Nathan berjalan masuk ke dalam kamarnya Setelah menemui adik kembarnya. Nathan akhirnya mengetahui fakta yang sebenarnya tentang perasaan Gladis padanya. Nathania menceritakan semuanya tanpa ada yang di tutup-tutupi, bahkan Asisten Yuda juga juga menunjukan semua bukti yang menguatkan cerita Nia tentang istrinya. Cerita jika selama ini Gladis begitu mencintainya, Semua yang di lakukan Clara adalah hasil merebut Dari Gladisa. Wanita itu selalu mengklaim hasil kerja keras Gladis memperhatikannya sejak 8 tahun yang lalu. Itu artinya di sini ia lah yang sudah tertipu oleh drama yang di buat Clara untuk memanipulasi hidupnya. "Ahhhhhh Brengsek kau Clara!" Umpat Devan, lalu pria itu mengamuk dengan membanting seluruh benda yang ada di kamarnya. Saat Ia tengah mengamuk, dengan sengaja ia membanting Tas kerjanya yang sudah lama ia abaikan teronggok di atas meja rias milik sang istri. Dan saat Tas itu di lempar, Ternyata Tas itu tidak dalam keadaan tertutup hingga segala isi yang ada
Setelah selesai menghubungi Tuan Aiden, Yuda nampak menatap pintu kamar Tuannya. perlahan ia memutuskan untuk kembali masuk ke dalam, Karena saat ini sudah tidak lagi terdengar suara keributan dari dalam sana. "Ku harap tuan Nathan tidak kembali melempat benda sembarangan ke arah pintu!!" Gumam Yuda sembari membuka pintu kamar itu. CEKLEK "Tuan," Panggilan Yuda, namun tak ada jawaban sama sekali. Lalu pria itu memutuskan untuk masuk lebih dalam mencari Atasannya, Ia tidak mau Sesuatu yang buruk sampai menimpa Atasannya itu jika terlambat mengetahuinya. Masalahnya di sini Tuan mudanya itu bertindak selayaknya orang yang kurang waras setelah di tinggal kabur oleh istrinya. Saat Sampai di depan pintu balkon, Yuda melihat Nathan tengah terduduk bersandar di bibir pagar dengan kepala yang menunduk. Kondisinya begitu berantakan hingga membuatnya sedikit Iba. Perlahan namun pasti Yuda berjalan mendekat, lalu berusaha untuk mensejajarkan tubuhnya dengan Nathan. Tanyanya ter
"Selidiki dia, Pantau apapun yang di lakukannya! bahkan Cari tau apa saja yang di lakukan pria itu sebelum kaburnya istriku? Aku tidak mau kita salah sasaran yang berujung membuat kita malu!" Perintah Nathan kepada seluruh anak buahnya. Lalu setelah mengatakan itu, Nathan berjalan menuju ke arah ranjang tidurnya untuk menginstirahatkan badannya. meskipun otak dan hatinya tak mungkin bisa tenang sebelum menemukan keberadaan sang istri. BUK Nathan menjatuhkan bobot tubuhnya ke atas ranjang dengan bola mata terpejam. Sementara Yuda, kini pria itu memerintahkan dua anak buahnya itu keluar dari sana untuk mendapatkan perawatan. Kini Yuda menatap datar ke arah Nathan yang sudah tidak bergerak di atas Ranjangnya. sejenak pria tampan itu menghela nafasnya lega, saat tau jika Nona mudanya baik-baik saja dan berada di tangan yang aman. Namun di hatinya masih janggal karena belum benar-benar yakin jika praduga atasannya itu benar. "Benarkah Revaldo Mahendra pelakunya??" Gumam Yud
Keesokan harinya, Nathan keluar dari kamarnya dengan stelan kerja berwarna navi. namun ada yang berbeda dari tatapan matanya. Wajahnya nampak kusut, jalanya sedikit sempoyongan hingga membuat Sang kepala pelayan sedikit prihatin. "Tuan, Apa anda membutuhkan sesuatu?" Pria itu tak menjawab, Namun ia hanya menggelengkan kepalanya dan terus berjalan melewati meja makan menuju ke arah Pintu keluar. Melihat itu, Sang kepala pelayan tentu saja heran. hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengejar. "Tuan, Apa anda tidak sarapan dulu?" Sontak Nathan menghentikan langkahnya, Tanpa membalikan tubuhnya ia pun menjawab. "Tidak, kalian makan saja sendiri! aku tidak lapar. "Jawabnya, lalu ia kembali melangkahkan kakinya menuju ke arah Mobilnya yang sudah terbuka. karena hari ini ia akan memakai sopir untuk ke kantor. Sang kepala pelayan pun menghela nafasnya panjang. Ia begitu kasihan melihat kondisi tuannya, namun ia juga tidak tega jika Nona Gladisa terus merasa tersiksa jika Haru
