Home / Romansa / Mengejar Cinta Om Alan / Chapter 2 - Keinichiro Alan

Share

Chapter 2 - Keinichiro Alan

Author: Keanz
last update Last Updated: 2023-10-08 14:08:04

"Berhentilah! Berhentilah mencintaiku meski dengan cara terjun ke jurang, Kim!"

Ungkapan itu sekonyong-konyong keluar dari mulut Alan. Hati dan mulutnya yang tak sinkron membuat suasana menjadi panas padahal ruangan itu dilengkapi dengan pendingin ruangan.

Kim kembali merasakan sakit yang tak berdarah. Rasa sakit itu seakan menguliti tubuhnya, mencabik seluruh harapan yang senyatanya masih tersimpan di hati gadis itu.

"Y-- ya. Aku pasti akan berhenti. Aku pastikan aku akan berhenti mencintaimu.. Keinichiro Alan."

Kalimat terakhir yang diucapkan Kimberly sebelum berbalik arah meninggalkan sang paman yang masih terpaku di atas kursi kebesarannya membuat Alan mematung. Ingin menarik kata-katanya, namun lidahnya terasa kelu. Janji yang pernah terucap tak serta merta bisa ia ingkari begitu saja.

"Hhh.. kenapa kau harus mencintaiku, Kim? Kita bisa hidup bersama seandainya saja.... aaaaaakh......"

Alan pun tak bisa menyembunyikan kegalauannya. Meski tak mau mengakui apa yang kini ia rasakan terhadap sang keponakan, namun rasa itu tetap saja menyiksanya kala ia harus menerima kenyataan bahwa Kimberly akan kembali jauh dari jangkauannya.

*

"Nona Kim, Anda mau kemana?"

Bibi Jeni sedikit terkejut melihat Kimberly membawa koper yang diyakini berisi pakaian gadis itu.

"Aku harus pergi dari sini, Bi. Trimakasih sudah menjagaku selama ini." Sebuah senyum tipis disunggingkan Kimberly pada wanita tua itu.

"Anda mau pergi kemana? Apa tuan Alan memberi ijin?" tanya bibi Jeni lagi.

Kim hanya menunduk serta menguar senyum miris, "dia bahkan menginginkan aku pergi jauh darinya," gumam pelan gadis itu yang terdengar samar di telinga sang pelayan.

"Aku harus pergi sekarang, Bi. Skali lagi trimakasih telah menjagaku beberapa waktu ini," ucap tulus Kimberly yang langsung berlalu keluar dari mansion mewah milik sang paman.

Berhenti sejenak di depan halaman luas mansion milik Alan, Kimberly kembali menoleh ke belakang. Mengingat pertama kali ia datang kesana dengan wajah sumringah karena pada akhirnya bisa bertemu sang Kuda Putih yang bertahun-tahun telah tertambat di hatinya. Namun realita tak semanis harapannya, Alan tak menyambut cinta yang terang-terangan ia ungkapkan melalui kata dan perilaku. Pria itu justeru membawa sang tunangan ke hadapan Kimberly dengan maksud agar gadis itu menyerah dengan cinta yang ia rasakan.

Di tembok berlapis kaca, Kim tak menyadari jika pria pujaannya masih mengamati kepergian dirinya dengan hati yang sama-sama hancur.

"Mengapa Anda membiarkan nona muda pergi dari sini, Tuan?"

Suara bibi Jeni membuat Alan menoleh. Ia kembali mendekat ke kursi putar lalu menyandarkan punggungnya di sandaran kursi itu.

"Aku tak boleh memberinya harapan yang tak bisa kukabulkan, Bi. Kimberly harus segera melupakan cintanya padaku," tukas pria itu.

"Jika tuan ingin gadis itu berhenti mencintai Anda, lalu mengapa kemarin tuan muda kalah dan membawanya kesini? Bukankah itu berarti Anda memberi harapan lalu mendorongnya ke jurang kekecewaan?"

Kalimat sarkas tak takut-takut dikeluarkan wanita tua yang sejak kedatangan Alan ke negeri ini menjadi orang yang menjaga dan melayaninya.

