Home / Romansa / Mengejar Cinta Om Alan / Chapter 7 - Aku Mau Melamarmu

Share

Chapter 7 - Aku Mau Melamarmu

Author: Keanz
last update Last Updated: 2023-10-26 22:34:33

DUA TAHUN YANG LALU..

Seorang pria matang dengan garis wajah tegas mengepalkan tangannya di atas meja. Ia baru menerima berita tentang kematian kakak sepupu sekaligus kakak iparnya. Raut sedih dan menyesal tampak jelas di wajah pria itu. Apalagi kematian dua orang yang dianggap berjasa atas kesuksesannya sekarang begitu tragis. Kakak iparnya harus meninggal di meja operasi karena serangan jantung. Begitupun dengan kakak sepupunya, Merli Sita, wanita itu juga meninggal dengan cara mengenaskan. Merli ditemukan bunuh diri di Rumah Sakit Jiwa.

Tubuhnya tergantung di kamar mandi karena tak kuat menerima kejatuhan dan kepergian suaminya.

"Cari keponakanku berada. Telusuri semua wilayah yang sekiranya didatangi Kimberly. Aku tak mau sesuatu terjadi padanya. Dua hari! Kau ku beri waktu dua hari untuk menemukannya."

Keinichiro Alan, pria blasteran Indo-Jepang itu membuat sang asisten menelan paksa salivanya. Bagaimana mungkin dalam dua hari ia bisa menemukan seseorang yang bahkan tak pernah ia jumpai, apalagi gadis itu tinggal di negeri yang berbeda. Informasi tentang biodatanya pun sangat minim.

"Kenapa? Kau tak sanggup melakukan tugas dariku?"

Alan menangkap wajah cemas dari asistennya. Ia menyandarkan punggung di kursi kebesarannya seraya memainkan pulpen di tangan. Matanya tak sedikit pun lepas dari mata pemuda yang telah lama bekerja di perusahaannya.

"Hh? Ti-- tidak, Tuan. Saya-- akan langsung mencari keberadaan nona Kim."

Meski tak percaya diri bisa menemukan Kimberly dalam jangka waktu yang ditentukan oleh tuannya, Akira, sang asisten tak berani menolak. Alan tak pernah menerima sebuah bantahan terhadap titahnya. Meski mustahil sekalipun, anak buahnya harus tetap mengikuti semua perintah pria itu. Mereka digaji cukup besar untuk melakukan semua perintah Alan.

"Bagus. Ini fotonya. Cari informasi tentang teman-teman Kimberly, dan sebar anak buahmu ke semua wilayah yang ditengarai akan didatangi gadis itu."

Akira membungkukkan tubuhnya dan mengambil foto Kimberly yang tergeletak di atas meja. Pemuda itu segera keluar dan langsung melancarkan aksinya. Waktunya hanya dua hari, jika dalam dua hari Akira tak menemukan informasi tentang Kimberly, maka batang lehernya akan menjadi persembahan atas kegagalannya.

"Hhh.. dimana kau, Kim?"

Alan baru bisa menampakkan wajah putus asanya saat sang asisten telah keluar dari ruang kerja pria itu. Ia terus saja merutuki kebodohannya karena terlambat mendapat informasi tentang orang-orang yang disebutnya sebagai keluarga. Selain Daniel, Merli, dan Kimberly, pria itu memang tak memiliki siapa pun sejak kematian orang tuanya.

"Maaf, Tuan. Sepuluh menit lagi Anda harus menghadiri rapat pemegang saham."

Suara dari interkom di mejanya membuat Alan tersadar dari rasa bersalahnya. Ya, perusahaannya memang sedang membuka cabang besar-besaran di berbagai negara, setelah terakhir ia membuka cabang di San Fransisco.

Alan berjalan keluar. Langkah yang tegas membuat pria itu tampak berwibawa dan disegani. Di usianya yang ke 38 tahun, ia sudah berhasil memegang kursi tertinggi perusahaan yang dirintis oleh kakeknya. Meski saat kedua orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan pesawat, perusahaan itu sempat goyang karena pimpinan tertinggi mereka meninggal secara mendadak. Daniel lah yang membantu Alan remaja untuk bersiap menggantikan posisi ayahnya. Sebagai seorang pengusaha yang cukup sukses, Daniel mengajarkan beberapa trik agar Alan bisa meneruskan kursi kepemimpinan sang ayah. Selama 10 tahun Alan tinggal bersama keluarga Kimberly. Selain untuk menyelesaikan kuliahnya, Alan juga belajar tentang bisnis pada sang kakak ipar.

