"Cepat, Stephanie! Kalau kita tidak berangkat pagi-pagi, kita tidak akan tiba di sana saat makan malam nanti!" Jacob berteriak begitu lantang dan membuat semua orang di rumah begitu panik karena terburu-buru. Hari ini Jacob secara resmi akan mengunjungi keluarga Sierra dan Jacob sudah lama menantikan pertemuan ini. Rasanya sejak mendengar Bastian sudah melamar Sierra, entah mengapa hati Jacob malah menjadi damai. Sudahlah, ia tidak peduli lagi dengan apa itu mantan perawat, mantan istri pura-pura atau apapun itu, rasanya semua tidak penting lagi saat sebentar lagi Bastian, anaknya tercinta akan menikah. Oh, sungguh, melihat Bastian menikah dan berkeluarga adalah impian Jacob. Terserah saja Bastian mau menikah dengan wanita mana yang penting wanitanya baik dan tidak mata duitan seperti Laura dulu. Dan ada untungnya juga Jacob sudah mengenal Sierra sejak lama. Jacob pun berharap agar ia benar-benar amnesia tentang Sierra jadi ia tidak perlu berpura-pura lagi. "Stephanie, Lalit
Di sisi lain, keluarga Sierra sendiri juga tidak kalah heboh. Sierra sudah mengambil cuti mulai hari ini sampai beberapa hari ke depan saat keluarga Jacob sudah pulang nanti. Lidya juga menyiapkan banyak sekali bahan makanan yang akan dimasak untuk menyambut calon besannya nanti malam. "Astaga, Julio, jangan dimakani terus cookiesnya, itu untuk cemilan nanti malam!" seru Lidya yang begitu sibuk mengeluarkan hasil panggangan cookiesnya dari oven.Selain masakan, Lidya juga membuat kue dan cookies dan apapun yang bisa ia buat untuk menyambut keluarga Jacob dan keluarga Sierra begitu sibuk hari itu. "Ini enak, Grandma!""Grandma tahu tapi astaga! Sierra, bawa Julio keluar dulu! Astaga, cookiesnya dimakan terus!" Julio yang mendengar teriakan teriakan Lidya pun langsung mengambil cookies itu banyak-banyak lalu melarikan diri dari dapur. "Astaga, Julio! Cookies di toples tinggal setengah!" teriak Lidya frustasi. Lidya pun akhirnya membuat cookies lagi untuk memenuhi toplesnya dan se
"Ya ampun, ini banyak sekali, Pak Jacob!" Lidya tidak berhenti menganga melihat dua orang sopir Jacob yang menurunkan barang-barangnya. "Ah, tujuanku ke sini selain berkenalan juga ingin melamar Sierra jadi semua ini harus kuberikan, Bu Lidya. Tidak usah sungkan!"Lidya pun tidak bisa berkata-kata lagi, namun ia hanya terus menganga melihat begitu banyaknya barang yang dibawa masuk ke rumah. "Yeay, ada paket! Julio mau buka, Grandma!" pekik Julio yang begitu antusias melihat semua seserahan itu. "Ini Grandpaku yang bawa! Jangan dibuka! Nanti Grandmamu saja yang buka!" kata Lalita. Lalita sendiri terlihat begitu antusias melihat semua barang itu, tapi ia terus mencegah saat Julio ingin membukanya. Lidya pun berterima kasih pada Jacob, sebelum akhirnya mengajak semua orang untuk langsung makan karena memang hari sudah malam dan keluarga Sagala pasti lelah dengan perjalanan jauh mereka. Semua orang pun tertawa begitu senang sambil makan malam bersama di rumah keluarga Sierra. Jac
