LEYNA POV Aku menariknya. Aku tak ingin mati sendirian di kehidupan ini. Tetapi aku lupa, kenyataan jika Olivia adalah perenang yang handal membuatku kesal. Bahkan, saat kami berdua sudah tenggelam di dalam air, ia dengan handalnya melepas peganganku. Berenang ke atas dan meninggalkanku sendirian, meninggalkanku yang dengan perlahan mulai menjauh dari permukaan. Dari sini, aku dapat melihat Olivia berpura – pura tenggelam. Aku juga dapat melihat Edric yang menggapainya. Tak tahu, aku ingin hidup dan berusaha menggapai permukaan tetapi tak bisa menggerakan tubuhku sama sekali. Di sela – sela penglihatanku yang mulai memburam, aku dapat melihat lampu sorot yang kuduga digunakan untuk mencariku. Sebelum mataku benar – benar menutup dan dadaku kian sesak, netraku menangkap siluet pria yang datang menggapai tanganku. Siapapun itu, selamatkan aku. Bantu aku hidup lebih lama di dunia ini. NORMAL POV Xavier yang menemukan Leyna semakin tenggelam, segera berenang ke arahnya. Jantungnya sud
Leyna terbaring di atas ranjang dengan pakaian yang sudah hangat. Wajahnya juga sudah mulai normal kembali, tak seperti tadi yang pucat dengan bibir yang membiru. "Dia sudah perlahan pulih. Dia akan sadar beberapa saat lagi. Mungkin, ia nanti sedikit syok karena memori tenggelam tadi," ucap Eddy, sang Dokter yang memang dipersiapkan untuk acara ini.Xavier hanya mengangguk sebagai respon. Ia terus menatap Leyna yang masih terlihat lemah. Ia sangat mengkhawatirkan perempuan itu."Terima kasih," jawabnya yang membuat Eddy harus segera meninggalkan ruangan itu.Xavier mengambil tempat dan duduk di sebelah ranjang. ia meraih tangan lentik Leyna seraya menggenggamnya erat. "Bangunlah, Ley," lirihnya.Meskipun tangan yang ia genggam saat ini sudah tak sedingin yang tadi, Ia akan tetap khawatir sampai Leyna benar - benar membuka matanya.Sepertinya doa Xavier terkabulkan. Jari – jari Leyna degan sangat pelan bergerak. Suara lenguhan juga terdengar dari bibir Leyna.“Ley?” tanya Xavier memas
“Sayang, aku akan pulang dengan Olivia, ya? Aku ingin menemaninya,” izin Maya kepada Logan selepas acara pertunangan selesai. Logan mengangguk dan mempersilahkan istrinya itu pergi menuju mobil Olivia. Logan terus menatap punggung istrinya itu sampai tak kelihatan dengan tatapan yang datar. Maya yang kini sudah berada di mobil Olivia, segera mengeluarkan segala kalimat yang sedari tadi ingin ia lontarkan. “Apa kau gila?! Kenapa kau mendorong Leyna ke laut?! Apa yang kau pikirklan, Olivia!” geramnya sambil mengguncangkan bahu anaknya itu. Ia tak peduli dengan sopir yang ada di depan. Karena sopir itu juga sudah mengerti tentang watak mereka. Sopir itu adalah orang kepercayaan Maya dan Olivia. “Aku hanya kesal, Ma! Dia menghinaku!” sungut Olivia tak terima. Maya yang mendengar itu memijat pelipisnya, pusing dengan jalan pikiran anaknya yang terkesan ceroboh itu. “Lalu, apakah kau tahu konsekuensinya? Kau sudah memperhitungkannya, huh?!” Olivia yang mendengar itu hanya terdiam. Ia
