Beranda / CEO / Menikahi CEO Dingin / bab 3 - Alvaro Moonstone

Share

bab 3 - Alvaro Moonstone

Penulis: Bunda kembar
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Alvaro Moonstone, Pria bertubuh atletis, dibagian dada di tumbuhi bulu-bulu halus, alis tebal, bulu mata lentik serta hidung Bangir menambah rupawan wajah pria tersebut, tak lupa cambang yang sudah di cukur halus mempertegas bagian rahangnya.

Ia sengaja mencukur dan merapikan cambangnya saat menjelang acara pernikahan kemarin. Pria itu tak menolak sedikitpun akan keputusan sang Kakek.

Karena sebelum itu dia sudah menyelidiki lebih dulu siapa calon Istri yang telah dipilihkan oleh Kakeknya itu, wanita seperti apa dia, dan wanita itu mampu membuat jiwa penasarannya meronta-ronta, ia pun akhirnya setuju begitu saja dengan perjodohan itu.

Flashback

“Alvaro, kakek ingin berbicara padamu, duduklah disini dekat Kakek,” ucap Bram kakek Alvaro.

Alvaro mendekati Kakeknya dan duduk disamping sang Kakek, menatap intens kearahnya.

“Kakek ingin menjodohkanmu dengan seorang wanita dari keluarga Aditama. Kakek sudah berjanji pada mendiang sahabat kakek bahwa nanti cucunya akan menjadi menantu di keluarga kita, dia gadis baik-baik dan dari keluarga baik-baik. Kakek yakin kamu akan menyukainya.”

Bram menjelaskan pada Cucunya itu, Alvaro masih menyimak ucapan Kakeknya.

“Siapa nama gadis itu Kek?” Alvaro membuka suara bertanya pada Bram.

Kakeknya tersenyum dan menjawab, “Bunga, Bunga Aditama.”

Bram lalu tersadar dari lamunannya, ia mengingat kembali saat sang kakek menyebutkan nama gadis itu.

Keesokan harinya ia lantas meminta orang kepercayaannya untuk mencari data pribadi sang Gadis. Dengan cepat orang itu mendapatkan data Bunga.

Alvaro membaca file yang ada di depannya yang baru saja dikirim oleh sekretarisnya itu. Ia tersenyum smirk.

“Menarik, ternyata gadis itu karyawanku di kantor cabang, baiklah Alvaro pindahkan ia ke kantor pusat dan menjadi sekertarisku disini, ia pasti tak tahu jika aku adalah bosnya.”

Alvaro pun mematuhi perintah Tuannya, ia hendak pergi dari ruangan itu, namun saat berada di depan pintu Alvaro memanggil kembali dirinya.

“Alvaro, pastikan dia tidak curiga saat dipindah tugaskan kesini, buatlah ia seolah naik jabatan,” ucapnya kembali memberi perintah.

“Baik Tuan, saya akan melaksanakannya sebaik mungkin.” Alvaro membungkukkan badannya, lalu pergi dari ruangan tersebut.

Alvaro kembali berkutat dengan pekerjaannya, ia fokus pada berkas-berkas yang ada dihadapannya itu.

Seperti biasanya ia akan pulang larut, keseharian pria itu hanya bekerja, ia sibuk mengembangkan dan mengelola bisnis keluarganya, ia adalah cucu tunggal sekaligus pewaris dari kerajaan bisnis keluarga Moonstone.

Lelaki itu terkenal dingin dalam dunia bisnisnya, tak ada yang bisa bermain-main dengannya dalam hal bisnis. Ia begitu mencintai pekerjaannya melebih dirinya sendiri.

Kakeknya, Bram Moonstone begitu menyayanginya, ia dikelilingi oleh kemewahan semenjak dirinya lahir di dunia.

Semua keinginannya selalu terpenuhi, hingga ia beranjak dewasa, pria itu selalu mendapatkan apapun yang dia inginkan.

Alvaro telah sampai di kediamannya, ia langsung pergi ke kamar pribadinya di lantai dua, melepaskan kancing lengannya dan mengendurkan ikatan dasinya, Pria itu lantas duduk menghilangkan penat setelah seharian bekerja.

Membuka tabletnya, memeriksa kembali beberapa laporan yang masuk, Alvaro lantas berdiri, dan berjalan kearah kamar mandi, untuk membersihkan diri.

