"Memangnya apa yang aku lakukan?" Clara mencoba melawan dengan mendorong dada bidang Nathan cukup kasar. "Kau...." Nathan mengepalkan kedua tangannya "Kenapa, kau ingin memukulku? Atau ingin marah padaku? Sepertinya kau sudah lupa siapa yang selalu ada untukmu di saat-saat tersulit dulu? Cecar Clara dengan expresi wajah tak kalah Arogannya. Agaknya wanita itu sudah segan-segan lagi menunjukkan sifat aslinya. Pikir Yuda "Jangan keterlaluan, Clara!" Nathan Hampir saja melayangkan tangannya, namun tiba-tiba saja otaknya tersadar hingga memilih melangkah mundur untuk menyetabilkan emosinya. "Aku yang keterlaluan, atau kau??" Clara menghela nafas lalu menatap Nathan dengan tajam. "Kenapa kau begitu marah mendengar Gladis melarikan diri? bukannya kau membencinya? jadi seharusnya kau bahagia jika seseorang yang kau benci telah lenyap dari hidupmu." "Aku memang membencinya, tapi Gladis tidak boleh pergi sebelum aku mengusirnya!" "Ck. kakak itu aneh!" Cibir Clara, Lalu ia berjalan
"Dia bilang apa tadi? Bisa-bisanya dia mengatai-ku aneh, setelah selama ini aku lebih mengutamakan dirinya di banding istriku sendiri! Bahkan aku dengan sadar sudah sering kali menyakiti hati Gladisa untuk menuruti semua kemauannya, Lalu apa ini? apa Clara sedang menertawakan aku?" Nathan tak habis pikir dengan sikap Clara yang menurutnya sangat bertolak belakang dengan sikapnya selama ini. Nathan sejenak termenung dan duduk dengan Tangan yang menutupi wajahnya. Lalu perlahan ia usap wajahnya dan tanpa sengaja ia melihat Tas dan koper yang di tinggalkan Anak buahnya di atas sofa. Deg "Bukannya itu Koper dan Tas Gladis?" Tak mau berlama-lama Nathan memutuskan untuk membukanya, Kini ia melihat ada beberapa berkas dan dua buah amplop yang bertulisan dua nama rumah sakit dan salah satunya Rumah sakit milik kedua orang tuannya. Perlahan ia membawa Amplop itu ke atas sofa, lalu membukanya. Dengan teliti ia membaca kata demi kata yang ada di dalam sana, hingga beberapa saat
Di tempat yang berbeda, tepatnya di sebuah mansion mewah, luas dan megah. tepatnya di ruangan tertutup dengan atmosfer yang terasa mencekam, karena keempat orang yang ada di dalamnya sejak tadi hanya diam tidak bersuara. keempat orang itu seakan sibuk dengan apa yang ada di dalam pikiran mereka masing-masing. "Sampai kapan kalian diam?" Devan memulai pembicaraan. karena tidak ada satupun dari dua orang yang duduk di hadapannya mau buka suara. Gladis yang sejak tadi diam, kini melirik sosok yang tiba-tiba datang memeluknya dan entah tau dari mana tentang rencananya kabur. tapi dia bersyukur jika dari keluarganya ada yang mendukung keputusannya. Tak berbeda jauh dengan Nathania, dia juga sejak tadi diam-diam curi-curi pandang ke pada adik sepupu sekaligus adik iparnya itu. namun sepertinya Nathania lebih dilematis karena saat ini wajahnya menjadi sembab akibat sejak tadi terus menangis. "Baiklah jika tidak ada yang mau mengatakan apa yang terjadi maka aku akan menghubungi Natha