"Terima kasih untuk makan malam yang berkesan ini, besok kita bertemu lagi, Bu Lidya! Menyenangkan sekali berkumpul bersama kalian semua." Jacob tidak berhenti tertawa senang saat ia berpamitan malam itu. "Aku juga senang sekali, Pak Jacob. Terima kasih lagi untuk semua pemberiannya." "Ah, tidak usah sungkan, kita ini keluarga! Haha!" Jacob kembali tertawa sebelum ia mengalihkan tatapannya pada Sierra. "Sierra, Om pergi dulu!" Jacob pun melambaikan tangannya pada Sierra. "Iya, hati-hati, Om!" seru Sierra yang sangat bahagia merasakan hubungan dengan Jacob yang begitu baik. Jacob pun masih tertawa menatap Sierra sampai sedetik kemudian Jacob menaikkan alisnya. "Oh ya, mengapa kau masih memanggil Om, Sierra! Seharusnya kau sudah memanggilku Ayah! Bukankah sebentar lagi kau juga akan menjadi menantuku?""Eh?" Sierra terdiam sejenak sambil melirik ke arah Bastian dan Lidya. "Haha, ayo cobalah, Sierra! Cobalah memanggilku Ayah! Aku mau mendengarnya seperti Bastian dan Stephanie yang
Ada banyak agenda yang sudah Jacob jadwalkan selama satu minggu berada di kota itu, salah satunya adalah melihat kantor cabang baru dan berkenalan dengan beberapa klien di sana. Namu, agenda yang paling banyak akan menyita waktunya, tentu saja adalah berkenalan lebih jauh dengan keluarga Sierra. Bahkan Jacob dan yang lain merasa begitu antusias dan menganggap perjalanan mereka kali ini adalah liburan. "Setelah Ayah mengunjungi klien bersama Bastian, Ayah akan menyusul kalian ke Lidya's Bakery," kata Jacob pagi itu. Baik Jacob maupun Bastian memutuskan untuk tidak membahas lagi masalah kemarin. Mereka memutuskan untuk tetap melanjutkan apa yang sudah terjadi sekarang dan tidak mengungkit lagi yang sudah lalu. Dan tentu saja keputusan ini terdengar sangat bijak karena mereka toh lebih bahagia tanpa banyak pertanyaan mengapa. Bastian pun membawa Jacob pagi itu untuk mengunjungi kantor Harrison Group, klien besar Bastian. Jacob pun bertemu dengan Marco yang sudah menunggunya di san
Sejak pulang kembali ke kotanya, Jacob dan yang lain pun mulai sibuk mempersiapkan pernikahan Bastian dan Sierra. Pernikahan diputuskan akan diselenggarakan secara sederhana. Walaupun jujur saja Bastian dan Jacob merasa berat karena mereka sama-sama ingin menunjukkan kepada dunia kebahagiaan mereka. Namun sekali lagi, demi reputasi Sierra yang dulunya sempat menjadi istri Jacob dan mantan istri, tentu saja rasanya publikasi akan dirasa kurang cocok. Sekalipun Jacob tetap bertahan dengan pura-pura lupa, tapi ternyata ia dan Bastian punya pikiran yang sama. Sierra sendiri untungnya juga lebih nyaman dengan pesta sederhana dan Lidya pun tidak keberatan dengan apapun itu. "Selama menurutmu itu baik, Ibu akan mendukungmu, Sierra. Bahkan Ibu juga berterima kasih karena semua orang tidak hanya memikirkan diri mereka sendiri tapi memikirkan reputasimu juga." "Biasanya pengusaha apalagi yang sekaya Pak Jacob itu paling menyukai pesta besar, dengan gedung mewah dan dengan undangan yang s
Layaknya pasangan lain yang akan menikah, Bastian dan Sierra pun mengalami yang namanya stres menjelang pernikahan. Lebih tepatnya Sierra sendiri yang stres karena Bastian tidak terlalu mempedulikan detail, yang penting ia dan Sierra menikah. Tapi justru ketidakpedulian Bastian itu yang membuat Sierra makin stres. "Kau saja bisa memikirkan detail lamaran, mengapa sekarang kau seolah tidak peduli dengan detail pernikahan?""Bukan tidak peduli, Sayang. Tapi aku menyerahkan semua padamu, Sayang. Aku ikut saja apa pun yang kau mau.""Tidak bisa begitu, Bastian! Aku juga tidak punya waktu memilih semua detailnya sendiri tapi kau tidak mau membantuku!" "Bukankah kita sudah memakai jasa Wedding Organizer, Sayang? Kau bisa meminta bantuan mereka atau kalau kau tidak mau repot, serahkan saja semuanya pada mereka." "Tapi selera mereka berbeda dengan seleraku, Bastian. Aku tidak bisa memasrahkan semuanya begitu saja pada mereka," seru Sierra kesal. Dan Bastian pun hanya bisa tertawa menden
