Beranda / Romansa / Menikah dengan Musuh / Penggelapan Dana dan Pencucian Uang

Share

Penggelapan Dana dan Pencucian Uang

Penulis: Riyanaiyo
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Kamu sedang tidak bercanda kan Noya?" Kellston yang sedang berbicara di sebrang telepon membuat Noya menjauhkan benda pipih itu dari telinganya. Terdengar bahwa gadis blasteran Amerika betawi itu tengah menyantap makan siangnya. 

"Iya, Kells. Dia." jawab Noya malas.

"Dia Ricky Zayyandra yang waktu itu? Pria tampan yang selalu menggoda kamu?"

"Yang mana lagi Kell, dia satu-satunya pria yang aku benci semasa sekolah? Dia juga yang membuat aku tidak bisa berjalan karena hukuman konyolnya, belum lagi semua kejahilannya yang membuat aku di hukum habis-habisan oleh Pak Gilsky. Dan tolong, hilangkan kata tampan yang baru saja kamu ucapkan!" Papar Noya panjang lebar.

"Tapi, Noy. Kak Ricky memang tampan kan? semua orang disekolah mengakuinya." 

"Cih ..." Noya mendesis. "Kamu saja yang tidak bisa melihat dengan mata bersih, Kells." 

"Terus, bagaimana kelanjutannya?" Kellston kembali bertanya penasaran.

"Bagaimana apanya? Tentu saja aku tolak." 

"What Noya? Kamu menolak kak Ricky." 

"Kellston, berhenti memanggil dia dengan panggilan Kakak. Aku mual mendengarnya." 

"Jangan terlalu benci Noya! Nanti kamu bisa jatuh cinta." 

"Tidak mungkin dan tidak akan. Seumur hidup, Noya tidak akan pernah mencintai pria seperti Ricky." 

"Terserah kamu lah, Noy. Kalau kena karma, aku adalah orang pertama yang akan menertawakan kamu!" Kellston terkekeh kecil.

"Tidak akan pernah terjadi, Kells." Noya masih saja keukeuh dengan argumennya. 

Tok tok tok.

Terdengar ketukan pintu dari luar kamarnya. Noya menoleh. 

"Sudah dulu yah Kells, nanti kita bertemu!" Noya pun mematikan ponselnya.

"Iya?" 

Pintu kamarnya terbuka. "Boleh Mama dan Papa masuk sayang?" Noya mengangguk.

Amanda dan Yusal duduk ditepi ranjang Noya dengan senyum.

"Kamu baik-baik saja?" Tanya Amanda. 

"Aku baik-baik saja, Ma." 

"Mama dan Papa ingin meminta maaf perihal masalah tadi, Noya. Mama tidak tahu kalau kamu memiliki trauma dengan Ricky. Mama tidak menyangka jika orang itu adalah dia." 

"Tidak apa-apa Pa, Ma. Hanya saja jangan paksa aku untuk menikah dengan dia. Aku tidak mau. Aku bisa memilih pasangan yang baik untuk aku." 

"Tapi, apakah kamu tidak mendengar ucapan Ricky terakhir kali? Dia berkata dia sangat mencintai kamu? apa kamu yakin dia masih ingin mengerjai kamu? Kalau Papa pikir, mungkin dia tulus." 

"Masih kemungkinan Pa. Belum pasti. Lagipula aku sudah mengatakan aku tidak akan menikah dengan musuhku sendiri. Aku sudah mengikrarkan diri bahwa Ricky Zayyandra adalah musuh abadi bagi Noya Reyana." 

"Papa dengar dia juga dokter yang melakukan pemeriksaan kepada kamu?" 

"Hah? Papa tahu dari mana?" 

"Ricky sendiri yang bercerita kepada Papa. Dia mengatakan kalau kamu harus melakukan CT scan, dia bilang kamu kabur terakhir kali." Papa tersenyum.

Noya menarik napasnya enggan. Kejadian memalukan itu. Tentu saja Noya kabur, untuk apa dia berada di Rumah Sakit jika dirinya di permalukan.

