Share

Penyerangan

Author: Syatizha
last update Last Updated: 2021-08-27 04:48:23

PoV Putri

Sampai kapan Mas Firman bertingkah seperti anak kecil? Sudah hampir satu jam ia masih saja bermain di arena permainan anak-anak. Walaupun yang ia permainkan balapan mobil, tapi tetap saja menjadi pusat perhatian orang-orang.

Padahal sebentar lagi dia mau jadi seorang Ayah. Usia kandunganku sudah sembilan bulan, tubuhku pun jadi mudah lelah. Untung Bi Tumi bersedia menemaniku di rumah, membantu masak, beres-beres rumah sejak kami pindah rumah. Kalau saja, Mas Firman tidak menangis meraung-raung ingin ke sini, tentu saja aku malas mengantarnya.

Tak lama handphone berdering. Kak Silvi?

“Hallo, Kak?”

“Kamu lagi di mana, Put?”

“Mall. Ini Mas Firman pengen maen di Time Zone. Kenapa Kak?”

“Pulang sekarang! Ratih Herlina kabur dari penjara!” Mengerutkan kening, tak percaya dengan apa yang baru saja aku

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Isabella
dasar gila. kasihan putri dan firman
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Tertangkap Lagi

    PoV AbangDion pergi ke tempat pengepungan kontrakan Herlina. Sementara aku dan Pak Supri berjaga-jaga di rumah. Khawatir kalau Herlina mengetahui lokasinya sudah dikepung oleh polisi, dan lagi – lagi ia melarikan diri.Ibu sudah beristirahat di kamar tamu. Mama Dahlia, Syifa dan Silvi duduk di ruang televisi. Sedari tadi, Silvi menelepon Putri, adiknya yang menikah dengan Firman. Firman tiada lain anak tunggal Herlina. Kemungkinan Herlina menemui Firman sangatlah besar. Mending kalau kedatangan Herlina menemui Firman hanya melepas rindu, bagaimana kalau kedatangan Herlina ke rumah Firman justru ingin membunuh anak dan menantunya? Apalagi menurut cerita Putri, Herlina pernah memberi racun pada segelas air susu yang ingin diteguk oleh Firman. Untung saja ketika itu diketahui oleh Putri, hingga Firman tak lantas meminumnya.Kini, aku dan Ayu masih duduk di sofa ruang tamu. Ayu memijat pundakku.&

    Last Updated : 2021-08-27
  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Kondisi

    PoV AbangTubuhku kembali melorot, duduk memeluk kedua lutut. Pengakuan Herlina soal kematian Ayah kembali terngiang. Sedari dulu, aku dan Bunda tidak pernah menduga, kalau Ayah meninggal karena dibunuh bukan karena kecelakaan semata.Air mataku kembali mengalir, Teringat sosok Ayah. Ayah yang selalu menjadi kebanggaanku, Ayah yang kujadikan contoh, Ayah yang menasehatiku agar selalu menjadi lelaki yang bertanggung jawab dan berkomitmen.‘Ayah ... Dendi kangeeen ....’ Aku terus membathin. Hati ini terasa diiris sembilu mendengar pengakuan Herlina tentang pembunuhan terhadap Ayahku. Ia sungguh licik, membunuh seseorang dengan kedok kecelakaan.“Mas Dendi ... saya mengerti apa yang Mas alami sekarang. Tapi, Mas Dendi harus ingat, yang sudah terjadi tidak bisa kembali terulang. Apalagi orang yang sudah meninggal. Kasihan almarhum, kalau ada orang yang belum mengikhlaskannya. Maaf

    Last Updated : 2021-08-27
  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Keguguran

    PoV AbangAlhamdulillah Putri dan Firman sudah sadarkan diri. Mereka sudah dipindahkan di ruang rawat inap. Aku, Dion, dan Pak Supri menemui Firman. Sementara yang lainnya ke ruangan Putri. Kasihan Firman, sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Herlina yang dijadikan tempatnya berlindung justru ingin melenyapkan nyawanya. Sekarang Cuma Putri dan keluarga yang dapat menemani lelaki yang kadang bersikap selayak anak kecil, kadang bersikap dewasa.Membuka pintu ruangan, Firman menoleh. Perban melilit kepalanya, juga selang infus masih terpasang. Kondisi Firman lebih baik ketimbang keadaan Putri.“Sukurlah lo udah sadar. Masih ada yang sakit?” Dion memulai pembicaraan. Aku dan Pak Supri berdiri tak jauh darinya.“Sedikit. Cuma kepala aja masih pusing.”Kalau dilihat cara dia berbicara, Firman sekarang sedang berada di sikap dewasa.“Gak apa-apa, nant

