Share

Papa Bangkrut

Author: Riyanaiyo
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Sialan ..." Umpat Noya. Dia segera memasuki mobilnya dengan emosi yang naik turun. Bisa-bisanya Ricky malah membuat lelucon menyebalkan saat melakukan pemeriksaan padanya. 

Sesaat setelah Ricky menyuruh Noya menanggalkan seluruh pakaiannya. Dengan tangan yang gemetar Noya berusaha melepaskan celana tailored trousers miliknya. Namun, sialnya dokter brengsek itu malah tertawa terbahak-bahak, membuat Noya yang sedang kikuk menjadi semakin terkejut. 

"Pakai lagi celanamu, Noya! aku hanya bercanda. Jangan sampai lelaki lain melihat kaki jenjangmu itu." Ucap Ricky sambil berlalu ke mejanya.

Ternyata hal itu hanyalah sebuah lelucon untuk mengerjai Noya, sekali lagi Noya merasa sangat dilecehkan. Untung saja saat itu dia menggunakan short pant. Jika tidak, matilah dia karena malu 

"Arrghh. Sialan!" Murka Noya. Noya bahkan memukul stir kemudinya dengan sangat keras. Membuatnya sedikit meringis. 

"Tuhan, jangan biarkan aku bertemu lagi dengan pria brengsek sepertinya." 

Setelah itu dia melajukan mobilnya meninggalkan parkiran Rumah Sakit menyebalkan yang membuat emosinya malah semakin tidak karuan.

Pukul delapan malam Noya sampai didepan rumah, dia memarkirkan mobilnya tepat di samping rumah. Setelah turun, Noya mendengar keributan dari dalam. Bahkan kini suara kaca yang terlempar pun semakin bersahutan. Dia berlari sedikit kencang, menaiki tangga menuju pintu utama di rumahnya. 

"Ada apa ini?" Jeritnya. Dia berlari menghampiri Yusal, Papanya yang kini tengah berdarah pelipisnya. Sedangkan Amanda, Mamanya berusaha menahan amukan beberapa pria berjas hitam yang kini berdiri di beberapa tempat di dalam rumahnya. 

"Oh, jadi ini anak perempuanmu. Cantik sekali, Yus. Boleh aku jadikan dia sebagai jaminan atas semua hutang-hutangmu?" Seorang pria bertubuh tinggi menarik dagu Noya kehadapannya. Noya mengelak, membuat pria itu tertawa terbahak-bahak. 

"Sensitif sekali dia, atau lebih baik aku ubah dia menjadi wanita agresif agar lebih mudah untuk menghasilkan uang." Ucapnya lagi. 

"Sebenarnya kalian ini siapa?" Noya memasang wajah angkuh sambil menahan sesaknya. Dia baru saja meminum obat pereda nyeri namun kini sesaknya kembali datang. 

"Kami?" Jawabnya dengan pertanyaan lagi. "Lebih baik kamu tanyakan pada Papamu berapa banyak uang yang sudah dia ambil dari kami! Bahkan rumah ini saja tidak akan bisa membayar seluruh hutang itu." 

"Hutang, Pa? Hutang apa?" Tanya Noya pada Yusal yang meringkuk diatas lantai.

"Maaf Nak, Papa terlambat memberi tahu kamu, beberapa bulan terakhir perusahan kita pailit, papa terpaksa meminjam kepada mereka untuk membayar gaji karyawan dan ganti rugi pada perusahan yang menanam sahamnya di perusahaan kita." 

"Papa. Kenapa tidak pinjam ke bank?" Cecar Noya.

"Hutang papa ke bank juga banyak Noya, Papa tidak bisa mengajukan lagi." 

"Astaga." Noya memijat dahinya yang kini berdenyut lebih sakit. Noya mengangkat kepalanya. Menatap tajam kepada pria yang masih berdiri didepannya.

"Berapa hutang Papaku? aku akan membayarnya!" Tantang Noya.

"Hahaha. Mau membayar dengan apa cantik? Dengan tubuhmu? bahkan itupun tidak akan sepadan dengan seluruh hutang ayahmu." Noya memejamkan mata. Menahan semua penghinaan itu.