"Sudahlah, Pa. Itu tidak penting." 

"Ricky bilang itu penting Noya, demi kesehatan kamu." 

"Anak Papa itu Ricky atau Noya? ko Papa mendukung sekali laki-laki itu?" Amanda memenangkan Noya atas pembicaraannya kali ini. 

"Anak Papa itu kamu, Noya. Maka dari itu Papa merasa, kamu perlu melakukan pemeriksaan. Demi kebaikan kamu sendiri. Papa percaya kepada Ricky bukan sebagai seorang Pria, Papa percaya kepadanya karena dia seorang dokter." Noya terlihat mendengarkan. 

"Papa tidak akan memaksa Noya untuk menikah dengan Ricky, tapi Papa harap Noya mau mendatangi Ricky untuk prosedur CT scan yang dia sebutkan. Kamu bisa?" Tawar Yusal kepada Anaknya.

"Akan Noya usahakan." Jawab Noya akhirnya.

*****

Keluarga Noya sedang melaksanakan makan malam di meja makan. Noya menyodorkan amplop coklat yang cukup tebal kearah Yusal.

"Apa ini Nak?" Yusal menghentikan kegiatannya memakai sendok dan garpu. Dia menatap Noya dengan penuh pertanyaan.

"Mungkin saja rentenir itu akan datang sebentar lagi. Ini uang tabungan aku Pa, nominalnya mungkin tidak akan langsung bisa melunasi hutang Papa, tapi setidaknya ini bisa meredakan amarah mereka." Noya tersenyum mengakhiri kalimatnya.

"Sisanya aku akan mencoba mengajukan pinjaman ke kantor, semoga saja ada harapan untuk bisa melunasi seluruh hutang Papa." 

"Noya ..."

"Jangan menangis Pa, Ma! atau aku juga akan ikut menangis." Noya mengelus punggung tangan Kedua orang tuanya.

"YUSAL!" sebuah teriakan menggema dari arah luar. 

Noya menarik napas dalam lalu menghembuskan dengan keras. 

"Itu pasti mereka. Biar aku yang bukakan pintu." Noya beranjak dari meja makan menuju pintu besar diruang depan. Yusal dan Amanda mengikutinya dari belakang.

"Cepat sekali membuka pintunya cantik. Sudah tidak sabar bertemu denganku?" Pria bertubuh tinggi itu sudah berdiri di depan pintu, namun kali ini pakaiannya lebih santai dan nyetrik.

"Ini." Noya menyerahkan amplop coklat yang tadi ia serahkan pada Yusal, Papanya.

"Totalnya lima ratus juta. Aku mohon terima uang ini, sisanya aku akan usahakan untuk melunasinya dalam waktu dekat." 

"Hahaha. Aku suka sikap seperti ini, sayang." Pria itu mencubit dagu Noya dengan tatapan agresif. Noya mengibaskannya dengan jijik.

"Kalau sudah selesai, silahkan anda pergi dari rumah kami." 

"Kamu tidak mengizinkan kami masuk? Padahal aku ingin mencoba teh buatanmu, barangkali." 

"Aku tidak basa-basi dengan orang yang tidak penting." Jawab Noya tegas.

"Sombong sekali kamu. Cih!" Pria itu membuang ludah sembarang arah.

"Cabut!" Pria itu Mengintruksikan pada anak buahnya untuk pergi.

Noya menutup pintu dan menghembuskan napasnya dengan perlahan. Jantungnya hampir saja lepas dari tempatnya.

Namun belum sempat Noya menyesuaikan ritme jantungnya seperti semula, bel rumahnya kembali berbunyi. Ia menoleh seketika, lalu menatap bergantian kepada orangtuanya yang kini berjalan menghampiri Noya. 

"Siapa lagi?" ujar Amanda.

Noya kembali membuka pintu, seorang pria dengan setelan jaket kulit berada dibarisan paling depan dengan memegang sehelai kertas, disampingnya seorang pria dengan pakaian cukup rapi dan sopan, berbeda dari kelima lainnya.