"Selamat siang, Tuan Alan."

Para pemegang saham dan dewan direksi berdiri menyambut sang CEO datang.

"Duduklah," titah Alan.

"Bagaimana dengan rencana kita untuk memperluas jaringan perusahaan ini ke wilayah Asia Tenggara?" Alan membuka meeting dengan sebuah pertanyaan.

"Sudah ada beberapa gedung yang bisa kita akuisisi di tiga negara Asia Tenggara, Tuan. Brunei, Singapura, dan Indonesia. Jika kita mengakuisisi salah satunya, kita tak perlu repot-repot membangun gedung baru yang pastinya akan memakan waktu yang cukup lama."

Mendengar nama negeri ibunya disebut, tetiba Alan memikirkan sesuatu.

"Gedung mana yang bisa kita akuisisi di Indonesia?" tanyanya pada salah satu dewan direksi.

"Gedung di ibu kota bagian Selatan, Tuan. Tapi menurut saya kita lebih baik memilih gedung yang ada di Singapura. Melihat nilainya yang cukup besar namun biaya yang kita keluarkan relatif murah dibanding dengan gedung yang ada di Brunei dan Indonesia."

Sebagai seorang pengusaha, cost dan benefit adalah hal utama yang perlu diperhitungkan. Namun kini pria itu tak lagi memikirkan soal uang. Baginya bisa cepat menemukan Kimberly adalah hal yang paling ia tunggu-tunggu.

"Bawakan berkas tentang gedung yang ada di Indonesia ke meja kerjaku. Rapat selesai, aku akan memberitahu kalian keputusanku nanti. Kalian bisa kembali."

Alan berdiri dan melangkah keluar dengan pasti. Pria itu kembali ke ruangannya dan hanya mampu berada tak lebih dari sepuluh menit di dalam ruang rapat.

Setelah Alan keluar, beberapa pasang mata saling memandang satu sama lain dengan wajah bingung.

"Apa tuan Alan akan membuka cabang di Indonesia?" tanya salah satu anggota rapat.

"Tidak mungkin. Jika beliau mau membuka cabang disana, sejak dulu pasti sudah dilakukan. Itu adalah negeri kelahiran ibunya."

Sementara Alan yang kini sudah kembali ke ruang CEO, kembali tak bisa lepas memikirkan sang keponakan. Kepalanya terasa penuh dengan kenangan-kenangan bersama Kimberly kecil.

'Om, kalau nanti aku dewasa, aku mau melamarmu menjadi suamiku.'

Alan mengingat celotehan gadis itu saat usianya 10 tahun. Sejak kelahiran Kimberly, pria itu selalu berada di sampingnya hingga Kimberly menginjak usia 13 tahun. Saat itu Alan harus kembali ke Jepang untuk mengemban tugas sebagai pewaris tahta perusahaan ayahnya. Dengan bekal ilmu dari sekolah dan training di perusahaan ayah Kimberly, Alan dirasa sudah cukup mampu untuk menjadi pemimpin tertinggi di perusahaan sang ayah. Perpisahan yang terasa berat bagi Kim ataupun Alan karena mereka sudah bersama cukup lama. Bahkan Alan adalah orang yang sigap mengganti popok gadis itu saat bayi.

*

Dua hari berlalu, Alan masih menunggu hasil kerja sang asisten. Tiga jam yang lalu, Akira mengirim pesan jika ia akan segera landing di bandara Tokyo setelah dua hari berada di Indonesia. Biasanya Akira hanya mengutus anak buahnya untuk melakukan pekerjaan yang dititahkan Alan, namun kali ini firasatnya mengatakan jika ia harus turun tangan langsung untuk mencari Kimberly.

”Kau dimana?”

Alan sudah tak sabar untuk mendapatkan informasi tentang Kimberly. Pria itu mengirim pesan bernada dingin pada Akira.

”Saya sedang menuju kantor, Tuan. 10 menit lagi saya akan sampai di ruangan Anda.”