Keinichiro Alan, pria blasteran Indo-Jepang itu pulang ke Indonesia setelah mendengar kematian kakak sepupunya, orang tua Kimberly. Kedatangannya selain untuk mengunjungi makam kakak sepupunya, juga untuk melihat keadaan sang keponakan serta memastikan bahwa Kimberly baik-baik saja. Satu tahun hanya menjadi bayang-bayang sang keponakan, nyatanya Alan tak sanggung terus berada di belakang gadis itu tanpa diketahui.

*

Satu Bulan yang Lalu..

"Selamat datang di Town Cafe, Kakak.."

Seorang pramusaji sebuah Cafe di pinggiran ibu kota menyambut pelanggannya dengan ramah di depan pintu kaca.

"Kim, meja nomor 9," seru Naina pada seorang gadis berponi dengan rambut kuncir kuda.

"Siap," sahut Kimberly dengan senyum manisnya.

Sudah beberapa bulan ini gadis itu bekerja di Town Cafe. Berasal dari keluarga kaya raya yang tiba-tiba harus merasakan jatuh sampai terperosok ke dalam jurang kemiskinan tak lantas membuat Kimberly menjadi seorang pemalas. Ia sadar, dirinya bukan lagi seorang nona muda yang dahulu bisa mendapatkan apa yang ia mau dengan mudah. Kejatuhan sang ayah hingga kematian sang ibu tak lantas membuat gadis itu kehilangan semangat hidup. Meski saat mengetahui ibunya bunuh diri di rumah sakit jiwa ia merasa dunianya gelap seketika, namun gadis itu tak pernah mau melakukan hal bodoh seperti perempuan yang melahirkannya. Bagi Kimberly bunuh diri hanya dilakukan oleh seorang pengecut.

'Aku yakin, hidup ini akan terus berputar seperti bumi yang berputar pada porosnya. Jadi kematian bukanlah jawaban dari semua masalah. Kemarin aku berpijak di roda bagian atas, dan kini aku tengah mengikuti perputarannya hingga ke bawah. Ini semua lumrah dalam kehidupan.'

Sebuah jawaban lugas yang selalu ia gaungkan saat beberapa orang bertanya tentang perasaannya setelah berada di titik terbawah.

"Naina, biar aku yang bawa ke depan."

Gadis itu berinisiatif membantu pekerjaan sahabatnya disaat pekerjaannya sendiri telah selesai.

"Oke!" Naina mengangkat jempolnya.

"Dua porsi B' steak Grill and Pancake dan dua Classic Hot Chocolate." Kim menyebut pesanan meja nomor 9.

"Jika ada yang kurang bisa panggil waiter atau waitress kami, ya, Kakak.." ujar Kim yang tak pelit menebar senyum.

"Oke, trimakasih," jawab seorang pelanggan wanita yang nampaknya kagum dengan keramahan Kimberly.

"Hai, anak koruptor!"

Suara seorang perempuan yang sangat dikenali oleh Kim membuat gadis itu membuang napas kasar.

Kimberly berbalik, "pergilah, Re. Jangan buat kekacauan disini," usirnya dan langsung gegas meninggalkan Rea, yang dulu pernah jadi sahabat karibnya di sekolah.

"Wah, wah, wah.. memang kau pemilik cafe ini, Kim? Seenaknya mengusir pelanggan. Dimana manager cafe ini? Waitress kalian sangat sombong mengusir pelanggan sepertiku!"

Rea setengah berteriak. Ia sengaja mengeraskan suaranya agar seisi cafe heboh dan pada akhirnya Kimberly mendapat masalah.

"Rea, cukup! Masih tak bosan kau mengganggu hidupku, hah?"

Kimberly tak tahan lagi. Ini bukan pertama kalinya gadis itu membuat gaduh di tempat umum. Kim bahkan pernah langsung dipecat saat bekerja di sebuah restoran cepat saji akibat ulah Rea.

Rea mendekat hingga jaraknya hanya beberapa centimeter dengan Kimberly, "aku tak pernah bosan mengganggumu sebelum kau mati, Kimberly!" cetus gadis itu dengan senyum smirk tipis di bibirnya.

"Dasar perempuan gila!"

Umpatan Kimberly membuat mata Rea membola. Tanpa persiapan untuk mengelak rambut Kimberly menjadi sasaran kemurkaan Rea yang merasa dihina oleh gadis itu.

"Dasar gadis brengsek! Anak koruptor! Anak perempuan gila! Mati kau!"