"Katakan saja berapa yang harus aku bayar!" tantangnya lagi.

"Dua Milyar!" Jawab pria bertubuh tinggi didepan Noya. 

"Apa?" pekik Noya.

"Pa. Kenapa banyak sekali?" Tatap Noya nanar pada Papanya.

"Maafkan Papa, Noya." Yusal menggenggam tangan Noya erat. 

"Bagaimana kelanjutannya? siapa yang akan membayarnya. Atau aku ambil saja putrimu." Pria berjas itu menarik Noya mendekatinya, membuat Amanda dan Yusal berteriak melawan.

"Jangan, jangan putriku." Mohon Yusal. "Kau boleh lakukan apa saja padaku asal tidak pada putriku!" 

"Baiklah, kalau begitu aku ingin melakukan ini." 

Bugh!

Sebuah tendangan melayang kearah dada Yusal, Yusal terpental menjauh, membuat Noya berteriak dengan keras. 

"PAPA!" pekik Noya. 

"Lepaskan aku brengsek! Aku akan membayar semua hutang itu!" Noya berkata sambil menangis. "Aku mohon lepaskan aku!" Mohonnya.

Pria berjas itu melepaskan genggaman tangannya atas Noya. 

"Aku akan sediakan uangnya besok. Aku janji." 

"Bagaimana mungkin aku akan percaya, jangan-jangan kalian ingin kabur." Pria itu hendak melayangkan kembali pukulannya pada Yusal. 

"Tidak, tidak. Aku berjanji akan membayar kalian esok hari. Tapi mungkin tidak akan semuanya, aku mohon berikan aku kesempatan untuk melunasinya." 

"Pemberani sekali kamu!" Ledek Pria itu.

"Selagi yang kamu sentuh itu orangtuaku. Tidak ada lagi yang kutakuti." Noya memandang pria itu dengan marah.

"Hah. Baiklah, karena kamu cantik, maka dengan baik hati aku akan memberikan kamu kesempatan. Tapi, jika kamu berbohong, aku akan membawa kamu ikut serta dengan kami. Bagaimana?" Pria itu mencoba menawar.

Noya menggigit bibirnya, ini bukanlah tujuannya berkerja keras selama ini, bahkan tidak pernah terpikirkan sedikitpun keluarganya akan mengalami hal ini. 

"Tidak Noya, jangan lakukan itu!" Yusal mengingatkan Noya untuk tidak berkata sembarangan, "Dua milyar bukanlah nominal yang sedikit." Noya tersenyum kearah kedua orangtuanya.

"Aku bisa Pa, Ma." Jawab Noya mantap.

"Aku setuju." Ucap Noya membalas perjanjian yang diberikan oleh pria berjas hitam didepannya.

"Aku suka gadis optimis seperti dirimu, membuatku semakin bersemangat, hahaha." 

"Hei Yus, aku akan datang lagi esok hari. Jangan sampai kamu meninggalkan rumah ini. Ayo kita pergi!" Ajaknya pada semua orang yang memakai baju senada denganya.

Mereka pun beranjak pergi darisana meninggalkan luka pada tubuh Yusal, Noya menangis sambil memeluk Papa dan Mamanya. 

*****

Jam menunjukan pukul sepuluh malam, Amanda sedang mengobati luka suaminya, dan Noya ikut memijat kaki Yusal disana.

"Maafkan Papa, Noya. Papa tidak memberitahu kamu lebih awal perihal ini." 

"Sudahlah Pa, semuanya sudah terjadi. Noya juga tidak bisa menyalahkan siapapun. Noya hanya berharap Papa dan Mama tidak terluka, itu saja sudah cukup untuk Noya." Noya mengusap matanya yang sedikit berair. 

Yusal dan Amanda berpandangan, mereka kemudian mengangguk. 

"Noya, boleh Mama bicara?" Amanda mengelus punggung tangan Noya lembut. Noya mengganguk.

"Silahkan, Ma!"