    Last Updated : 2021-08-27
  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Perubahan Diri

    PoV PutriHari ini, aku dan Mas Firman sudah diperbolehkan pulang. Mama dan Pak Supri membantu kami berkemas.Karena ruanganku dan Mas Firman bersebelahan, mudah bagi Mama atau Pak Supri membantu.Kami sudah berada di dalam mobilAku dan Mas Firman duduk di bangku belakang kemudi, sementara yang menyetir Pak Supri, di sebelahnya duduk Mama.“Ma, kalau Mama mau, Mama sama Syifa tinggal di rumah kami aja. Gak perlu ngontrak lagi.” Usulan Mas Firman membuatku terhenyak. Tak menyangka ia punya pemikiran seperti itu. Memang, semenjak kepalanya dipukul Vas Bunga oleh tante Ratih, aku merasa sikapnya berbeda. Sudah lima hari di rumah sakit, dia tidak pernah lagi bersikap seperti anak kecil.Mama dan Pak Supri saling adu tatap. Barang kali Mama meminta persetujuan Pak Supri.“Hm ... gimana ya, Nak. Mama ... takut merepotkan.”“Gaklah, Ma ... jus

    Last Updated : 2021-08-27
  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Hancurnya Persahabatan

    PoV Sabrina“Rina! Ngapain pegang-pegang hape gue?? Siniin!!” Keluar dari toilet, Cindy tergesa-gesa menghampiriku.Sedikit pun tidak terkejut dengan ekspresi Cindy. Sikapnya yang seperti ini sudah kuduga sebelumnya. Ia merampas paksa handphone dari tanganku.Aku berdiri, bersidekap di depannya. Cindy memasukkan handphone ke dalam tas.“Napa lo?” Cindy bertanya sinis. Tanpa basa-basi aku balik tanya.“Kenapa kontak bokap gue lo kasih nama ‘Om Sayang???” kedua bola mata Cindy membulat. Jelas sekali dia terkejut. Aku curiga, kalau Cindy dan Papa punya hubungan khusus.“Lo ngomong apaan sih? Gak ngerti gue. Dahlah gue mau balik ke kantor!” Kutarik lengannya, mencegah langkah kaki Cindy.“Jangan pura-pura b*go!! Lo tinggal jawab, kenapa kontak Papa gue, dikasih nama Om Sayang???!!” Sudah pus

    Last Updated : 2021-08-27
  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Kehilangan

    PoV CindySahabat tidak tahu terima kasih! Sudah ditemenin, malah kayak gini balasannya. Cuma karena aku menjalin hubungan dengan Papanya, dia sampe marah besar! Harusnya Rina berterima kasih padaku, sudah membuat Om Rahmat bahagia. Bahagia lahir bathin. Ini malah mencak-mencak.Duh perih sekali pipiku gara-gara ditampar Sabrina. Dia bilang aku j*lang? Cih sok suci! Padahal dulu dia juga gak lebih dari J*lang. Free sex, narkoba, bunting dua kali. Sekarang tingkahnya sok kayak bidadari yang suci. Yang tidak pernah melakukan dosa. Aiihh amit-amit jabang bayi, jangan sampe ya Nak kamu kayak Kakak Tiri kamu itu. Kuusap perut berulang kali.Masuk ke dalam mobil, meninggalkan kontrakan kecil Sabrina.Sepanjang jalan, pikiranku tak bisa fokus. Kejadian beberapa menit lalu masih saja terbayang. Seumur hidup, baru kali ini ada yang berani menamparku. Orang tuaku saja tidak pernah menampar, lah ini! Calon anak tiri!! Lihat

    Last Updated : 2021-08-27
  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Terkuak