"Siapa?" Tanya Noya pelan.

"Selamat malam. Betul ini kediaman Bapak Yusal Sebastian?" Noya mengangguk.

"Saya Yusal. Ada perlu apa?" 

"Saya dari pihak kepolisian. Mohon maaf Pak, rumah Bapak akan di sita Bank karena tunggakan yang belum bapak bayarkan. Juga, Bapak Yusal akan kami tangkap atas tuduhan penggelapan dana perusahan dan pencucian uang. Silahkan ikut kami!" Ucap Pria yang berdiri paling depan sambil mengacungkan kertas nya kearah Noya.

Dua orang polisi lainnya memborgol tangan Yusal dengan paksa. Noya hanya terdiam, tatapannya kosong mengamati kejadian didepannya. Dunia Noya seakan berhenti hari itu juga, Mamanya meronta menahan Yusal dari cengkraman polisi, namun kemudian tangannya terlepas karena tidak kuasa.

"Papa ..." Noya memanggil Papanya, namun rasanya kaki Noya terlalu sulit untuk digerakkan. Hingga akhirnya, 

Brukk!

Mamanya ambruk ke lantai, Noya mengalihkan tatap nanarnya pada tubuh Amanda yang sudah terkapar. 

"Mama ...!" Pekik Noya cepat. Tangannya dingin dan berkeringat. 

    

Bab terkait

  • Menikah dengan Musuh   Perjodohan Ini Aku Terima

    "Tolong lakukan apa saja demi menyelamatkan Mama!" Noya memohon kepada Ricky dengan pasrah, air mata Noya sudah mengalir deras ke pipinya, tangannya tremor hebat. Bahkan saat ini, Noya sudah tidak sanggup berdiri. Dia terlalu shock dengan kejadian bertubi-tubi yang menghampirinya dalam dua hari terakhir.Noya menggigit ibu jarinya dengan gugup. Apa yang akan dia lakukan sekarang? Rasanya dunia Noya runtuh seketika. Noya kembali menangis, bahkan lebih sesak daripada sebelumnya, ia meredam sekuat tenaga suara tangisnya agar tidak menggangu pasien lain di Rumah Sakit, tapi rasanya sungguh menyakitkan."Pakai ini!" Ricky meletakkan sepasang sandal dibawah kaki Noya. Noya meringis, ternyata Noya yang selama ini kuat dan selalu menjaga penampilan bisa datang ke Rumah Sakit tanpa menggunakan sandal. "Teman-temanku sedang mengurusi Mama kamu diruang operasi. Sebaiknya kamu banyak berdoa semoga Mama baik-baik saja." Ricky mencoba menghibur Noya."Bagaimana aku akan baik-baik saja tanpa Papa d

  • Menikah dengan Musuh   Perjanjian Pernikahan

    "Kamu serius, Noy? aku tidak salah dengar?" Tanya Ricky dengan netra fokus menatap Noya di depannya. Gadis itu membalas tatap Ricky. Namun detik selanjutnya, dia menundukkan matanya. Noya melipat bibir ke dalam, dengan napas yang masih tersengal, Noya pun mengangguk."Iya." Jawabnya pelan.Kerut kebingungan tergambar di wajah tampan Ricky. Tentu saja dia merasa gundah. Kenapa pula Noya malah menerima lamarannya disaat yang tidak tepat."Kenapa?" Jawabnya lagi. Ricky ingin meyakinkan diri bahwa ucapan Noya bukanlah mimpi di pagi buta. "Bukankah ini yang kamu mau?" Tantang Noya santai."Aku tidak ingin memaksa kamu untuk hal ini, lagipula jangan sampai penerimaan kamu karena rasa sungkan atau terimakasih. Aku mencintai kamu dengan tulus. Jadi, aku juga ingin kamu menerima aku tulus, bukan paksaan." Noya terkekeh lucu mendengar penuturan Ricky. "Kamu tidak bisa memaksa orang lain untuk menyukai kamu hanya karena kamu tulus, Rick." Ricky sudah menduga, Noya tidak mungkin dengan suka r