"Kami ingin meminta maaf sama kamu, bukan untuk perihal ini. Tapi, ada hal lain yang harus kami sampaikan sama kamu." Kening Noya berkerut. 

"Hal lain, Ma?" ulang Noya.

"Kami sudah mengatur perjodohan untuk kamu dengan anak teman kami, kami harap kamu setuju." 

Blar!

Bagaikan petir disiang bolong. Perkataan Mamanya itu seakan menusuk jantung Noya dengan cepat

"Ma, Perjodohan apa? Noya tidak mau Ma. Mama tahu sendiri, Noya tidak akan menikah sampai Noya mencapai posisi menajer di perusahaan. Lagi pula untuk apa menikah, jika sendiri saja Noya mampu untuk menghidupi diri Noya sendiri. Mama tahu itu kan?" 

"Mama sangat tahu sayang, tapi ini demi kebaikan kamu. Kami takut kami tidak bisa selalu melindungi kamu, jadi kami memutuskan menjodohkan kamu agar ada seseorang yang menjaga kamu, Noya." 

"Mamamu benar sayang, Papa juga semakin tua. Papa tidak bisa terus menjaga kamu. Bahkan kamu mungkin merasakan sendiri, tadi kamu yang malah membela kami." 

"Maka dari itu pak, aku bisa menjaga diriku sendiri, aku bisa menjaga Papa dan Mama." Noya masih bersikeras menolak perjodohan itu.

"Kamu belum melihat pria itu, kami yakin setelah melihatnya kamu pasti akan menyukainya. Pria itu tampan, secara pekerjaan juga menjamin, dia pasti akan bisa membahagiakan kamu, sayang.

"Pa ... Noya tidak mau. Noya tetap tidak mau, Noya akan menikah jika Noya mau, dan tentu saja jika sudah menjadi seorang menajer diperusahan." 

"Ini bukan penawaran Noya, ini sudah keputusan final kami. Persiapkan dirimu, besok pagi mereka akan datang ke rumah."

"What?" 

    

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rana Maulida
haduh lagi lagi perjodohan ,penasaran nih.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menikah dengan Musuh   Hari Perjodohan

    Noya mengenakan terusan selutut berwarna cream dengan renda kecil berwarna hijau tosca dibagian leher. Mamanya mengusulkan kepada Noya agar memakai pakaian ini untuk pertemuannya hari ini, Noya tentu saja tidak bisa menolak, walaupun gaun ini terlalu terbuka bagi Noya dan sangat jauh sekali dari seleranya.Noya menutup ponselnya setelah baru saja melakukan panggilan telepon dengan Direkturnya untuk meminta izin cuti. Noya kembali menatap cermin, ia tidak ingin terlihat terlalu mempesona, lagipula Noya pikir tamu yang akan datang hari ini bukanlah seorang perdana menteri yang harus disambut dengan menggunakan setelan resmi dan penampilan menarik. Bukankah Noya juga memang akan menolak perjodohannya hari ini.Noya memoleskan lipglos tanpa warna ke bibirnya, sedikit menghilangkan kegugupan yang Noya pun tidak tahu karena apa. Setelah dirasa cukup sopan, Noya menuruni tangga kamarnya dan melihat kedua orang tuanya sudah berada di ujung tangga menunggu kedatangan Noya.Mereka tersenyum mel

  • Menikah dengan Musuh   Penggelapan Dana dan Pencucian Uang

    "Kamu sedang tidak bercanda kan Noya?" Kellston yang sedang berbicara di sebrang telepon membuat Noya menjauhkan benda pipih itu dari telinganya. Terdengar bahwa gadis blasteran Amerika betawi itu tengah menyantap makan siangnya. "Iya, Kells. Dia." jawab Noya malas."Dia Ricky Zayyandra yang waktu itu? Pria tampan yang selalu menggoda kamu?""Yang mana lagi Kell, dia satu-satunya pria yang aku benci semasa sekolah? Dia juga yang membuat aku tidak bisa berjalan karena hukuman konyolnya, belum lagi semua kejahilannya yang membuat aku di hukum habis-habisan oleh Pak Gilsky. Dan tolong, hilangkan kata tampan yang baru saja kamu ucapkan!" Papar Noya panjang lebar."Tapi, Noy. Kak Ricky memang tampan kan? semua orang disekolah mengakuinya." "Cih ..." Noya mendesis. "Kamu saja yang tidak bisa melihat dengan mata bersih, Kells." "Terus, bagaimana kelanjutannya?" Kellston kembali bertanya penasaran."Bagaimana apanya? Tentu saja aku tolak." "What Noya? Kamu menolak kak Ricky." "Kellston,