"Apa, kenapa kalian menatapku begitu?" Tanya Edgar dengan tidak merasa berdosa sama sekali, sudah menyebut nama seseorang yang begitu di hindari Gladisa saat ini. Valdo menghela nafasnya panjang, memang sulit sekali menurutnya mengendalikan Kakak sepupunya yang memang sedikit ceroboh itu. "Ya Kudanil itu" "Nathaniel, Do, Nathaniel" Ralat Edgar. "Ya itulah, bodo amat namanya siapa yang jelas Dia orangnya!" Valdo begitu malas menyebut nama Mantan sahabatnya itu setelah merebut cinta pertamanya, Apalagi di tambah fakta jika ternyata Nathan malah menyia-nyiakan Wanita itu setelah berhasil menikahinya. hingga membuat Valdo saat ini memiliki niat buruk untuk merebut kembali apa yang seharusnya sejak awal menjadi miliknya. Edgar menghela nafasnya dengan kasar, sepupunya itu memang begitu Arogan hingga dengan gampangnya ia melupakan nama orang lain yang dulu pernah menjadi sahabatnya. "Aku pergi karena ingin berpisah darinya. karena pernikahan tanpa cinta itu ternyata melelah
Setelah hampir satu Minggu penuh Nathan ikut melakukan pencarian sang istri. Nyatanya ia tak mendapati apapun kabar tentang keberadaan Gladis di sana. hingga akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke Surabaya pagi itu, dengan tujuan untuk menemui keluarganya. Sesampainya di Surabaya, Nathan bukan pulang ke rumahnya, Ia malah langsung pergi ke rumah sakit milik keluarganya untuk menemui seseorang yang ia rasa terlibat dalam upaya istrinya menyembunyikan kehamilannya. Saat sudah masuk ke dalam Rumah sakit, kedatangan putra pertama keluarga Collins di sambut begitu sopan oleh para dokter dan perawat yang bekerja di sana. Paras tampan Nathan langsung menarik Semua mata tertuju padanya, meski saat ini tak nampak ada gurat keramahan di sana. yang ada adalah gurat kemarahan yang begitu ketara hingga membuat seluruh orang yang mengenalnya kebingungan. "Ada apa ya? kok wajah Pak Nathan tidak seperti biasanya?" "Iya, seperti ada masalah!" "Hus, gak usah banyak bergosip! kerja, nant
Nathan berjalan masuk ke dalam kamarnya Setelah menemui adik kembarnya. Nathan akhirnya mengetahui fakta yang sebenarnya tentang perasaan Gladis padanya. Nathania menceritakan semuanya tanpa ada yang di tutup-tutupi, bahkan Asisten Yuda juga juga menunjukan semua bukti yang menguatkan cerita Nia tentang istrinya. Cerita jika selama ini Gladis begitu mencintainya, Semua yang di lakukan Clara adalah hasil merebut Dari Gladisa. Wanita itu selalu mengklaim hasil kerja keras Gladis memperhatikannya sejak 8 tahun yang lalu. Itu artinya di sini ia lah yang sudah tertipu oleh drama yang di buat Clara untuk memanipulasi hidupnya. "Ahhhhhh Brengsek kau Clara!" Umpat Devan, lalu pria itu mengamuk dengan membanting seluruh benda yang ada di kamarnya. Saat Ia tengah mengamuk, dengan sengaja ia membanting Tas kerjanya yang sudah lama ia abaikan teronggok di atas meja rias milik sang istri. Dan saat Tas itu di lempar, Ternyata Tas itu tidak dalam keadaan tertutup hingga segala isi yang ada
Setelah selesai menghubungi Tuan Aiden, Yuda nampak menatap pintu kamar Tuannya. perlahan ia memutuskan untuk kembali masuk ke dalam, Karena saat ini sudah tidak lagi terdengar suara keributan dari dalam sana. "Ku harap tuan Nathan tidak kembali melempat benda sembarangan ke arah pintu!!" Gumam Yuda sembari membuka pintu kamar itu. CEKLEK "Tuan," Panggilan Yuda, namun tak ada jawaban sama sekali. Lalu pria itu memutuskan untuk masuk lebih dalam mencari Atasannya, Ia tidak mau Sesuatu yang buruk sampai menimpa Atasannya itu jika terlambat mengetahuinya. Masalahnya di sini Tuan mudanya itu bertindak selayaknya orang yang kurang waras setelah di tinggal kabur oleh istrinya. Saat Sampai di depan pintu balkon, Yuda melihat Nathan tengah terduduk bersandar di bibir pagar dengan kepala yang menunduk. Kondisinya begitu berantakan hingga membuatnya sedikit Iba. Perlahan namun pasti Yuda berjalan mendekat, lalu berusaha untuk mensejajarkan tubuhnya dengan Nathan. Tanyanya ter