Rea seperti orang yang tengah kesetanan. Namun Kimberly pun tak kalah berang dan kesetanan mendengar orangtuanya kembali dihina. Tangan Rea yang menjambak rambutnya ditangkap, lalu tangan yang lain ikut menjambak rambut ikal milik perempuan sombong itu. Jadilah sebuah kegaduhan disana. Para pelanggan Cafe berteriak histeris melihat dua gadis muda itu saling menjambak.

"Nona Rea!"

Seorang pria yang diyakini sebagai pengawal gadis itu menarik kasar tangan Kimberly hingga gadis itu melepas jambakannya dari rambut Rea. Teriakan dari mulut Kim terdengar pilu. Semua yang mendengar merasakan sakit yang gadis itu rasakan pasca satu tangannya dipelintir oleh pria tadi.

"KIM....!"

Naina keluar dari pantry Cafe setelah mendengar kegaduhan. Ia langsung menghampiri Kimberly yang masih meringis kesakitan.

"Kau tak papa?" tanyanya pada sang sahabat.

Kim menggeleng meski ringisan terlihat jelas di wajahnya.

"Hahahahha.. dua gadis miskin bersatu. Kalian memang harusnya bersama sejak dulu, Kim. Menyesal aku pernah bersahabat dengan gadis miskin dan tak tahu malu sepertimu Kimberly," ejek Rea yang kini bisa tertawa puas melihat Kimberly yang meringis kesakitan.

"Kau perempuan jahat, Re! Kimberly tak pernah punya salah apapun padamu, tapi kau selalu saja mengganggunya," decak Naina yang menyorot tajam pada Rea.

"Diam kau gadis miskin! Kau tak tahu apa yang dilakukan sahabat miskinmu itu padaku! Dia hanya berwajah lugu tapi hatinya busuk!"

"Siapa yang kau bilang berhati busuk, Nona?"

Suara seorang pria berusia 40-an membuat seisi Cafe menoleh padanya. Pria berwajah tampan dengan struktur wajah oriental khas Asia. Meski usianya tak bisa dikatakan muda, namun pesonanya tak kalah dengan pemuda berusia 20-an.

Kimberly menoleh pada sumber suara. Ia merasa mengenal suara itu, namun tubuh Rea menghalanginya untuk melihat wajah sang pria.

"Siapa Anda? Jangan katakan Anda adalah sugar daddy Kimberly," ejek Rea yang kembali menguar tawa puas karena berkali-kali membuat Kimberly malu.

"Keponakanku bukan perempuan jalang seperti yang kau katakan, Nona. Cepat minta maaf padanya sebelum aku berbuat sesuatu yang bisa membuatmu menyesal!"

Meski berkata dengan intonasi datar, namun kalimat itu cukup mampu membuat Rea menelan kasar salivanya.

"Keponakan?"

Kimberly lekas berdiri dari lantai. Ingin memastikan pria yang tadi mengaku sebagai pamannya adalah orang yang selama ini ia tunggu kedatangannya. Satu-satunya pria yang ia rindu dan beri cinta sejak gadis itu remaja.

"Minggir!"

Tak peduli, ia mendorong tubuh Rea ke samping agar tak menghalangi pandangannya.

Dua bola mata berwarna coklat itu kini bisa melihat dengan jelas pria di hadapannya. Kim mendekat perlahan, hingga jaraknya dengan pria itu hanya tinggal beberapa centimeter saja.

"Mengapa-- mengapa-- baru datang sekarang?"

***

Related chapters

  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 3 - Mematikan Rasa dengan Kejam

    "Awasi dan jaga keponakanku. Aku tak mau terjadi sesuatu seperti bulan lalu. Jika ada yang berusaha menyakitinya, kau boleh bertindak, Mike."Alan memberi titah pada seorang anak buahnya untuk menjaga Kimberly."Baik, Tuan. Apa.. Anda mengijinkan nona Kim untuk kembali bekerja di Cafe itu?" tanya Mike, pria bertubuh tinggi besar dengan bulu menghiasi sebagian rahangnya."Aku tak bisa melarangnya. Kimberly adalah gadis keras kepala. Orang tuanya saja tak bisa membuatnya jadi gadis penurut," sahut Alan seraya membuang napas panjang."Tapi Anda bisa membuatnya menjadi gadis yang penurut, Tuan. Setidaknya mengikuti semua kata-kata Anda."Ucapan dan senyum tipis Mike membuat Alan mengernyitkan dahinya. Ia tak mengerti maksud perkataan anak buahnya itu."Apa maksudmu? Aaah.. sudahlah! Ikuti saja perintahku Mike. Aku tak mau mendengar Kim terluka. Kau tahu itu, kan?"Mike kembali menyunggingkan senyum tipis di bibirnya. Meski baru satu tahun bekerja pada Alan, namun pria itu cukup memahami t

    Last Updated : 2023-10-08
  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 4 - Aku kembali, Kim!