"Baru satu hari tidak bertemu tapi aku sudah merindukanmu, Sayang," seru Bastian di teleponnya malam itu. Kemarin malam Bastian berpamitan ke keluarga Sierra untuk pulang ke kotanya karena ia dan Sierra akan dipingit selama satu minggu sampai hari H pernikahan nanti. Tentu saja awalnya Bastian tidak setuju dengan pingitan ini, tapi mengingat hal ini adalah tradisi, ia pun akhirnya pasrah. Sierra yang mendengar ucapan Bastian pun tersenyum. "Aku juga merindukanmu, Bastian. Akhir-akhir ini kau lebih sering di sini dan aku bisa melihatmu setiap hari." "Nanti setelah kita menikah, kau juga bisa melihatku setiap hari, Sierra.""Hmm, kau benar. Aku bahagia sekali, Bastian.""Apalagi aku, Sierra. Aku sudah tidak sabar menantikan hari pernikahan kita dan keluarga yang lain juga." Bastian pun menceritakan bagaimana sibuknya rumah keluarga Sagala hari itu menjelang pernikahan mereka. Dan Sierra pun terus tertawa mendengarnya. "Haha, mereka seperti itu karena mereka begitu antusias, Basti
Setelah serangkaian acara selesai, anak-anak pun makan bersama lalu bermain bersama. Gelak tawa dan teriakan anak-anak memenuhi pinggir kolam renang sampai membuat Jacob dan Lidya pun terus tertawa senang. "Masa tua kita akan terus bahagia melihat para cucu kita yang tumbuh besar, aku senang sekali akhirnya kita menjadi keluarga besar, Bu Lidya." "Aku juga senang, Pak Jacob. Aku tidak pernah menyangka hari ini akan tiba. Masih teringat jelas bagaimana semua hal buruk itu terjadi dulu, tapi semua benar-benar sudah berubah beberapa tahun terakhir ini. Dan selama beberapa tahun ini aku hanya merasakan kebahagiaan, aku bersyukur sekali." "Haha, kau benar, Bu Lidya. Kau benar. Karena aku juga merasakan yang sama. Sejak Bastian menikah dengan Sierra, aku hanya merasakan kebahagiaan, aku bahagia sekali." Lidya yang mendengarnya hanya mengangguk dan tersenyum menatap anak-anak yang bermain bersama. Kali ini Bastian dan Jonathan mengobrol bersama, sedangkan Rosella dan Sierra pun mengobro
Satu tahun kemudianSpanduk bertuliskan "Happy birthday Victor Sagala" membentang di pinggir kolam renang rumah Jacob pagi itu. Jacob ngotot menjadi tuan rumah dalam acara ulang tahun cucunya itu dan keluarga Sierra pun akhirnya merayakan ulang tahun Victor di sana. Lidya dan Sierra pun berangkat ke rumah Jacob membawa Santos dan Sania yang sudah berlarian kesana kemari dan tidak bisa diam itu. Namun, Santos dan Sania sangat menyayangi Victor. Perbedaan umur mereka yang hanya 1.5 tahun membuat mereka terlihat lucu saat bersama. Santos dan Sania akan menggandeng Victor di tengah dan Victor yang baru belajar berjalan itu begitu senang setiap kali digandeng oleh kakak kembarnya itu. Seperti pagi itu di pinggir kolam renang rumah Jacob. "Hati-hati, Santos! Jangan miring-miring jalannya! Nanti kalian bertiga bisa masuk ke dalam kolam!" seru Sierra yang masih sibuk menyusun kue-kue di meja untuk foto. Santos dan Sania membawa Victor berkeliling dan mereka berjalan zigzag. Kadang mere
