusahaan, aku akan berusaha membantu ayah. Andai saja ayah lebih awal memberikan posisi untuk Liona di perusahaan, mungkin aku bisa menggunakan posisi Liona untuk membantu perusahaan itu.""Maaf Sehan, ayah sempat ragu memberikan itu semua untuk Liona. Karena Lio