  • Menikah dengan Musuh   Perjodohan Ini Aku Terima

    "Tolong lakukan apa saja demi menyelamatkan Mama!" Noya memohon kepada Ricky dengan pasrah, air mata Noya sudah mengalir deras ke pipinya, tangannya tremor hebat. Bahkan saat ini, Noya sudah tidak sanggup berdiri. Dia terlalu shock dengan kejadian bertubi-tubi yang menghampirinya dalam dua hari terakhir.Noya menggigit ibu jarinya dengan gugup. Apa yang akan dia lakukan sekarang? Rasanya dunia Noya runtuh seketika. Noya kembali menangis, bahkan lebih sesak daripada sebelumnya, ia meredam sekuat tenaga suara tangisnya agar tidak menggangu pasien lain di Rumah Sakit, tapi rasanya sungguh menyakitkan."Pakai ini!" Ricky meletakkan sepasang sandal dibawah kaki Noya. Noya meringis, ternyata Noya yang selama ini kuat dan selalu menjaga penampilan bisa datang ke Rumah Sakit tanpa menggunakan sandal. "Teman-temanku sedang mengurusi Mama kamu diruang operasi. Sebaiknya kamu banyak berdoa semoga Mama baik-baik saja." Ricky mencoba menghibur Noya."Bagaimana aku akan baik-baik saja tanpa Papa d

  • Menikah dengan Musuh   Perjanjian Pernikahan

    "Kamu serius, Noy? aku tidak salah dengar?" Tanya Ricky dengan netra fokus menatap Noya di depannya. Gadis itu membalas tatap Ricky. Namun detik selanjutnya, dia menundukkan matanya. Noya melipat bibir ke dalam, dengan napas yang masih tersengal, Noya pun mengangguk."Iya." Jawabnya pelan.Kerut kebingungan tergambar di wajah tampan Ricky. Tentu saja dia merasa gundah. Kenapa pula Noya malah menerima lamarannya disaat yang tidak tepat."Kenapa?" Jawabnya lagi. Ricky ingin meyakinkan diri bahwa ucapan Noya bukanlah mimpi di pagi buta. "Bukankah ini yang kamu mau?" Tantang Noya santai."Aku tidak ingin memaksa kamu untuk hal ini, lagipula jangan sampai penerimaan kamu karena rasa sungkan atau terimakasih. Aku mencintai kamu dengan tulus. Jadi, aku juga ingin kamu menerima aku tulus, bukan paksaan." Noya terkekeh lucu mendengar penuturan Ricky. "Kamu tidak bisa memaksa orang lain untuk menyukai kamu hanya karena kamu tulus, Rick." Ricky sudah menduga, Noya tidak mungkin dengan suka r

  • Menikah dengan Musuh   Keseriusan Ricky

    "Perjanjian pernikahan? Untuk apa?" Ricky menuntut jawaban. "Untuk pernikahan kita, aku perlu membatasi beberapa hal. Maaf, sejujurnya aku belum siap dengan semua ini. Hanya saja-""Hanya saja kamu merasa perlu balas budi? Iya?" Noya mendongak, berusaha mensejajari fokus mata suami didepannya."Aku tidak akan berbohong. Itu memang sesuai dengan apa yang kamu ucapkan." "Tapi untuk apa, Noy? Aku tidak masalah dengan pernikahan ini. Atau dengan apapun niat kamu menerima pernikahan ini. Terlepas dari itu semua aku akan membahagiakan kamu. Aku janji. Aku bisa melakukan itu!" Ricky hendak meraih tangan Noya. Namun gadis itu segera menariknya."Aku yang merasa tidak bisa, Rick. Aku perlu waktu.""Selama apapun waktu yang kamu butukan aku akan sabar, Noya. Aku hanya perlu kamu disisiku. Itu saja sudah cukup." "Aku tahu. Tapi aku perlu meluruskan sesuatu. Jadi lebih baik kamu baca dulu isi perjanjian itu, lalu kita bicarakan. Aku akan keluar dulu." Noya beranjak dari kamar Ricky, meninggal