    PoV SabrinaAku harus menemui Papa. Meminta kejelasan tentang hubungannya dengan Cindy. Kalau Papa mengakui, sebisa mungkin, aku harus membujuk Papa agar mengakhiri hubungannya dengan bekas sahabatku itu. Biar bagaimana pun, aku tidak mau Papa Mama bercerai. Apalagi sampai Mama mengetahui perselingkuhan Papa.Pantas saja Cindy hidupnya bergelimang harta, berpenampilan modis seperti dahulu, sebelum Papanya dibui. Ternyata menjadi simpanan Om-Om. Sahabat pekhianat!! Entah sudah berapa lama hubungan terlarang itu terjalin.Beranjak ke toilet, membasuh muka, memakai make up tipis, lalu keluar rumah, menunggu taksi yang sudah kupesan.Kendaraan beroda empat itu pun datang, masuk ke dalam, kemudian melaju ke alamat yang sudah aku beritahukan pada Pak Supir.Setibanya di rumah Papa, setelah membayar ongkos taksi, bergegas masuk. Mencari sosok Papa.“Pa ... Papa!!&rdqu

    Last Updated : 2021-08-27
  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Kartu AS

    PoV AyuSekitar sepuluh menit kepergian Pak Boris, Silvi kembali ke butik. Dia langsung memelukku.“Ya Allah, Yu ... untung lo punya ide berlian. Gue hampir aja bilang karyawan di sini. Makasih ya udah nolongin gue.” Aku tersenyum. Melepaskan pelukan. Wajah Silvi masih terlihat cemas.“Iya sama-sama.”“Mira, makasih. Kamu juga udah bantu aku. Langsung paham diajak kerja sama.”“Awalnya Mira gak ngerti, Mbak. Tapi pas lihat sikap bapak-bapak itu yang kelihatan kasar, Mira jadi ikutin permainan Mbak Ayu. Hehehe.”Lagi, Silvi memelukku dan Mira bergantian.“Pokoknya makasih banget.”***Tiba di rumah, pukul empat sore. Langsung membersihkan diri, menyambut kepulangan suami.Setelahnya, keluar kamar, menuju dapur untuk menemui Bi Sumi.“Mbak Ayu, mau

    Last Updated : 2021-08-27

Latest chapter

  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Melahirkan

    PoV Abang Setelah acara peresmian selesai, aku segera meninggalkan tempat acara. Ingin cepat-cepat menemui Ayu. Tadi Bunda menelepon, katanya Ayu sudah dibawa ke rumah sakit. Dokter bilang, Ayu sudah mulai pembukaan dua. “Bang, tunggu!” seru Sabrina yang memang ikut datang bersama Sudira. Aku menghentikkan langkah, membalikkan badan. Sabrina dan Dira mendekati. “Ada apa?” sabrina mengatur napas. “Papa gimana kabarnya?” Aku menghela napas. “Udah nemuin belum?” Aku balik tanya. Kali ini Sabrina harus mau menemui Papanya. Kasihan Om Rahmat, kesepian. Aku tidak akan membiarkan salah satu amggota keluarga hidup sebatang kara lagi. Sabrina menggeleng. “Kamu temui dulu. Sorry, gue lagi buru-buru.” Aku melanjutkan langkah dengan cepat menuju parkiran. tapi pasangan itu terus mengikuti. “Bang, aku serius. Papa gimana keadaannya?” Sabrina berusaha mensejajarkan langkah. “Nanti aku kirim alamat apartemennya.” Ucapku masuk ke dalam mobil. “Ada apa sih buru-buru?” Rina tidak sabaran. “Ay

  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Peresmian dan Persalinan

    PoV Abang“Om gak nyangka secepat ini ditinggalkan Cindy. Padahal Om mulai yakin, kalau dia benar-benar sayang Om. Tidak hanya menginginkan uang Om.” Tutur Om Rahmat di tengah isak tangisnya. Aku menghela napas sebelum menanggapi.“Jodoh, rejeki, kematian, itu semua rahasia Tuhan. Om harus sabar dan ikhlas, biar Cindy tenang di sana.” Kucoba menghibur Papanya Sabrina. Ia terlihat sedih sekali. Kepalanya merunduk. Sesekali menyeka cairan yang keluar dari hidung dan mata. Aku tahu bagaimana rasanya kehilangan orang yang kita sayangi. Saat kehilangan Ayah, berbulan-bulan kehilangan gairah hidup. Murung di kamar, enggan berbicara, bahkan kebiasaanku menjahili Ayu pun hilang dalam beberapa waktu.“Iya, Den. Om akan berusaha untuk ikhlas. Terima kasih.”Aku melongok ke atas, melihat keadaan apartemen yang sebagiannya sudah hangus terbakar. Api sudah tidak lagi berkobar.&