"Selidiki dia, Pantau apapun yang di lakukannya! bahkan Cari tau apa saja yang di lakukan pria itu sebelum kaburnya istriku? Aku tidak mau kita salah sasaran yang berujung membuat kita malu!" Perintah Nathan kepada seluruh anak buahnya. Lalu setelah mengatakan itu, Nathan berjalan menuju ke arah ranjang tidurnya untuk menginstirahatkan badannya. meskipun otak dan hatinya tak mungkin bisa tenang sebelum menemukan keberadaan sang istri. BUK Nathan menjatuhkan bobot tubuhnya ke atas ranjang dengan bola mata terpejam. Sementara Yuda, kini pria itu memerintahkan dua anak buahnya itu keluar dari sana untuk mendapatkan perawatan. Kini Yuda menatap datar ke arah Nathan yang sudah tidak bergerak di atas Ranjangnya. sejenak pria tampan itu menghela nafasnya lega, saat tau jika Nona mudanya baik-baik saja dan berada di tangan yang aman. Namun di hatinya masih janggal karena belum benar-benar yakin jika praduga atasannya itu benar. "Benarkah Revaldo Mahendra pelakunya??" Gumam Yud
Setelah kejadian di ruang rawat Valdo, Gladys mengajak Nathan untuk menemui anak mereka di apartemen yang ia sembunyikan selama ini. "Ini gedungnya?" Nathan mendongakkan kepalanya untuk melihat gedung pencakar langit yang ada di hadapannya. sejenak ia takjub, Valdo benar-benar memperlakukan Gladys dan putranya begitu baik. Bahkan ia saja malu, ia yang merupakan ayah kandung Brian bahkan tidak menyadari keberadaan putranya selama ini. Pantas saja Valdo nampak begitu marah padanya, bahkan mengancam akan kembali memisahkan mereka jika sampai ia berani menyakiti Gladys dan putra mereka. "Ayo masuk!" Entah sejak kapan Gladys, keluar dari mobilnya, yang jelas Nathan melihat adik sepupunya itu sudah berjalan menjauh dari mobilnya. "Glad, tunggu!!" Nathan berteriak, mengejar langkah kaki Gladys sembari mempersiapkan hati bertemu dengan sang putra, untuk pertama kalinya dalam keadaan sadar. Mengingat pertama kali mereka bertemu, ia tak mengenali jika Brian kecil adala
Tanpa keduannya sadari, Nathan ternyata berada di ambang pintu dan mendengar semua yang mereka bicarakan tadi. Meskipun sesak, ia yakin inilah saatnya ia menjelaskan semuanya kepada Gladys dan juga semua orang yang mempercayai kisahnya yang hilang ingatan. Ceklek Mendengar pintu di buka, Valdo reflek melihat ke arah pintu sementara Gladys, langsung mengangkat kepalanya lalu menoleh ke arah sumber suara. Pada saat yang bersamaan masuklah Nathan dari arah pintu dengan ekspresi wajah tengang. "Apa aku mengganggu? jika iya, aku akan pergi!" Ucap Nathan tak enak hati sudah mengganggu kebersamaan Gladys dan Valdo, Meskipun ia memiliki tujuan untuk menjelaskan kesalah pahaman dan kebohongannya selama ini, ia tak boleh egois untuk memaksakan keinginannya. "Tidak perlu dan kemarilah!" Pinta Valdo, sembari menggerakkan jari telunjuknya untuk meminta Nathan mendekat padanya. Melihat itu, Nathan melangkah mendekat meskipun hal itu malah membuat Gladys memalingkan muka tak ku