  • Menikah dengan Musuh   Kejutan tiba-tiba

    "Loh, kalian mau kemana?" Albert yang sudah rapi dengan setelannya berkomentar dengan segera begitu melihat anak dan menantunya datang bersamaan mengenakan setelan yang tidak kalah rapi darinya."Iya nih, pengantin baru bukannya pergi honeymoon malah rapi kayak mau kondangan begitu. Mau kemana sih sayang?" Rosa yang juga baru saja duduk di kursi meja makan ikut mengomentari pasangan pengantin yang baru saja datang di meja makan."Aku sih maunya gitu Ma. Tapi menantu Mama yang paling cantik ini keukeuh mau masuk kerja. Katanya nggak enak kalau kelamaan ninggalin kerjaan, padahal bosnya sendiri ngasih cuti banyak." Ricky memonyongkan bibirnya menyindir Noya yang baru saja mendaratkan bokongnya di tempat duduk disebelahnya.Noya yang sedang menjadi bahan pembicaraan keluarga Albert hanya tersenyum mendapati semua tatap tertuju kearahnya."Cutinya 'kan bisa diambil lain waktu. Lagipula kamu bilang ada operasi hari ini. Iya kan?" Noya meminta persetujuan suaminya dengan memberikan senyum te

  • Menikah dengan Musuh   Menjemput Istri

    “Kejutan!”Seorang gadis berpostur tinggi dan berwajah oriental berjalan perlahan setelah berhasil membuat sepasang mata coklat milik pria tampan di depannya nyaris tidak berkedip.“Seana, ngapain kamu disini?”“Ah, nggak asik banget deh Rick!” Rajuknya. “Masa cuma kalimat itu yang kamu tanyakan sama aku, padahal Rumah Sakit ini adalah tempat pertama yang aku datangi. Bahkan orang tuaku saja belum tahu kalau aku sudah sampai di Indonesia. I miss you so much, Rick,” Gadis itu membisikan kalimat terakhirnya tepat di telinga Ricky.“Wow, wow, apa nih?” Ricky menghindar, membuat gadis itu sedikit terkejut.“Why? Kamu nggak senang aku pulang?” tanyanya lagi. “Setidaknya berikan aku pelukan selamat datang, lah.” Gadis itu masih merajuk. Setidaknya pria itu bisa memberikan respon yang lebih baik padanya mengingat dia orang pertama yang dikunjunginya.“Aku bukannya nggak senang kamu pulang, hanya saja ini sangat tiba-tiba. Bukannya kamu bilang kamu akan pulang dalam beberapa minggu. Aku hanya

  • Menikah dengan Musuh   Insiden Rambut Basah

    “Tekanan darahnya turun, Dok. Pasien juga belum sadar. Sudah diberikan pertolongan pertama oleh dokter jaga di igd, dan menunggu tindak lanjut dari dokter. Untungnya, tidak ada masalah serius. Tapi, anehnya tadi pasien sempat panggil-panggil nama Dokter Ricky.” Mahesa, perawat IGD menjelaskan kondisi pasien yang datang terakhir kali.“Nama saya?” ulang Ricky heran.“Mungkin dokter Ricky kenal sama pasien itu.”“Dimana pasiennya?”“Disini Dok, silahkan!”Ricky beranjak menuju tempat tidur pasien yang ditunjuk Mahesa, sembari menggulung lengan kemeja salur yang hari ini dia kenakan. “Seana?” Pekiknya pelan begitu tirai pembatas tersibak dan menemukan perempuan yang tadi siang baru mendatanginya terbaring disana. Ricky tidak habis pikir, bisa-bisanya Seana yang beberapa jam lalu cerah ceria ketika menemuinya, kini malah kembali sebagai seorang pasien. Dengan telaten Ricky memeriksa ipad yang menampilkan catatan kondisi mengenai Seana. Lalu mengangguk-angguk seperti telah menemukan sesuat

