Musim hujan di Kota Shigo kering dan suram, karena matahari tidak bersinar hari ini, segalanya tampak tertutup kabut yang tidak nyata.Cindy melihat ke kejauhan, melihat deretan batu nisan yang berdiri, ada semacam kesepian yang unik, suara dingin Cindy menyebar di udara."Kalau kamu bilang nggak maka berarti nggak. Pokoknya, aku sudah menjelaskannya, jadi Bibi jaga sikap saja."Santi sedikit mengernyit, "Aku merasa Cindy salah paham terhadap aku .... Apakah Yogi mengatakan sesuatu kepada kamu?"Cindy tidak melihat ke arah Santi, dia menatap lurus ke depan, seolah sedang melihat sesuatu, seolah menatap kosong begitu saja. Sudah tiga hari sejak kematian mendadak Danang, Cindy sedikit mati rasa.Tapi, Santi tetap berbicara dengan nada sedih, "Orang bilang sulit untuk menjadi ibu tiri. Aku pikir aku sudah memperlakukan Yogi dengan sepenuh hati, tapi dia tetap nggak bisa menerimaku. Sekarang bahkan Cindy menatapku seperti ini. Aku benar-benar merasa gagal sebagai manusia."Cindy tidak menj
"Wanita bernama Lancy yang sedang hamil delapan bulan di kota kecil itu adalah putrimu 'kan? Kamu sengaja membuatku mengira itu adalah wanita Yogi, padahal sebenarnya dia adalah putrimu dan Paman 'kan? Apalagi, dia seharusnya satu atau dua tahun lebih tua dari Yogi, jadi Paman nggak berani membiarkan dia mengakui dia secara sah."Dengan mengakui Lancy secara sah, bukankah berarti Cahyadi pernah berselingkuh saat menikah? Cahyadi tidak akan membiarkan hal semacam ini dipublikasikan, entah itu demi Grup Mega, Keluarga Walker atau reputasinya, apalagi demi hubungan dengan Yogi, Cahyadi tak mau bermusuhan total dengan Yogi, jadi dia tidak akan memprovokasi batas toleransi Yogi."Tapi, kamu nggak ingin putri kamu tinggal di luar, jadi selama bertahun-tahun, kamu terus mengganggu hubungan ayah dan anak itu agar Paman mengakui putrimu secara sah sebagai keturunan Keluarga Walker. Kamu ingin putri kamu bersaing untuk mendapatkan harta milik Keluarga Walker."Mendengar kalimat terakhir, topeng
Cindy akhirnya tidur tengkurap sampai keesokan paginya.Ketika dia dibangunkan secara paksa oleh nada dering tersebut, Cindy merasa seperti baru saja menutup matanya.Pria itu sangat agresif tadi malam, dia mengatakan dia ingin menebus malam pernikahannya, tapi setiap kali melakukannya, itu lebih seperti memaku Cindy ke tempat tidurnya sehingga Cindy tidak bisa pergi ke mana-mana.Seluruh tubuh Cindy pegal dan dia tidak mau bergerak, tapi ponselnya terus berdering. Cindy bersenandung beberapa kali di bawah selimut, lalu akhirnya mengambil ponselnya dan menjawab, "Halo?"Ketika orang di sana mendengar suara serak Cindy, dia tertegun sejenak dan bertanya dengan hati-hati, "Cindy?"Cindy membalikkan tubuhnya, "Sisca, ada apa?""Apa kamu baik-baik saja?" Sisca merasa suara Cindy terdengar seperti habis menangis setidaknya semalaman. Tentu saja Sisca mengira Cindy menangisi Danang, Sisca tidak memikirkan hal lain.Cindy perlahan-lahan terbangun, "Nggak ada apa-apa."Sisca menghela napas leg
Yogi bertanya balik, "Siapa Bahari? Nama ayah Cindy adalah Danang. Kemarin saat dimakamkan, kamu pergi ke kuburan untuk mengirim bunga dan memberi penghormatan secara langsung. Apa kamu lupa?""Kamu nggak perlu berpura-pura di depanku," kata Cahyadi, "Kalau kamu nggak mengetahuinya, kamu nggak akan membuat akta nikah dengan Cindy tanpa memberitahuku. Kamu membuat akta nikah terlebih dahulu baru memberi tahu belakangan, bukankah karena kamu takut aku akan menghentikanmu?"Yogi tidak mengatakan apa-apa. Dia mengulurkan tangan untuk mengambil secangkir teh dan mengendusnya. Asap mengaburkan matanya dan membuat orang sulit untuk melihat emosi di balik matanya."Yogi, Grup Mega milikmu sekarang. Aku nggak keberatan kalau kamu melewatkanku dan beraliansi dengan Laskar dan Hery. Tapi, karena kamu duduk di posisi ini dan mempunyai kekuasaan ini, maka kamu harus mempertanggungjawabkan hal itu sampai tuntas kamu harus menemukan 600 triliun itu, kalau nggak, maka akan menimbulkan masalah yang tia