  • Menikah dengan Musuh   Keseriusan Ricky

    "Perjanjian pernikahan? Untuk apa?" Ricky menuntut jawaban. "Untuk pernikahan kita, aku perlu membatasi beberapa hal. Maaf, sejujurnya aku belum siap dengan semua ini. Hanya saja-""Hanya saja kamu merasa perlu balas budi? Iya?" Noya mendongak, berusaha mensejajari fokus mata suami didepannya."Aku tidak akan berbohong. Itu memang sesuai dengan apa yang kamu ucapkan." "Tapi untuk apa, Noy? Aku tidak masalah dengan pernikahan ini. Atau dengan apapun niat kamu menerima pernikahan ini. Terlepas dari itu semua aku akan membahagiakan kamu. Aku janji. Aku bisa melakukan itu!" Ricky hendak meraih tangan Noya. Namun gadis itu segera menariknya."Aku yang merasa tidak bisa, Rick. Aku perlu waktu.""Selama apapun waktu yang kamu butukan aku akan sabar, Noya. Aku hanya perlu kamu disisiku. Itu saja sudah cukup." "Aku tahu. Tapi aku perlu meluruskan sesuatu. Jadi lebih baik kamu baca dulu isi perjanjian itu, lalu kita bicarakan. Aku akan keluar dulu." Noya beranjak dari kamar Ricky, meninggal

  • Menikah dengan Musuh   Kejutan tiba-tiba

    "Loh, kalian mau kemana?" Albert yang sudah rapi dengan setelannya berkomentar dengan segera begitu melihat anak dan menantunya datang bersamaan mengenakan setelan yang tidak kalah rapi darinya."Iya nih, pengantin baru bukannya pergi honeymoon malah rapi kayak mau kondangan begitu. Mau kemana sih sayang?" Rosa yang juga baru saja duduk di kursi meja makan ikut mengomentari pasangan pengantin yang baru saja datang di meja makan."Aku sih maunya gitu Ma. Tapi menantu Mama yang paling cantik ini keukeuh mau masuk kerja. Katanya nggak enak kalau kelamaan ninggalin kerjaan, padahal bosnya sendiri ngasih cuti banyak." Ricky memonyongkan bibirnya menyindir Noya yang baru saja mendaratkan bokongnya di tempat duduk disebelahnya.Noya yang sedang menjadi bahan pembicaraan keluarga Albert hanya tersenyum mendapati semua tatap tertuju kearahnya."Cutinya 'kan bisa diambil lain waktu. Lagipula kamu bilang ada operasi hari ini. Iya kan?" Noya meminta persetujuan suaminya dengan memberikan senyum te

  • Menikah dengan Musuh   Menjemput Istri

    “Kejutan!”Seorang gadis berpostur tinggi dan berwajah oriental berjalan perlahan setelah berhasil membuat sepasang mata coklat milik pria tampan di depannya nyaris tidak berkedip.“Seana, ngapain kamu disini?”“Ah, nggak asik banget deh Rick!” Rajuknya. “Masa cuma kalimat itu yang kamu tanyakan sama aku, padahal Rumah Sakit ini adalah tempat pertama yang aku datangi. Bahkan orang tuaku saja belum tahu kalau aku sudah sampai di Indonesia. I miss you so much, Rick,” Gadis itu membisikan kalimat terakhirnya tepat di telinga Ricky.“Wow, wow, apa nih?” Ricky menghindar, membuat gadis itu sedikit terkejut.“Why? Kamu nggak senang aku pulang?” tanyanya lagi. “Setidaknya berikan aku pelukan selamat datang, lah.” Gadis itu masih merajuk. Setidaknya pria itu bisa memberikan respon yang lebih baik padanya mengingat dia orang pertama yang dikunjunginya.“Aku bukannya nggak senang kamu pulang, hanya saja ini sangat tiba-tiba. Bukannya kamu bilang kamu akan pulang dalam beberapa minggu. Aku hanya

