Setelah selesai menghubungi Tuan Aiden, Yuda nampak menatap pintu kamar Tuannya. perlahan ia memutuskan untuk kembali masuk ke dalam, Karena saat ini sudah tidak lagi terdengar suara keributan dari dalam sana. "Ku harap tuan Nathan tidak kembali melempat benda sembarangan ke arah pintu!!" Gumam Yuda sembari membuka pintu kamar itu. CEKLEK "Tuan," Panggilan Yuda, namun tak ada jawaban sama sekali. Lalu pria itu memutuskan untuk masuk lebih dalam mencari Atasannya, Ia tidak mau Sesuatu yang buruk sampai menimpa Atasannya itu jika terlambat mengetahuinya. Masalahnya di sini Tuan mudanya itu bertindak selayaknya orang yang kurang waras setelah di tinggal kabur oleh istrinya. Saat Sampai di depan pintu balkon, Yuda melihat Nathan tengah terduduk bersandar di bibir pagar dengan kepala yang menunduk. Kondisinya begitu berantakan hingga membuatnya sedikit Iba. Perlahan namun pasti Yuda berjalan mendekat, lalu berusaha untuk mensejajarkan tubuhnya dengan Nathan. Tanyanya ter
"Selidiki dia, Pantau apapun yang di lakukannya! bahkan Cari tau apa saja yang di lakukan pria itu sebelum kaburnya istriku? Aku tidak mau kita salah sasaran yang berujung membuat kita malu!" Perintah Nathan kepada seluruh anak buahnya. Lalu setelah mengatakan itu, Nathan berjalan menuju ke arah ranjang tidurnya untuk menginstirahatkan badannya. meskipun otak dan hatinya tak mungkin bisa tenang sebelum menemukan keberadaan sang istri. BUK Nathan menjatuhkan bobot tubuhnya ke atas ranjang dengan bola mata terpejam. Sementara Yuda, kini pria itu memerintahkan dua anak buahnya itu keluar dari sana untuk mendapatkan perawatan. Kini Yuda menatap datar ke arah Nathan yang sudah tidak bergerak di atas Ranjangnya. sejenak pria tampan itu menghela nafasnya lega, saat tau jika Nona mudanya baik-baik saja dan berada di tangan yang aman. Namun di hatinya masih janggal karena belum benar-benar yakin jika praduga atasannya itu benar. "Benarkah Revaldo Mahendra pelakunya??" Gumam Yud
Keesokan harinya, Nathan keluar dari kamarnya dengan stelan kerja berwarna navi. namun ada yang berbeda dari tatapan matanya. Wajahnya nampak kusut, jalanya sedikit sempoyongan hingga membuat Sang kepala pelayan sedikit prihatin. "Tuan, Apa anda membutuhkan sesuatu?" Pria itu tak menjawab, Namun ia hanya menggelengkan kepalanya dan terus berjalan melewati meja makan menuju ke arah Pintu keluar. Melihat itu, Sang kepala pelayan tentu saja heran. hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengejar. "Tuan, Apa anda tidak sarapan dulu?" Sontak Nathan menghentikan langkahnya, Tanpa membalikan tubuhnya ia pun menjawab. "Tidak, kalian makan saja sendiri! aku tidak lapar. "Jawabnya, lalu ia kembali melangkahkan kakinya menuju ke arah Mobilnya yang sudah terbuka. karena hari ini ia akan memakai sopir untuk ke kantor. Sang kepala pelayan pun menghela nafasnya panjang. Ia begitu kasihan melihat kondisi tuannya, namun ia juga tidak tega jika Nona Gladisa terus merasa tersiksa jika Haru