  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Kebakaran

    PoV Abang Pukul delapan pagi, tiba di kantor. Bertepatan dengan kedatangan Dion. Kami bertemu di area parkir. “Dira udah datang dari jam tujuh katanya,” ujar Dion mensejajari langkahku. “Wah tumben? Ada apa?” “Ada yang mau dibicarain soal perumahan itu. Dia mau langsung ke sana hari ini.” Saat melewati lobby, terlihat Dira sedang berbincang dengan seorang wanita. Aku dan Dion menghampiri Dira seketika pembicaraan mereka terhenti. “Pagi, Pak Dendi, Pak Dion.” Sapa Dira berdiri. Wanita di sampingnya membuang muka, menyeka air mata. “Pagi. Eh, bukannya itu Rina ya?” tanyaku melongok wanita yang kini berdiri di samping Dira. “Iya, Bang. Aku Rina,” sahut anak kedua Om Rahmat. “Ya udah, Ayo kita naik ke atas.” Ajakku pada mereka. Dion sudah lebih dahulu naik ke atas. Mungkin mempersiapkan beberapa berkas terkait proyek perumahan yang ditangani Dira. “Aku nunggu di sini aja,” ucap Rina. “Kamu ikut. Ada yang mau saya bicarakan.” Kataku berjalan lebih dulu dari Sabrina dan Sudira. M

  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Bidadari Dalam Mimpi

    PoV BundaAku hanya menghela napas. Bingung, harus bersikap bagaimana. Kakak kandungku menikah dengan wanita yang pernah dekat dengan Mas Bram. Haruskah berdiam diri, membiarkan Bang Yadi dikuras uangnya perlahan-lahan?“Riana, aku berani sumpah. Aku tidak pernah lagi menghubungi dia. Aku juga gak tahu, kalau dokter punya hubungan dengannya? Riana aku minta maaf.” Menoleh, menatap kedua netra laki-laki yang telah bertahun-tahun aku cintai. Kupaksakan bibir ini untuk tersenyum.“Aku percaya sama kamu, Mas.” Mas Bram terlihat lega. Ia menggenggam telapak tanganku lalu mengecupnya berkali-kali.“Aku janji! Gak akan mendekati wanita lain lagi. Apalagi mendekati Cindy atau Sari. Tidak akan, Riana!”“Sari? Maksud Mas apa?” Aku heran, kenapa Mas Bram menyebut nama Sari? Sikap suamiku salah tingkah kembali. Ia sekarang tampak gusar. Melepas

  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Perubahan Dokter Rahmat

    PoV BundaTak kusangka, dokter Rahmat yang tak lain adalah Kakak kandungku bertandang ke rumah lagi. Mas Bram yang kebetulan sedang ada di rumah menyambutnya cukup ramah, seolah kejadian malam tempo hari itu tidak terjadi. Bang Yadi dan Mas Bram duduk di kursi teras, mereka berbincang seolah tidak terjadi apa-apa. Aku ke dalam membawa dua cangkir kopi, menyuguhkannya pada suamiku dan Bang Yadi.“Jadi, kau juga sudah menemui Ibu?”Degh!Pertanyaan Mas Bram yang dilontarkan untuk Bang Yadi membuatku tersentak. Maksud Mas Bram Ibu siapa ya? Aku menarik kursi satunya, duduk di sebelah Mas Bram.“Sudah. Aku yakin, kalau beliau memang wanita yang telah melahirkanku dan Tari.”Jawaban Bang Yadi membuatku salah tingkah. Mas Bram dan Bang Yadi sudah bertemu dengan wanita itu, dan mereka sangat yakin kalau wanita yang tinggal di rumah Dendi adalah Ibuku dan B