Latest chapter

  • Menikah dengan Musuh   Insiden Rambut Basah

    “Tekanan darahnya turun, Dok. Pasien juga belum sadar. Sudah diberikan pertolongan pertama oleh dokter jaga di igd, dan menunggu tindak lanjut dari dokter. Untungnya, tidak ada masalah serius. Tapi, anehnya tadi pasien sempat panggil-panggil nama Dokter Ricky.” Mahesa, perawat IGD menjelaskan kondisi pasien yang datang terakhir kali.“Nama saya?” ulang Ricky heran.“Mungkin dokter Ricky kenal sama pasien itu.”“Dimana pasiennya?”“Disini Dok, silahkan!”Ricky beranjak menuju tempat tidur pasien yang ditunjuk Mahesa, sembari menggulung lengan kemeja salur yang hari ini dia kenakan. “Seana?” Pekiknya pelan begitu tirai pembatas tersibak dan menemukan perempuan yang tadi siang baru mendatanginya terbaring disana. Ricky tidak habis pikir, bisa-bisanya Seana yang beberapa jam lalu cerah ceria ketika menemuinya, kini malah kembali sebagai seorang pasien. Dengan telaten Ricky memeriksa ipad yang menampilkan catatan kondisi mengenai Seana. Lalu mengangguk-angguk seperti telah menemukan sesuat

  • Menikah dengan Musuh   Menjemput Istri

    “Kejutan!”Seorang gadis berpostur tinggi dan berwajah oriental berjalan perlahan setelah berhasil membuat sepasang mata coklat milik pria tampan di depannya nyaris tidak berkedip.“Seana, ngapain kamu disini?”“Ah, nggak asik banget deh Rick!” Rajuknya. “Masa cuma kalimat itu yang kamu tanyakan sama aku, padahal Rumah Sakit ini adalah tempat pertama yang aku datangi. Bahkan orang tuaku saja belum tahu kalau aku sudah sampai di Indonesia. I miss you so much, Rick,” Gadis itu membisikan kalimat terakhirnya tepat di telinga Ricky.“Wow, wow, apa nih?” Ricky menghindar, membuat gadis itu sedikit terkejut.“Why? Kamu nggak senang aku pulang?” tanyanya lagi. “Setidaknya berikan aku pelukan selamat datang, lah.” Gadis itu masih merajuk. Setidaknya pria itu bisa memberikan respon yang lebih baik padanya mengingat dia orang pertama yang dikunjunginya.“Aku bukannya nggak senang kamu pulang, hanya saja ini sangat tiba-tiba. Bukannya kamu bilang kamu akan pulang dalam beberapa minggu. Aku hanya

  • Menikah dengan Musuh   Kejutan tiba-tiba

    "Loh, kalian mau kemana?" Albert yang sudah rapi dengan setelannya berkomentar dengan segera begitu melihat anak dan menantunya datang bersamaan mengenakan setelan yang tidak kalah rapi darinya."Iya nih, pengantin baru bukannya pergi honeymoon malah rapi kayak mau kondangan begitu. Mau kemana sih sayang?" Rosa yang juga baru saja duduk di kursi meja makan ikut mengomentari pasangan pengantin yang baru saja datang di meja makan."Aku sih maunya gitu Ma. Tapi menantu Mama yang paling cantik ini keukeuh mau masuk kerja. Katanya nggak enak kalau kelamaan ninggalin kerjaan, padahal bosnya sendiri ngasih cuti banyak." Ricky memonyongkan bibirnya menyindir Noya yang baru saja mendaratkan bokongnya di tempat duduk disebelahnya.Noya yang sedang menjadi bahan pembicaraan keluarga Albert hanya tersenyum mendapati semua tatap tertuju kearahnya."Cutinya 'kan bisa diambil lain waktu. Lagipula kamu bilang ada operasi hari ini. Iya kan?" Noya meminta persetujuan suaminya dengan memberikan senyum te