Siang itu, nia tengah duduk di depan kedua orang tuanya. tuan Aiden dan nyonya Naira beberapa kali menghela nafanya gusar, karena benar-benar di buat shock setelah mendengar kabar jika Putrinya terlibat dalam kasus menghilang nya Gladisa. Nia yang sejak tadi diam, dengan wajah yang tertunduk lemah malah sibuk meremaa jari-jari tangannya sendiri. "Sampai kapan kau akan diam Nak? Apa daddy menyekolahkan mu tinggi-tinggi hanya untuk menjadi seorang pengecut seperti ini? " Deg Sontak Nathan ia mengangkat wajahnya, lalu menggelengkan wajahnya dengan cepat. "Ampuni aku daddy!" pinta Nia, lalu gadis itu dengan segera bersimpuh memohon ampun di depan ayah dan ibunya. Melihat itu bukannya senang, tuan Aiden malah memutar bola matanya malas di seratai gelengan kepala. "Apa bisa mu hanya meminta maaf tanpa mengakui kesalahamu nona? " Sindir nya telak Nia menggigut bibir bawahnya sejenak sebelum mengumpulkan ke beraninya untuk berkata jujur. "Maafkan aku daddy! saat itu aku pan
"Buka saja, jangan banyak bertanya!"Jawab Tuan Aiden dengan santai, lalu ia melanjutkan duduk si kursinya. menunggu agar putranya membaca apa saja yang tertulis di sana. Asisten Tuan Aiden pun meminta seluruh orang yang ada di ruangan itu untuk keluar, ia pun juga akan ikut keluar untuk membiarkan keluarga itu menyelesaikan masalah mereka sendiri. tidak lupa ia juga mengajak Asisten Yuda untuk ikut dengannya keluar dari ruangan itu juga. "Ayo keluar! Jangan ikut campur pada masalah keluarga atasan kita." Ucap Asisten Hans memperingati Meskipun Berat, Namun Yuda memilih mengikiti ajakan Seniornya itu, Ia menutup rapat pintu hingga sedikit pun suara tidak akan bisa keluar dari sana. Asisten Hans dan Yuda pun memilih menunggu di depan ruangan itu sampai Tuan mereka selesai berbicara. Sedangkan di dalam sana. Perlahan namun pasti, Nathan Akhir mengambil Berkas itu dan langsung membukanya. ia bembacanya dengan seksama hingga pada dj point tertentu ia menajamkan matanya, hingga be
Saat Yuda berhasil masuk ke dalam ruangan itu, Yuda malah menemukan Nathan hanya duduk diam dengan sorot mata kosong menatap ke arah pintu. "Tuan, Are you okay?" Tanya Yuda dengan rasa khawatir yang cukup tinggi. "Bagaimana?" Tanya Nathan pada asisten pribadinya. karena saat ini dirinya sudah benar-benar putus asa setelah kepergian Gladisa. "Apanya yang bagaimana tuan?" jawab Yuda dengan kembali melemparkan pertanyaan yang sama pada atasannya itu. Mendengar jawaban itu membuat Nathan sontak menatap ke arah Yuda. "Apa kau ingin Mati, Hm? Apa kerjamu selama ini jika untuk menemukan Gladisa saja kau tidak bisa?" Nathan bangkit dari posisinya yang sejak tadi duduk berjongkok, kini menjadi berdiri seraya berjalan ke arah Yuda hingga saat ini keduanya berdiri saling berhadapan dengan tatapan tajam Nathan yang membuat Yuda begitu terintimidasi. "Maaf Tuan!" Ucap Yuda, lalu memilih menundukkan kepalanya saat ini. Nathan menghela nafasnya gusar. Lalu kembali mengulang perta
Melihat Nathan terdiam, Yuda berinisiatif untuk mendekat. lalu pria itu menepuk bahu Naghan dengan pelan. "Setidaknya belajarlah dari pengalaman anda Tuan, Bahkan begitu mudah Nona Clara menipu anda selama ini! bisa jadi rasa benci anda pada Nona Gladis tidak berasal juga." Tutur Yuda. Nathan sejenak memejamkan kedua matanya dengan menghela nafasnya panjang. ia sudah tau itu, hanya saja ia tidak mau mengakuinya karena egonya yang terlalu besar sehingga sangat sulit untuk dirinya melepaskan Gladisa. Karena pada dasarnya pria itu mencintai istrinya, hanya saja Sikap Gladis yang begitu cuek membuatnya berfikir jika Gladis sama sekali tak pernah berubah mencintai dirinya meskipun mereka sudah menikah. Apalagi selama ini otak Nathan selalu di cuci oleh Clara yang hampir setiap saat mengatakan jika kakak angkatnya itu wanita dingin yang negitu jahat. Melihat tuannya yang melamun, Yuda kembali mengeluarkan suara. "Pikirkan ini baik-baik Tuan! Lupakan Nona Muda, Biarkan dia bahagi
