Cindy menjelaskan dengan sikap biasa, "Pak Hery mendadak ada urusan, jadi menunjukku mewakili Grup Suhendra untuk mengucapkan selamat kepada Nyonya Besar atas cucu kembarnya. Aku dan Pak Laskar hanya sejalan saja.""Berarti kamu masih bekerja di Grup Suhendra." Sikap Yogi tidak bisa dikatakan baik atau buruk. Dia memegang segelas anggur merah di tangannya dan mengocoknya pelan. Cairan di dalam gelas itu terus membentur dinding gelas. Keheningan lebih menyeramkan daripada bersuara.Hati Cindy saat ini seperti anggur merah, dikendalikan olehnya, bergoyang dan naik turun.Ini adalah pertemuan pertama mereka setelah mereka buka kartu.Bagaimana Yogi menghadapi Cindy yang terang-terangan mempermainkannya?Cindy merasa tidak heran kalau dia menyirami segelas anggur tersebut langsung ke wajah Cindy dan menggunakan cara yang paling sederhana dan kasar untuk membuat Cindy malu di depan umum.Yogi memang menyodorkan gelas anggur tersebut ke depan Cindy, tapi tidak disiram, tapi pinggiran gelasny
Di mata orang lain, mereka berempat sedang mengobrol dan tertawa tapi Cindy gelisah.Untungnya, Liana mengingatkan Yogi saat ini, "Pak Yogi, Nyonya Besar sudah turun, ayo kita sapa."Yogi menatap Cindy untuk terakhir kalinya dan mengangguk, "Permisi dulu."Lalu dia berjalan dengan merangkul Liana pergi untuk berbicara dengan Nyonya Besar Keluarga Helmino."...."Cindy merasa agak tidak nyata.Pada pertemuan pertama setelah buka kartu, tidak ada balas dendam yang ditakutkan Cindy, bahkan tidak ada jebakan yang disengaja atau ejekan yang keji.Yogi mendoakan Cindy lalu pergi .... Apakah dia merasa pemaksaan memang tidak ada gunanya, jadi dia memutuskan untuk melepaskan Cindy?Kondisi lolos dari bencana itu datang secara tak terduga, tanpa sadar mata Cindy mengikuti sosok Yogi, bertanya-tanya kenapa tiba-tiba sifatnya berubah?Laskar memperhatikan bahwa Cindy memandangnya "dengan obsesif".Dia berkata pelan, "Yang sekarang ada di sini tapi kamu terus menatap mantanmu. Bukankah kamu nggak
Laskar masih ingat Cindy mengenakan kebaya modifikasi berwarna hijau muda di kapal pesiar Keluarga Sukajo.Dengan rambut disanggul, Cindy menaiki tangga dengan lemah gemulai seperti dahan pohon yang tertiup angin di tepi sungai pada bulan Maret.Dia tiba-tiba merasa bahwa ketertarikannya pada Cindy seharusnya sudah ada sejak saat itu.Cindy berkata dengan tenang, "Kalau Pak Laskar merujuk pada seseorang, mungkin salah orang."Laskar bergumam sendiri, "Aku kenal seorang ahli yang sangat pandai membuat kebaya. aku akan pesan kebaya warna ini untukmu nanti. Berapa ukuran kamu? Atau di akhir pekan, kuajak kamu menemui ahli itu. Kebaya lebih baik kalau dibuat sesuai ukuran tubuh.""...."Cindy menemukan bahwa Laskar memiliki satu kemampuan yang sangat kuat, yaitu dia hanya mendengarkan apa yang ingin dia dengar dan hanya mengatakan apa yang ingin dia katakan.Cindy pernah melihat pria yang mendominasi seperti Yogi dan dia juga pernah melihat pria yang sopan seperti Steve, tapi Cindy mendapa
Cindy sontak menoleh.Yogi berkata dengan nada dingin, "Aku nggak ikut dengan Cindy dan hubunganku dengan Cindy bahkan sangat ... biasa-biasa saja. Aku nggak akan membela Cindy 'kan.""Aku ...." Tiara ingin bilang mana ada hubungan yang biasa-biasa saja? Cindy adalah wanitamu sebelumnya!Tapi, Tiara berani membantah Laskar dan sama sekali tidak berani membantah Yogi.Bukan karena status Yogi lebih tinggi dari Laskar, melainkan karena Laskar mudah diajak bicara, Tiara tahu dia tidak akan marah, tapi Yogi berbeda.Auranya menakutkan hanya dengan berdiri di sana."Aku ... kalian menindasku beramai-ramai!" Tiara merasa sedih.Cindy mengernyitkan bibir, "Penjahat malah mengadu duluan. Jelas sekali kamu yang menindas Nyonya Besar Keluarga Helmino dulu."Tiara menatap, "Rumor apa yang kamu buat! Nggak ada!"Cindy berjalan menuju Tiara, "Hari ini adalah selamatan satu bulan cucu dia. Dia mengundangmu untuk merayakannya dengan niat baik, anggur enak dan makanan enak. Kebencian atau dendam apa k
