Steve yang berada di luar pintu awalnya ingin membuka pintu, tapi percakapan yang datang dari bangsal dengan kedap suara biasa saja itu membuat tangannya berhenti.Kelopak matanya sedikit terkulai dan pantulan lensanya membuat orang sulit untuk melihat emosi di balik matanya. Yang bisa dirasakan hanyalah dia diselimuti oleh kekecewaan.Ternyata bunga yang dia pikir sudah mulai bertunas berkat penyiramannya hanyalah imajinasinya saja, nyatanya benih tersebut tidak pernah bertunas.Setelah beberapa saat, dia berbalik dan pergi tanpa suara.Yogi mendengus.Setelah Cindy menyeka hingga bersih, dia langsung menegakkan tubuh dan berkata dengan tenang, "Pak Yogi nggak perlu bersikap seolah-olah mengenalku dengan baik. Aku nggak berbicara dengan Profesor Steve hanya karena menurutku belum waktunya. Ketika saatnya tiba, nggak perlu aku bilang, Profesor Steve akan mengambil inisiatif untuk membantuku."Ekspresi Yogi sedikit muram, "Apa dia sebaik itu di hatimu?"Cindy berkata terus terang, "Dia
Steve mengirimkan data yang mereka kumpulkan di Desa Aprikot di Gunung Aprikot kepada Cindy. Cindy memilahnya keesokan harinya sambil diinfus.Cindy juga bisa menggerakkan tangannya yang terluka, efisiensinya cukup baik. Cindy juga termasuk orang yang lupa akan hal-hal lain begitu mulai bekerja.Ketika Cindy menyelesaikan pekerjaannya, dia melihat botol infus sudah kosong, perawat datang untuk mengambil jarum infus.Cindy melihat sekilas nama obat di botol infus, berbeda dengan yang diinfus pada Cindy dua hari lalu, dia memikirkannya, mengangkat ponsel dan dengan tenang mengambil foto tulisan di botol itu.Ketika Steve mengatakan tidak bisa mengantarkan makan siang kepada Cindy, dia awalnya mengatakan akan memesan makanan untuk Cindy, tapi Cindy bukannya tidak mampu mengurus diri sendiri sehingga Cindy mengatakan bahwa Cindy akan turun ke bawah untuk mencari makanan sendiri dan tidak perlu merepotkan Steve.Hari sudah siang. Cindy merenggangkan pinggang, lalu turun dari tempat tidur, m
Sebelah pipi William terbenam dalam kerikil dan lumpur, sisi lainnya berada di bawah sepatu kulit Steve. William menggertakkan gigi dan mengutuk, "Sialan! Kalau kamu mampu, bunuh aku sekarang! Kalau nggak, aku pasti akan membalaskan dendam untuk kakiku!"Ekspresi Steve acuh tak acuh dan terlihat sangat tenang, tapi tekanan kakinya semakin keras, menyebabkan wajah William terbenam satu sentimeter lagi di tanah.Steve sedang menguji data dengan serius, tapi orang ini bersembunyi di sudut, mencoba menyergapnya.Sayangnya kakinya patah satu dan bukan tandingan Steve sehingga mudah diinjak Steve seperti sampah.Seharusnya di siang hari bolong dan di depan umum, ketika orang-orang bisa melihatnya kapan saja, Profesor Steve akan menghargai statusnya dan tidak akan melakukan apa pun pada William.Namun, siapa yang meminta William untuk datang mengganggunya?Steve merasa tertekan hari ini karena mendengar percakapan antara Yogi dan Cindy tadi malam, dia juga berpikir kalau William tidak menculi
Qweneth segera menaikkan sekat pembatas antara bagian depan dan belakang mobil.Jadi ruang di belakang menjadi area yang tertutup dan sempit.Cindy ditarik hingga berlutut di lantai mobil, tubuhnya di antara kedua kaki Yogi, dengan sekat di belakangnya dan Yogi di depannya.Ruang yang kecil itu membuat Cindy tidak bisa melarikan diri.Cindy mendorong dada Yogi dengan marah, "Apa yang kamu lakukan! Lepaskan!"Yogi memegang tubuh Cindy dengan satu tangan, memegang dagu Cindy dengan tangan yang lain dan menatap mata Cindy."Kamu bisa menemukan 800 alasan bagi Steve untuk menjelaskan fakta bahwa dia menipumu, kamu juga bisa menemukan 800 alasan untuk mengajukan tuduhan nggak berdasar kepadaku. Bu Cindy, kamu 'memperlakukan semua orang dengan setara'."Lukanya belum sembuh total, entah dari mana dia mendapat kekuatan untuk mengekang Cindy seperti ini!Napas seperti salju dari tubuh Yogi menyerbu hidung Cindy dan mengelilinginya, membuat Cindy tidak bisa melarikan diri, "Sisilia memang melem