”Kuberi waktu lima menit, jika terlambat lebih baik jangan datang kesini. Atau kau justeru ingin mengantarkan nyawamu!”

Titah itu bukanlah omong kosong belaka. Akira sangat hapal perangai buruk sang bos. Alan tak segan-segan menghukum anak buahnya dengan kejam jika tak mengindahkan perintahnya. Bukan hanya gaji yang dipangkas, bahkan mereka bisa kehilangan pekerjaan hingga tak dapat diterima bekerja dimana pun.

Akira berlari dari pintu gerbang kantor hingga menaiki lift ke lantai 42. Saat membaca pesan dari sang bos, pria itu meminta sopir yang membawanya menghentikan mobil dan langsung keluar dari sana.

Hosh.. hosh.. hosh..

Pria Jepang itu membungkukkan tubuhnya saat sudah berada di depan Alan. Akira tengah mengatur napasnya lebih dulu sebelum berbicara. Sedang Keinichiro Alan melihat jam rolex di tangannya. Senyum tipis terulas di bibirnya.

"Apa yang ingin kau sampaikan?" tanyanya dengan nada tanpa dosa telah membuat asistennya kewalahan.

"Ma-- maaf.. Tuan! Kami-- hampir saja-- menemukan nona Kimberly, tapi-- kami terlambat datang. Nona sudah pergi lagi dari tempatnya berteduh."

Suara Akira masih tampak ngos-ngosan, namun pria itu tetap berusaha memberikan laporan yang ia ketahui akan membuat tuannya murka. Waktu dua hari yang diberi Alan sudah menyita seluruh konsentrasinya hanya untuk menemukan Kimberly, dan disaat detik-detik ia berhasil menemukan Kimberly, gadis itu justeru menghilang lagi. Kini Akira hanya pasrah dengan hukuman yang akan ia terima.

Di kursi kebesarannya, Alan menampakkan raut yang tak dapat dibaca. Meski tangannya mengepal, namun tatapannya tak terfokus pada sang asisten yang telah gagal menjalankan perintahnya.

"Pergilah! Kembali ke Indonesia dan pastikan kali ini kau tak akan gagal. Cepat temukan keponakanku dan pastikan dia dalam keadaan baik. Karena kau datang kurang dari lima menit, kau kulepas dari hukuman karena kegagalanmu. Tapi aku tak menerima kata gagal untuk kedua kalinya. Sebar anak buahmu disana, kalau perlu rekrut orang-orang yang mengenal Kimberly untuk ikut mencarinya."

Senyum lega terbit di bibir Akira. Kali ini ia akan lebih fokus untuk mendapatkan informasi keberadaan Kimberly.

"Trimakasih, Tuan! Saya akan langsung kembali ke Indonesia dan membawa berita tentang nona Kim. Kali ini saya akan kembali membawa keberhasilan," ucap Akira dengan percaya diri.

Alan mengangguk kecil dan menyuruh asistennya untuk keluar. Ia tak mau membuang waktu. Selama keberadaan sang keponakan belum diketahui, Alan tak akan bisa tidur nyenyak. Meski ia sadari sejak dirinya dilarang untuk bertemu Kimberly, sejak itu pula Alan tak pernah bisa tidur dengan nyenyak.

***

"Dia mencintaiku, kan, Bi?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 8 - Pemuda Bodoh

    Bi..""Ya?""Apa-- menurut bibi-- om Alan benar-benar mencintaiku?"Kimberly mengambil nampan yang berisi makanan dari tangan kepala pelayan itu. Matanya tak lepas menatap sang pelayan hendak mencari jawaban dari pertanyaan yang barusan ia layangkan."Dia mencintaiku, kan, Bi?" tanyanya lagi karena belum ada sahutan dari mulut bi Jeni.Meski dalam sepersekian detik yang lalu wajah bibi Jeni menampakkan keterkejutan, namun perempuan tua itu cukup pintar mengubah rautnya agar kembali tenang. Ia mengambil kembali nampan yang kini berada di tangan Kimberly dan meletakkannya di atas meja kecil dekat ranjang gadis itu."Tentu saja tuan Alan mencintai Anda, Nona," ujar bi Jeni."Anda adalah satu-satunya keluarga yang dimiliki oleh tuan."Sambil tersenyum hangat bi Jeni menoleh dan menatap sendu wajah Kimberly. Namun itu bukanlah jawaban yang Kimberly inginkan. Bukan cinta seperti itu yang ia maksudkan. Meski kecewa ia pun membalas senyum perempuan tua itu."He em. Kau benar, Bi. Om Alan hany