Setelah satu jam lamanya, ia pun keluar dari dalam kamar mandi merebahkan dirinya lalu mulai beristirahat, ia tak sabar ingin bertemu dengan calon Istrinya.

Kakek dari Alvaro memberitahunya bahwa besok mereka akan berkunjung ke rumah Bunga, untuk menagih janji pernikahan yang telah Kedua keluarga itu ucapkan.

Alvaro lantas tersenyum, sebelum ia memejamkan matanya menuju ke alam mimpi.

Pagi hari pun tiba Alvaro sudah bangun dari tidurnya, lelaki itu bergegas ke kamar mandi. Ia akan bersiap untuk bersandang ke rumah calon istrinya.

Semua keluarga sudah berkumpul di ruang tamu mereka menunggu kedatangan Alvaro, akhirnya yang dinanti tiba.

Mereka segera melajukan mobil ke rumah keluarga Kencana, sesampainya disana mereka di sambut baik oleh keluarga Kencana.

Saat pertama kali masuk keruang tamu, ia disuguhkan dengan pemandang foto keluarga mereka.

Banyak bingkai foto Bunga terpasang di dinding ruangan itu, dari mulai Bunga kecil hingga dewasa gadis itu terlihat periang karena beberapa foto yang menampilkan senyuman khas dirinya.

Bram langsung saja mengutarakan kedatangannya, untuk melamar Bunga dan menagih janji mendiang sang kakek.

Ayah Bunga meminta izin pada Bram, untuk membicarakan hal ini terlebih dahulu pada anaknya, Surya pun menjelaskan bahwa keputusan mutlak berada di tangan Bunga.

Alvaro tak menerima penolakan itu, ia ingin Bunga tetap menikah dengannya, karena itu semua adalah janji yang telah disepakati, dan tak bisa di batalkan begitu saja.

“Maaf Tuan, jika Anak Anda menolak perjodohan ini, maka Anda dan keluarga akan kehilangan semuanya, karena apa yang Anda miliki saat ini, semua itu adalah bantuan dari keluarga kami,” ujar Alvaro dengan dingin dan tanpa ekspresi.

Nyonya Surya Kencana kaget mendengarkan penuturan dari Alvaro, ia memandang ke arah Alvaro, namun yang di pandang tak bergeming sedikitpun.

‘Tuhan, bagaimana bisa anak gadisku menikah dengan Pria seperti ini,’ batin Nyonya Surya.

Alvaro dan keluarga lantas pergi dari kediaman keluarga Kencana, mereka pulang ke kediaman keluarga Moonstone.

Setelah sampai di dalam rumah saat Alvaro akan naik ke atas atas menuju kamarnya Bram pun menghentikan langkah cucunya itu

“Kenapa kau berbicara seperti itu Alvaro kepada mereka? Kakek ikhlas membantu mereka, tak sedikitpun kakek ingin meminta kembali apa yang sudah kakek berikan kepada keluarga Kencana,” ujar sang kakek, raut wajahnya menyiratkan kesedihan, karena cucunya meminta kembali apa yang telah mereka berikan kepada keluarga Kencana.

Kekek, aku hanya melakukan apa yang seharusnya aku lakukan agar rencana pernikahan itu tetap berlangsung. Karena aku yakin, Gadis itu akan menolak Perjodohan ini jika ia mengetahuinya

Jadi aku berbicara seperti itu agar gadis tersebut tetap mau menikah dan melanjutkan perjodohan ini Kakek,” terang Alvaro ia membalikkan badannya dan menghampiri sang Kakek.

Alvaro begitu menyayangi Kakeknya, karena kakeknya lah yang merawat ia hingga saat ini.

“Dasar anak nakal, apa artinya kau menyukai gadis pilihan Kakekmu ini?” tanya sang Kakek, ia tak menyangka cucunya akan menerima gadis pilihannya, dirinya sudah membayangkan penolakan dari Alvaro.

Diluar dugaan Cucunya menyetujui perjodohan itu, bahkan demi perjodohan itu tetap berlangsung, ia bahkan sampai hati mengancam keluarga Kencana.

Bram memeluk Alvaro, ia menginginkan yang terbaik untuk cucunya tersebut, ia yakin keturunan Kencana adalah wanita baik-baik yang akan cocok bersanding dengan cucu semata wayangnya.