Acara selamatan satu bulan Keluarga Helmoni diadakan di rumah, seluruh vila terang benderang baik di dalam maupun di luar.Cindy dan Steve meninggalkan ruang perjamuan dan pergi ke taman. Steve merasa angin agak kencang dan Cindy hanya mengenakan gaun, dia takut Cindy akan masuk angin, "Kamu sudah menyapa Nyonya Besar Keluarga Helmino, kamu boleh pulang dulu, kuantar kamu pulang."Cindy menggelengkan kepalanya, "Tunggu sebentar lagi, acaranya belum selesai."Biarpun tidak ada seorang pun yang peduli pada Cindy biarpun dia pergi sekarang, Cindy terbiasa bersikap hati-hati dan sopan, tidak meninggalkan kekurangan untuk dikritik.Steve mengulurkan tangan, mengencangkan jas yang dikenakan Cindy dan bergeser ke arah mata angin untuk menghalangi angin untuk Cindy.Dia menunduk untuk melihat wajah Cindy yang ditutupi riasan dan bertanya dengan suara kecil, "Kamu sepertinya sangat lelah. Apa kamu terlalu sibuk bekerja dan nggak punya waktu untuk istirahat?""Aku baru saja bergabung dengan peru
Tapi, pada akhirnya baik Yogi maupun Steve tidak mendengar jawaban Cindy.Karena tepat pada saat itu, ponsel Steve berdering dan yang menelepon adalah Melly."Kak Steve, Kak Steve, di mana kamu? Sesuatu terjadi padaku, cepat datang selamatkan aku!"Steve mengernyit, "Melly, jangan khawatir, apa yang terjadi?"Melly jelas ketakutan dan tergagap, "Aku, aku sedang mengemudi, saat aku melihat ponselku sebentar, lalu aku mendongak dan melihat seseorang hendak menyeberang jalan di depanku ...."Hati Steve mencelos, "Lalu apa?""Lalu aku buru-buru memutar setir untuk menghindarinya. Sekarang mobilku menabrak sabuk hijau dan terjebak, mobil nggak bisa bergerak. Apa yang harus kulakukan? Aku sangat takut. Cepat kemari, cepat selamatkan aku ...."Steve, "Nggak ada yang terluka, kamu seharusnya merasa beruntung. Siapa yang mengajarimu melihat ponsel saat mengemudi? Kamu masih berani menangis. Kalau Kak Hery tahu, dia akan mematahkan kakimu."Melly menangis, "Jangan marah lagi, cepat datang selama
Cindy menoleh seolah tidak mendengar dengan jelas, "Apa yang Pak Yogi katakan?"Kamar itu tidak dingin, sehingga Yogi melepas jas dan meletakkannya di lengan, dia hanya mengenakan kemeja putih dan rompi wol abu-abu tua.Dia mengenakan ban lengan, lengannya diikat hingga membentuk otot, menunjukkan keanggunan dan keliaran.Pada jarak sedekat itu dan kata-kata Yogi juga tidak ambigu, maka Cindy pasti melamun parah sehingga tidak mendengar kata-katanya. Yogi tahu bahwa Cindy tidak ingin menanggapi, jadi dia tersenyum, "Nggak."Cindy terus melihat si kembar.Hmm, Cindy benar-benar tidak mau menanggapi.Cindy tidak tahu kenapa Yogi tiba-tiba berkata seperti itu?Walaupun tidak ada keguguran yang tidak disengaja, dia juga tidak akan membiarkan Cindy melahirkannya. Ini adalah jawaban yang dia berikan kepada Cindy ketika Cindy menderita dismenore tapi dikira keguguran.Cindy tak mau membahas soal punya anak dengan dia, itu aneh dan tak ada artinya.Si kembar sedang tidur nyenyak, Cindy membung
Telapak tangan Yogi panas jadi sentuhannya tak bisa dihiraukan. Tubuh Cindy pun menegang. Tepat ketika dia hendak mengatakan sesuatu, Yogi melepaskan Cindy dan bahkan mundur selangkah dengan sopan.Seolah-olah dia benar-benar hanya memapah Cindy dengan "sopan.Cindy segera merapikan gaun, lalu memandangnya dengan heran dan mengulurkan tangan, "Berikan pakaianku."Yogi memberikan jas di pelukannya kepada Cindy.Cindy menarik tangan, "Aku ingin pakaian Profesor Steve."Yogi menyipitkan mata, Cindy menjelaskan tanpa daya, "Itu jas Profesor Steve, aku harus kembalikan kepadanya."Ekspresi Yogi terlihat seperti ingin langsung membuang jas itu ke tempat sampah.Tapi, entah kenapa, tapi setelah beberapa detik, dia tetap melemparkannya pada Cindy.Cindy segera menangkapnya, dia terkejut karena Yogi begitu mudah diajak bicara."Dia pria dewasa tapi masih memakai parfum, apa kamu nggak merasa dia banci."Ada aroma kayu manis yang sangat tipis di jas Steve yang berkesan hangat. Aroma itu tidak me