Meja makan yang tadinya dilingkupi oleh suasana hangat itu berubah menjadi penuh dengan kepanikan. Apalagi ketika Nathan nyaris terjatuh dari kursi karena pingsan. Untung saja Khaysan yang juga duduk bersebelahan dengan sang putra dengan sigap mengangkat bocah itu ke gendongannya. “Kita ke rumah sakit sekarang!” seru Melody panik. Mereka bergegas keluar rumah dan langsung kembali memasuki mobil yang tadi mereka tumpangi saat pulang dari rumah sakit. Kali ini Bagas lah yang mengemudi sementara Melody dan Khaysan duduk di belakang menemani Nathan yang sudah tidak sadarkan diri. Melody dan Khaysan terus berusaha membangunkan sang putra. Akan tetapi, tak ada respon sama sekali dari bocah itu. Semuanya semakin panik, apalagi mulut Nathan juga tidak berhenti mengeluarkan darah. Khaysan juga terus meminta papanya mengendarai mobil lebih cepat. Begitu sampai di rumah sakit, Khaysan langsung turun dari mobil dan melangkah cepat memasuki area rumah sakit dan berseru meminta tolong pada
Khaysan langsung menekan tombol untuk memanggil dokter berulang kali. Karena tak kunjung ada yang datang sedangkan tubuh putranya semakin mengejang, lelaki itu kontan memacu langkah keluar dari kamar rawat anaknya dan meminta bantuan pada petugas medis yang ada di luar. Tak berselang lama dokter pun datang. “Tolong tunggu di luar, kami akan berusaha menangani Nathan semaksimal mungkin,” tutur sang dokter. “Tolong selamatkan putra kami, Dok!” jawab Khaysan seraya menarik Melody keluar dari ruangan tersebut. Sebab, Melody masih bersikukuh ingin bersama Nathan di dalam. Sedangkan itu hanya akan menghalangi ruang gerak dokter dan tim medis yang akan menangani putra mereka. Khaysan memeluk Melody yang tergugu dan nyaris jatuh meluruh di lantai. “Nathan sedang ditangani dan dia akan baik-baik saja. Dia anak yang kuat, percayalah,” bisiknya berusaha menenangkan Melody meski sebenarnya pikirannya juga kalut. Cukup lama dokter dan timnya menangani Nathan di dalam sana. Melody dan Khaysa
“Eh, bagaimana, Sayang?” Melody berbalik bertanya, takut salah dengar. Sebenarnya Melody sudah mendengar dengan jelas tentang permintaan Nathan barusan. Akan tetapi, ia tidak bisa serta merta mengikuti keinginan sang putra. Jika Nathan meminta seperti ini di tahun-tahun sebelumnya, ia pasti langsung menuruti. Sedangkan sekarang ada Khaysan yang terang-terangan tidak menyukai apa pun yang berhubungan dengan David. Sudah lama sekali Nathan tidak menanyakan tentang David. Apalagi berkomunikasi secara langsung. Namun, hanya berselang beberapa jam setelah bocah itu sadarkan diri dari tidur panjangnya, permintaan pertamanya malah seperti ini. Sepertinya Nathan sangat merindukan David karena biasanya anaknya selalu bergantung pada lelaki itu. “Nathan boleh video call sama Uncle Dave sebentar saja? Biasanya Uncle Dave yang video call duluan, tapi sekarang sudah tidak pernah lagi. Apa Uncle Dave sangat sibuk?” Nathan kembali mengulang permintaannya dengan ekspresi agak cemberut seolah kes
“Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu bisa ada di sini? Siapa yang memberitahumu?” tanya Melody yang menatap David dengan sorot tak percaya. Melody merasa tak pernah memberitahu lokasinya pada David. Sebab, Khaysan pasti semakin kesal jika ia sampai berani memberitahu David di mana lokasi mereka. Tidak mungkin lelaki itu tiba-tiba mengetahui di mana keberadaannya. “Melody, bisakah kamu membantuku agar boleh masuk? Anak buah suamimu ini sangat menyebalkan!” gerutu David yang sedang berusaha melepaskan diri dari kedua anak buah suaminya yang menghadangnya. “Nathan yang memberitahuku tempatnya berada. Kebetulan aku ada waktu luang, jadi aku menyempatkan datang.” Melody semakin terkejut dan panik. Setelah memberikan ponselnya pada Nathan, ia tidak terlalu mendengarkan apa saja obrolan putranya dengan David. Dirinya tidak menyadari kapan Nathan memberitahu lokasi mereka dan kapan David menjanjikan akan datang kemari. Kemarin Melody membiarkan Nathan yang mematikan telepon tersebut.