Manston’s Mansion Lagi – lagi suara yang muncul dari kotak bersinar itu membahas seputar Leyna Manston dan Olivia Manston. Tepatnya pada kejadian malam pertunangan kemarin. “...Miss. O yang diketahui merupakan adik tiri dari Miss. L dengan sengaja mendorong Miss. L ke dalam laut. Dalam kejadian, Miss. O juga ikut tenggelam karena tarikan dari Miss. L. Beruntung keduanya dapat diselamatkan. Namun, para saksi yang melihat kejadian mengatakan jika Miss. L hampir saja merenggang nyawa di tempat. Untuk alasan Miss. O melakukan hal buruk itu masih tidak diketahui dan dalam proses penyelidikan.” Olivia yang saat ini berada di ruang tengah bersama Logan dan Maya hanya bisa terdiam dalam ketakutannya setelah mendengar kata ‘Penyelidikan’ “Apa aku akan dipenjara? Tidak, tidak boleh,” ujarnya dalam hati dengan penuh kekalutan. Ia juga takut melihat ekspresi Logan yang kini sudah mengeras. Sedangkan Maya, ibunya itu juga menatapnya prihatin. Maya sudah melakukan yang terbaik agar tidak ada ar
Leyna menekuk alisnya, bingung dengan tempat di sekelilingnya. Tiba – tiba saja ia berada di atas ranjang besar di dalam kamar yang juga tak kalah megah. Suasana yang ia rasakan ini juga terasa aneh. Samar – samar ia mendengar suara pria di balik pintu. Leyna yang penasaran, perlahan mendekat, tanpa menimbulkan setitik suara, dan mengintip dari celah pintu yang ia buat dengan penuh kehati – hatian. Pria itu memiliki postur tubuh yang kekar dan tinggi. Leyna merasa familiar dengan postur tubuh itu. “Dia bersamaku sekarang.” “Lalu bagaimana? Aku tak bisa melakukannya!” Pria itu terlihat frustasi. Terbukti dengan suaranya yang meninggi. “Dia lemah, aku tak bisa melakukannya. Akan kutungu dia hingga sadar. Aku berjanji akan melakukan apapun yang kau suruh,” ujar Pria itu pada pihak seberang. Leyna tak menangkap maksud pembicaraan mereka. Yang pasti, di leher belakang Pria itu terdapat tato bergambar busur dan panah yang mengarah ke atas. Setelah itu, tak ada lagi yang dapat ia lakukan
Leyna kali ini sudah kembali tinggal di apartemennya sendiri. Ia masih sungkan bila menetap terlalu lama di kediaman Evanthe, milik pamannya. Lagi pula ia juga butuh waktu sendirian agar lebih leluasa untuk menyiapkan wisudanya nanti. Saat ini, Leyna tengah duduk di sofa empuknya. Memandang beragam jenis tumbuhan yang baru saja ia beli untuk dekorasi rumahnya. Ia ingin menyegarkan pandangannya di dalam apartemen yang sangat monoton itu. Saat ia akan menyeruput secangkir teh jasmine yang ia genggam, getaran di ponselnya mengalihkan perhatiannya. Leyna meletakkan cangkir estetik itu dan meraih poselnya untuk melihat isi dari notifikasi tadi. Big City Mall, Gacca Shop, 10:00 AM Leyna memandang arah jamnya yang menunjukkan pukul sembilan. Masih ada waktu untuk pergi ke sana. “Baiklah, mari kita bersiap.” ujarnya pada diri sendiri seraya bangkit dan mempersiapkan segalanya. *** “Tolong ambilkan aku sepatu yang terbaik di sini!” pinta Olivia pada penjaga Fashion store itu. Ia dengan an
Acara wisuda kampus Columbia University itu berjalan dengan khidmat. Seperti biasa, wisuda diadakan di ruangan terbuka yang sudah terisi dengan ribuan wisudawan di sana. Setelah acara pembukaan yang diisi sambutan dari rektor, penampilan – penampilan menarik, kini pengumuman wisudawan berprestasi akan diumumkan.Dalam ingatannya, Leyna termasuk ke dalam kategori itu. Ia dipanggil sebagai tiga besar wisudawan berprestasi berdasarkan banyaknya penghargaan yang ia dapat dulu. Di posisi sepuluh besar, Olivia menyusul. Adik tirinya itu juga cukup berprestasi. Sayang, sifatnya tak mencerminkan itu semua.“Wisudawan berprestasi kesepuluh, Olivia Ailee Manston.” Nama itu diucapkan dengan lantangnya. Suara tepukan tangan juga ikut meramaikan. Kamera menyorot Olivia yang dengan bangganya menampilkan senyuman terbaiknya. Olivia berjalan dengan penuh percaya diri. Percayalah, jika kau tak mengetahui sikap busuk Olivia, pasti akan mengakui kesempurnaan yang dimiliki perempuan itu.Leyna hanya du
