Setelah cukup lama berbicara dengan Joana, Sehan dan Liona memutuskan untuk pamit lebih dulu.
Mereka kemudian meninggalkan gedung Wiratama group, dan kembali ke mobil. Namun belum sempat memasuki mobil, Sehan menghentikan langkahnya.Laki-laki itu belum selesai protes dengan sang istri yang datang bersama Galen tadi."Apa kau sengaja berbicara dengan Reno, hanya untuk menunggu kak Galen datang?"Liona mengernyit tak paham. Kenapa jika membahas tentang Galen, Sehan seakan ingin mengajaknya bertengkar?"Aku sudah selesai berbicara dengan Reno, dan kebetulan kak Galen datang. Karena tujuan kami sama-sama ingin ke ruangan nenek, jadi kami memutuskan untuk ke sana bersama. Kenapa hanya begitu saja kamu terlihat marah Sehan?"Segan mengernyit, semakin tak habis pikir dengan ucapan Liona barusan. "Apa katamu? Hanya begitu saja? Aku sudah berulang kali mengatakan padamu, jangan dekati kak Galen. Aku tidak suka kau dekat dengannya!"Sehan mengernyit, lalu melangkah mendekat ke arah sang kakak."Apa maksudmu?"Satu sudut bibir Galen terangkat, mengukir senyum samar."Aku hanya ingin bersikap baik padamu, tapi kau terus saja menolak semua itu. Aku tau aku salah, dan aku ingin memperbaiki kesalahanku. Apa kau tidak mengijinkannya?"Sehan tertegun sesaat. Dia masih tidak bisa percaya, benarkah Galen akan menyesali kesalahannya. "Tapi aku sadar, mungkin karena di masa lalu aku begitu kejam padamu, sampai kau sekarang sama sekali tidak bisa mempercayaiku. Maaf, Sehan.""Kau ... mengatakan kalimat maaf?" tanya Sehan yang masih tidak bisa percaya. Benarkah yang dikatakan Liona, bahwa kakaknya tersebut mulai berubah?"Aku tau, mama dan nenek sudah mengetahui semuanya. Aku sadar, tidak seharusnya aku iri padamu karena kasih sayang mama. Bagaimana pun kau adalah anak kandungnya, aku sebagai anak tiri seharusnya tidak boleh iri.""Kak Galen -"
Liona diam. Dia sama sekali tidak memikirkan hal itu, karena selama ini luka yang diberikan Aoura padanya terlalu banyak. Bahkan sepertinya mustahil, jika Aoura akan berubah baik padanya."Kau dan kak Galen adalah saudara tiri, masih satu ayah. Sedangkan aku dan Aoura bukan siapa-siapa. Ibu dan ayah kami berbeda. Jadi, aku tidak masalah jika Aoura tidak akan berubah. Tujuanku masih sama seperti dulu, hanya ingin melihatnya menderita."Sehan diam. Memperhatikan wajah sang istri yang perlahan mengukir raut sedih. Sehan tau, luka yang dia dapat dari Galen mungkin tidak seberapa dibandingkan dengan luka yang Liona dapat dari Aoura dan Gretta. Jika Galen, mungkin hanya melukai Sehan dengan memberinya tuduhan palsu. Tapi jika Aoura dan Gretta, memberi luka pada Liona hingga membuat Liona beberapa kali hampir kehilangan nyawa. Tangan Sehan terulur, menggenggam tangan Liona yang berada di atas pangkuan perempuan itu. "Liona, aku tidak pernah l
Waktu sudah menunjukan pukul tujuh pagi. Sehan sudah berpakaian rapi, namun masih ragu untuk meninggalkan istrinya dan berangkat ke perusahaan. Perempuan itu masih tertidur nyenyak, Sehan tak tega untuk membangunkannya. Sejak tadi Sehan masih duduk di samping sang istri, mengusap lembut pucuk kepala Liona penuh kasih sayang tanpa berniat untuk membangunkan tidurnya. Sehan masih dengan sabar menunggu perempuan itu bangun dengan sendirinya. Jika Sehan berangkat kerja sekarang, mungkin Liona juga akan paham dan tak akan mencarinya. Atau Sehan bisa saja mengabari sang istri nanti di telepon saat perempuan itu sudah bangun, tapi entah kenapa justru terasa berat bagi Sehan untuk meninggalkan Liona. Sehan menghela nafas pelan. Lalu berucap, "dulu tugasku hanya menjagamu. Tapi sekarang, aku juga harus menjaga buah hati kita yang berada di perutmu. Rasanya, setiap detik aku ingin terus melihatmu Liona. Aku tidak ingin jauh darimu, dan ingin memast