Setelah dua hari, Clara juga terbangun dari koma. wanita itu begitu terkejut saat mendapati kakinya tak dapat di gerakan sama sekali. apalagi kedua tangannya ternyata di borgol sehingga membuatnya semakin kesulitan untuk bergerak. "Tidak, Kenapa kakiku? kenapa aku di borgol?" Teriakan Clara membuat tuan Nando dan Nyonya Juita berlari masuk ke dalam ruang rawat Clara. Dan hal itu membuat Clara sempat shock hingga menghentikan tingkahnya. "Mom, Dad," Gumamnya sembari menahan tangis. sudah hampir enam tahun, Clara tak melihay kedua orang tuannya begitu pula tuan Nando dan Nyonya Juita, yang sudah begitu lama tidak melihat Clara setelah kejadian pengusiran enam tahun yang lalu. Di mana putri angkat mereka itu sudah bertindak di luar batas hanya demi memenuhi ambisinya. Clara yang ketahuan ingin meracuni kakaknya sendiri agar batal menikahi tunangannya yang tidak lain adalah Nathaniel, yang merupakan kakak sepupu mereka sendiri. Opsesi Clara terhadap Nathan membuatnya teru
Mendengar namanya di panggil, Gladys langsung menoleh ke arah Nicholas sama halnya dengan Nathan. Meskipun cukup terkejut dengan kemunculan Nicholas, namun Gladys bisa bernafas dengan lega karena lampu di atas ruang operasi berubah warna menjadi hijau. dan itu artinya jika operasi sudah berjalan dengan lancar. Gladys yang tak sabar menunggu Nicholas berjalan mendekat, Akhirnya memutuskan untuk ikut berjalan menuju Nicholas, hingga Akhirnya keduanya berdiri saling berhadapan dengan canggung. "Nick, bagaimana keadaan Kak Valdo?" Wajah Gladys memancarkan Aura kesedihan yang mendalam sehingga membuat Nicholas begitu Khawatir. "Nona, apa anda baik-baik saja?" Tanya nya sembari menelisik tubuh Gladys dari ujung kaki hingga ujung kepala. "Apa maksudmu? Tentu saja Aku baik-baik saja." Sembari menjawab pertanyaan Nicholas, Gladys ikut menelisik tubuhnya sendiri seperti hal yang di lakukan Nicholas barusan. Namun entah kenapa Nicholas merasa jika Gladys tengah tak baik-baik sa
Gladys sempat membeku, meskipun dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.. Namun telinga dan otaknya masih begitu peka mendengar setiap kalimat yang di lontarkan Yuda. "kau bilang apa tadi? coba ulangi!!" Perintah Gladys sembari bangkit dari kursinya dan kini sudah melangkah mendekati Yuda yang terkejut dengan keberadaan nya di sana. "Tuan," Gumam Yuda seolah membeku di tempatnya berdiri saat ini. "Mom," Panggil Brian. Dan panggilan itu sukses membuat Gladys kembali berbalik, lalu duduk berjongkok di depan sang putra dengan membelai kepalanya. "Sayang, Brian pulang dulu sama Aunty Tiara Ya!!" Ucapnya sembari melirik ke arah Tiara yang berdiri tak jauh darinya. "Tapi Mom, Brian ingin melihat ayah." Ucap bocah kecil itu sembari menahan tangis. "Nanti jika Ayah sudah siuman, Mom janji akan meminta Aunty Tiara dan Uncle Nicholas untuk membawa Brian ke mari! jadi, lebih baik Brian pulang dan beristirahat di apartemen saja ya!!" Setelah mengatakan itu, Gladys mencium k
"Brian," Teriak Gladys hingga membuat fokus Valdo teralihkan. Namun siapa sangka, Clara tiba-tiba menghujamkan sebuah belati tepat mengenai perut Valdo yang berakibat tumbangnya tubuh sang dokter ke atas tanah. Bruk Tubuh Valdo jatuh dengan bersimbah darah, sementara Clara yang tadinya di kira pingsan ternyata hanya berpura-pura agar Valdo lengah. "Ayah, " Brian berteriak memanggil Valdo. "Valdo," Sementara Nathan dan Gladys Nathan berteriak memanggil Valdo agar menghindar, namun sayangnya Clara lebih dulu menyerangnya hingga pria bertubuh tegap itu tak sempat menghindar. Nathan Memutuskan untuk berlari menuju ke arah Valdo, dan karena itu pula Clara yang terlanjur panik akhirnya memutuskan untuk kabur. Nicholas pun melakukan hal yang sama. Namun sebelumnya, ia memberikan Brian kepada ibunya agar lebih aman. "Nicho, selamatkan Valdo!!" Pinta Gladys dengan tangan memohon. Sementara Valdo hanya bisa menganggukkan kepalanya dan akan berusaha sebisa mungkin untuk