Yang akan tulus menerima, tanpa menilai kekayaan dari keluarga Moonstone, terlebih dia sudah mengetahui seluk beluk keluarga Kencana.

Alvaro meminta kakeknya untuk beristirahat dan menyerahkan semua itu padanya, ia akan memastikan Bunga menikah dengan dirinya, tanpa harus menyakiti keluarga Kencana.

Bram percaya pada Alvaro, dia sangat bisa di andalkan, dan Bram meminta Alvaro untuk tak memaksakan kehendaknya kali ini. Jika mereka berjodoh mereka pasti akan bersatu.

Alvaro tersenyum pada sang kakek ia lantas mengantarkan kakeknya untuk beristirahat ke dalam kamar setelah ia langsung bergegas naik ke atas menuju kamarnya sendiri.

Alvaro duduk menyandarkan punggungnya pada sofa panjang di kamarnya, Alvaro mengeluarkan ponselnya dan menelepon Alvaro, memintanya untuk menyiapkan berkas pernikahan atas nama dirinya dan Bunga.

Alvaro mulai mengurus segala sesuatu yang ia butuhkan saat pernikahan nanti, ia yakin bahwa Bunga akan menyetujui itu, maka ia mempersiapkan semuanya lebih awal.

Benar saja gadis itu menerima perjodohan tersebut, namun Ia memiliki persyaratan agar saat menikah hanya melakukannya secara sederhana.

Gadis itu cukup pintar ia mengancam keluarga Moonstone jika keluarga tersebut masih mau menerimanya sebagai menantu maka harus menyetujui persyaratan tersebut.

Alvaro yang mendengar itu pun tersenyum dan mereka menyetujui persyaratan dari Bunga untuk mengikat Bunga agar ia tidak bisa mengelak lagi dan pergi dari Perjodohan tersebut.

Acara pernikahan mereka pun digelar dengan sederhana hanya dihadiri oleh beberapa salah saudara dan orang-orang penting saja.

Hari ini mereka telah sah sebagai pasangan suami istri, Alvaro mengucapkan ijab qobul dengan lantang dan tanpa keraguan sedikitpun.

Disinilah ia sekarang berada di hotel dimana keluarga mereka telah menyiapkan semua ini untuk mereka menikmati malam pertama sebagai pasangan baru.

Selesai ijab qobul keluarga Moonstone sengaja memesan hotel untuk acara makan malam bersama sebagai perayaan atas pernikahan Bunga dan Alvaro.

Hanya sanak saudara saja yang hadir dalam jamuan makan malam tersebut, Bram sedang mengobrol dengan kedua orang tua Bunga, sedang Alvaro ia berbicara dengan Alvaro.

Bunga berpamitan untuk langsung ke kamar karena ia sudah merasa lelah hari ini, ia ingin beristirahat terlebih dahulu.

Joana mengantar anak nya ke kamar pengantin yang telah di sewa oleh keluarga Moonstone, ibunya itu hanya mengantar Sampai depan pintu, ia langsung pergi setelah memeluk dan mencium kening anaknya.

.

Bab terkait

  • Menikahi CEO Dingin    bab 4 - Godaan Malam Pertama

    Godaan Malam PertamaBunga mondar-mandir didepan meja rias, Ia sudah berada didalam kamar pengantinnya. Kamar itu dihias sedemikian rupa, ada kelopak mawar bertaburan di atas tempat tidur yang ditata dan disusun begitu rapi membentuk lambang hati.Lilin ada di dalam ruangan itu menimbulkan aroma khas terapi yang begitu menenangkan hati, andai saja hari ini ia menikah dengan orang yang disayanginya, mungkin akan berbeda.Suasana ini akan begitu romantis untuk keduanya, namun sayang, gadis itu menikah dengan lelaki yang tak pernah dikenalnya dan tak pernah dibayangkan olehnya.Acara pernikahan telah selesai diadakan, Bunga meminta untuk ke kamar terlebih dahulu dan ia di antar oleh sang Ibu.Bunga begitu gelisah kala Joana mengingatkan tugasnya sebagai seorang Istri. Ia pun mengingat hari ini adalah malam pertamanya,Mengingat akan hal itu malah semakin membuat Bunga gugup dan menggigiti ujung kukunya tanpa sadar.Bunga bukan orang munafik yang tidak mengetahui apa saja yang di lakukan o