    Last Updated : 2023-10-28
  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 9 - Dewa Penolong Naina

    TIGA TAHUN YANG LALU"Hai ,Kim!"Suara yang sangat Kimberly kenal terdengar menyapa dan tersenyum. Tampaknya Borne masih tak menyerah. Di setiap pagi, tepatnya saat para siswa berdatangan Borne akan menyambut gadis itu di depan pintu kelas."Minggir, Borne. Aku mau masuk!""Senyum dulu, dong! Baru kuijinkan kau masuk!""Ck.. dasar tak tahu malu!" umpat Kimberly pelan namun dengan senyum mengejek.Borne seperti minta tiket pada gadis itu agar diijinkan masuk, padahal orang tua Kimberly adalah salah satu donatur terbesar di sekolahnya."Minggir atau kutendang milikmu!""Iiish! Jangan main-main dengan aset masa depanku, Kim!"Spontan pemuda tengil itu menutupi 'harta berharganya' dengan kedua tangan. Kimberly hanya tertawa geli melihat Borne ketakutan dengan ancaman palsunya. 'Mana mungkin aku menendang pusakanya, bisa-bisa Borne tak mampu memberi penerus pada keluarga Brahmaja.' Bathin Kimberly."Minggir!"Saat pemuda itu lengah dan tangannya masih menutupi sang pusaka, Kim mendorongny

    Last Updated : 2023-10-28
  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 10 - Aku Ingin Memelukmu

    Seorang perempuan dengan langkah anggun dan tenang berjalan bak seorang model. Meski usianya sudah tak bisa dikatakan muda, namun pesona Erika Brahmaja masih tampak mempesona. Tentu semua itu berkat pola makan yang dijaga serta perawatan yang mahal."Permisi, Nyonya. Selamat datang di Town Cafe."Pelayan Cafe menyambut Erika di depan pintu."Apa aku bisa menemui karyawan yang bernama Kimberly?" tanya wanita itu dengan gaya elegant."Kimberly? Apa-- nyonya keluarganya?"Sang pelayan sedikit penasaran, karena sejak Kimberly kembali bekerja di Town Cafe, banyak orang yang mencarinya. Dan semuanya terlihat bukan dari kalangan biasa."Bukan. Katakan saja saya ibunya Borne. Say ingin bertemu dan bicara dengannya sebentar."Erika menyodorkan beberapa lembar uang pada sang pelayan, membuat wajah gadis itu sumringah dan dengan sigap mengikuti permintaan wanita itu."Baik, sebentar, Nyonya. Anda silakan menunggu di dalam saja."Adelia, sang pelayan Cafe membukakan pintu yang terbuat dari kaca u

    Last Updated : 2023-10-30
  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 11 - Kau Bersedih?

    Pukul satu dini hari Alan sudah berada di depan rumah sewa Kimberly. Kost-kost an yang tak ubahnya seperti rumah susun itu memiliki lima lantai. Kimberly tinggal di lantai 3. Setiap kamar memiliki balkon kecil yang menghadap ke jalan.Sudah sejak 30 menit yang lalu Alan berdiri di depan pintu gerbang rumah sewa itu. Pintu gerbangnya tak terlalu tinggi, jadi setiap orang yang tengah bersantai di atas balkon bisa melihat siapa saja yang melintas di depan pintu gerbang rumah sewa itu.Naina masih terjaga meski waktu hampir pagi. Matanya tak mau terpejam mengingat apa yang Kimberly ceritakan siang tadi di Cafe."Gadis seperti Kimberly saja tak dianggap oleh ibunya Borne, apalagi.... aaah... bicara apa aku ini."Naina mengusir pikiran jauhnya. Menggapai seorang Borne adalah sebuah mimpi yang terlalu tinggi. Meski ia tak dapat menampik, semenjak Borne menawarkan diri untuk melindunginya saat sekolah dulu, gadis itu merasa ada perasaan istimewa di hatinya terhadap Borne, namun Naina cukup ta

    Last Updated : 2023-10-31
  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 12 - Dia mencintaimu, Kim!