  • Menikah dengan Musuh   Insiden Rambut Basah

    “Tekanan darahnya turun, Dok. Pasien juga belum sadar. Sudah diberikan pertolongan pertama oleh dokter jaga di igd, dan menunggu tindak lanjut dari dokter. Untungnya, tidak ada masalah serius. Tapi, anehnya tadi pasien sempat panggil-panggil nama Dokter Ricky.” Mahesa, perawat IGD menjelaskan kondisi pasien yang datang terakhir kali.“Nama saya?” ulang Ricky heran.“Mungkin dokter Ricky kenal sama pasien itu.”“Dimana pasiennya?”“Disini Dok, silahkan!”Ricky beranjak menuju tempat tidur pasien yang ditunjuk Mahesa, sembari menggulung lengan kemeja salur yang hari ini dia kenakan. “Seana?” Pekiknya pelan begitu tirai pembatas tersibak dan menemukan perempuan yang tadi siang baru mendatanginya terbaring disana. Ricky tidak habis pikir, bisa-bisanya Seana yang beberapa jam lalu cerah ceria ketika menemuinya, kini malah kembali sebagai seorang pasien. Dengan telaten Ricky memeriksa ipad yang menampilkan catatan kondisi mengenai Seana. Lalu mengangguk-angguk seperti telah menemukan sesuat

  • Menikah dengan Musuh   Bertemu Dokter Sialan

    "Arrgh ..." Teriak Noya. Dia segera berjalan ringkih menuju kaca kemudi, Noya ingin memastikan apakah ada seseorang didalam mobil yang kap depannya dia muntahi. Jika ada, Noya akan meminta maaf dan berjanji untuk membersihkan muntahan itu setelah ia membeli tissue. Atau, mungkin akan lebih baik jika tidak ada siapapun di dalam sana. Maka Noya akan segera pergi dan berlalu saja. Dia mulai menempelkan tangannya di depan kaca, lalu mengintip kedalam mobil berwarna merah itu. Dan Yap, semua sesuai dugaannya, didalam sana tidak ada siapapun. Maka, ini adalah kesempatannya untuk segera pergi dari sana. Entahlah itu mobil milik siapa, yang jelas dia akan sangat meminta maaf atas keteledorannya hari ini.Noya duduk di atas kursi didepan meja dokter, namun dokter itu belum memunculkan batang hidungnya disana, padahal rasa sesak di dadanya sudah sangat mengganggu. Matanya mengeliling mengamati seisi ruangan. Noya bergumam sendiri, ruangan yang aneh untuk ukuran seorang seorang dokter. "Nah ba

  • Menikah dengan Musuh   Papa Bangkrut

    "Sialan ..." Umpat Noya. Dia segera memasuki mobilnya dengan emosi yang naik turun. Bisa-bisanya Ricky malah membuat lelucon menyebalkan saat melakukan pemeriksaan padanya. Sesaat setelah Ricky menyuruh Noya menanggalkan seluruh pakaiannya. Dengan tangan yang gemetar Noya berusaha melepaskan celana tailored trousers miliknya. Namun, sialnya dokter brengsek itu malah tertawa terbahak-bahak, membuat Noya yang sedang kikuk menjadi semakin terkejut. "Pakai lagi celanamu, Noya! aku hanya bercanda. Jangan sampai lelaki lain melihat kaki jenjangmu itu." Ucap Ricky sambil berlalu ke mejanya.Ternyata hal itu hanyalah sebuah lelucon untuk mengerjai Noya, sekali lagi Noya merasa sangat dilecehkan. Untung saja saat itu dia menggunakan short pant. Jika tidak, matilah dia karena malu "Arrghh. Sialan!" Murka Noya. Noya bahkan memukul stir kemudinya dengan sangat keras. Membuatnya sedikit meringis. "Tuhan, jangan biarkan aku bertemu lagi dengan pria brengsek sepertinya." Setelah itu dia melajuk