“Wisudawan terbaik ketiga, Leyna Reese Manston.” Akhirnya, nama itu terucapkan juga. Leyna berdiri dengan senyum anggunnya. Berjalan dengan penuh keeleganan dengan sorakan yang sangat meriah. Entah bagaimana juga tangkai bunga mawar saling berterbangan menghujani Leyna seiring langkahnya menuju ke panggung. Leyna tersenyum lebar, terkesima dengan hujan bunga yang ia dapat. Padahal, tadi tak ada sambutan seperti itu untuk wisudawan berprestasi lainnya. Semua berjalan lancar hingga ia menerima penghargaan di atas panggung. Tak seperti Olivia yang sangat setia dengan wajah kusutnya.***“Leyna!” panggil Reynand seraya melambaikan tangannya saat melihat keponakannya dari jauh.Leyna yang mengetahui keberadaan pamannya itu kemudian berlalri kecil untuk menghampirinya. “Paman!” pekiknya seraya menghamburkan pelukan kepada Reynand.“Oh, dear. Kau memang luar biasa. Lihatlah apa yang kau bawa ini?!” Reynand tersenyum bangga pada pencapaian Leyna. Bahkan, ia sudah seperti orang tua Leyna saja.
Aku, Leyna Manston. Ralat, Leyna Miller. Percaya atau tidak, keajaiban itu ada. Seperti halnya dengan apa yang telah aku alami ini. Aku diberi kesempatan hidup kedua, setelah di kehidupan pertamaku meninggal dengan kisah yang memilukan.Sungguh, Tuhan memang sangat baik. Ah, dan ya. Di sini, aku dapat memperbaiki setiap kesalahan dan kesalahpahamanku di masa lalu. Orang yang awalnya kukira jahat, ternyata baik. Begitupun juga sebaliknya. Sungguh, jika kalian tak melihat sendiri sifat dan sikap seseorang, jangan pernah percaya dengan omongan orang lain! Karena jika kalian salah judge, penyesalan akan datang di akhir, dan itu menyakitkan. Ah, iya. Di sini, aku juga lebih dekat dengan ayahku. Aku jadi tahu bahwa ayah yang selama ini kukira tak menyayangiku ternyata sangat perhatian. Aku bersyukur dapat memiliki momen-momen indah bersamanya. Meskipun di sini juga sempat ada kesalahpahaman, tetapi itu semua sudah terselesaikan. Paman Reynand, Kak Roy, dan Bibi juga sangat membantuku di sini
Akhirnya, setelah melalui tiga jam berdiri di altar pernikahan, kini pasangan pengantin baru itu berada di kamar Xavier, yang sudah didesain sedemikian rupa untuk pengantin baru. Kamar bernuansa abu-abu itu hanya diterangi cahaya dari beberapa lilin aromaterapi dan lampu tidur saja. Tak lupa, kelopak mawar yang membentuk love turut dihadirkan pula di atas ranjang itu.Leyna yang baru selesai mandi terkekeh geli melihat dekorasinya. Mengingat, ia dan Xavier sudah melalui malam pengantin itu terlebih dahulu, bahkan, berhasil menghadirkan malaikat kecil di perutnya saat ini. Lantas, ia memilih duduk di pinggir ranjang, dengan piyama bercorak lily ungu yang menempel di tubuhnya. Dengan kondisi yang sama, namun orang yang berbeda, Leyna jadi teringat kisahnya di kehidupan pertama. Di mana ia harus menunggu Edric, yang ternyata malah selingkuh dengan Olivia.“Ley..” ucap Xavier yang baru saja keluar dari kamar mandi dan masih setia mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.“Hm?”Melihat L