    "Om? Om? Om Alan..""Hh?"Alan tersentak saat sadar kegiatannya mengamati bibir ranum sang keponakan membuat dirinya tampak bodoh. Beberapa detik yang lalu Kimberly memanggil manggil namanya, saat Alan masih terfokus pada bibir kecil nan ranum itu. Seruan Kimberly saat menyebut namanya membuat Alan gemas dan tak ingin cepat-cepat menyahut. Gerakan bibir gadis itu saat bicara dengannya adalah salah satu daya pikat yang membuat hati pria itu berdesir entah sejak kapan, ia pun tak tahu. "Kau kenapa? Kagum dengan kecantikanku, hm?"Kimberly mulai menampakkan tingkah randomnya, berlagak sok cantik di depan Alan yang membuat pria itu tak kuasa mengulum senyum tipis yang hendak ia tahan."Dasar gadis yang terlalu percaya diri!"Lagi, Alan kembali mentoyor kening keponakannya dan langsung membuang wajahnya ke lain arah. Pria itu hanya tak mau Kimberly melihat wajah salah tingkahnya."Iiish.. dasar tak sopan!" gerutu Kimberly.Lampu di taman itu cukup terang untuk melihat wajah masing-masing.

    Last Updated : 2023-11-01
  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 13 - Menjauhlah Dari Puteriku

    Matahari sudah berada di ufuk timur, Alan kini masih memegang kepalanya yang terasa pening akibat tak tidur semalaman. Alih-alih kembali ke mansionnya, Alan justeru meminta sopir mengantarnya ke gedung Satou Group, cabang perusahaannya yang baru berjalan dua tahun belakangan. Pria itu masih terduduk di kursi kebesarannya tanpa berniat memeriksa berkas-berkas yang tergeletak di meja. Sejak sampai di kantornya, Alan masih terus terngiang ungkapan cinta dari mulut Kimberly."Dasar gadis bodoh! Mudah sekali mengatakan cinta pada laki-laki. Awas saja kalau kau juga mudah mengatakan cinta pada pria lain, Kim! Akan kupatahkan lehermu!"Alan terus saja bergumam untuk sekedar meluapkan rasa gelisah di hatinya. Rasa itu menjadi tak keruan saat ia mengingat Kimberly berbicara. Senyum gadis polos itu terus melekat di pelupuk mata Alan."Aaaaaaaakh... Kimberly, sebenarnya apa yang kurasakan terhadap anak itu! Aku tidak mungkin... aaaaaakh.... shit!"Alan terus saja merutuki kebingungannya terhadap

    Last Updated : 2023-11-02
  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 14 - Kau berubah, Alan

    "Hoaaaaam..."Entah sudah keberapa kalinya mulut Kimberly menguap. Begitupun dengan Naina, mereka berdua menguap bersamaan seperti ayam yang tengah berkokok, saling berlomba dan bersahutan."Kalian berdua kuperhatikan sudah puluhan kali menguap sejak pagi tadi. Apa semalam kalian mendapat tugas jaga keamanan?" sarkas Feby, karyawan senior di Town Cafe.Kimberly dan Naina tak menjawab, dua gadis itu hanya saling menatap dan tersenyum tipis. Semalam, atau tepatnya dini hari tadi mereka memang memutuskan untuk tak melanjutkan tidurnya. Kimberly yang kembali pukul tiga langsung ditodong pertanyaan beruntun oleh Naina. Gadis itu sengaja menunggu sahabatnya pulang karena rasa penasaran yang membuatnya tak bisa memejamkan mata."Jangan sampai salah bawa pesanan lagi. Untung saja pelanggan tadi bukan pelanggan yang cerewet. Kalau kau salah bawa pesanan lagi aku akan mengadukanmu pada pak Manager."Feby memperingatkan Kimberly yang tadi memang keliru membawa pesanan. Harusnya pesanan untuk mej

    Last Updated : 2023-11-04
  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 15 - Kau Mencintainya, Kan?