Mendengar ucapan David membuat kedua bodyguard Khaysan yang berjaga di luar ikut panik dan saling pandang. Namun, mereka masih tampak ragu untuk memberi izin pada David yang kini menggendong nyonya mereka. “Kami harus mengabari Tuan Khaysan dulu.” “Paman penjaga, jangan halangi Mommy dan Uncle Dave! Mommy dan adikku kesakitan!” Nathan yang masih berada di ranjangnya juga ikut berseru. Bocah itu ingin turun dan ikut dengan mommy-nya. Akan tetapi, ia cukup sadar diri jika kondisinya belum memungkinkan. Jika ia malah kenapa-kenapa, itu akan merepotkan. Sedangkan mommy dan adiknya butuh pertolongan. David menggeram pelan. “Apa kalian bodoh?! Orang yang akan melahirkan tidak bisa menunggu! Minggir! Ku pastikan kalian akan dipecat kalau sampai terjadi sesuatu pada Melody!” Tampaknya ancaman David lumayan berefek pada kedua anak buah Khaysan itu. Terbukti dari mereka yang langsung menyingkir setelah mendengar ultimatum David. Setelah tak ada lagi yang menghalanginya, David langsung mem
“Sayang! Sayang! Bangun!” Khaysan menepuk pelan pipi Melody, berusaha membangunkan sang istri. Wajah wanita itu bahkan terasa lebih dingin dari biasanya. “Bagaimana ini bisa terjadi? Kalau sampai terjadi sesuatu pada istriku, aku akan membunuh kalian semua!” bentak Khaysan dengan suara menggelegar. “Kami akan mengusahakan yang terbaik untuk istri Tuan. Kami mohon Tuan untuk tenang,” jawab salah seorang asisten dokter kandungan yang membantu persalinan Melody. Khaysan hanya melangkah mundur hingga ke ujung ruangan meski sang asisten dokter telah memberi isyarat agar dirinya menunggu di luar. Ia tidak akan pergi ke mana pun sebelum keadaan Melody membaik. Kekhawatiran tampak sangat jelas dari wajahnya. Kedua tangan Khaysan terkepal hingga gemetar. Lelaki itu menyentuh dadanya yang terasa amat sesak hingga mencekiknya. Sorot matanya yang penuh dengan kekhawatiran terus tertuju ke arah Melody yang masih mendapat penanganan dari dokter. Tangis nyaring putrinya, mengalihkan atensi
Rahang Khaysan mengeras. “Apa maksudmu?!” Suasana yang sedari tadi sudah memanas kian memanas karena kata-kata David. Tawa sumbang lelaki itu menyembur. Sengaja memancing amarah Khaysan yang tampaknya sudah di ujung tanduk. “Melody pernah mengatakan kalau kalian hanya menikah kontrak. Bahkan, kontrak itu sudah selesai jauh sebelum Melody melahirkan. Apa lagi yang ingin kamu tunggu? Waktumu sudah berakhir,” balas David dengan seringai penuh makna. “Aku yang selalu ada untuk Melody selama ini. Dan apa yang kamu lakukan? Kamu sudah menyia-nyiakannya, meragukan, dan membuangnya. Apa kamu tidak tahu malu? Jangan terlalu percaya diri. Melody kembali menerimamu hanya karena penyakit Nathan.” David sengaja menyiram bensin yang membuat amarah Khaysan semakin meluap-luap. Khaysan mencengkeram kerah kemeja David. Urat-urat di lehernya sudah menonjol, menyiratkan emosi tertahan yang sangat pekat. “Kamu merasa hebat dan berjasa hanya karena dia mengandalkanmu? Kamu pikir iru bisa membuatnya
“Aku dengar istrimu baru melahirkan. Aku kebetulan lewat dan mampir. Maaf tidak sempat memberi kabar. Apa aku mengganggu?” tutur Lusy yang baru saja memasuki kamar rawat Melody dengan senyum lebar. “Karena buru-buru, aku tidak sempat membelikan kado untuk anak dan istrimu. Kapan-kapan aku akan membawakannya.” Sebelum dipersilakan masuk, Lusy langsung melangkah mendekati Naomi dan meletakkan keranjang buah yang dibawanya di atas nakas. “Kenapa kalian diam? Apa aku datang di saat yang tidak tepat?” Lusy kembali bersuara karena Khaysan dan Melody tak menjawab. “Oh, tentu saja tidak mengganggu. Terima kasih sudah menyempatkan datang. Padahal tidak perlu repot-repot,” sahut Melody dengan senyum amat tipis. Melody ingin mengutuk siapa pun yang memberitahu Lusy jika dirinya baru saja melahirkan. Bahkan, ia baru sadarkan diri dan belum sempat menjenguk Nathan ataupun Lavina. Dan Lusy malah sudah datang, menghancurkan suasana hatinya yang baru saja membaik. Melody menatap tajam ke ara