Setelah mendapat bantuan dari pelayan tersebut, akhirnya Sehan bisa memasuki kamar Darwin tanpa sepengetahuan Aoura.Sehan tau, di rumah itu hanya Aoura dan Gretta yang jahat. Sedangkan para pelayan yang bekerja di sana memiliki hati baik. Jadi Sehan bisa dengan mudah meminta bantuan pelayan di sana.Setelah berada di kamar Darwin, Sehan menutup pintu kamar tersebut dengan rapat dan menguncinya dari dalam. Jadi dia tak akan khawatir jika Aoura tiba-tiba akan masuk. Sehan juga telah meminta pelayan barusan untuk mengawasi Aoura, agar tidak sampai masuk kamar Darwin saat Sehan masih ada di sana. Kini perhatian Sehan mengarah pada ayah mertuanya yang masih terduduk di atas kasur, pria itu mengukir senyum menyapa saat melihat Sehan datang."Akhirnya kau datang juga."Sehan menghampiri, lalu menghela nafas pelan. "Kenapa ayah memintaku untuk datang ke sini tanpa sepengetahuan Ibu?"Pandangan Darwin mengarah ke arah pintu ka
Darwin tak bisa mengatakan apa-apa sekarang. Sehan tersenyum puas, sepertinya dia telah berhasil membantu Liona untuk menyadarkan pria tersebut."Ada banyak hal yang harus ayah lakukan setelan ini. Lakukan tes DNA, berhentilah percaya dengan ibu, dan ... coba cari tau ibu menyembunyikan kakek di mana."Darwin tertegun. Dia kembali menatap Sehan dengan sorot bingung. "Apa maksudmu Gretta menyembunyikan kakek?""Ayah pasti tidak tau, kakek tidak ada di rumahnya saat ini. Pasti ayah sudah diberitahu Liona, bahwa kakek sebenarnya tidak mengalami demensia."Darwin kini semakin bingung. Benarkah istrinya selama ini bersikap seperti itu di belakangnya. Tapi kenapa?"Dan untuk perusahaan, aku akan berusaha membantu ayah. Andai saja ayah lebih awal memberikan posisi untuk Liona di perusahaan, mungkin aku bisa menggunakan posisi Liona untuk membantu perusahaan itu.""Maaf Sehan, ayah sempat ragu memberikan itu semua untuk Liona. Karena Lio
Satu Minggu kemudian ...Pukul tujuh pagi, setelah selesai mandi dan bersiap-siap Sehan langsung keluar kamar untuk mencari sang istri. Karena saat dirinya selesai mandi, Sehan sudah tak melihat keberadaan Liona di kamar.Tak juga menemukan istrinya di ruang tengah, Sehan langsung berjalan menuju dapur. Dan benar, dia sedikit kaget saat melihat Liona berada di dapur. Perempuan itu tengah memasak makanan. Ini pertama kalinya bagi Sehan melihat istrinya itu berada di dapur. Walau Liona sempat memberitahunya bahwa perempuan itu sudah bisa memasak setelah beberapa kali belajar dengan Sandra, tapi Liona belum pernah membuatkan makanan untuk Sehan. Mungkin ini akan menjadi hari pertama Sehan memakan masakan sang istri.Dia kemudian menghampiri."Apa yang sedang kamu lakukan Liona?"Liona sedikit tersentak kaget dengan keberadaan sang suami secara tiba-tiba di sana. Dia pikir masakannya akan selesai setelah Sehan keluar dari kamar mand