    "Kimberly, ada yang mencarimu!" seru seorang waitress dengan suara sedikit lantang."Ya Tuhan.. kenapa hari ini aku disibukkan dengan orang-orang yang membuatku pusing. Siapa lagi yang mencariku?!""Apa kau kenal dengan orang yang mencariku, Jen?" tanya Kimberly pada gadis yang tadi berseru padanya."Mana aku tahu! Lagi pula kau tinggal lihat sendiri di depan. Pemuda itu tak mau dilayani selain denganmu, Kim. Hh.. jangan buat keributan lagi disini, Kimberly! Kau membuat kami sibuk beberapa minggu karena keributan bulan lalu."Jeni menampakkan wajah tak sukanya. Ia merasa kesal karena setelah keributan bulan lalu Cafe menjadi ramai pengunjung, akibatnya semua karyawan diminta lembur dan tak mendapat jatah libur.Kimberly keluar dari ruang khusus karyawan dan melangkah ke depan. Sekeras apapun ia memikirkan kiranya siapa orang yang ingin bertemu dengannya, namun tak ada nama selain Alan di otaknya."Tak mungkin dia, kan?" gumamnya seraya melangkah."Hai, My Princess."Lambaian tangan se

    Last Updated : 2023-10-08
  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 5 - Kuda Putihku Lebih Tampan

    TIGA TAHUN YANG LALU.."Hai, Kim.."Seperti biasa, Genta menyapa Kimberly dengan senyum seorang player. Pemuda bermata sipit itu selalu bersikap sok ganteng. Ya.. memang benar, sih. Genta memang termasuk dalam kategori remaja tampan dan idola di sekolah bertaraf internasional itu, meski ketenarannya masih kalah jauh dari Borne."Hem.."Kimberly membalas sapaan pemuda genit itu dengan wajah acuh. Kim orang yang tak suka berbasa basi, apalagi dengan anggota genk Playboy macam Genta dan kawan-kawannya."Dih, galak banget jawabnya. Jangan galak-galak, Kim, nanti hilang cantiknya.""Iiiiish.. gombalanmu sangat norak!" Kim mencebikkan bibirnya seraya menatap malas pemuda itu. Tanpa mau menjawab ocehan Genta, ia gegas meninggalkan ruang kantin. Gadis itu tak tertarik untuk meladeni ocehan Genta."Kim, mau kemana?""Balik ke kelas!""Dih, makananmu belum habis, Kim!""Biarin! Buat kucing ibu kantin!" jawab Kim sekenanya."Kim, tunggu!"Ia tak peduli dengan seruan Rea yang memanggil namanya. L

    Last Updated : 2023-10-23
  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 6 - Kau Cemburu

    "BRENGSEK!"Umpatan kasar tercetus begitu saja dari mulut Borne setelah dirinya berhasil menghindari sebuah kecelakaan. Pemuda itu langsung menoleh pada gadis di sampingnya, "Kim, kau tak papa?" tanyanya cemas.Kimberly hanya menggeleng kaku. Nampak sekali sebuah keterkejutan dan ketakutan di wajahnya, namun Kim berusaha untuk tenang dan tak membuat Borne panik.Borne membuka pintu mobilnya dengan kasar. Baru saja ia mau melangkah untuk melabrak pengemudi ceroboh yang hampir membuat mereka celaka, seorang pria sudah lebih dulu menghampiri mobilnya dan berjalan mendekati pintu sebelah tempat Kimberly berada."Kim, keluar!"Alan membuka kasar pintu mobil sebelah kanan dan meminta keponakannya untuk keluar dari sana."Om?""Cepat keluar Kimberly!"Kimberly tahu, itu bukan sebuah permintaan, tapi lebih pada perintah yang mendominasi. Wajah Alan yang dingin mampu membuat gadis itu tak mampu mengucapkan sebuah penolakan."Hei, Brengsek! Siapa kau?!"Suara Borne terdengar menggema. Di depan