Reaksi pertama Cindy adalah menyerang bagian tubuhnya yang paling rentan, yaitu luka!Yogi sudah diserang oleh Cindy satu kali, tentu saja dia tidak akan memberikan kesempatan kedua kepada Cindy.Dia meraih pergelangan tangan Cindy dan menempelkannya ke dinding lift. Saat Cindy mengangkat kaki untuk menendangnya, dia langsung menjepit kaki Cindy!Cindy bisa merasakan emosi Yogi berfluktuasi secara intens.Namun, sejujurnya emosi Cindy juga tidak stabil saat ini.Hanya saja ketika seorang pria sedang labil emosinya maka kekuatannya akan lebih besar dari biasanya, tapi ketika seorang wanita sedang labil emosinya, seluruh tenaganya seolah-olah digunakan untuk marah-marah dan tidak mempunyai kekuatan sama sekali.Dia mengisap napas Cindy dalam-dalam dengan secara paksa dan dengan sedikit kebencian yang tersembunyi.Kenapa dia membenci Cindy?Lift mencapai lantai 19, pintu terbuka secara otomatis. Yogi segera melepaskan Cindy, menyeret Cindy keluar, menggesek kartu kamar, membuka pintu, men
Jejak cahaya terakhir di langit menghilang dari balik tirai, ruangan menjadi kelabu.Siang hari di musim hujan lebih pendek. Sekarang baru pukul setengah enam tapi hampir tidak ada cahaya matahari.Cindy meringkuk dalam selimut, dia sangat kelelahan sehingga napasnya agak berat.Rona merah di sudut mata Cindy masih ada, bulu matanya basah karena air mata.Yogi mengangkat tangan untuk menghilangkan kerutan di kening Cindy, Cindy sangat lelah hingga dia tidak mau bergerak biarpun dia merasakan Yogi menyentuhnya.Yogi membiarkan Cindy tidur. Dia membawa kotak rokok dan korek api ke ambang jendela untuk merokok.Memang benar dia sudah lama tidak merasakan hal ini. Ini membuatnya lebih terlena daripada rasa pencapaian yang didapatnya dari menandatangani kontrak senilai puluhan atau ratusan miliar.Mungkin karena Cindy menjadi terlalu tajam sejak mengundurkan diri, menghindarinya seperti melihat ular dan kalajengking dan sama sekali tidak dekat dengannya, sehingga dia memiliki keinginan untu
"...."Kelemahan Cindy adalah dia tidak tahu cara mengumpat. Semakin marah dia, semakin tidak bisa bicara. Giginya terkatup rapat dan dadanya naik turun karena marah.Yogi merasa Cindy terlihat lebih menarik seperti ini daripada sikapnya yang biasanya dingin dan tenang, jadi dia mencium Cindy dan memanggil Cindy, "Sayang, ayo yang patuh."Ada tembakau rasa kayu manis dalam ciumannya, yang secara spontan mengingatkan Cindy pada rumah kayu yang hangat di musim hujan, belum lagi Yogi memanggilnya seperti ini.Cindy terengah-engah, dia menolak untuk tenggelam dalam kelembutan palsu Yogi demi mendapatkan kepuasan fisik. Cindy berkata dengan penuh kebencian, "Jangan panggil aku seperti itu! Apa nggak jijik!"Yogi juga tidak suka banyak bicara pada momen begitu.Namun, ponsel di lantai terus berdering. Yogi merasa Steve sakit jiwa.Namun, Cindy merasa ada yang tidak beres. Kalau itu Steve, dia tahu Cindy dan Yogi sedang bersama. Kalau dia menelepon sekali dan tidak ada yang menjawab, dia tida
Setelah Qweneth membawakan pakaian, Cindy segera menggantinya bahkan tanpa sempat menghindari Yogi, lalu membuka pintu dan segera meninggalkan hotel.Di luar sudah gelap.Saat Cindy dalam perjalanan, dia mengeluarkan ponsel untuk memesan tiket pesawat.Penerbangan paling awal memakan waktu satu setengah jam lagi, tapi butuh satu jam untuk sampai ke bandara dari sini.Cindy menarik napas dalam-dalam, menenangkan diri, memesan tiket dan menelepon layanan pemesanan kendaraan online.Saat itu jam sibuk malam hari, ada lebih dari tiga puluh orang mengantre di depan Cindy dan tidak ada taksi di jalan.Cindy berdiri sendirian di pinggir jalan di kota asing. Langit malam sangat gelap dan suram. Lampu neon toko-toko di sepanjang jalan menyinari wajah Cindy yang kebingungan.Sebuah mobil berhenti di depan Cindy."Naik."Itu Yogi.Saat ini, Cindy tidak peduli dan segera membuka pintu mobil dan masuk.Mobil segera melaju menuju bandara.Yogi menatap wajah Cindy yang tegang dan bertanya, "Apa yang