  • Menikahi CEO Dingin    bab 5 - Malam pengantin

    Malam pengantinAlvaro mencoba menepis hasratnya mencoba membuyarkan khayalannya, namun pemikiran gilanya berkata lain.Lelaki itu membayangkan bagaimana jika saat ini, dirinya langsung datang mendekat pada Bunga dan menghampiri tubuhnya, memeluk wanita itu dari belakang dengan erat serta memberikan beberapa kecupan ringan.Ia mengecup di area bahu dan lehernya, mungkin dengan meninggalkan beberapa kissmark sebagai bentuk tanda kepemilikan.Lalu kecupannya menjalar ke atas kebagian cuping telinganya bermain-main di daerah itu untuk meninggalkan rasa geli membangkitkan hasrat kewanitaannya.Alvaro membalikkan tubuh Bunga memberi kecupan di seluruh wajahnya, tangan Bunga refleks melingkar di leher Alvaro.Alvaro begitu bersemangat kala mendapat respon dari Bunga, ia lantas mencium bibir ranum Gadis itu yang sedari tadi sudah menggodanya.Lelaki itu melumat dalam bibir ranum Bunga membelit lidahnya semakin dalam dan panas. Tangannya tak tinggal diam , mulai menjalar melepas handuk putih y

  • Menikahi CEO Dingin    Bab 6 – Makan siang Keluarga

    Benar saja sesampainya di bawah seluruh keluarga besarnya sudah selesai sarapan pagi.“Maaf Pah, Mah, kami terlambat,” ucap Alvaro seraya menarik kursi, lalu duduk ikut bergabung bersama yang lainnya, di ikuti oleh Bunga disampingnya.“Tidak apa-apa Nak, kami maklum karena kalian pengantin baru, pasti bangunnya akan kesiangan,” ujar Joana melirik ke arah anaknya menggoda Bunga.Bunga tertunduk malu semburat merah muncul di wajahnya, sedang Alvaro hanya tersenyum menanggapi ucapan sang Ibu mertua.Alvaro dan Bunga pun mulai memakan makanan mereka, setelah selesai makan mereka mengobrol bersama.Alvaro meminta izin membawa Bunga untuk pulang ke mansionnya, kedua orang tua Bunga pun memberikan izin padanya walaupun mereka begitu berat melepas Putri semata wayang mereka.Mereka sadar bahwa kelak mereka akan kehilangan Bunga, dan melepas Bunga agar hidup bahagia bersama lelaki yang ia sayangi.Bram meminta agar Bunga dibawa pulang ke kediaman Moonstone, namun Alvaro beralasan ingin mandiri

  • Menikahi CEO Dingin    Bab 7 -Mansion Alvaro

    Sore hari tiba, Bunga masih tidur dengan lelapnya, Alvaro tengah bersiap ia baru saja selesai mandi, di lihatnya gadis itu masih tidur.Alvaro mulai mendekati istrinya memperhatikan wajahnya entah kenapa dia lebih senang jika melihat wajah istrinya sedang tertidur seperti ini.Sedikit ada pergerakan dari Bunga sepertinya ia akan segera bangun, Alvaro lantas berdiri dan mulai menjauh dari ranjang, lelaki itu berpura-pura membenarkan kancing kemejanya.Bunga membuka matanya, kemudian melihat suaminya telah rapi di depan meja rias, gadis itu melihat jam di atas nakas sudah jam 05.00 sore.‘Kenapa aku bisa tidur sepulas ini,’ ucapnya dalam hati.“Cepatlah bangun dan bersiap kita akan turun, apa kau hanya ingin di dalam kamar saja tidak berniat untuk pergi keluar?” Alvaro memasang kancing di lengan bajunya sambil melihat ke arah Bunga yang sedang melamun.Lagi-lagi gadis itu mengabaikan Alvaro ia tak menjawab dan langsung sa