anakementara itu, Setelah melewatkan beberapa menit sebelum bisa menemui Tuan Aiden. Yuda di paksa menunggu di depan ruang kerja Tuan besarnya karena ternyata rapat tadi di lanjutkan dj ringan kerja itu. Yuda yang panik menatap ke arah pintu dengan berjalan mondar-mandir dan sesekali menatap ke arah jam tangannya. "Ya ampun kenapa lama sekali sih?" Gumam Yuda, namun masih tetap terus berusaha untuk sabar demi bisa menemui Tuan besar Aiden. Tak berselang lama, akhirnya pintu yang menjulang tinggi itu terbuka dan keluarlah satu persatu orang dari sana dengan kasak kusuk yang terjadi di anatara mereka, saat melihat kemunculan Yuda di sana. Namun Yuda tidak perduli, Ia hanya ingin menemui Tuan Aiden Haditama tanpa ada niat lain selain itu. setelah memastikan semua orang sudah keluar, Yuda memutuskan untuk mengetik pintu. "Tok-Tok-tok" "Masuk!" Mendengar pintu yang dk ketuk tentu saja membuat Tuan Aiden langsung mempersilahkan untuk masuk. "Selamat siang Tuan" Sapa Yud
Setelah kejadian di ruang rawat Valdo, Gladys mengajak Nathan untuk menemui anak mereka di apartemen yang ia sembunyikan selama ini. "Ini gedungnya?" Nathan mendongakkan kepalanya untuk melihat gedung pencakar langit yang ada di hadapannya. sejenak ia takjub, Valdo benar-benar memperlakukan Gladys dan putranya begitu baik. Bahkan ia saja malu, ia yang merupakan ayah kandung Brian bahkan tidak menyadari keberadaan putranya selama ini. Pantas saja Valdo nampak begitu marah padanya, bahkan mengancam akan kembali memisahkan mereka jika sampai ia berani menyakiti Gladys dan putra mereka. "Ayo masuk!" Entah sejak kapan Gladys, keluar dari mobilnya, yang jelas Nathan melihat adik sepupunya itu sudah berjalan menjauh dari mobilnya. "Glad, tunggu!!" Nathan berteriak, mengejar langkah kaki Gladys sembari mempersiapkan hati bertemu dengan sang putra, untuk pertama kalinya dalam keadaan sadar. Mengingat pertama kali mereka bertemu, ia tak mengenali jika Brian kecil adala
Tanpa keduannya sadari, Nathan ternyata berada di ambang pintu dan mendengar semua yang mereka bicarakan tadi. Meskipun sesak, ia yakin inilah saatnya ia menjelaskan semuanya kepada Gladys dan juga semua orang yang mempercayai kisahnya yang hilang ingatan. Ceklek Mendengar pintu di buka, Valdo reflek melihat ke arah pintu sementara Gladys, langsung mengangkat kepalanya lalu menoleh ke arah sumber suara. Pada saat yang bersamaan masuklah Nathan dari arah pintu dengan ekspresi wajah tengang. "Apa aku mengganggu? jika iya, aku akan pergi!" Ucap Nathan tak enak hati sudah mengganggu kebersamaan Gladys dan Valdo, Meskipun ia memiliki tujuan untuk menjelaskan kesalah pahaman dan kebohongannya selama ini, ia tak boleh egois untuk memaksakan keinginannya. "Tidak perlu dan kemarilah!" Pinta Valdo, sembari menggerakkan jari telunjuknya untuk meminta Nathan mendekat padanya. Melihat itu, Nathan melangkah mendekat meskipun hal itu malah membuat Gladys memalingkan muka tak ku