Karena hari ini ada banyak pekerjaan di perusahaan, Sehan pulang hingga hari sudah petang. Tapi sebelumnya dia sudah memberitahu sang istri jika dirinya akan pulang terlambat. Sehan juga sempat memperingatkan Liona untuk banyak berisitirahat, dan tak memperbolehkan perempuan itu mempekerjakan pekerjaan rumah hingga kelelahan.Pukul tujuh malam, Sehan sampai rumah. Di ruang makan, sudah terhidang beberapa makanan yang masih hangat menyambut kedatangan sehan.Sehan tau, pasti Liona yang menyiapkan semua itu untuk makan malam mereka. Namun Sehan justru semakin khawatir melihat Liona tiba-tiba senang mengerjakan pekerjaan dapur seperti ini, tentu pasti akan membuat perempuan itu semakin kelelahan."Sudah datang?" Liona menghampiri sang suami, menyambutnya dengan senyum lebar. "Kebetulan aku baru selesai memasak. Apa kamu ingin makan malam sekarang? Pasti kamu sudah lapar kan?"Sehan tak menjawab. Sorot matanya terus mengekor ke arah sang istri yang ki
"Apakah para hadirin di sini setuju Dengan proyek saya untuk memajukan perusahaan ini?" tanya Gretta pada beberapa pemegang saham di hadapannya. Pagi ini, dia bersama pada pemegang saham lainnya berkumpul di ruang rapat perusahaan Atharya. Gretta baru saja selesai mempresentasikan proyeknya untuk memajukan perusahaan tersebut di depan para pemegang saham."Apa ibu Gretta yakin ini akan membuat perusahaan naik lagi? Atau hanya akan membuang-buang dana tanpa ada hasil yang baik?"Gretta masih mengukir senyum, dengan penuh keyakinan dia menjawab, "saya yakin proyek ini akan membantu perusahaan Atharya keluar dari kebangkrutan."Para pemegang saham kembali berbisik-bisik, karena di tengah keterbatasan dana Gretta justru membuat proyek baru yang membuat perusahaan itu semakin mengeluarkan pengeluaran banyak. Hal inilah yang membuat mereka ragu dengan pemikiran Gretta.Sepasang suami istri, dengan didampingi dua bodyguard di belakangnya mulai
Enam tahun kemudian ...Rumah keluarga Wiratama kini tampak ramai. Para tamu undangan mulai berdatangannya, dan banyak anak kecil membawa hadiah.Tepat hari ini, Arsen Wiratama berusia genap lima tahun. Semua orang merayakan ulang tahunya dengan kegembiraan. "Okey, selanjutnya adalah acara potong kue!"Semua anak dan para tamu undangan bertepuk tangan dengan meriah, saat sang MC membacakan urutan acara selanjutnya. "Potong kuenya!""Potong kuenya!"Sorak anak-anak yang ada di sana. Dibantu dengan sang papa dan mamanya, Arsen mulai memotong kue ulang tahun di hadapannya. "Baik, kuenya sudah dipotong. Sekarang, Arsen ingin memberikan suapan pertama kuenya ke siapa ya?" tanya MC membuat semua orang di sana jadi penasaran tak sabar. Arsen menoleh ke kenan dan kirinya sesaat, mulai bingung."Arsen pasti ingin memberikan suapan pertama pada mama kan?" bisik Liona berusaha merayu putra kecilnya te
Ke esok harinya, Sehan dan Galen duduk di jok belakang mobil. Sedangkan Dua pria berbadan kekar kekar duduk di jok depan mereka, dan satu pria itu mengemudikan mobil.Di depan mobil mereka, juga ada satu mobil lain yang menunjukan arah sekaligus mendampingi Sehan dan Galen.Setelah cukup lama, mereka telah sampai di sebuah bangunan beton yang tampak kusam. Menuju ke sana memerlukan waktu hampir tiga jam, letakkan memang sangat jauh dari pusat kota.Dua bodyguard yang ada dalam mobil tersebut keluar lebih dulu, lalu berdiri di sisi mobil, dan mengawasi sekitarnya.Sehan tak langsung keluar, dia menoleh ke samping, menatap sang kakak. "Kak Galen tidak mau menemuinya bersamaan langsung denganku?"Galen menggeleng. "Aku akan berbicara dengannya setelah kau selesai. Aku hanya ingin memarahinya karena sudah berani membuat kakiku tidak berfungsi, sedangkan kamu pasti banyak hal yang ingin dibicarakan bukan?"Sehan mengangguk m