  • Menikahi CEO Dingin    Bab 8 - sulit menjinakkan singa betina

    Buru-buru ia menepis pikiran kotornya, belum saatnya ia melakukan itu terhadap Bunga. Ia tak ingin memaksakan kehendaknya, ia akan bersabar menunggu sampai Bunga mau menerimanya.“Maaf, aku tidak tahu kalau kamu selesai mandi,” ucapnya seraya berlalu pergi dan kembali menutup pintu kamarnya.Bunga tertegun, ia tersadar dari lamunannya dia begitu malu saat Alvaro melihat keadaannya yang seperti itu, ia buru-buru memakai baju dan turun kebawah.Alvaro sedang berada di ruang tamu, ia menunggu Bunga, wanita itu pun duduk di sofa sebelah Alvaro.“Aku akan keluar sebentar untuk meeting, kamu tidak apa-apa jika aku tinggal keluar sebentar? Aku tidak akan lama, hanya dua jam saja,” ucap lelaki itu berpamitan sekaligus menjelaskan pada Bunga.Bunga menatap heran ke arahnya, ‘meeting tapi pakai baju santai seperti itu?’ ucapnya dalam hati.Namun ia tak mengutarakannya langsung didepan Alvaro, ia hanya bisa bergumam saja dalam hatinya.Alvaro yang tak mendapat sautan dari Bunga lantas melangkahk

  • Menikahi CEO Dingin    Bab 9 – tatap aku saat bicara padaku

    “Kalo gitu aku siapin air panas untukmu ya? Jadi setelah mandi nanti kita bisa langsung makan,” ucap Bunga dia hendak beranjak meninggalkan ruang makan.Baru saja ia melangkah Alvaro mulai berkata, “Jika berbicara padaku lihat kearahku, jangan kau berbicara namun pandanganmu ketempat lain, belajarlah menghargaiku, aku ini suamimu.” Ungkap Alvaro begitu dingin, ia kesal karena Bunga terus terusan berusaha menghindar terlebih lagi saat berbicara padanya gadis itu enggan melihat ke arahnya.Setelah berbicara seperti itu Alvaro langsung meninggalkan Bunga sendirian di ruang makan, Bunga menyesali perbuatannya tak seharusnya ia mengabaikan lelaki itu, biar bagaimanapun Alvaro adalah suaminya,Namun egonya sebagai wanita begitu tinggi, “Kenapa dia harus marah seperti itu, aku sudah memasakkan makanan untuknya, iss ... menyebalkan sekali, sudah ku bilang aku butuh waktu,” gumam wanita itu, ia langsung berjalan menuju kamarnya menyusul Alvaro.Saat memasu

  • Menikahi CEO Dingin    Bab 10 - kopi buatan istri

    Sebenarnya tidak ada yang aneh dengan kopi itu. Rasanya masih sama seperti kopi buatan Leo biasanya. Hanya saja rasanya sangat berbeda dengan buatan Bunga tadi pagi. Kopinya tetap sama tapi bagaimana bisa rasanya begitu berbeda? Takaran apa yang digunakan oleh Bunga, kenapa kopi buatannya bisa seenak itu?Pagi ini Bunga dibuat kecewa Alvaro tidak mau memakan masakannya pagi ini, padahal dia sudah terlanjur membuat dua porsi. Karena tidak mau membuang-buang makanan, maka dia pun membawa makanan itu untuk dia makan di kantor siang ini, lagi pula di kantornya juga ada microwave, dia bisa memanaskan bekal makanannya nanti.Bukan tanpa sebab Alvaro tak memakan makanan istrinya, ia ada meeting penting pagi ini, dirinya tak sempat untuk sarapan.Karena ketika pindahan kemarin Bunga tidak membawa mobil dari rumahnya, maka terpaksa hari ini dia menggunakan busway untuk pergi ke kantor. Sebenarnya tidak buruk juga, dia suka menggunakan angkutan umum. Apalagi apartem

  • Menikahi CEO Dingin    Bab 11 – Dimutasi

    Acara makan siang bersama para karyawan di divisi yang sama selalu terasa menyenangkan. Aditia selalu berusaha mencarikan suasana. Selepas makan siang mereka semua kembali ke kantor dan bekerja seperti biasa.Manajemen organisasi pada kantor Moonstone Group memang cukup baik. Lingkungan kerja yang mendukung membuat semua karyawan selalu bersemangat ketika bekerja. Kecuali Bunga dan perasaannya hari ini.“Ada apa?” tanya Nabila ketika melihat mendung menggantung di wajah Bunga.“Hanya merasa sedikit sedih,” jawab Bunga. Dia menarik nafas panjang memundurkan kursi kerjanya.“Sedih? Kenapa lagi? Tadi galau, lalu kesal, sekarang sedih,” seloroh Nabila. Dia memang sengaja membuat reaksi yang lucu. Tidak ingin kesedihan di hati sahabatnya itu bertambah.Bunga hanya menggelengkan kepalanya. Kata-katanya tertahan. Bunga tidak mungkin mengatakan pada Nabila kalau dia sudah menikah. Dia tidak ingin mengatakan itu pada Nabila, setidaknya bukan sekarang.“Tidak apa-apa,” sahut Bunga mencoba menga