    Last Updated : 2023-10-24
  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 7 - Aku Mau Melamarmu

    DUA TAHUN YANG LALU..Seorang pria matang dengan garis wajah tegas mengepalkan tangannya di atas meja. Ia baru menerima berita tentang kematian kakak sepupu sekaligus kakak iparnya. Raut sedih dan menyesal tampak jelas di wajah pria itu. Apalagi kematian dua orang yang dianggap berjasa atas kesuksesannya sekarang begitu tragis. Kakak iparnya harus meninggal di meja operasi karena serangan jantung. Begitupun dengan kakak sepupunya, Merli Sita, wanita itu juga meninggal dengan cara mengenaskan. Merli ditemukan bunuh diri di Rumah Sakit Jiwa. Tubuhnya tergantung di kamar mandi karena tak kuat menerima kejatuhan dan kepergian suaminya."Cari keponakanku berada. Telusuri semua wilayah yang sekiranya didatangi Kimberly. Aku tak mau sesuatu terjadi padanya. Dua hari! Kau ku beri waktu dua hari untuk menemukannya."Keinichiro Alan, pria blasteran Indo-Jepang itu membuat sang asisten menelan paksa salivanya. Bagaimana mungkin dalam dua hari ia bisa menemukan seseorang yang bahkan tak pernah i

    Last Updated : 2023-10-26
  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 8 - Pemuda Bodoh

    Bi..""Ya?""Apa-- menurut bibi-- om Alan benar-benar mencintaiku?"Kimberly mengambil nampan yang berisi makanan dari tangan kepala pelayan itu. Matanya tak lepas menatap sang pelayan hendak mencari jawaban dari pertanyaan yang barusan ia layangkan."Dia mencintaiku, kan, Bi?" tanyanya lagi karena belum ada sahutan dari mulut bi Jeni.Meski dalam sepersekian detik yang lalu wajah bibi Jeni menampakkan keterkejutan, namun perempuan tua itu cukup pintar mengubah rautnya agar kembali tenang. Ia mengambil kembali nampan yang kini berada di tangan Kimberly dan meletakkannya di atas meja kecil dekat ranjang gadis itu."Tentu saja tuan Alan mencintai Anda, Nona," ujar bi Jeni."Anda adalah satu-satunya keluarga yang dimiliki oleh tuan."Sambil tersenyum hangat bi Jeni menoleh dan menatap sendu wajah Kimberly. Namun itu bukanlah jawaban yang Kimberly inginkan. Bukan cinta seperti itu yang ia maksudkan. Meski kecewa ia pun membalas senyum perempuan tua itu."He em. Kau benar, Bi. Om Alan hany

    Last Updated : 2023-10-28
  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 9 - Dewa Penolong Naina

    TIGA TAHUN YANG LALU"Hai ,Kim!"Suara yang sangat Kimberly kenal terdengar menyapa dan tersenyum. Tampaknya Borne masih tak menyerah. Di setiap pagi, tepatnya saat para siswa berdatangan Borne akan menyambut gadis itu di depan pintu kelas."Minggir, Borne. Aku mau masuk!""Senyum dulu, dong! Baru kuijinkan kau masuk!""Ck.. dasar tak tahu malu!" umpat Kimberly pelan namun dengan senyum mengejek.Borne seperti minta tiket pada gadis itu agar diijinkan masuk, padahal orang tua Kimberly adalah salah satu donatur terbesar di sekolahnya."Minggir atau kutendang milikmu!""Iiish! Jangan main-main dengan aset masa depanku, Kim!"Spontan pemuda tengil itu menutupi 'harta berharganya' dengan kedua tangan. Kimberly hanya tertawa geli melihat Borne ketakutan dengan ancaman palsunya. 'Mana mungkin aku menendang pusakanya, bisa-bisa Borne tak mampu memberi penerus pada keluarga Brahmaja.' Bathin Kimberly."Minggir!"Saat pemuda itu lengah dan tangannya masih menutupi sang pusaka, Kim mendorongny

    Last Updated : 2023-10-28
  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 10 - Aku Ingin Memelukmu