    "Sayang.."Suara Kanaya sontak membuat Alan terkejut dan spontan mengakhiri panggilannya dengan Kimberly. Pria itu menatap tajam ke arah kekasihnya. Entah mengapa Alan berharap agar Kimberly tak mendengar panggilan 'sayang' dari Kanaya untuknya."Apa aku harus menulis pesan agar mengetuk pintu lebih dulu bagi yang ingin masuk kesini?" sarkas Alan.Kanaya tampak kesal namun masih berusaha menyembunyikannya."Maaf, aku tidak tahu kalau kau sedang bicara di telepon. Kau bicara dengan siapa?" tanya Kanaya yang pura-pura tak tahu."Kimberly," jawab pria itu.Kanaya tertegun sejenak. Ia merasa ada sesuatu yang membuatnya kesulitan menelan saliva. Tenggorokannya tercekat saat Alan menyebut nama Kimberly.'Kenapa dia tak bisa berbohong? Aku harap kau berbohong, Alan. Karena kejujuranmu menyakitiku.'"Kim? Bagaimana kabarnya?"Kanaya mengulas senyum yang nampak canggung di mata Alan. Meski sedikit mengernyit, namun pria itu mengindahkannya. Alan memilih untuk tak peduli dengan kecanggungan di

    Last Updated : 2023-11-05

Latest chapter

  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 86 - Itu bukan Cinta!

    Lift di lantai ruang CEO terbuka, seorang perempuan keluar dari sana dengan langkah terburu dan wajah serius."Nona, Anda tidak boleh--"Diam kau!"Perempuan itu mengindahkan larangan sekretaris Alan Satou, ia tetap melangkah menuju ruangan pria itu."Alan."Kanaya menyerukan nama tunangannya sesaat setelah pintu terbuka."Hhh.. mau apa kau kesini? Mike si bodoh itu selalu saja tak menggubris perintahku."Alan membuang pandangannya dengan malas. Ia tengah tak berselera untuk meladeni Kanaya."Aku hanya ingin mengatakan, jika aku tak bisa bersamamu, tak ada perempuan lain yang boleh bersamamu. Kau milikku, Alan.""Aku sudah malas mendengar rengekanmu, Nay. Cepat keluar dari sini atau aku harus memanggil keamanan untuk menyeretmu keluar.""Kau tidak akan bisa membuatku keluar dari sini. Aku tak pernah main-main."Alan yang sudah sangat malas meladeni Kanaya langsung meraih gagang telpon hendak mendial nomor keamanan kantornya."KANAYA!"Alan membanting gagang telpon saat melihat mantan

  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 85

    Lift di lantai ruang CEO terbuka, seorang perempuan keluar dari sana dengan langkah terburu dan wajah serius."Nona, Anda tidak boleh--"Diam kau!"Perempuan itu mengindahkan larangan sekretaris Alan Satou, ia tetap melangkah menuju ruangan pria itu."Alan."Kanaya menyerukan nama tunangannya sesaat setelah pintu terbuka."Hhh.. mau apa kau kesini? Mike si bodoh itu selalu saja tak menggubris perintahku."Alan membuang pandangannya dengan malas. Ia tengah tak berselera untuk meladeni Kanaya."Aku hanya ingin mengatakan, jika aku tak bisa bersamamu, tak ada perempuan lain yang boleh bersamamu. Kau milikku, Alan.""Aku sudah malas mendengar rengekanmu, Nay. Cepat keluar dari sini atau aku harus memanggil keamanan untuk menyeretmu keluar.""Kau tidak akan bisa membuatku keluar dari sini. Aku tak pernah main-main."Alan yang sudah sangat malas meladeni Kanaya langsung meraih gagang telpon hendak mendial nomor keamanan kantornya."KANAYA!"Alan membanting gagang telpon saat melihat mantan

  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 85 - Kau Milikku!