  • Menikah dengan Musuh   Keseriusan Ricky

    "Perjanjian pernikahan? Untuk apa?" Ricky menuntut jawaban. "Untuk pernikahan kita, aku perlu membatasi beberapa hal. Maaf, sejujurnya aku belum siap dengan semua ini. Hanya saja-""Hanya saja kamu merasa perlu balas budi? Iya?" Noya mendongak, berusaha mensejajari fokus mata suami didepannya."Aku tidak akan berbohong. Itu memang sesuai dengan apa yang kamu ucapkan." "Tapi untuk apa, Noy? Aku tidak masalah dengan pernikahan ini. Atau dengan apapun niat kamu menerima pernikahan ini. Terlepas dari itu semua aku akan membahagiakan kamu. Aku janji. Aku bisa melakukan itu!" Ricky hendak meraih tangan Noya. Namun gadis itu segera menariknya."Aku yang merasa tidak bisa, Rick. Aku perlu waktu.""Selama apapun waktu yang kamu butukan aku akan sabar, Noya. Aku hanya perlu kamu disisiku. Itu saja sudah cukup." "Aku tahu. Tapi aku perlu meluruskan sesuatu. Jadi lebih baik kamu baca dulu isi perjanjian itu, lalu kita bicarakan. Aku akan keluar dulu." Noya beranjak dari kamar Ricky, meninggal

  • Menikah dengan Musuh   Perjanjian Pernikahan

    "Kamu serius, Noy? aku tidak salah dengar?" Tanya Ricky dengan netra fokus menatap Noya di depannya. Gadis itu membalas tatap Ricky. Namun detik selanjutnya, dia menundukkan matanya. Noya melipat bibir ke dalam, dengan napas yang masih tersengal, Noya pun mengangguk."Iya." Jawabnya pelan.Kerut kebingungan tergambar di wajah tampan Ricky. Tentu saja dia merasa gundah. Kenapa pula Noya malah menerima lamarannya disaat yang tidak tepat."Kenapa?" Jawabnya lagi. Ricky ingin meyakinkan diri bahwa ucapan Noya bukanlah mimpi di pagi buta. "Bukankah ini yang kamu mau?" Tantang Noya santai."Aku tidak ingin memaksa kamu untuk hal ini, lagipula jangan sampai penerimaan kamu karena rasa sungkan atau terimakasih. Aku mencintai kamu dengan tulus. Jadi, aku juga ingin kamu menerima aku tulus, bukan paksaan." Noya terkekeh lucu mendengar penuturan Ricky. "Kamu tidak bisa memaksa orang lain untuk menyukai kamu hanya karena kamu tulus, Rick." Ricky sudah menduga, Noya tidak mungkin dengan suka r

  • Menikah dengan Musuh   Perjodohan Ini Aku Terima

    "Tolong lakukan apa saja demi menyelamatkan Mama!" Noya memohon kepada Ricky dengan pasrah, air mata Noya sudah mengalir deras ke pipinya, tangannya tremor hebat. Bahkan saat ini, Noya sudah tidak sanggup berdiri. Dia terlalu shock dengan kejadian bertubi-tubi yang menghampirinya dalam dua hari terakhir.Noya menggigit ibu jarinya dengan gugup. Apa yang akan dia lakukan sekarang? Rasanya dunia Noya runtuh seketika. Noya kembali menangis, bahkan lebih sesak daripada sebelumnya, ia meredam sekuat tenaga suara tangisnya agar tidak menggangu pasien lain di Rumah Sakit, tapi rasanya sungguh menyakitkan."Pakai ini!" Ricky meletakkan sepasang sandal dibawah kaki Noya. Noya meringis, ternyata Noya yang selama ini kuat dan selalu menjaga penampilan bisa datang ke Rumah Sakit tanpa menggunakan sandal. "Teman-temanku sedang mengurusi Mama kamu diruang operasi. Sebaiknya kamu banyak berdoa semoga Mama baik-baik saja." Ricky mencoba menghibur Noya."Bagaimana aku akan baik-baik saja tanpa Papa d