Bab terbaru

  • Menikahi CEO Dingin    Dia yang tau segalanya

    Bunga berjalan keluarrumah mengikuti Alvaro. Jantungnya terasa berdetak lebih kencang. Bunga melihatAlvaro seolah kurang menyukai idenya untuk membawa Sarah ke rumah mereka.“Apa kali ini kaubersedia naik mobilku saja? Aku ingin bicara,” ujar Alvaro ketika mereka sampaidi depan rumah. Bunga lekas menganggukkan kepalanya. Kekhawatiran merasukipikiran Bunga. Tak mungkin lagi Bunga menolak keinginan Alvaro.Alvaro membuka pintumobilnya, dia menanti Bunga masuk ke dalam mobil. Setelah itu, Alvaro bergegasmasuk ke dalam mobil dan langsung menyalakan mesinnya. Bunga melihat ketegangandi wajah suaminya. Dia merasa takut sekali.“Sayang, apa akusalah?” tanya Bunga memberanikan diri bertanya pada Alvaro. Mobil yangdikemudikan Alvaro baru saja keluar dari gerbang mansion.Alvaro menarik nafaspanjang begitu Bunga mengajukan pertanyaan. “Aku tidak mengerti, Sayang. Tapi,bagaimana mungkin kau memutuskan mengajak Ibu tinggal bersama kita dalamsekejap mata? Kau bahkan tidak membicarakannya denganku

  • Menikahi CEO Dingin    bab 82 Nggak ada kesepakatan

    Bunga mengajak Alvaro ke ruang keluarga. Dia sedikit tidak nyaman membicarakan itu di depan pelayan mereka. “Tidak apa, Sayang. Coba kita lihat nanti. Mereka akan memberikan detail biaya untuk pembayarannya kan?” ujar Bunga.Bunga mencoba membesarkan hati Alvaro. Dia tak mau Alvaro banyak berpikir mengenai biaya perawatan Sarah. Alvaro duduk di sofa bersama Bunga. Dia tahu kalau di antara ego yang dimiliki Bunga pada soal pekerjaan, namun di sisi lain Bunga selalu memiliki toleransi yang besar, terutama kepada keluarga Alvaro.“Kalau begitu, besok kita sekalian menjemput Ibu saat makan siang,” ujar Alvaro. Bunga mengangguk, sebenarnya ini kesempatan bagi Bunga untuk mengatakan tentang pengumuman pernikahan mereka. Namun, Bunga merasa ini saat yang kurang tepat. Alvaro sedang berpikir keras mengenai Sarah.‘Sepertinya lebih baik menunggu saat yang lebih tepat. Apa lagi nanti yang akan dikatakan Al kalau aku tiba-tiba Bunga meminta pengumuman pernikahan?’ Sebagai CEO, Alvaro tentu tak b

  • Menikahi CEO Dingin    Bab 81 Mana Alvaro yang dulu?

    Sudah beberapa hari Alvaro membisu. Perlahan kekesalannya pada Bunga sedikit berkurang. Namun tetap saja, sekarang Alvaro memilih untuk tidak banyak berbicara di kantor kepada Bunga. Dia tak pernah mendatangi ruang kantor Bunga kalau sedang tidak benar-benar ada perlunya. Alvaro juga tak pernah lagi berbicara bahkan mencoba menyapa Bunga ketika berada di area parkir.Setiap pagi, Alvaro pergi lebih awal untuk membesuk Sarah. Sore harinya, Alvaro juga mampir ke rumah sakit terlebih dulu sebelum pulang. Dia membebaskan Bunga, Bunga bisa ikut ke rumah sakit sepulang kerja ataupun pagi. Tentu saja dengan mobil yang berbeda. Alvaro tak pernah bertanya ataupun komplain kepada Bunga mengenai pergi dan pulang dari kantor pada mobil yang berbeda lagi. Selebihnya? Sikap Alvaro sudah mulai kembali lembut pada Bunga ketika berada di rumah.“Sayang, apa kau masih marah padaku?” tanya Bunga seusai makan malam. Mereka sedang duduk santai di ruang keluarga, memandang televisi namun sebenarnya mereka