Di sebuah gedung besar, sebuah pesta pernikahan dilaksanakan dengan tema yang begitu sangat sederhana. Tamu undangan hanya terbatas, yaitu para rekan kerja dan sahabat-sahabatnya dari mempelai pria. Reno dan Aoura berdiri berdampingan, bersalaman dan menyambut para tamu dengan ramah.Hingga kedatangan Darwin bersama anak dan mantunya, berhasil mengalihkan perhatian semua orang di sana. Beberapa orang yang dilalui oleh mereka tersenyum menyapa. Tentu karena kebanyakan tamu undangan di sana adalah karyawan Wiratama group, jadi mereka begitu menghormati Darwin dan Liona, terutama Sehan.Melihat tiga orang penting itu berjalan ke arahnya, tangan Aoura mendadak berkeringat dingin. Dia lalu menyenggol lengan Reno di sampingnya, dan berbisik protes. "Kau juga mengundang ayah?""Tentu saja, bagaimana pun dia juga pernah menjadi ayah untukmu. Kita harus menghargainya dengan mengundangnya ke pernikahan kita," jelas Reno berusaha membuat Aoura pah
Satu Minggu kemudian. Liona dan Sehan sudah berpakaian rapi, bersiap untuk berangkat ke acara pernikahan Aoura dan Reno. "Sudah siap?" tanya Sehan memastikan saat sang istri baru saja keluar dari kamar. Liona tersenyum, lalu mengangguk mengiyakan. "Kalau begitu, kita berangkat sekarang."Sehan dan Liona berjalan keluar rumah. Saat ini mereka sudah berada di rumah mereka sendiri. Sehan memutuskan untuk kembali ke rumah mereka dua hari lalu, setelah Sehan berhasil meyakinkan Joana bahwa keadaannya sudah membaik.Mobil yang mereka tumpangi kini mulai melaju, meninggalkan halaman rumah. Tak langsung menuju gedung acara pernikahan, Sehan dan Liona meminta sang suami untuk mengantarkannya lebih dulu ke rumah Darwin. "Bukankah ayah pasti juga diundang oleh Aoura?" tanya Liona penasaran.Sehan menoleh sesaat, lalu kembali fokus pada jalanan di hadapannya. "Entahlah, aku juga tidak tau. Bahkan setelah meninggalkan rumah ayahmu, seperti
Setelah sampai di depan kamar yang mereka sewa. Sehan menurunkan Liona dari gendongannya. Laki-laki itu kemudian membuka pintu di hadapannya menggunakan key card yang baru saja dia kantongi.Setelan pintu terbuka, Liona masuk lebih dulu ke dalam sana, diikuti Sehan di belakangnya. Perempuan itu mengedarkan pandangannya ke sekitar, memperhatikan ruangan tersebut dengan seksama. "Sepertinya tidak ada yang berubah, ini masih sama seperti saat aku datang ke sini pertama kalinya."Sehan menghentikan langkahnya di samping sang istri, dia menatap wajah Liona yang tampak bahagia itu sesaat, sebelum akhirnya ikut memperhatikan sekitarnya dengan seksama. Sehan memang tidak pernah merubah tampilan ruangan itu. Sejak dulu masih sama, tetap begitu-begitu saja. Namun Sehan tak pernah bosan dengan tampilan yang seperti itu. "Lagi pula, aku jarang ke sini lagi setelah menikah denganmu. Dulu, aku menyewa kamar ini untuk tempat istirahatku, ji