Setelah merasa mual, Selina tidak bisa berhenti dan "muntah" dua kali berturut-turut.Cindy segera mengeluarkan dua lembar tisu, lalu melipat untuk mencegah tangan melepuh dan mengangkat sepiring ikan panas itu menjauh.Sisca pun segera bertanya, "Selina, apa kamu baik-baik saja?""...." Selina meminum teh, rasa mual seperti mabuk perjalanan di dadanya pun mereda. Dia menggeleng ke arah Mereka, "Nggak apa-apa."Sisca mengendus ikan itu, "Nggak terlalu amis. Ikan kukus jenis ini sangat enak."Selina cemberut, "Mungkin karena aku duduk terus, nggak berjalan-jalan untuk melancarkan pencernaan, jadi tiba-tiba nggak tahan."Sisca berkata "oh" dua kali, tanpa banyak berpikir, lalu menambahkan air ke cangkir teh Selina. Cindy malah memikirkan sesuatu, dia memandangi perut Selina, sedikit mengernyit dan terdiam beberapa saat.Selina tidak muntah lagi setelah itu, tapi nafsu makannya kurang baik.Sisca lebih cuek, dia melanjutkan apa yang baru saja dia katakan, "Kalau begitu, Cindy, kamu akan t
Sejak pulang ke rumah tiga tahun kemudian, Cindy selalu bersikap sangat sopan kepada Auriel. Ini pertama kalinya Cindy marah pada Auriel, karena Cindy tidak tahan!"Apa kamu nggak tahu jantung Ibu lemah? Apa kamu nggak tahu kalau dia pantang terlalu sedih dan gembira? Apa kamu nggak tahu kenapa dia dirawat di rumah sakit kali ini? Apa kamu nggak dengar aku bilang urusan ayah tunggu sampai Ibu keluar rumah sakit baru beri tahu Ibu? Kamu bergegas datang mengatakan yang sebenarnya pada dia, apa maksudmu?"Auriel bertanya balik sambil mencibir, "Ya, kamu pernah bilang, tapi kenapa aku harus mendengarkanmu?"Cindy menampar wajar Auriel!Batas kesabaran Cindy adalah Nasnah, Cindy tidak akan membiarkan siapa pun menyakiti dia, bahkan kakak Cindy pun tidak boleh!"Kenapa? Apa kamu mengucapkan kata-kata manusia? Kalau Ibu terlalu emosional, jantungnya bisa berhenti berdetak kapan saja. Apa kamu berharap sesuatu terjadi pada dia? Kenapa? Akan kuberi tahu alasannya. Karena biaya Ibu dirawat di ru
Cindy mundur terhuyung-huyung, lalu menabrak tempat sampah, kehilangan keseimbangan dan langsung terjatuh."Cindy!" Sisca segera berlari menghampiri Cindy dan mendongak ke arah Auriel, "Apa kamu bilang nggak ada hubungan maka nggak ada hubungan! Mana buktinya!"Auriel mencabut sejumput kecil rambutnya dan melemparkannya ke lantai, "Pergi tes! Lakukan tes DNA, kamu nggak ada hubungan darah denganku!"Sisca kaget dengan sikap Auriel yang tidak merasa bersalah, benarkah Cindy bukan anak kandung Danang dan Nasnah?Sisca tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Cindy setelah baru saja merasakan sakitnya kehilangan ayah dan tiba-tiba mengetahui bahwa orang itu bukanlah ayah kandungnya."Cindy ...."Cindy menopang lantai, hawa dingin lantai beton menjalar ke tubuh Cindy lewat telapak tangan Cindy, hawa dingin itu membuat Cindy sadar.Bulu mata Cindy bergetar seperti sayap kupu-kupu, tiba-tiba dia teringat perkataan Danang kepada Cindy saat Danang datang ke rumah sakit di hari ketiga Lebaran
Dua strip merah.Selina memejamkan mata, sebelum mengikuti tes, Selina berpikir kalau hasilnya dua strip merah dan ditambah dengan reaksi Selina akhir-akhir ini, maka 99% Selina hamil. Kalau hanya satu strip, maka Selina akan tes lagi besok pagi.Tapi, kini Selina dipastikan memang hamil.Selina membuang alat tes kehamilan ke tempat sampah dan mencuci tangannya di wastafel. Cermin di depannya memperlihatkan alis Selina yang berangsur-angsur berkerut.Handy dari dulu ingin punya anak, jadi dia tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi, tapi Selina selalu meminum pil .... Selina, lihat itu, entah itu kondom atau pil kontrasepsi, tidak 100% mampu mencegahnya. Tapi, kenapa kebocoran ini menimpa Selina?Selina menatap dirinya sendiri di cermin. Setelah beberapa saat, dia mendekatkan wajahnya ke cermin untuk mengamati wajah dengan cermat.Selina termasuk tipe yang sangat beruntung. Meski usianya sudah menginjak tiga puluh tahun dan belum melakukan operasi plastik atau perawatan kulit apa pun