Beranda / Romansa / Mengejar Cinta Om Alan / Chapter 1 - Mencintaimu itu Menyakitkan

Share

Mengejar Cinta Om Alan
Mengejar Cinta Om Alan
Penulis: Keanz

Chapter 1 - Mencintaimu itu Menyakitkan

Penulis: Keanz
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-08 14:07:54

Kimberly naik ke lantai tiga, tepatnya ruang kerja Alan berada. Seperti biasa, semenjak memutuskan untuk ikut sang paman ke mansion megahnya beberapa minggu lalu, Kim setiap pagi tak pernah absen mengantarkan secangkir kopi dan camilan ke ruang kerja pria blasteran Indo-Jepang itu. Ritual yang tak pernah dilewatkan Alan semenjak ia tinggal di Jepang.

Langkah gadis berusia 20 tahun itu beriringan dengan senyum cerah di bibirnya. Kimberly kembali menemukan senyumnya setelah bertemu lagi dengan sang paman, lelaki yang selama beberapa tahun ini, atau mungkin selama dirinya mengenal arti cinta, selalu ia rindukan.

"Om Alan, aku bawa--

prank.....

Sebuah nampan bersama secangkir kopi dan camilan yang berada di atas piring cristal jatuh ke lantai. Suaranya mengagetkan dua insan yang tengah bercumbu di atas meja kerja Alan. Kanaya, perempuan yang dikenal sebagai tunangan Alan tengah berada di atas paha pria itu. Ciuman intens yang tadi berlangsung diantara mereka mampu membuat Kimberly termangu setelah menjatuhkan nampan yang ia bawa. Gadis itu bingung, apa yang harus ia lakukan sekarang. Jika Alan sadar, tangan sang keponakan sudah bergetar hebat namun Kimberly langsung menyembunyikannya di belakang punggung.

"Ma-- maaf-- aku-- aku--

"Apa Kakakku tak pernah mengajarkan sopan santun padamu, Kim! Tak bisakah kau mengetuk pintu terlebih dulu saat masuk ke ruang kerjaku?!"

Omelan Alan terasa kembali mencabik hati gadis itu. Airmata jatuh seketika, namun segera diseka agar raut memalukan tak terlalu kentara di wajahnya.

"Maaf, Om! Aku kira-- tak ada mba Kanaya disini," sahut gadis itu yang hanya bisa tertunduk.

Ia ingin berlari, tapi bodohnya kaki itu terasa berat. Seketika ia merasa jika kedua kakinya tak lagi bertenaga, hingga untuk sekedar berdiri saja Kimberly harus mengerahkan seluruh usahanya agar tak jatuh.

"Ada atau tak ada Kanaya disini kau seharusnya mengetuk pintu lebih dulu, Kim. Pergilah!"

Alan menghentikan omelannya saat melihat gadis itu kembali menyeka airmatanya. Ia tahu, kata-kata kasarnya pasti sudah menyakiti sang keponakan, namun entah sadar atau tidak, perbuatannya lah yang lebih menyakiti dan mencabik-cabik perasaan gadis itu.

Kimberly berjongkok memunguti pecahan gelas dan piring crystal yang ia jatuhkan, namun suara Alan kembali menyadarkannya jika ia harus cepat-cepat pergi dari sana.

"Biarkan pecahan itu disana, kau pergi saja dari sini. Dan pastikan untuk mengetuk pintu lebih dulu ketika masuk ke kamar atau ruang kerjaku, Kimberly!" tegas Alan tanpa melihat wajah keponakannya.

"Iya. Aku akan mengingatnya, Om."

Suara itu tercekat, namun masih terdengar jelas di telinga Alan dan Kanaya.

Kimberly keluar dan menutup pintu ruang kerja pamannya. Namun entah kebodohannya yang bertubi-tubi atau masih ingin memastikan sesuatu, gadis itu tak menutup rapat pintu kerja ruangan Alan. Ia mengintip di sela pintu yang terbuka, menunggu adegan apa yang akan dilakukan sang paman bersama tunangannya setelah ia pergi.

"Alan, jangan terlalu keras pada, Kim. Kau lihat dia begitu terpukul saat kau bicara keras padanya tadi."

Kanaya mulai menasehati lelakinya. Ia yang hanya bisa diam seribu bahasa karena malu tertangkap basah tengah bercumbu, kini membela Kimberly. Wanita itu memang sangat baik terhadap keponakan sang tunangan, meski Kimberly selalu berwajah dingin padanya.

"Kau jangan terlalu memanjakan gadis itu, Nay. Dia terlalu dimanja oleh kakakku dulu. Kimberly harus mengerti posisinya sekarang. Ia bukan lagi anak perempuan yang bisa melakukan semua sesuai kehendak hatinya. Ia juga harus diajarkan bagaimana menjadi dewasa."

Alan tak mau berlama-lama membahas keponakannya dengan Kanaya. Pria itu kembali mendudukkan sang tunangan di atas pahanya. Mencumbu leher jenjang milik perempuan yang sejak dua tahun lalu berstatus sebagai tunangan pria itu.

Saat Alan masih mencumbu tunangannya hingga terdengar suara lenguhan dari mulut Kanaya, mata pria itu menyelidik ke arah pintu yang ia sadari tak tertutup sempurna. Satu senyum smirk tersungging di bibirnya saat melihat sosok gadis yang masih mengintai di balik pintu ruang kerjanya.