"Lepaskan dia!" Valdo berteriak membentak Clara yang sedang berusaha untuk menangkap Brian. Bocah itu menangis ketakutan sementara Clara terus berusaha untuk menariknya masuk ke dalam Mobil. Melihat itu, Valdo langsung bergegas mendekat demi bisa menyelamatkan Brian dari wanita gila seperti Clara. sementara Gladys, wanita itu baru saja keliat dari ruang kerjanya setelah melakukan meeting dengan beberapa Client yang ingin memakai jasa desainnya untuk di kenakan pada acara special mereka. "Nona," Tiara berteriak, sembari berjalan cepat ke arah Gladys. Hal itu membuat Gladys sedikit heran, mengingat wajah Tiara yang di landa kepanikan. "Ara, ada apa?" Tanya Gladys sesampainya Tiara di dekatnya. Sementara Tiara, Wanita tengah berusaha untuk menetralkan nafasnya karena terlalu panik. Melihat itu, Gladys tentu saja tidak tinggal diam dan memilih menggiring Tiara untuk masuk ke ruangannya dan mengambilkannya minuman terlebih dahulu. "Minum lah!" Ucap Gladys sembari ik
Nathan yang baru keluar dari toilet, memutuskan untuk berjalan mendekati Gladys yang masih terduduk di atas Ranjang dengan wajah Shock. "Kak, kau masih di sini? tumben." Celetukan keceplosan. Namun agaknya Gladys tak berniat meralat ucapannya karena merasa jika yang ia katakan memang lah benar, dulu Nathaniel selalu meninggal kan dirinya seusai bercinta. jadi, hal ini adalah hal langka yang baru pertama kalinya di lakukan oleh sang mantan suami setelah pernikahan mereka. Namun sayangnya hal itu terjadi setelah mereka berpisah, hingga Gladys tak bisa berbuat apa-apa jika sampai ingatan Nathan pulih sehingga melupakan memori tentangnya saat ini. "Kenapa? aku suamimu, kenapa kau bicara seperti itu?" Nathan duduk di bibir ranjang, Sehingga tatapan keduanya kini bertemu. Hati Gladys bergetar mendengar ucapan itu keluar dari bibir Nathan, ingin sekali ia berteriak jika mereka sudah bukan pasangan suami istri lagi. namun, Ia tak punya cukup keberanian untuk mengambil resiko
"Glad" Panggil Nathan, saat Gladys baru saja masuk ke dalam rumah mereka. "Ya" Jawab Gladys acuh tak acuh. "Apa kau baik-baik saja?" Tanyanya sembari memegang bahu Gladys, lalu menelisik tubuh sang istri dari ujung kaki hingga ujung kepala, pria itu memastikan jika keadaan wanita itu baik-baik saja. "Aku baik-baik saja kak, jangan khawatir. Maaf, aku harus ke kamar!" Ucap Gladys, sembari menepis tangan Nathan dari bahunya. "Tapi Glad, Kata Tiara, tadi Clara datang ke butikmu. sebenarnya apa yang ia lakukan di sana?" Deg Gladys, langsung menghentikan langkahnya karena terkejut. bukan terkejut karena Nathan tau jika Clara datang ke butiknya? namun terkejut karena Nathan menanyakan apa tujuan Clara datang ke butiknya. apakah itu berarti Nathaniel, sudah mengingat siapa Clara? Gladys, langsung berbalik kembali menatap ke arah Nathan dengan ekspresi wajah curiga. "Kak tau soal Clara?" Deg Kini giliran Nathan yang terkejut mendengar pertanyaan dari Gladys, pria itu b