    Seorang perempuan dengan langkah anggun dan tenang berjalan bak seorang model. Meski usianya sudah tak bisa dikatakan muda, namun pesona Erika Brahmaja masih tampak mempesona. Tentu semua itu berkat pola makan yang dijaga serta perawatan yang mahal."Permisi, Nyonya. Selamat datang di Town Cafe."Pelayan Cafe menyambut Erika di depan pintu."Apa aku bisa menemui karyawan yang bernama Kimberly?" tanya wanita itu dengan gaya elegant."Kimberly? Apa-- nyonya keluarganya?"Sang pelayan sedikit penasaran, karena sejak Kimberly kembali bekerja di Town Cafe, banyak orang yang mencarinya. Dan semuanya terlihat bukan dari kalangan biasa."Bukan. Katakan saja saya ibunya Borne. Say ingin bertemu dan bicara dengannya sebentar."Erika menyodorkan beberapa lembar uang pada sang pelayan, membuat wajah gadis itu sumringah dan dengan sigap mengikuti permintaan wanita itu."Baik, sebentar, Nyonya. Anda silakan menunggu di dalam saja."Adelia, sang pelayan Cafe membukakan pintu yang terbuat dari kaca u

    Last Updated : 2023-10-30

Latest chapter

  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 86 - Itu bukan Cinta!

    Lift di lantai ruang CEO terbuka, seorang perempuan keluar dari sana dengan langkah terburu dan wajah serius."Nona, Anda tidak boleh--"Diam kau!"Perempuan itu mengindahkan larangan sekretaris Alan Satou, ia tetap melangkah menuju ruangan pria itu."Alan."Kanaya menyerukan nama tunangannya sesaat setelah pintu terbuka."Hhh.. mau apa kau kesini? Mike si bodoh itu selalu saja tak menggubris perintahku."Alan membuang pandangannya dengan malas. Ia tengah tak berselera untuk meladeni Kanaya."Aku hanya ingin mengatakan, jika aku tak bisa bersamamu, tak ada perempuan lain yang boleh bersamamu. Kau milikku, Alan.""Aku sudah malas mendengar rengekanmu, Nay. Cepat keluar dari sini atau aku harus memanggil keamanan untuk menyeretmu keluar.""Kau tidak akan bisa membuatku keluar dari sini. Aku tak pernah main-main."Alan yang sudah sangat malas meladeni Kanaya langsung meraih gagang telpon hendak mendial nomor keamanan kantornya."KANAYA!"Alan membanting gagang telpon saat melihat mantan

  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 85

    Lift di lantai ruang CEO terbuka, seorang perempuan keluar dari sana dengan langkah terburu dan wajah serius."Nona, Anda tidak boleh--"Diam kau!"Perempuan itu mengindahkan larangan sekretaris Alan Satou, ia tetap melangkah menuju ruangan pria itu."Alan."Kanaya menyerukan nama tunangannya sesaat setelah pintu terbuka."Hhh.. mau apa kau kesini? Mike si bodoh itu selalu saja tak menggubris perintahku."Alan membuang pandangannya dengan malas. Ia tengah tak berselera untuk meladeni Kanaya."Aku hanya ingin mengatakan, jika aku tak bisa bersamamu, tak ada perempuan lain yang boleh bersamamu. Kau milikku, Alan.""Aku sudah malas mendengar rengekanmu, Nay. Cepat keluar dari sini atau aku harus memanggil keamanan untuk menyeretmu keluar.""Kau tidak akan bisa membuatku keluar dari sini. Aku tak pernah main-main."Alan yang sudah sangat malas meladeni Kanaya langsung meraih gagang telpon hendak mendial nomor keamanan kantornya."KANAYA!"Alan membanting gagang telpon saat melihat mantan

  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 85 - Kau Milikku!