Beberapa bulan berlalu dan perut para Ibu hamil pun sudah membola. Rosella sendiri sudah mendekati waktu melahirkan, namun ia masih begitu aktif bekerja sampai Adipura tidak tahan melihatnya. "Aduh, Rosella! Kau di rumah saja ya! Istirahat saja! Tinggal menghitung hari kau akan melahirkan! Ayah tidak mau cucu Ayah lahir di kantor!" "Aku baik-baik saja, Ayah. Lagipula aku tidak setiap hari ke kantor kan?" "Tapi Ayah takut sekali melihatmu berjalan dengan perut sebesar itu!" "Haha, benar, Rosella! Dengarkan ayahmu, dia sampai tidak bisa tidur memikirkanmu." Imelda mengulum senyumnya. Rosella sendiri ikut tersenyum. "Haha, baiklah, Ayah! Baiklah, besok aku tidak akan ke kantor ya," kata Rosella akhirnya. "Ah, iya, iya." Adipura pun bernapas lega dan jantungnya terus berdebar kencang karena terlalu antusias. Bahkan Adipura ikut diam di rumah bersama Rosella keesokan harinya. "Makan yang banyak, Rosella! Kau harus punya tenaga untuk melahirkan," pesan Adipura yang terus menghitung
Hamil dalam keadaan sadar dan hamil dalam keadaan gila tentu saja adalah dua hal yang sangat berbeda. Dulu waktu Rosella hamil Julio, setiap hari ia hanya bisa berteriak dan memukuli perutnya, menolak kehadiran Julio dan terus mengamuk. Rosella benar-benar gila dulu dan rasanya apa yang terjadi dulu sudah tidak bisa lagi diungkapkan dengan kata-kata. Tapi di atas semua itu, Rosella bersyukur karena semua hal buruk sudah berlalu dan digantikan hal baik yang tiada henti di kehidupannya yang sekarang. Rosella memiliki keluarga yang hebat, suami yang hebat, mertua yang hebat, dan anak yang hebat. Pekerjaan yang hebat juga dan semua hal yang membuatnya tidak pernah menyesal telah dilahirkan, yang membuat Rosella tidak pernah menyesali lagi semua yang sudah terjadi di masa lalunya. Dan yang membuat Rosella paham bahwa Tuhan selalu punya rencana dalam hidup kita. Mungkin seringkali kita bertanya mengapa aku yang harus mengalami semua hal buruk itu, aku tidak kuat, aku tidak sanggup.
Lidya dan Sierra masih begitu syok sampai mereka tidak tahu harus senang atau tidak, namun semua anggota keluarga yang lain malah memekik senang, terutama Jacob yang tidak berhenti tertawa senang. "Selamat ya, Sierra! Selamat! Haha! Ayah senang sekali akan bertambah cucu! Hahaha!" Sierra pun hanya memaksakan senyumnya sampai tidak lama kemudian, Bastian pun pulang ke rumah karena Sierra mengirimkan hasil tespeknya ke ponsel Bastian.Bastian yang baru memarkir mobilnya pun langsung berlari masuk dan mencari istrinya. "Sierra, Sayang, benarkah itu? Kau hamil lagi, Sayang?" Bastian langsung menangkup kedua bahu Sierra. "Entahlah, tespeknya bilang begitu!" Bastian yang mendengar jawaban Sierra pun langsung tertawa sumringah. "Bukankah tespek tidak pernah bohong, Sayang? Sekarang kita tanya ke dokter ya! Ayo, Sayang! Ayo!" Bastian pun langsung mengajak Sierra pergi ke dokter kandungan siang itu dan jantung Sierra pun terus berdebar tidak karuan sampai akhirnya ia dipanggil masuk dan
Hampir satu minggu setelah acara pernikahan dan semua orang akhirnya bisa bersantai lagi dari padatnya acara mereka. Saking banyaknya undangan yang diundang oleh Adipura dari berbagai kota dan negara membuat jadwal keluarga mereka pun begitu padat untuk menjamu semuanya. Dan ketika semuanya berakhir, Rosella sendiri mengalami kelelahan yang tidak biasa. Ia lelah sekali sampai lemas dan tidak bernafsu melakukan apa pun, bahkan nafsu makan pun tidak ada. Selama tiga malam Rosella dan Jonathan masih menginap di hotel lalu setelahnya mereka pun pulang ke rumah Adipura. Jonathan memang belum mengajak Rosella tinggal berdua di apartemen karena keluarga Adipura masih begitu menikmati kumpul bersama seperti ini, apalagi sekarang Julio sudah tinggal bersama mereka. "Kau tidak apa, Sayang? Kau kelelahan ya?" Jonathan membelai kepala Rosella yang sedang berbaring tidur siang itu. "Hmm, aku lelah sekali, Jonathan. Aku sedikit meriang, kurasa aku tidak mau melakukan apa-apa dulu." "Kau mau