Setelah pergi dari rumah Reno, Sehan dan Liona kembali melanjutkan perjalanannya. Kini mobil yang Sehan kemudikan telah sampai di depan gedung hotel Wiratama, seperti apa yang Liona minta. Entah, Sehan belum mengerti kenapa istrinya mengajaknya ke sana. "Apa yang sebenarnya kamu rencanakan Liona?" tanya Sehan yang semakin penasaran. Namun Liona masih tak mau menjawabnya, perempuan itu hanya tersenyum saja. Liona kemudian keluar lebih dulu dari mobil, Sehan hanya mengikutinya. Hingga mereka memasuki gedung tersebut, dan Sehan terus mengikuti Liona dari belakang. Perempuan itu berjalan menuju restoran yang ada di lantai dua hotel tersebut. Hingga sampai di salah satu kursi pengunjung yang terletak di dekat jendela kaca gedung tersebut, Liona menarik Sehan dan memaksa laki-laki itu untuk duduk di sana. Sehan yang sejak tadi masih kebingungan, hanya menurut mengikuti apa yang sang istri lakukan padanya. Setelah Sehan duduk di s
Aoura mengarahkan pandangannya pada Sehan sesaat. Tampak terkejut setelah mendengar pertanyaan Sehan barusan. Aoura lalu menatap Reno, meminta penjelasan. Reno paham apa maksud Aoura. Dia menghela nafas pelan sesaat, lalu menjelaskan, "aku sudah mengatakan semuanya pada pak Sehan.""Kenapa kau memberitahu banyak orang?""Pak Sehan adalah orang penting di tempatku bekerja, tidak mungkin aku tidak akan mengundangnya di pernikahan kita," jelas Reno berusaha membuat Aoura paham."Jadi, apa kau tidak berniat untuk mengundangku?" tanya Sehan pada Aoura. Perempuan itu hanya diam. Sehan lalu mengimbuhkan, "jika Reno menikah tanpa memberitahu atasan di perusahaannya, maka dia tidak akan mendapatkan hadiah istimewa dari perusahaan."Aoura menatap Sehan dengan sorot berbinar. Tentu saja saat mendengar kata 'hadiah' suasana hatinya seketika berubah senang. "Benarkah? A-aku pasti akan mengundangmu Sehan."Reno menghela nafas pelan.
Seperti apa yang Liona katakan tadi malam. Perempuan itu akan mengajak suaminya ke suatu tempat, pagi ini.Namun sebelum menuju tempat yang Liona maksud, perempuan itu meminta Sehan untuk singgah lebih dulu ke rumah Reno. Sehan tau apa maksud tujuan Liona menemui Reno dan Aoura.Hingga sesampainya di sana. Sehan mengetuk pintu sebuah kontrakan sederhana yang dia singgahi bersama sang istri. Tak lama kemudian, seorang laki-laki keluar dari kontrakan tersebut.Laki-laki itu menatap Sehan dan Liona dengan sorot terkejut. "Pak Sehan? Liona?""Pagi Reno. Apa kedatangan kami menganggu waktumu saat ini?"Reno tak langsung menjawab. Dia justru berpikir sejenak, sambil berusaha menebak apa tujuan sepasang suami istri tersebut datang ke tempat tinggalnya. Terakhir Sehan dan Liona datang ke sana, untuk bertemu dengan Aoura. "Pak Sehan datang sepagi ini ke rumah saya, tentu membuat saya cukup terkejut. Tapi kedatangan pak Sehan sa
Pintu kamar terbuka, Liona yang saat itu sedang menyisir rambut di depan kaca menoleh sesaat.Sehan tersenyum, lalu menutup pintu kamarnya kembali. Mereka baru saja menyelesaikan makan malam bersama keluarga yang lain, namun setelah selesai Liona langsung ke kamar, sedangkan Sehan masih berbincang dengan Joana dan Galen. "Sudah selesai berbicara dengan nenek dan kak Galen?" tanya Liona memastikan. Sehan mengangguk mengiyakan. Perempuan itu menatap cermin dan melanjutkan menyisir rambutnya. Sehan melangkah menghampiri, lalu memeluk pinggang Liona dari belakang. Sesekali memberikan usapan kecil pada perut buncit sang istri. Membuat Liona seketika menghentikan kegiatannya untuk menyisir rambut. Dia menatap wajah Sehan melalu cermin di hadapannya, senyum bahagia masih terukir di bibir laki-laki itu. Membuat Liona yang menatapnya juga ikut senang."Sepertinya setelah kamu sadar dari koma, kehidupan ini sangat menyenangkan untuk kita berdua.