    Sinar sang surya masih terasa menyengat meski ia telah perlahan menuju Barat. Pertemuan Kimberly dengan Genta yang mungkin akan menjadi pertemuan terakhirnya dengan pemuda itu sedikit menyisakan rasa pilu. Bukan karena gadis itu mencintai Genta, namun ada rasa tak tega saat Kimberly harus menolak ungkapan cinta pemuda itu untuk kedua kalinya.Taksi online sudah sampai mengantarnya ke depan gerbang tinggi mansion milik sang paman. Perlahan gadis itu merasakan sesuatu saat melangkah masuk ke dalam bangunan megah itu."Selamat Sore, Nona Kim.""Sore, Pak."Senyum tenang terkulum dari bibir mungil gadis itu, namun terasa ada sebuah kejanggalan dari raut sang security penjaga pos pintu gerbang."Bi, ada apa dengan wajahmu?"Lagi-lagi Kimberly menemukan wajah tegang dari pelayan di mansion itu. Bi Jeni yang menyambut kedatangannya tampak kaku dan ketakutan."Tu-- tuan Satou.. menunggu Anda di ruang kerjanya, Nona," sahut pelayan tua itu dengan tergagap."Alan? Alan sudah pulang, Bi?""Iya.

  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 84 - Hari Perpisahan

    Mobil sedan berlabel burung berwarna biru berhenti di depan Cafe sebrang SMA Penabur, sekolah Kimberly dulu. Gadis itu keluar dari mobil dan berjalan menuju tempat pertemuannya dengan Genta."Kim!"Tangan Genta melambai ke arah Kimberly, dengan senyum cerah bertengger di bibir pemuda tampan itu."Maaf aku terlambat, Ta.""He em. Duduklah, kau mau pesan apa? Menu favoritmu?"Kening Kimberly sedikit mengerut, "memangnya kau tahu apa menu favoritku disini?" tanyanya meragu.Pemuda itu kembali tersenyum dan kembali meminta Kimberly untuk duduk."Aku tahu semua tentangmu, Kim. Apapun itu," jawabnya dengan tenang."Warna kesukaanku?""Hijau.""Eeem.. lagu kesukaanku?""Epiphany.""Waw.. eeem, ini pasti kau tak tahu, Ta. Pemain sepak bola yang kusuka?"Kimberly tersenyum remeh saat Genta terdiam untuk berpikir."Kalau aku tahu.. apa aku boleh meminta sesuatu padamu?""Hh? Kalau begitu kau tak perlu--"Ricardo Ijection Santos Leite. Kau sangat mengidolakannya sejak remaja. Pemain sepak bola d

  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 83

    "Hhh... oke, jadi apa yang harus saya lakukan untuk meredam berita ini. Kita tak bisa mendiamkanya begitu saja, nama baik Anda bisa tercoreng dan itu akan membuat para pemegang saham ragu dengan kredibilitas Anda.""Kau fokus saja pada peluncuran produk baru kita di Jepang. Masalah ini biar jadi urusanku," titah Alan pada sang asisten."Baiklah. Kalau begitu saya pergi dulu."Mike keluar dari ruang CEO untuk melakukan beberapa pekerjaan di luar kantor.Drt..Drt..Drt..Gawai Alan bergetar, nama Kimberly terpampang disana. Dengan sigap pria itu mendial tombol hijau karena khawatir terjadi sesuatu dengan kekasihnya.”Sayang, apa terjadi sesuatu?”(”Alan, video peristiwa di mall tadi beredar luas di sosial media. Apa kau baik-baik saja?”)”Hhh.. jangan mengkhawatirkanku, Moon. Itu hanya berita sampah, sebaiknya kau tak perlu membuka akun sosial mediamu dulu. Lebih baik kau istirahat.”(”Kau sudah melihatnya? Ada yang merekam saat kau menampar Kanaya, Alan. Itu akan mempengaruhi pekerjaa

  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 82 - Hot News

    Kimberly dan Naina keluar dari toko pakaian dengan membawa tiga paper bag berlogo brand ternama."Nai, aku lapar. Kita makan dulu, ya.""Oke." Naina memberi kode setuju pada jarinya."Hai, Kim. Sepertinya Alan memberimu kompensasi sangat banyak setelah kejadian malam itu."Suara seorang perempuan yang dikenal Kimberly membuat dirinya dan Naina menoleh bersamaan."Apa itu semua kompensasi dari Alan karena telah membawamu ke atas--"Cukup, Kanaya!"PlakkBelum selesai Kanaya menjatuhkan mental Kimberly, Alan yang muncul tiba-tiba lebih dulu melayangkan sebuah tamparan di pipi wanita itu. Matanya tajam menatap nyalang Kanaya yang terkejut mendapat sebuah tamparan keras, padahal Alan tak pernah sekalipun berbuat kasar padanya."Brengsek! Kau--"Kau sudah keterlaluan, Kanaya! Sekali lagi kau mencoba menyakiti calon istriku, aku tak akan segan-segan berbuat lebih kasar lagi padamu!"Ancaman Alan membuat mulut Kanaya ternganga namun kelu. Kata calon istri cukup membuat wanita itu terhenyak s