    Sinar sang surya masih terasa menyengat meski ia telah perlahan menuju Barat. Pertemuan Kimberly dengan Genta yang mungkin akan menjadi pertemuan terakhirnya dengan pemuda itu sedikit menyisakan rasa pilu. Bukan karena gadis itu mencintai Genta, namun ada rasa tak tega saat Kimberly harus menolak ungkapan cinta pemuda itu untuk kedua kalinya.Taksi online sudah sampai mengantarnya ke depan gerbang tinggi mansion milik sang paman. Perlahan gadis itu merasakan sesuatu saat melangkah masuk ke dalam bangunan megah itu."Selamat Sore, Nona Kim.""Sore, Pak."Senyum tenang terkulum dari bibir mungil gadis itu, namun terasa ada sebuah kejanggalan dari raut sang security penjaga pos pintu gerbang."Bi, ada apa dengan wajahmu?"Lagi-lagi Kimberly menemukan wajah tegang dari pelayan di mansion itu. Bi Jeni yang menyambut kedatangannya tampak kaku dan ketakutan."Tu-- tuan Satou.. menunggu Anda di ruang kerjanya, Nona," sahut pelayan tua itu dengan tergagap."Alan? Alan sudah pulang, Bi?""Iya.

  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 84 - Hari Perpisahan

    Mobil sedan berlabel burung berwarna biru berhenti di depan Cafe sebrang SMA Penabur, sekolah Kimberly dulu. Gadis itu keluar dari mobil dan berjalan menuju tempat pertemuannya dengan Genta."Kim!"Tangan Genta melambai ke arah Kimberly, dengan senyum cerah bertengger di bibir pemuda tampan itu."Maaf aku terlambat, Ta.""He em. Duduklah, kau mau pesan apa? Menu favoritmu?"Kening Kimberly sedikit mengerut, "memangnya kau tahu apa menu favoritku disini?" tanyanya meragu.Pemuda itu kembali tersenyum dan kembali meminta Kimberly untuk duduk."Aku tahu semua tentangmu, Kim. Apapun itu," jawabnya dengan tenang."Warna kesukaanku?""Hijau.""Eeem.. lagu kesukaanku?""Epiphany.""Waw.. eeem, ini pasti kau tak tahu, Ta. Pemain sepak bola yang kusuka?"Kimberly tersenyum remeh saat Genta terdiam untuk berpikir."Kalau aku tahu.. apa aku boleh meminta sesuatu padamu?""Hh? Kalau begitu kau tak perlu--"Ricardo Ijection Santos Leite. Kau sangat mengidolakannya sejak remaja. Pemain sepak bola d

  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 83

    "Hhh... oke, jadi apa yang harus saya lakukan untuk meredam berita ini. Kita tak bisa mendiamkanya begitu saja, nama baik Anda bisa tercoreng dan itu akan membuat para pemegang saham ragu dengan kredibilitas Anda.""Kau fokus saja pada peluncuran produk baru kita di Jepang. Masalah ini biar jadi urusanku," titah Alan pada sang asisten."Baiklah. Kalau begitu saya pergi dulu."Mike keluar dari ruang CEO untuk melakukan beberapa pekerjaan di luar kantor.Drt..Drt..Drt..Gawai Alan bergetar, nama Kimberly terpampang disana. Dengan sigap pria itu mendial tombol hijau karena khawatir terjadi sesuatu dengan kekasihnya.”Sayang, apa terjadi sesuatu?”(”Alan, video peristiwa di mall tadi beredar luas di sosial media. Apa kau baik-baik saja?”)”Hhh.. jangan mengkhawatirkanku, Moon. Itu hanya berita sampah, sebaiknya kau tak perlu membuka akun sosial mediamu dulu. Lebih baik kau istirahat.”(”Kau sudah melihatnya? Ada yang merekam saat kau menampar Kanaya, Alan. Itu akan mempengaruhi pekerjaa

  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 82 - Hot News

    Kimberly dan Naina keluar dari toko pakaian dengan membawa tiga paper bag berlogo brand ternama."Nai, aku lapar. Kita makan dulu, ya.""Oke." Naina memberi kode setuju pada jarinya."Hai, Kim. Sepertinya Alan memberimu kompensasi sangat banyak setelah kejadian malam itu."Suara seorang perempuan yang dikenal Kimberly membuat dirinya dan Naina menoleh bersamaan."Apa itu semua kompensasi dari Alan karena telah membawamu ke atas--"Cukup, Kanaya!"PlakkBelum selesai Kanaya menjatuhkan mental Kimberly, Alan yang muncul tiba-tiba lebih dulu melayangkan sebuah tamparan di pipi wanita itu. Matanya tajam menatap nyalang Kanaya yang terkejut mendapat sebuah tamparan keras, padahal Alan tak pernah sekalipun berbuat kasar padanya."Brengsek! Kau--"Kau sudah keterlaluan, Kanaya! Sekali lagi kau mencoba menyakiti calon istriku, aku tak akan segan-segan berbuat lebih kasar lagi padamu!"Ancaman Alan membuat mulut Kanaya ternganga namun kelu. Kata calon istri cukup membuat wanita itu terhenyak s