Bab terbaru

  • Menikah dengan Musuh   Insiden Rambut Basah

    “Tekanan darahnya turun, Dok. Pasien juga belum sadar. Sudah diberikan pertolongan pertama oleh dokter jaga di igd, dan menunggu tindak lanjut dari dokter. Untungnya, tidak ada masalah serius. Tapi, anehnya tadi pasien sempat panggil-panggil nama Dokter Ricky.” Mahesa, perawat IGD menjelaskan kondisi pasien yang datang terakhir kali.“Nama saya?” ulang Ricky heran.“Mungkin dokter Ricky kenal sama pasien itu.”“Dimana pasiennya?”“Disini Dok, silahkan!”Ricky beranjak menuju tempat tidur pasien yang ditunjuk Mahesa, sembari menggulung lengan kemeja salur yang hari ini dia kenakan. “Seana?” Pekiknya pelan begitu tirai pembatas tersibak dan menemukan perempuan yang tadi siang baru mendatanginya terbaring disana. Ricky tidak habis pikir, bisa-bisanya Seana yang beberapa jam lalu cerah ceria ketika menemuinya, kini malah kembali sebagai seorang pasien. Dengan telaten Ricky memeriksa ipad yang menampilkan catatan kondisi mengenai Seana. Lalu mengangguk-angguk seperti telah menemukan sesuat

  • Menikah dengan Musuh   Menjemput Istri

    “Kejutan!”Seorang gadis berpostur tinggi dan berwajah oriental berjalan perlahan setelah berhasil membuat sepasang mata coklat milik pria tampan di depannya nyaris tidak berkedip.“Seana, ngapain kamu disini?”“Ah, nggak asik banget deh Rick!” Rajuknya. “Masa cuma kalimat itu yang kamu tanyakan sama aku, padahal Rumah Sakit ini adalah tempat pertama yang aku datangi. Bahkan orang tuaku saja belum tahu kalau aku sudah sampai di Indonesia. I miss you so much, Rick,” Gadis itu membisikan kalimat terakhirnya tepat di telinga Ricky.“Wow, wow, apa nih?” Ricky menghindar, membuat gadis itu sedikit terkejut.“Why? Kamu nggak senang aku pulang?” tanyanya lagi. “Setidaknya berikan aku pelukan selamat datang, lah.” Gadis itu masih merajuk. Setidaknya pria itu bisa memberikan respon yang lebih baik padanya mengingat dia orang pertama yang dikunjunginya.“Aku bukannya nggak senang kamu pulang, hanya saja ini sangat tiba-tiba. Bukannya kamu bilang kamu akan pulang dalam beberapa minggu. Aku hanya

  • Menikah dengan Musuh   Kejutan tiba-tiba

    "Loh, kalian mau kemana?" Albert yang sudah rapi dengan setelannya berkomentar dengan segera begitu melihat anak dan menantunya datang bersamaan mengenakan setelan yang tidak kalah rapi darinya."Iya nih, pengantin baru bukannya pergi honeymoon malah rapi kayak mau kondangan begitu. Mau kemana sih sayang?" Rosa yang juga baru saja duduk di kursi meja makan ikut mengomentari pasangan pengantin yang baru saja datang di meja makan."Aku sih maunya gitu Ma. Tapi menantu Mama yang paling cantik ini keukeuh mau masuk kerja. Katanya nggak enak kalau kelamaan ninggalin kerjaan, padahal bosnya sendiri ngasih cuti banyak." Ricky memonyongkan bibirnya menyindir Noya yang baru saja mendaratkan bokongnya di tempat duduk disebelahnya.Noya yang sedang menjadi bahan pembicaraan keluarga Albert hanya tersenyum mendapati semua tatap tertuju kearahnya."Cutinya 'kan bisa diambil lain waktu. Lagipula kamu bilang ada operasi hari ini. Iya kan?" Noya meminta persetujuan suaminya dengan memberikan senyum te