  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Pemakaman

    PoV Abang“On, telepon Pak Heru. Kita nunggu di rumah Firman aja. Sekalian bilang ke Pak Heru, jenazah Herlina langsung urus di sana. Dari mulai dimandiin, dikafanin, dan juga dishalatin. Biar nanti di daerah kediaman Firman, kita persiapkan pemakamannya aja.” Kataku sambil menyetir.“Oke.” Dion langsung menghubungi komandan Heru Rudhiat.Sekian menit Dion berbicara dengan Komandan Heru. Sesekali aku menoleh, memastikan segala yang aku usulkan disanggupi.“Gimana, On?” tanyaku, begitu Dion mengakhiri sambungan telepon.“Iya. Jenazah Herlina diurus di sana. Tadi Pak Heru bilang, jam dua siang, Herlina dibawa ke rumah sakit. Sempat mengalami perawatan. Nah jam tiga, dia meninggal.”“Oh begitu. Sekarang udah dikafani belum?”“Tadi katanya lagi dimandiin sama pihak pemandi mayat rumah sakit

  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Kabar Duka

    PoV AbangSetelah dua hari istirahat di rumah, akhirnya aku bisa keluar juga. Menghadiri acara pernikahan Mama Dahlia dan Pak Supriyatna. Acaranya dilaksanakan di kediaman baru Pak Supriyatna yang berlokasi tidak jauh dari rumah Ibu.“Kalau kata Ibu, Pak Supri sengaja beli rumah dekat rumah Ibu supaya Mama Dahlia ada temannya. Udah gitu kan, ibu sama Mama Dahlia lagi produksi usaha kue kering.” Jelas Ayu saat aku bertanya alasan Pak Supri membeli rumah di daerah situ.Tidak hanya aku dan Ayu yang datang di acara pernikahan orang tua Silvi itu, Nenek, Bi Sumi dan Bang Parto pun ikut datang.Setelah semuanya siap, kami meluncur ke lokasi acara tersebut. Bang Parto yang mengemudikan mobil.Tidak memerlukan waktu lama, kami telah sampai di tempat. Suasana sudah mulai ramai. Aku memapah dan memperkenalkan Nenek pada Ibu dan yang lainnya. Alhamdulillah mereka menerima dan percaya kalau N

  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Dion Mengingatkan

    PoV AbangAku membiarkan Nenek dan Om Rahmat hanyut dalam isak tangis kerinduan. Meninggalkan mereka dan Masuk ke dalam kamar, air mataku turut mengalir. Ayu yang sedang berselonjor di atas pembaringan terhenyak.“Bang, Abang kenapa?” Bergegas Ayu menghampiriku, duduk di tepi ranjang. Menyeka air mata.“Om Rahmat mengakui Nenek sebagai Ibunya?” Aku menoleh, menganggukkan kepala.“Alhamdulillah ....” Ayu memeluk pinggangku. Aku membelai kepalanya, mengecup cukup lama.“Abang terharu ya?”“Iya. Tapi sayang, Abang gagal bikin Bunda mau menemui Nenek.” Ayu mengembuskan napas. Mengusap punggung tanganku.“Gak apa-apa. Insya Allah, Bunda juga sebentar lagi mau mengakui Nenek.”“Sebentar lagi kan, Ayu mau lahiran. Abang pengen semua keluarga berkum

  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Ibu

    PoV dokter RahmatApa benar begitu? Perasaan sayang yang aku rasakan pada Tari, karena kami ada hubungan darah?Memang, kerap kali Tari merasa tersakiti, hatiku ikut tersakiti. Melihatnya bahagia, hatiku pun ikut bahagia. Apalagi jika mengingat kejadian malam itu. Di mana sebelumnya kami tertawa bersama, namun sikap kasar yang dilakukan oleh Bram terhadap Tari membuatku sangat amat marah.“Om, kalau ingin mendengar cerita lebih jelasnya, Om bisa ikut saya untuk ketemu Nenek. Kasihan Nenek, Om. Apakah Om tidak merindukan sosok wanita yang telah mengandung dan melahirkan Om?”“Kau ... telah bertemu dengan dia?” Bergetar aku melempar tanya.“Iya.”“Apa kau yakin, kalau dia wanita yang telah melahirkan Om dan Bundamu?”“Yakin. Walaupun kami belum melakukan tes DNA, tapi saya yakin kalau be

DMCA.com Protection Status