Setelah dua hari, Clara juga terbangun dari koma. wanita itu begitu terkejut saat mendapati kakinya tak dapat di gerakan sama sekali. apalagi kedua tangannya ternyata di borgol sehingga membuatnya semakin kesulitan untuk bergerak. "Tidak, Kenapa kakiku? kenapa aku di borgol?" Teriakan Clara membuat tuan Nando dan Nyonya Juita berlari masuk ke dalam ruang rawat Clara. Dan hal itu membuat Clara sempat shock hingga menghentikan tingkahnya. "Mom, Dad," Gumamnya sembari menahan tangis. sudah hampir enam tahun, Clara tak melihay kedua orang tuannya begitu pula tuan Nando dan Nyonya Juita, yang sudah begitu lama tidak melihat Clara setelah kejadian pengusiran enam tahun yang lalu. Di mana putri angkat mereka itu sudah bertindak di luar batas hanya demi memenuhi ambisinya. Clara yang ketahuan ingin meracuni kakaknya sendiri agar batal menikahi tunangannya yang tidak lain adalah Nathaniel, yang merupakan kakak sepupu mereka sendiri. Opsesi Clara terhadap Nathan membuatnya teru
Mendengar namanya di panggil, Gladys langsung menoleh ke arah Nicholas sama halnya dengan Nathan. Meskipun cukup terkejut dengan kemunculan Nicholas, namun Gladys bisa bernafas dengan lega karena lampu di atas ruang operasi berubah warna menjadi hijau. dan itu artinya jika operasi sudah berjalan dengan lancar. Gladys yang tak sabar menunggu Nicholas berjalan mendekat, Akhirnya memutuskan untuk ikut berjalan menuju Nicholas, hingga Akhirnya keduanya berdiri saling berhadapan dengan canggung. "Nick, bagaimana keadaan Kak Valdo?" Wajah Gladys memancarkan Aura kesedihan yang mendalam sehingga membuat Nicholas begitu Khawatir. "Nona, apa anda baik-baik saja?" Tanya nya sembari menelisik tubuh Gladys dari ujung kaki hingga ujung kepala. "Apa maksudmu? Tentu saja Aku baik-baik saja." Sembari menjawab pertanyaan Nicholas, Gladys ikut menelisik tubuhnya sendiri seperti hal yang di lakukan Nicholas barusan. Namun entah kenapa Nicholas merasa jika Gladys tengah tak baik-baik sa
Gladys sempat membeku, meskipun dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.. Namun telinga dan otaknya masih begitu peka mendengar setiap kalimat yang di lontarkan Yuda. "kau bilang apa tadi? coba ulangi!!" Perintah Gladys sembari bangkit dari kursinya dan kini sudah melangkah mendekati Yuda yang terkejut dengan keberadaan nya di sana. "Tuan," Gumam Yuda seolah membeku di tempatnya berdiri saat ini. "Mom," Panggil Brian. Dan panggilan itu sukses membuat Gladys kembali berbalik, lalu duduk berjongkok di depan sang putra dengan membelai kepalanya. "Sayang, Brian pulang dulu sama Aunty Tiara Ya!!" Ucapnya sembari melirik ke arah Tiara yang berdiri tak jauh darinya. "Tapi Mom, Brian ingin melihat ayah." Ucap bocah kecil itu sembari menahan tangis. "Nanti jika Ayah sudah siuman, Mom janji akan meminta Aunty Tiara dan Uncle Nicholas untuk membawa Brian ke mari! jadi, lebih baik Brian pulang dan beristirahat di apartemen saja ya!!" Setelah mengatakan itu, Gladys mencium k
"Brian," Teriak Gladys hingga membuat fokus Valdo teralihkan. Namun siapa sangka, Clara tiba-tiba menghujamkan sebuah belati tepat mengenai perut Valdo yang berakibat tumbangnya tubuh sang dokter ke atas tanah. Bruk Tubuh Valdo jatuh dengan bersimbah darah, sementara Clara yang tadinya di kira pingsan ternyata hanya berpura-pura agar Valdo lengah. "Ayah, " Brian berteriak memanggil Valdo. "Valdo," Sementara Nathan dan Gladys Nathan berteriak memanggil Valdo agar menghindar, namun sayangnya Clara lebih dulu menyerangnya hingga pria bertubuh tegap itu tak sempat menghindar. Nathan Memutuskan untuk berlari menuju ke arah Valdo, dan karena itu pula Clara yang terlanjur panik akhirnya memutuskan untuk kabur. Nicholas pun melakukan hal yang sama. Namun sebelumnya, ia memberikan Brian kepada ibunya agar lebih aman. "Nicho, selamatkan Valdo!!" Pinta Gladys dengan tangan memohon. Sementara Valdo hanya bisa menganggukkan kepalanya dan akan berusaha sebisa mungkin untuk