  • Menikah dengan Musuh   Keseriusan Ricky

    "Perjanjian pernikahan? Untuk apa?" Ricky menuntut jawaban. "Untuk pernikahan kita, aku perlu membatasi beberapa hal. Maaf, sejujurnya aku belum siap dengan semua ini. Hanya saja-""Hanya saja kamu merasa perlu balas budi? Iya?" Noya mendongak, berusaha mensejajari fokus mata suami didepannya."Aku tidak akan berbohong. Itu memang sesuai dengan apa yang kamu ucapkan." "Tapi untuk apa, Noy? Aku tidak masalah dengan pernikahan ini. Atau dengan apapun niat kamu menerima pernikahan ini. Terlepas dari itu semua aku akan membahagiakan kamu. Aku janji. Aku bisa melakukan itu!" Ricky hendak meraih tangan Noya. Namun gadis itu segera menariknya."Aku yang merasa tidak bisa, Rick. Aku perlu waktu.""Selama apapun waktu yang kamu butukan aku akan sabar, Noya. Aku hanya perlu kamu disisiku. Itu saja sudah cukup." "Aku tahu. Tapi aku perlu meluruskan sesuatu. Jadi lebih baik kamu baca dulu isi perjanjian itu, lalu kita bicarakan. Aku akan keluar dulu." Noya beranjak dari kamar Ricky, meninggal

  • Menikah dengan Musuh   Perjanjian Pernikahan

    "Kamu serius, Noy? aku tidak salah dengar?" Tanya Ricky dengan netra fokus menatap Noya di depannya. Gadis itu membalas tatap Ricky. Namun detik selanjutnya, dia menundukkan matanya. Noya melipat bibir ke dalam, dengan napas yang masih tersengal, Noya pun mengangguk."Iya." Jawabnya pelan.Kerut kebingungan tergambar di wajah tampan Ricky. Tentu saja dia merasa gundah. Kenapa pula Noya malah menerima lamarannya disaat yang tidak tepat."Kenapa?" Jawabnya lagi. Ricky ingin meyakinkan diri bahwa ucapan Noya bukanlah mimpi di pagi buta. "Bukankah ini yang kamu mau?" Tantang Noya santai."Aku tidak ingin memaksa kamu untuk hal ini, lagipula jangan sampai penerimaan kamu karena rasa sungkan atau terimakasih. Aku mencintai kamu dengan tulus. Jadi, aku juga ingin kamu menerima aku tulus, bukan paksaan." Noya terkekeh lucu mendengar penuturan Ricky. "Kamu tidak bisa memaksa orang lain untuk menyukai kamu hanya karena kamu tulus, Rick." Ricky sudah menduga, Noya tidak mungkin dengan suka r

  • Menikah dengan Musuh   Perjodohan Ini Aku Terima

    "Tolong lakukan apa saja demi menyelamatkan Mama!" Noya memohon kepada Ricky dengan pasrah, air mata Noya sudah mengalir deras ke pipinya, tangannya tremor hebat. Bahkan saat ini, Noya sudah tidak sanggup berdiri. Dia terlalu shock dengan kejadian bertubi-tubi yang menghampirinya dalam dua hari terakhir.Noya menggigit ibu jarinya dengan gugup. Apa yang akan dia lakukan sekarang? Rasanya dunia Noya runtuh seketika. Noya kembali menangis, bahkan lebih sesak daripada sebelumnya, ia meredam sekuat tenaga suara tangisnya agar tidak menggangu pasien lain di Rumah Sakit, tapi rasanya sungguh menyakitkan."Pakai ini!" Ricky meletakkan sepasang sandal dibawah kaki Noya. Noya meringis, ternyata Noya yang selama ini kuat dan selalu menjaga penampilan bisa datang ke Rumah Sakit tanpa menggunakan sandal. "Teman-temanku sedang mengurusi Mama kamu diruang operasi. Sebaiknya kamu banyak berdoa semoga Mama baik-baik saja." Ricky mencoba menghibur Noya."Bagaimana aku akan baik-baik saja tanpa Papa d