  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 81 - Kompensasi

    "Anda memanggil saya, Tuan?""Mike, datanglah ke mansionku dan berikan ini pada Kimberly.Alan menyerahkan sebuah black card pada asistennya."Ini.. untuk nona Kim?" tanya pemuda itu."He em. Itu hadiah karena dia sudah bisa memanggil namaku.""Hah?" Mike tak mengerti dengan apa yang dibicarakan bosnya."Sudah jangan banyak tanya! Kau serahkan kartu ini saja pada Kimberly dan langsung kembali ke kantor. Dua jam lagi kita rapat internal."Bagi Mike, titah Alan adalah sesuatu yang mustahil ia bantah. Apa yang dikatakan pria itu, itulah yang harus ia jalani."Baik, saya pergi sekarang."*"Waaah.. aku baru lihat rumah semegah ini, Kim. Sepertinya aku akan tersesat jika berada disini sendirian."Kimberly sengaja mengundang Naina ke mansion Alan, kebetulan gadis itu tengah libur bekerja."Disini ada petunjuk arah, Nai." Kimberly menunjuk tulisan led yang ada di depannya. Bi Jeni meminta Alan untuk membuat petunjuk arah untuk memudahkan pelayan yang baru bekerja disana."Waaah.. ini bukan

  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 80 - Tetaplah Menjadi Diri Sendiri

    ”Hei, gadis sombong! Pantas saja kau tak masuk-masuk kerja, ternyata si Kuda Putih sudah melamarmu, ya!”-NainaBaru saja bangkit dari ranjang, mata Kimberly dibuat mengerjap beberapa kali saat membaca pesan chat dari Naina."Dari mana Naina tahu kalau Alan melamarku?" tanyanya pada diri sendiri.”Kau tahu dari mana, Nai? Maaf aku tak memberi kabar apapun selama beberapa hari ini. Nanti saat masuk kerja akan kuceritakan.”-Kimberly”Hhh, tuan putri pasti baru bangun dan belum melihat berita hangat yang sudah jadi perbincangan. Bukalah sosial mediamu, Kim. Kau akan tahu sendiri dari mana aku bisa tahu.”-NainaKimberly langsung membuka akun sosial medianya. Sudah banyak tag video di akun instagram gadis itu."Video apa ini? Kenapa banyak sekali yang menandai akunku?"Matanya membola dengan mulut ternganga saat prosesi lamaran yang Alan lakukan untuknya terpampang jelas di gawainya. Video itu seperti sudah disetting dan diedit sedemikian rupa oleh seseorang, siapa lagi kalau bukan sang

  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 79 - Mata Hijau Zamrud

    "A-- A- Lan.""Berikan tanganmu, Moon.."Alan meminta Kimberly memberikan jemarinya untuk disematkan cincin bermata zamrud yang ia beli beberapa hari yang lalu."Tapi--""Kau tak mau menerima lamaranku?""Bu-- bukan! Aku-- Alan, apa-- kau serius? Ini-- bukan hanya karena kejadian malam itu?"Alan bangkit dan berdiri di hadapan gadis itu, menatap tajam wajah cantik yang masih meragukan ketulusannya, "kau masih meragukan ketulusanku, Moon?" tanyanya dengan tangan mendekap wajah Kimberly."Aku hanya tak mau menjadi beban tanggung jawabmu. Aku benci dikasihani, apalagi--"Ssst.. tak ada yang mengasihanimu, Kim. Sebelum peristiwa malam itu pun aku sudah berniat untuk melamarmu. Apapun yang terjadi aku hanya ingin kau yang jadi pendamping hidupku."Jemari Alan memotong ucapan Kimberly. Ia hanya ingin meyakinkan kesungguhannya pada gadis itu. Tak ada yang harus dikasihani, dan tak ada yang harus bertanggung jawab. Semua yang terjadi adalah kesalahan yang sama-sama tak diinginkan, namun kesal

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status