  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 81 - Kompensasi

    "Anda memanggil saya, Tuan?""Mike, datanglah ke mansionku dan berikan ini pada Kimberly.Alan menyerahkan sebuah black card pada asistennya."Ini.. untuk nona Kim?" tanya pemuda itu."He em. Itu hadiah karena dia sudah bisa memanggil namaku.""Hah?" Mike tak mengerti dengan apa yang dibicarakan bosnya."Sudah jangan banyak tanya! Kau serahkan kartu ini saja pada Kimberly dan langsung kembali ke kantor. Dua jam lagi kita rapat internal."Bagi Mike, titah Alan adalah sesuatu yang mustahil ia bantah. Apa yang dikatakan pria itu, itulah yang harus ia jalani."Baik, saya pergi sekarang."*"Waaah.. aku baru lihat rumah semegah ini, Kim. Sepertinya aku akan tersesat jika berada disini sendirian."Kimberly sengaja mengundang Naina ke mansion Alan, kebetulan gadis itu tengah libur bekerja."Disini ada petunjuk arah, Nai." Kimberly menunjuk tulisan led yang ada di depannya. Bi Jeni meminta Alan untuk membuat petunjuk arah untuk memudahkan pelayan yang baru bekerja disana."Waaah.. ini bukan

  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 80 - Tetaplah Menjadi Diri Sendiri

    ”Hei, gadis sombong! Pantas saja kau tak masuk-masuk kerja, ternyata si Kuda Putih sudah melamarmu, ya!”-NainaBaru saja bangkit dari ranjang, mata Kimberly dibuat mengerjap beberapa kali saat membaca pesan chat dari Naina."Dari mana Naina tahu kalau Alan melamarku?" tanyanya pada diri sendiri.”Kau tahu dari mana, Nai? Maaf aku tak memberi kabar apapun selama beberapa hari ini. Nanti saat masuk kerja akan kuceritakan.”-Kimberly”Hhh, tuan putri pasti baru bangun dan belum melihat berita hangat yang sudah jadi perbincangan. Bukalah sosial mediamu, Kim. Kau akan tahu sendiri dari mana aku bisa tahu.”-NainaKimberly langsung membuka akun sosial medianya. Sudah banyak tag video di akun instagram gadis itu."Video apa ini? Kenapa banyak sekali yang menandai akunku?"Matanya membola dengan mulut ternganga saat prosesi lamaran yang Alan lakukan untuknya terpampang jelas di gawainya. Video itu seperti sudah disetting dan diedit sedemikian rupa oleh seseorang, siapa lagi kalau bukan sang

  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 79 - Mata Hijau Zamrud

    "A-- A- Lan.""Berikan tanganmu, Moon.."Alan meminta Kimberly memberikan jemarinya untuk disematkan cincin bermata zamrud yang ia beli beberapa hari yang lalu."Tapi--""Kau tak mau menerima lamaranku?""Bu-- bukan! Aku-- Alan, apa-- kau serius? Ini-- bukan hanya karena kejadian malam itu?"Alan bangkit dan berdiri di hadapan gadis itu, menatap tajam wajah cantik yang masih meragukan ketulusannya, "kau masih meragukan ketulusanku, Moon?" tanyanya dengan tangan mendekap wajah Kimberly."Aku hanya tak mau menjadi beban tanggung jawabmu. Aku benci dikasihani, apalagi--"Ssst.. tak ada yang mengasihanimu, Kim. Sebelum peristiwa malam itu pun aku sudah berniat untuk melamarmu. Apapun yang terjadi aku hanya ingin kau yang jadi pendamping hidupku."Jemari Alan memotong ucapan Kimberly. Ia hanya ingin meyakinkan kesungguhannya pada gadis itu. Tak ada yang harus dikasihani, dan tak ada yang harus bertanggung jawab. Semua yang terjadi adalah kesalahan yang sama-sama tak diinginkan, namun kesal

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status