"Lepaskan dia!" Valdo berteriak membentak Clara yang sedang berusaha untuk menangkap Brian. Bocah itu menangis ketakutan sementara Clara terus berusaha untuk menariknya masuk ke dalam Mobil. Melihat itu, Valdo langsung bergegas mendekat demi bisa menyelamatkan Brian dari wanita gila seperti Clara. sementara Gladys, wanita itu baru saja keliat dari ruang kerjanya setelah melakukan meeting dengan beberapa Client yang ingin memakai jasa desainnya untuk di kenakan pada acara special mereka. "Nona," Tiara berteriak, sembari berjalan cepat ke arah Gladys. Hal itu membuat Gladys sedikit heran, mengingat wajah Tiara yang di landa kepanikan. "Ara, ada apa?" Tanya Gladys sesampainya Tiara di dekatnya. Sementara Tiara, Wanita tengah berusaha untuk menetralkan nafasnya karena terlalu panik. Melihat itu, Gladys tentu saja tidak tinggal diam dan memilih menggiring Tiara untuk masuk ke ruangannya dan mengambilkannya minuman terlebih dahulu. "Minum lah!" Ucap Gladys sembari ik
Nathan yang baru keluar dari toilet, memutuskan untuk berjalan mendekati Gladys yang masih terduduk di atas Ranjang dengan wajah Shock. "Kak, kau masih di sini? tumben." Celetukan keceplosan. Namun agaknya Gladys tak berniat meralat ucapannya karena merasa jika yang ia katakan memang lah benar, dulu Nathaniel selalu meninggal kan dirinya seusai bercinta. jadi, hal ini adalah hal langka yang baru pertama kalinya di lakukan oleh sang mantan suami setelah pernikahan mereka. Namun sayangnya hal itu terjadi setelah mereka berpisah, hingga Gladys tak bisa berbuat apa-apa jika sampai ingatan Nathan pulih sehingga melupakan memori tentangnya saat ini. "Kenapa? aku suamimu, kenapa kau bicara seperti itu?" Nathan duduk di bibir ranjang, Sehingga tatapan keduanya kini bertemu. Hati Gladys bergetar mendengar ucapan itu keluar dari bibir Nathan, ingin sekali ia berteriak jika mereka sudah bukan pasangan suami istri lagi. namun, Ia tak punya cukup keberanian untuk mengambil resiko
"Glad" Panggil Nathan, saat Gladys baru saja masuk ke dalam rumah mereka. "Ya" Jawab Gladys acuh tak acuh. "Apa kau baik-baik saja?" Tanyanya sembari memegang bahu Gladys, lalu menelisik tubuh sang istri dari ujung kaki hingga ujung kepala, pria itu memastikan jika keadaan wanita itu baik-baik saja. "Aku baik-baik saja kak, jangan khawatir. Maaf, aku harus ke kamar!" Ucap Gladys, sembari menepis tangan Nathan dari bahunya. "Tapi Glad, Kata Tiara, tadi Clara datang ke butikmu. sebenarnya apa yang ia lakukan di sana?" Deg Gladys, langsung menghentikan langkahnya karena terkejut. bukan terkejut karena Nathan tau jika Clara datang ke butiknya? namun terkejut karena Nathan menanyakan apa tujuan Clara datang ke butiknya. apakah itu berarti Nathaniel, sudah mengingat siapa Clara? Gladys, langsung berbalik kembali menatap ke arah Nathan dengan ekspresi wajah curiga. "Kak tau soal Clara?" Deg Kini giliran Nathan yang terkejut mendengar pertanyaan dari Gladys, pria itu b