  • Menikahi CEO Dingin    Bab 80 Mendadak Cuek

    Tok! Tok! Tok!Bunga terkejut mendengar ketukan. Di pintu ruangan kantornya. Bunga secepatnya menghapus air mata yang menetes di pipinya. Dia tidak tahu siapa yang ada di depan pintunya.Sebelum Bunga berkata ‘masuk’ pintu sudah membuka. Alvaro muncul di pintu membawa kotak makanan yang tadi dibelikan Bunga. “Boleh menumpang makan?” tanya Alvaro. Bunga hanya bisa mengangguk pasrah.Alvaro masuk ke dalam ruangan Bunga. Dia mengerutkan keningnya ketika melihat mata Bunga yang tampak sembab. “Kenapa, Sayang?” tanya Alvaro tidak tega dengan sang istri yang tampak bersedih.“Kenapa kau makan disini? Itu hanya akan memperparah keadaan,” ujar Bunga. Alvaro duduk di sofa dan menaruh makanannya di meja.“Apa kau mau aku makan bersama Flora di ruanganku sementara mau disini? Ada Leo yang sedang menemaninya makan sekarang.” Alvaro berjalan ke depan meja Bunga. Sekali lagi memperhatikan dengan cermat wajah cantik Bunga yang tampak begitu bersedih.“Apa yang terjadi padamu, Sayang?” tanya Alvaro.

  • Menikahi CEO Dingin    Bab 79 Gosip Beredar

    Gosip beredarBunga terperangah, rasa hatinya ingin sekali keluar dari mobil dan berlari mengejar mobil Alvaro. Bunga melihat mobil Alvaro keluar menuju pintu gerbang rumah sakit. Sekarang Bunga menjadi salah tingkah. Apakah dia harus keluar dan tetap membesuk Sarah, atau Bunga harus pergi ke kantor saja dan menenangkan diri?Rasanya tak mungkin Bunga mengejar mobil Alvaro. Itu hanya akan membuatnya malu. “Kemana dia bersama gadis itu?” desah Bunga. Sekali lagi Bunga merasa sangat membutuhkan Nabila.Bunga melirik ke jam yang ada di dashboard mobil. Perasaannya terasa hampa, benar-benar hampa. “Mungkin Nabila sedang di jalan, aku tidak mau mengganggunya,” gumam Bunga sekali lagi.Bunga kemudian memutuskan untuk langsung pergi menuju kantor. Dia tidak jadi membesuk Sarah. Bunga tidak ingin Sarah bertanya macam-macam kepadanya nanti kalau tahu dia datang sendiri tanpa Alvaro.Sampai di tempat parkir di kantor, Bunga kembali melihat jam. Jam kerja belum dimulai, dia masih datang terlalu

  • Menikahi CEO Dingin    bab 78 nasehat Sahabat

    Nasehat SahabatAlvaro membelakangi Bunga, dia mematikan lampu duduk di atas nakas. Bunga tahu kalau tak ada kesempatan baginya. Di sisi lain, Bunga merasa dirinya ditolak oleh Alvaro. “Sayang kenapa sih?” ujar Bunga. Dia merasa tak nyaman pada penolakan Alvaro. Bunga merasa malu.“Tidak malam ini, Sayang. Itu bukan hal yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Kau harus mengerti itu. Tidurlah, selamat malam.”Bunga mencelos, dia tak tahu apa lagi yang bisa dilakukannya untuk membuat Alvaro kembali seperti biasanya. Lama sekali Bunga terbaring dalam diam di samping Alvaro yang membelakanginya. Sesekali dia masih melihat punggung Alvaro. Berjuta perasaan berkecamuk di dalam pikiran Bunga. Perasaan malu, tak nyaman, sedih, juga kesal karena Alvaro tak mau lagi memahami perasaannya.Pagi harinya, Alvaro pun bangun lebih dulu. Dia bersiap dengan pakaian kantor. Ketika Bunga membuka mata, Alvaro sudah rapi. Bunga sampai terkejut, menyangka dia sedang kesiangan. “Oh, jam berapa ini?”“Mas

  • Menikahi CEO Dingin    bab 77 Haruskah mengakuinya?