Siang itu, nia tengah duduk di depan kedua orang tuanya. tuan Aiden dan nyonya Naira beberapa kali menghela nafanya gusar, karena benar-benar di buat shock setelah mendengar kabar jika Putrinya terlibat dalam kasus menghilang nya Gladisa. Nia yang sejak tadi diam, dengan wajah yang tertunduk lemah malah sibuk meremaa jari-jari tangannya sendiri. "Sampai kapan kau akan diam Nak? Apa daddy menyekolahkan mu tinggi-tinggi hanya untuk menjadi seorang pengecut seperti ini? " Deg Sontak Nathan ia mengangkat wajahnya, lalu menggelengkan wajahnya dengan cepat. "Ampuni aku daddy!" pinta Nia, lalu gadis itu dengan segera bersimpuh memohon ampun di depan ayah dan ibunya. Melihat itu bukannya senang, tuan Aiden malah memutar bola matanya malas di seratai gelengan kepala. "Apa bisa mu hanya meminta maaf tanpa mengakui kesalahamu nona? " Sindir nya telak Nia menggigut bibir bawahnya sejenak sebelum mengumpulkan ke beraninya untuk berkata jujur. "Maafkan aku daddy! saat itu aku pan
"Buka saja, jangan banyak bertanya!"Jawab Tuan Aiden dengan santai, lalu ia melanjutkan duduk si kursinya. menunggu agar putranya membaca apa saja yang tertulis di sana. Asisten Tuan Aiden pun meminta seluruh orang yang ada di ruangan itu untuk keluar, ia pun juga akan ikut keluar untuk membiarkan keluarga itu menyelesaikan masalah mereka sendiri. tidak lupa ia juga mengajak Asisten Yuda untuk ikut dengannya keluar dari ruangan itu juga. "Ayo keluar! Jangan ikut campur pada masalah keluarga atasan kita." Ucap Asisten Hans memperingatiMeskipun Berat, Namun Yuda memilih mengikiti ajakan Seniornya itu, Ia menutup rapat pintu hingga sedikit pun suara tidak akan bisa keluar dari sana. Asisten Hans dan Yuda pun memilih menunggu di depan ruangan itu sampai Tuan mereka selesai berbicara. Sedangkan di dalam sana. Perlahan namun pasti, Nathan Akhir mengambil Berkas itu dan langsung membukanya. ia bembacanya dengan seksama hingga pada dj point tertentu ia menajamkan matanya, hingga berulan
Saat Yuda berhasil masuk ke dalam ruangan itu, Yuda malah menemukan Nathan hanya duduk diam dengan sorot mata kosong menatap ke arah pintu. "Tuan, Are you okay?" Tanya Yuda dengan rasa khawatir yang cukup tinggi. "Bagaimana?" Tanya Nathan pada asisten pribadinya. karena saat ini dirinya sudah benar-benar putus asa setelah kepergian Gladisa. "Apanya yang bagaimana tuan?" jawab Yuda dengan kembali melemparkan pertanyaan yang sama pada atasannya itu. Mendengar jawaban itu membuat Nathan sontak menatap ke arah Yuda. "Apa kau ingin Mati, Hm? Apa kerjamu selama ini jika untuk menemukan Gladisa saja kau tidak bisa?" Nathan bangkit dari posisinya yang sejak tadi duduk berjongkok, kini menjadi berdiri seraya berjalan ke arah Yuda hingga saat ini keduanya berdiri saling berhadapan dengan tatapan tajam Nathan yang membuat Yuda begitu terintimidasi. "Maaf Tuan!" Ucap Yuda, lalu memilih menundukkan kepalanya saat ini. Nathan menghela nafasnya gusar. Lalu kembali mengulang pert
Melihat Nathan terdiam, Yuda berinisiatif untuk mendekat. lalu pria itu menepuk bahu Naghan dengan pelan. "Setidaknya belajarlah dari pengalaman anda Tuan, Bahkan begitu mudah Nona Clara menipu anda selama ini! bisa jadi rasa benci anda pada Nona Gladis tidak berasal juga." Tutur Yuda. Nathan sejenak memejamkan kedua matanya dengan menghela nafasnya panjang. ia sudah tau itu, hanya saja ia tidak mau mengakuinya karena egonya yang terlalu besar sehingga sangat sulit untuk dirinya melepaskan Gladisa. Karena pada dasarnya pria itu mencintai istrinya, hanya saja Sikap Gladis yang begitu cuek membuatnya berfikir jika Gladis sama sekali tak pernah berubah mencintai dirinya meskipun mereka sudah menikah. Apalagi selama ini otak Nathan selalu di cuci oleh Clara yang hampir setiap saat mengatakan jika kakak angkatnya itu wanita dingin yang negitu jahat. Melihat tuannya yang melamun, Yuda kembali mengeluarkan suara. "Pikirkan ini baik-baik Tuan! Lupakan Nona Muda, Biarkan dia bahagi