Terhitung sudah tiga hari sejak penyerangan itu berlalu. Hari ini pula acara besar dan bahagia terjadi di sebuah gedung mewah bernuansa yunani. Pernikahan antara Leyna Manston dan Xavier Miller pada akhirnya dimajukan karena beberapa hal. Banyak kejadian yang mewarnai selang tiga hari itu, termasuk Olivia yang berakhir bunuh diri di ruang apartemennya. Dari hasil rekaman cctv, ternyata wanita itu menyimpan satu botol kecil yang berisi cairan beracun, yang awalnya ia niatkan untuk diberikan pada Leyna. Namunsayang, itu malah menjadi boomerang-nya sendiri. Tentu, berita bunuh diri itu menyebar dan mengejutkan publik. Mengingat dalam kabar kematiannya diselingi berita terkait penyerangan dan percobaan pembunuhan yang ia lakukan pada Leyna di kediaman Manston.“Kau sangat cantik, Nak.” Puji Logan yang menatap putrinya dengan mata yang berlinang.“Dan orang di hadapanmu ini adalah putrimu, Ayah.” Jawab Leyna dengan terkekeh. Mencoba untuk mecairkan suasana agar ayahnya tidak terus berlinan
Olivia berhasil masuk ke dalam apartemen miliknya dengan selamat. Satu-satunya tempat yang membuat ia merasa nyaman dan aman untuk sekarang ini. Walapun memang, di sepanjang langkah yang ia ambil tadi mengundang lirikan atau bisik-bisik dari orang-orang.Dengan sedikit tergesa, Olivia menekan kata sandi pintu itu. Dan terbuka, dengan kegelapan yang menjadi sosok pertama yang menyambut dirinya. Seperti biasa, saat ia pergi, ia lebih suka mematikan saklar lampu miliknya. Dan perlu diketahui, ia memakai tombol manual, bukan otomatis ataupun menggunakan AI. Hal ini karena apartemen yang ia pijaki saat ini sebenarnya hanyalah apartmen pelarian semata selepas kedua orang terpenting dari hidupnya meninggalkannya dengan banyak beban.Pintu apartemen itu segera ia tutup dan kunci. Olivia meminimalisir resiko adanya penyusup nantinya. Lampu yang mati itu, ia nyalakan. Niatnya, ia ingin segera berkemas dan pergi ke bandara untuk kabur sejauh mungkin dari sana. Namun, pemandangan pertama kali yan
“Kau luar biasa, Ley. Aku kagum dan bersyukur dirimu baik-baik saja,” gumam Xavier di tengah pelukannya dengan Leyna. Tangannya tak pernah absen untuk membelai surai Leyna dengan penuh kasih sayang.“Aku belajar banyak darimu, Xav. Thanks a lot.” ujarLeyna dengan senyum menawan.“Apa yang akan kaulakukan dengannya? Kurasa, sudah saatnya kau melakukan pembalasanmu terhadapnya.” tanya Xavier tanpa mengalihkan pandangannnya sedikitpun dari wajah wanitanya itu.Benar, pembalasan Leyna pada Olivia masih belum maksimal. Jujur saja, awalnya, Leyna berniat ingin menyudahi semua ini. Namun, melihat Olivia yang masih berbuat nekat, ia rasa kali ini harus tegas dalam bertindak.“Buat dia melakukan sesuatu yang pernah ia rencanakan untukku di hotel itu. Selanjutnya, biarkan publik yang bertindak.” ucap Leyna yang lansung dipahami oleh Xavier. Dengan derakan tangan saja, Xavier memerintahkan anak buahnya untuk membawa Olivia yang sedang tak sadarkan diri.“Setelah itu?”Leyna teringat kala ia yang
LEYNA POVSungguh, aku memang sangat terkejut dengan kehadiran Olivia yang tak terduga. Rasa heran merasuki pikiranku, mencoba mencari jawaban bagaimana wanita ini dapat masuk ke kamar milikku dengan begitu mudah? Ah, kurasa kericuhan di depan tadi merupakan pengecoh saja.Gelas di taganku sengaja kujatuhkan. Begitupun dengan poci yang berisi air itu. Aku pura-pura terhuyung agar dapat memecahkan semua wadah air minum di sini. Bagaimana bila Olivia dengan segala pikiran liciknya ternyata mencampur sesuatu di air minum iitu? Tentu, aku tak mau mengambil risiko, apalagi dengan diriku yang kini tengah bebradan dua.“Bagaimana caramu bisa masuk?” tanyaku dengan raut wajah heranOlivia tampak menatapku dengan remeh. Mungkin, dia menilai pertanyaan itu sebagai pertanyaan yang tak perlu. Tak mau tahu, aku hanya penasaran dan ingin mengulur waktu saja sampai Xavier atau seseorang sadar akan penyerangan ini.“Meskipun kau pemilik rumah ini, ingatlah, aku tinggal di sini setiap hari dan lebih l