  • Menikah dengan Musuh   Penggelapan Dana dan Pencucian Uang

    "Kamu sedang tidak bercanda kan Noya?" Kellston yang sedang berbicara di sebrang telepon membuat Noya menjauhkan benda pipih itu dari telinganya. Terdengar bahwa gadis blasteran Amerika betawi itu tengah menyantap makan siangnya. "Iya, Kells. Dia." jawab Noya malas."Dia Ricky Zayyandra yang waktu itu? Pria tampan yang selalu menggoda kamu?""Yang mana lagi Kell, dia satu-satunya pria yang aku benci semasa sekolah? Dia juga yang membuat aku tidak bisa berjalan karena hukuman konyolnya, belum lagi semua kejahilannya yang membuat aku di hukum habis-habisan oleh Pak Gilsky. Dan tolong, hilangkan kata tampan yang baru saja kamu ucapkan!" Papar Noya panjang lebar."Tapi, Noy. Kak Ricky memang tampan kan? semua orang disekolah mengakuinya." "Cih ..." Noya mendesis. "Kamu saja yang tidak bisa melihat dengan mata bersih, Kells." "Terus, bagaimana kelanjutannya?" Kellston kembali bertanya penasaran."Bagaimana apanya? Tentu saja aku tolak." "What Noya? Kamu menolak kak Ricky." "Kellston,

  • Menikah dengan Musuh   Hari Perjodohan

    Noya mengenakan terusan selutut berwarna cream dengan renda kecil berwarna hijau tosca dibagian leher. Mamanya mengusulkan kepada Noya agar memakai pakaian ini untuk pertemuannya hari ini, Noya tentu saja tidak bisa menolak, walaupun gaun ini terlalu terbuka bagi Noya dan sangat jauh sekali dari seleranya.Noya menutup ponselnya setelah baru saja melakukan panggilan telepon dengan Direkturnya untuk meminta izin cuti. Noya kembali menatap cermin, ia tidak ingin terlihat terlalu mempesona, lagipula Noya pikir tamu yang akan datang hari ini bukanlah seorang perdana menteri yang harus disambut dengan menggunakan setelan resmi dan penampilan menarik. Bukankah Noya juga memang akan menolak perjodohannya hari ini.Noya memoleskan lipglos tanpa warna ke bibirnya, sedikit menghilangkan kegugupan yang Noya pun tidak tahu karena apa. Setelah dirasa cukup sopan, Noya menuruni tangga kamarnya dan melihat kedua orang tuanya sudah berada di ujung tangga menunggu kedatangan Noya.Mereka tersenyum mel

  • Menikah dengan Musuh   Papa Bangkrut

    "Sialan ..." Umpat Noya. Dia segera memasuki mobilnya dengan emosi yang naik turun. Bisa-bisanya Ricky malah membuat lelucon menyebalkan saat melakukan pemeriksaan padanya. Sesaat setelah Ricky menyuruh Noya menanggalkan seluruh pakaiannya. Dengan tangan yang gemetar Noya berusaha melepaskan celana tailored trousers miliknya. Namun, sialnya dokter brengsek itu malah tertawa terbahak-bahak, membuat Noya yang sedang kikuk menjadi semakin terkejut. "Pakai lagi celanamu, Noya! aku hanya bercanda. Jangan sampai lelaki lain melihat kaki jenjangmu itu." Ucap Ricky sambil berlalu ke mejanya.Ternyata hal itu hanyalah sebuah lelucon untuk mengerjai Noya, sekali lagi Noya merasa sangat dilecehkan. Untung saja saat itu dia menggunakan short pant. Jika tidak, matilah dia karena malu "Arrghh. Sialan!" Murka Noya. Noya bahkan memukul stir kemudinya dengan sangat keras. Membuatnya sedikit meringis. "Tuhan, jangan biarkan aku bertemu lagi dengan pria brengsek sepertinya." Setelah itu dia melajuk

DMCA.com Protection Status