Saya tidak pendendam. Namun jika sudah terlalu memuakkan dan berkelebihan, sedikitpun rasa hormat saya tidak ada lagi untuknya.***Itu benar.Bukan bermaksud ingin membenci apa yang sudah terjadi pada hidupnya. Namun rotasi kehidupan yang berubah-ubah dengan sangat cepat dari satu titik ke titik yang lain, membuat Clara sadar. Bahwa apa pun yang sudah terjadi lebih baik di lupakan. Inginnya begitu. Agar kehidupannya tenang di masa mendatang.Tapi sayangnya, saat segala sesuatu yang baik Clara coba terima, yang menjadikannya sebuah trauma belumlah lenyap sepenuhnya.Saat tubuhnya berdiri tegap dengan kedua kaki yang menyangganya. Tremor yang menjalar di seluruh bagian darahnya menjadi sangat tidak berarti. Dan Clara memberikan tatapan kebencian tiada ampun. Bukan artinya dendam. Lebih daripada itu, Clara kehilangan kewarasannya untuk memberikan hormat.“Perutmu sudah kempes?”Yang terdengar seperti: kau masih hidup?Di rungu Clara, kata-kata seperti itu sungguh menakutkan—awalnya. Ta
Setelah drama berkepanjangan mengenai ‘kejenuhan’ yang William baperkan. Pada akhirnya kembali pada kenyataan dan menerima apa yang sudah Tuhan gariskan adalah jawaban dari segalanya.William mungkin sangatlah konvensional. Tapi bukan artinya tidak ingin mensyukuri nikmat yang Tuhan berikan.Ingat di awal kisah sudah William jelaskan tentang betapa berharganya Clara?Berarti memang ketiga buah hatinya juga seberharga itu bagi William. Karena mereka lahir dari rahim wanita yang William cintai.Clara …Begitu namanya. Dan dada William berdesir hanya dengan menyebutkan namanya.Clara …Begitu William memanggilnya. Adalah cinta dan saying yang bersatu dalam sebuah ikatan pernikahan. Yang William perjuangkan dengan sungguh-sungguh.Clara …Bagian dari napas William. Yang jauh darinya sedetik saja akan William tangisi.William sungguh sebucin itu jika ejekan Chaz masih berlaku yang demikian.Namun … Clara …Satu-satunya wanita yang mempertaruhkan nyawanya demi ketiga buah hatinya hingga Wil
Alaina merenung.Setelah berkutat dengan semua pikiran ruwetnya dan setumpuk masalah yang datangnya berjubel. Akhirnya kata ikhlas dan rela menggaung dengan apik di otaknya. Di dasar kepalanya yang paling dalam. Yang selalu rungsing jika itu berhubungan dengan Austin yang mulai berubah arah. Alaina hanya bergumam; tidak apa.Tidak masalah kalau Austin ingin berhenti sampai di sini.Tidak akan Alaina hentikan bila Austin akan menerima orang baru dan memulai segalanya dari nol.Tiidak apa-apa jika kehadiran Alaina yang selama ini akan hilang secara perlahan.Karena Alaina sudah cukup kuat untuk berdiri sendiri. Alaina sudah cukup tangguh untuk menjadi orangtua rangkap; mama sekaligus papa bagi Mikaela dan Michael. Meski di suatu hari yang akan datang, hadir gunjingan-gunjingan tak mengenakan yang akan membuat mental kedua anaknya terserang. Tidak apa. Akan Alaina lakukan sekuat tenaga bila itu untuk kedua anaknya.Tidak apa-apa. Alaina sudah menyiapkan mentalnya seteguh baja agar bila s
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.Pagi itu, Alaina lepas sejenak kepenatan yang merundung pikirannya. Alaina tak mau berpusing ria dengan dapur dan tetek bengeknya. Jadi, pagi-pagi buta Alaina benar-benar meninggalkan kediamannya. Di saat Austin masih terlelap dan Mikaela serta Michael berada di alam mimpi yang indah.Tujuannya?Alaina belum tahu hendak ke mana. Pikirnya, lepas sejenak untuk semua tekanan stres yang merundungnya. Terkadang, Alaina bisa juga bersikap bodoh. Seperti halnya yang semalam terjadi. Bukankah Tuhan sedang menunjukkan siapa sebenarnya orang-orang yang ada di sekitar kita. Begitu juga yang terjadi pada Austin.Sekeras apa pun Alaina menyangkal, bukankah Austin memang seberengsek itu?Lalu, kenapa Alaina menyangkalnya?Itu lah kenapa Alaina mengatai dirin