Sebuah papan bertuliskan "The Wedding of Jonathan and Rosella" terpasang di pintu masuk sebuah taman di sebuah hotel mewah yang akan menjadi tempat pemberkatan pernikahan pagi itu. Hanya sedikit undangan yang diundang pada pagi hari, namun mereka akan mengadakan pesta besar lagi di ballroom mewah nanti malam. Semua undangan pun sudah hadir di sana dan mereka begitu antusias menantikan pasangan pengantin yang berbahagia. Rosella sendiri nampak begitu gugup saat berada di ruang VIP untuk menunggu saat ia harus keluar. Setelah mengalami persiapan pernikahan yang cukup membuat emosi labil dan setelah mengalami pingitan yang membuatnya begitu merindukan Jonathan, hari ini akhirnya mereka akan mengikat janji suci dan jantung Rosella tidak berhenti berdebar kencang sejak subuh tadi. "Tenang, Rosella! Tenang! Kau terlalu gugup!" Lidya terus tersenyum menatap Rosella dari pantulan cerminnya. "Bagaimana aku tidak gugup, Ibu? Entahlah, aku gemetar!" "Haha, aku juga begitu waktu itu, Rosel
Semua anggota keluarga menyambut bahagia lamaran yang dilakukan oleh Jonathan dan mereka pun begitu tidak sabar untuk menikahkan anak-anak mereka. Mereka pun langsung memilih hari baik dan persiapan pernikahan pun mulai digelar. Semua orang langsung sibuk dengan tugasnya masing-masing karena Adipura ingin membuat pesta besar untuk Jonathan dan Rosella. "Sungguh tidak usah pesta sebesar itu, Ayah. Bagiku yang penting pernikahan kami sah.""Tidak bisa! Kau akan menikah, tentu saja pestanya harus besar dan mewah. Ayah tidak mau tahu, pestanya harus besar!" seru Adipura lagi dengan lantang. Semua anggota keluarga pun tidak berani membantah lagi dan akhirnya menuruti Adipura. Mereka menyewa gedung resepsi mewah dan menyewa jasa WO, namun tetap saja Adipura yang begitu sibuk mengatur semua detailnya karena memang Adipura sendiri adalah orang yang sangat detail. Sedangkan Lidya dan keluarganya yang sudah kembali ke rumah mereka sendiri, tidak banyak ikut campur dan memilih untuk mengik
"Mari, silakan, Pak Jacob!" "Silakan, Pak Adipura!" Keluarga Adipura, keluarga Jacob, dan keluarga Lidya sedang berkumpul bersama malam itu di sebuah ruang VIP di sebuah hotel mewah untuk makan malam. Setelah melalui banyak hal, mereka menjadi semakin dekat satu sama lain. "Rosella, kapan kau baru akan kembali ke WHA, hah? Om menunggumu. WHA membutuhkanmu," seru Adipura. Sejak kejadian itu sampai Adipura keluar dari rumah sakit bahkan sampai hari ini, Rosella memang belum kembali bekerja di WHA. Walaupun semua masalah sudah selesai dan namanya sudah bersih, tapi Rosella masih ragu untuk kembali. Bahkan Livy sudah mengundurkan diri dan memilih pindah ke luar negeri. "Ah, itu ...." "Besok Rosella akan kembali bekerja, Ayah." celetuk Jonathan tiba-tiba. Rosella pun membelalak menatap Jonathan karena sebelumnya mereka belum pernah membicarakannya. "Jonathan!" desis Rosella. Namun, Jonathan tidak menanggapinya dan malah menggenggam tangan Rosella yang ada di atas meja. "Besok