Leyna rasa, ia baru dapat memahami definisi dari badai tenang sebelum ombak ganas menerjang. Seperti saat ini, baru saja beberapa menit yang lalu ia mengira hidupnya di kehidupan ini sudah bisa berjalan dengan damai dan tenang. Namun, pemikiran itu tercoreng berkat kericuhan yang saat ini sedang melanda kediamannya. Suara bising tiba-tiba saja terdengar dari arah depan, tepatnya di halaman mansion kediaman Manston. Leyna yang awalnya ingin bertanya dan berbicara pada Xavier mengurungkan niatnya, lantaran mimik pria itu sudah menunjukkan kewaspadaan dan khawatir secara bersamaan. Jangan tanyakan bagaimana perasaan Leyna saat ini, rasa takutnya berkali-kali lipat. Tetapi, ia ingin tetap bersikap tenang seraya berhati-hati dalam bertindak. Ia tidak mau dirinya malah menjadi beban untuk pria di depannya dan penjaga di kediamannya.Xavier tampak menekan nomor di ponselnya, berusaha memanggil sang empu yang dapat Leyna ketahui itu Liam. “Sial! Apa yang sebenarnya terjadi?!” umpat Xavier ya
Satu pekan kemudian Kaki Leyna saat ini tengah berpijak di kediaman Manston, lagi. Ia memutuskan untuk kembali tinggal bersama ayahnya, menemaninya, dan menghabiskan waktu yang sebelumnya tak dapat mereka ukir bersama. Setelah sekian banyak kejadian yang terjadi, ia tahu ayahnya ini sebenarnya sangat menyayanginya. Entah di kehidupan sebelumnya sama seperti ini atau tidak, tetapi dari sumber kepercayaan Leyna, Logan hanyalah berkamuflase untuk mencari bukti kematian Bellinda dan selama ini tetap memantaunya dari kejauhan. Selama ini, ia menunggu ayahnya mengatakan kebenaran itu sendiri, namun mungkin untuk sekarang, itu tak perlu. Leyna merasa cukup dan bahagia, kehidupan keduanya ini berjalan dengan ending yang bahagia. “Nak, Xavier kapan ke sini?” tanya Logan yang rapi dengan setelan kantornya, menghampiri Leyna yang tengah meminum jus apel seraya menikmati drama di kotak bersinar itu. “Mungkin lima belas menit lagi. Ia masih dalam perjalanan. Kalau Ayah mau berangkat, silahkan sa
Dalam salah satu ruangan di rumah sakit itu, suara televisI tampak mendominasi. Memperlihatkan kepada mereka tentang berita terkini yang berhasil memancing amarah publik. Wanita paruh baya yang biasanya terkihat glamour itu kini tengah tampil dalam keadaan yang jauh berbeda dari biasanya. Kantung mata hitam, wajah pucat, tubuh tanpa aksesoris, dan memakai baju tahanan. Mimiknya terlihat sayu sekaligus penuh amarah. “Maya Manston, istri kedua Logan Manston telah resmi menjadi tersangka dari kasus pembunuhan berencana terhadap Nyonya Bellinda Evanthe, Istri pertama dari Logan Manston. Laporan ini dibuat oleh Tuan Logan beberpa hari lalu yang membawa beberapa bukti yang sudah diselidiki dan ditutup dengan keputusan bahwa Nyonya Maya akan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Diketahui, motif dari kasus ini adalah karena masalah pribadi dan obsesi terhadap narga Manston.” Leyna yang menatap televisi itu hanya dapat memberikan raut wajah datar. Ia baru saja diberi tahu oleh Xavier dan Lo