Ada yang tahu seperti apa William yang sebenarnya?Selain konvensional yang sempurna, William adalah seseorang dengan tempramen tinggi. Begitu mengetahui perilaku Austin yang menyimpang. Spekulasi-spekulasi tentang Austin bermunculan. Yang terburuk tentunya. Memberi label ‘baik’ untuk seseorang yang sedang khilaf bukanlah tindakan yang bisa semua orang lakukan.Ini jelas-jelas terjadi kesalahpahaman. Namun Austin juga tidak mau menyangkal dan Alaina yang terlalu membawa perasaannya.Aduh, bagaimana ya menjelaskannya secara rinci namun juga padat bahwa itu bukanlah sebuah kesalahan?William tidak habis pikir dengan Austin yang masih duduk tenang menghadap laptop dan mulai melarikan jari-jarinya di atas keyboard. Wajahnya terlampau tenang sampai-sampai William ingin meledakkan dadanya sendiri.Memang, bertengkar bukan artinya tidak dewasa. Itu juga bisa di katakan sebagai tanda bahwa kamu dan pasanganmu adalah normal. Asal tidak teralu sering dan tidak dijadikan sebuah kebiasaan dalam h
Nah, pada akhirnya Alaina menangis sendiri. Melihat Austin yang pulang ke rumah dengan wajah kusut terlihat lelah. Alaina menyesali tindakan bodohnya yang lari-larian kayak bocil seharian ini. Sebagai seorang dewasa, harusnya Alaina menyelesaikan masalahnya. Meluruskan kesalahpahaman yang terjadi bukan malah lari seperti ini.“Kau kenapa?” Austin tidak akan berbohong soal perasaannya yang gelisah. Melihat Alaina menangis seperti ini mengingatkan dirinya akan masa kecilnya dulu. Saat melihat mamanya di sakiti oleh papanya dan menangis diam-diam. “Sayang—““Maaf.” Austin bengong. Telinganya merasa tidak sehat dan ada yang salah mendengar ucapan maaf dari istrinya. “Aku tak seharusnya berlaku seolah-olah kau benar-benar salah. Padahal ada penjelasan yang bisa aku dengarkan.”Lega adalah satu perasaan yang meringankan beban di pundak Austin. Rasa lelahnya satu harian ini berangsur meringan mendengar Alaina mau berbicara dengannya.“Aku juga salah. Tidak seharusnya aku bersikap lembek dan
Bradley boleh saja menyesal. Juga boleh berpikir jika Tuhan sedang menghukumnya. Tapi apa pun itu yang Bradley rasakan, sekali pun ingin meninggal hari ini. Tidak ada yang namanya pengampunan dari seorang William Anderson.Kejam?William tidak menilai dirinya kejam di saat Bradley jauh lebih kejam melebihi iblis. Atau mungkin neraka saja enggan menerima Bradley?“Kau hanya buang-buang waktu dengan memohon.” William menyulut rokok dengan apinya setelah menjepitnya di antara bibir atas dan bawahnya. “Kau bahkan menyita waktuku untuk datang ke sini.”“Aku menyesal.” Bradley tidak pura-pura. Jika tahu tindakannya akan membawa dirinya pada kehancuran. Tidak seharusnya Bradley bertindak sebodoh itu. “Aku benar-benar menyesal.”“Kau berharap aku percaya?” William kepulkan asap rokoknya tepat ke wajah Bradley. “Tidurmu terlalu nyenyak dan mimpimu terlalu tinggi. Kau yang memulai dan untuk apa kau harus menyesal seperti ini?”“Aku minta maaf.”“Ketiga anakku, aku menjaminnya untuk tidak pernah
Di antara banyak hal yang pernah aku temukan, ada satu hal yang sampai saat ini belum sepenuhnya aku benar-benar memahami. Tentang seseorang yang memberi pelukan bukan hanya untuk memberi senang, melainkan rasa tenang.Sejak menemukan dia, aku benci membahas tentang perpisahan, juga kehilangan. Sejak mencintai dia, aku jatuh cinta pad acara semesta yang memberi ruang jatuh cinta dengan cara-cara yang rahasia. Sejak membersamai dia, aku tahu, aku tidak lagi jatuh pada matanya, melainkan juga pada hatinya. Entah bagaimana pun, jika pada akhirnya bukan dia yang menjadi pulangku, tidak sekali pun aku akan menyesal telah mencintainya dengan sebaik ini.Aku bahagia telah menyediakan cinta yang baik, cinta yang tulus, cinta yang jujur, juga cinta yang menerima. Bukankah perasaan terbaik dalam mencintai adalah saat kita berhasil tidak mengharapkan perasaan yang sama yang akan dia berikan pada kita?Dari Lucas, ada kisah menarik darinya tentang cinta. Ada kisah sederhana yang menurut Lucas ada