    Setelah Bunga dan Alvaro keluar dari ruangan itu, Sarah dan Alexa bersuka ria. Sarah langsung menarik selang oksigen itu dari hidungnya. “Aku bebas sekarang. Aku senang sekali. Gio memang pintar mengatur strategi. Aku yakin kita akan memenangkan hati Alvaro ,” ujar Sarah.“Apa yang aku bilang, Bu. Gio memang tahu segalanya. Dia cerdas untuk mengurus semua ini.” Alexa ikut bangga karena dialah yang sudah mengenalkan Gio pada Sarah.“Sekarang kita harus menjalankan peran ini sebaik mungkin, Bu. Harus berhasil sampai Ibu bisa dibawa Alvaro ke rumahnya,” lanjut Alexa. Dia membuka semua paper bag yang dibawanya tadi. Sebenarnya bukan hanya buah yang ada di dalamnya, namun juga makanan dan minuman kesukaan Sarah. Alexa tahu kalau Sarah tak akan betah dengan treatment dari rumah sakit itu.Suka ria yang dirasakan oleh Sarah dan Alexa berbeda jauh dengan yang dialami oleh Alvaro dan Bunga di dalam mobil menuju tempat tinggal mereka. Alvaro masih sedih atas sikap Bunga. Walaupun dia senang

  • Menikahi CEO Dingin    bab 76 Berbaikan Dengan Sarah

    Bunga terpaksa diam, dia tak bisa menjawab apapun lagi. Bahkan sampai di rumah sakit, Bunga masih juga terdiam. Alvaro pun tidak mencoba mengajaknya berbicara lagi. Ketika turun dari mobil, Alvaro segera membukakan pintu untuk Bunga. Dia kemudian berjalan setelah Bunga keluar dari mobil.Bunga terpaksa mengikuti Alvaro saja, mencari kamar tempat perawatan Sarah. Di hati Bunga, dia masih saja ketakutan kalau sakit Sarah akan bertambah parah karena kesal melihatnya.“Sayang, apa aku menunggu di luar saja?” tanya Bunga. Alvaro langsung berhenti berjalan. Dia memandang pada Bunga.“Kenapa selalu mendampingiku setengah hati, Bunga?” tanya Alvaro . Wajah Alvaro memelas, dia merasa sepanjang pernikahan terlalu banyak memohon pada Bunga. Sementara Bunga, di mana Alvaro tak pernah mengerti perasaannya.Bunga menganga, dia tahu Alvaro salah paham. Baru saja Bunga hendak membuka mulutnya, namun Alvaro lagi-lagi berbicara lebih dulu. “Sudahlah. Tidak apa, terserah padamu saja,” ujarnya.A

  • Menikahi CEO Dingin    bab 75 Berusaha Mengalahkan Ego

    Di depan ruang kantor Alvaro, Leo masih duduk menyelesaikan pekerjaannya. Sedangkan Vanessa sudah bersiap untuk kembali pulang. Jam kerja memang sudah usai.“Aku mau menemui Pak Alvaro,” ujar Bunga pada Leo dan Vanessa. Vanessa hanya meliriknya sinis, tak peduli pada apa yang dikatakan Bunga. Baginya, jam kerja sudah selesai. Dia tak ada alasan lagi untuk menambah waktu kerja walaupun hanya sedetik. Apalagi hanya karena Bunga.“Silahkan masuk saja, Bunga.” Leo langsung saja mempersilahkan Bunga. Dia sudah tahu kalau Bunga ingin membicarakan sesuatu yang tampaknya serius dengan Alvaro. Itu semua terlihat dari wajah Bunga yang tampak sedikit tegang.Bunga langsung mengetuk pintu Alvaro, setelah hitungan ketiga, dia membukanya dan masuk. Vanessa melirik ke arah Bunga, masih dengan tatapan sinisnya. Leo yang berada di belakang layar komputer memperhatikan gerak laku Vanessa. Dalam hati, Leo tahu kalau Vanessa tidak menyukai Bunga. Tapi dia tak akan bertanya apa-apa. Leo akan mengamatinya

DMCA.com Protection Status