  • Menikah dengan Musuh   Penggelapan Dana dan Pencucian Uang

    "Kamu sedang tidak bercanda kan Noya?" Kellston yang sedang berbicara di sebrang telepon membuat Noya menjauhkan benda pipih itu dari telinganya. Terdengar bahwa gadis blasteran Amerika betawi itu tengah menyantap makan siangnya. "Iya, Kells. Dia." jawab Noya malas."Dia Ricky Zayyandra yang waktu itu? Pria tampan yang selalu menggoda kamu?""Yang mana lagi Kell, dia satu-satunya pria yang aku benci semasa sekolah? Dia juga yang membuat aku tidak bisa berjalan karena hukuman konyolnya, belum lagi semua kejahilannya yang membuat aku di hukum habis-habisan oleh Pak Gilsky. Dan tolong, hilangkan kata tampan yang baru saja kamu ucapkan!" Papar Noya panjang lebar."Tapi, Noy. Kak Ricky memang tampan kan? semua orang disekolah mengakuinya." "Cih ..." Noya mendesis. "Kamu saja yang tidak bisa melihat dengan mata bersih, Kells." "Terus, bagaimana kelanjutannya?" Kellston kembali bertanya penasaran."Bagaimana apanya? Tentu saja aku tolak." "What Noya? Kamu menolak kak Ricky." "Kellston,

  • Menikah dengan Musuh   Hari Perjodohan

    Noya mengenakan terusan selutut berwarna cream dengan renda kecil berwarna hijau tosca dibagian leher. Mamanya mengusulkan kepada Noya agar memakai pakaian ini untuk pertemuannya hari ini, Noya tentu saja tidak bisa menolak, walaupun gaun ini terlalu terbuka bagi Noya dan sangat jauh sekali dari seleranya.Noya menutup ponselnya setelah baru saja melakukan panggilan telepon dengan Direkturnya untuk meminta izin cuti. Noya kembali menatap cermin, ia tidak ingin terlihat terlalu mempesona, lagipula Noya pikir tamu yang akan datang hari ini bukanlah seorang perdana menteri yang harus disambut dengan menggunakan setelan resmi dan penampilan menarik. Bukankah Noya juga memang akan menolak perjodohannya hari ini.Noya memoleskan lipglos tanpa warna ke bibirnya, sedikit menghilangkan kegugupan yang Noya pun tidak tahu karena apa. Setelah dirasa cukup sopan, Noya menuruni tangga kamarnya dan melihat kedua orang tuanya sudah berada di ujung tangga menunggu kedatangan Noya.Mereka tersenyum mel

  • Menikah dengan Musuh   Papa Bangkrut

    "Sialan ..." Umpat Noya. Dia segera memasuki mobilnya dengan emosi yang naik turun. Bisa-bisanya Ricky malah membuat lelucon menyebalkan saat melakukan pemeriksaan padanya. Sesaat setelah Ricky menyuruh Noya menanggalkan seluruh pakaiannya. Dengan tangan yang gemetar Noya berusaha melepaskan celana tailored trousers miliknya. Namun, sialnya dokter brengsek itu malah tertawa terbahak-bahak, membuat Noya yang sedang kikuk menjadi semakin terkejut. "Pakai lagi celanamu, Noya! aku hanya bercanda. Jangan sampai lelaki lain melihat kaki jenjangmu itu." Ucap Ricky sambil berlalu ke mejanya.Ternyata hal itu hanyalah sebuah lelucon untuk mengerjai Noya, sekali lagi Noya merasa sangat dilecehkan. Untung saja saat itu dia menggunakan short pant. Jika tidak, matilah dia karena malu "Arrghh. Sialan!" Murka Noya. Noya bahkan memukul stir kemudinya dengan sangat keras. Membuatnya sedikit meringis. "Tuhan, jangan biarkan aku bertemu lagi dengan pria brengsek sepertinya." Setelah itu dia melajuk

DMCA.com Protection Status