*

"Satu pelayan naik ke ruang kerjaku dan bersihkan pecahan gelas disini!"

Suara datar menggema di telepon yang menghubungkan sang tuan dengan beberapa pelayan yang ada di mansion itu. Telepon di ruang kerja Alan memang berfungsi untuk memanggil atau menitahkan sebuah perintah pada pelayan-pelayannya. Tak lama berselang seorang pelayan setengah tua mengetuk pintu dan meminta ijin untuk membersihkan kegaduhan yang dibuat oleh Kimberly.

"Tuan Alan, apa tangan Anda terluka?"

Bibi Jeni, sang pelayan takut jika tetesan darah yang ada di lantai adalah darah dari majikannya.

"Tidak. Mengapa kau bertanya begitu, Bi?"

"Ini, ada beberapa tetesan darah di dekat pecahan gelasnya. Syukurlah kalau ini bukan darah tuan Alan," sahut wanita tua itu.

Alan yang tadi sibuk dengan ipad di tangannya termangu seketika.

(”Darah? Apa Kimberly terluka?”)

"Dimana Kimberly, Bi?"

Rasa khawatir langsung menyeruak ke dalam tubuh pria itu saat mendengar ada tetesan darah pada pecahan gelas yang berserakan di lantai.

"Nona Kimberly sepertinya ada di kamarnya, Tuan. Tadi saya lihat setelah turun dari sini langsung masuk ke kamarnya," jawab Bibi Jeni.

Tanpa menunggu lama Alan langsung turun ke bawah menuju kamar keponakannya di lantai dua. Pria itu semakin khawatir saat melihat beberapa tetes darah lagi yang tercecer di tangga dan sepanjang lorong menuju kamar Kimberly.

"Kim!" teriak Alan yang langsung merangsek masuk ke dalam kamar gadis itu.

Kimberly menoleh saat mendengar teriakan pamannya. Satu tangannya tengah membalut tangan lain yang terluka karena pecahan gelas.

"Hhh.. kenapa tak bilang kalau tanganmu terluka, Kim!"

Lagi, Alan kembali mengomel. Namun omelannya kali ini karena rasa cemas saat melihat luka di tangan keponakannya.

"Ini hanya luka kecil, Om.. (luka yang lebih besar telah lebih dulu kau torehkan di hatiku)."

"Tapi tetap saja ini akan terasa menyakitkan, Kim."

Alan mengambil alih membalut luka Kimberly. Satu tube obat untuk menghentikan pendarahan ia ambil dari kotak P3K yang berada di atas ranjang gadis itu.

"Sakit?" tanyanya.

Kim menggelengkan kepalanya.

"Kalau sakit jangan ditahan, kau boleh berteriak, Kim," goda pria itu yang tersenyum tipis.

"Seandainya aku bisa berteriak.."

Senyatanya Kimberly masih berwajah datar. Ia justeru menanggapi gurauan sang paman dengan kalimat ambigu yang membuat Alan terdiam meski hanya beberapa detik.

Pria itu tahu apa yang dimaksud keponakannya, namun Alan tetap berusaha acuh dan tak ingin terbawa perasaan yang bisa membuatnya lemah.

(”Terus saja seperti itu, Kim. Sampai kau bisa melupakan cintamu padaku. Aku akan tetap menjadi pria brengsek dan tak punya hati di hadapanmu?”)

*

Beberapa hari berlalu sejak peristiwa menyakitkan itu. Hubungan antara Alan dan Kimberly tak lagi sedekat pertama kali mereka bertemu. Kim menjaga jarak dengan pria itu, dan Alan justeru merasa lega dengan sikap keponakannya. Meski kadang ada rasa tak tega dan ingin memeluk gadis yatim piatu itu, namun tekad Alan untuk tetap menjaga janji yang ia ikrarkan beberapa tahun yang lalu pada mendiang kakak sepupunya membuat pria itu menepis jauh-jauh rasa iba di hatinya.

Tok

Tok

Tok

"Masuklah!"

"Om," sapa Kimberly saat masuk ke ruang kerja pamannya.

"Hem?"

"Aku-- aku mau pamit."

Kalimat itu langsung membuat Alan menoleh padanya.

"Pamit?"

"Iya. Aku mau kembali tinggal bersama Naina, sahabatku. Aku juga akan kembali bekerja di Town Cafe."

Alan terdiam sejenak, menyandarkan punggungnya di atas kursi kebesaran pria itu.

"Mengapa tiba-tiba kau ingin kembali bekerja, Kim?" tanyanya menyelidik.

"Aku bosan disini. Aku ingin melakukan kegiatan daripada hanya berdiam diri saja," cetus gadis itu.

"Oke. Kau kuliah saja. Gadis seusiamu memang harusnya masih berada di bangku kuliah, Kim."

"Tidak! Aku ingin bekerja. Aku ingin menjadi gadis dewasa dengan caraku sendiri."

"Aku tak menerima penolakan, Kim--

"Dan aku tak berkewajiban mengikuti perintahmu, Om!" tegas Kimberly yang membuat Alan terdiam.

"Kau sendiri, kan, yang bilang? Di usiaku seperti ini aku harus sudah belajar dewasa. Dan aku ingin menjadi dewasa dengan caraku sendiri."

"Kimberly aku tak sedang main-main." Suara Alan terdengar dingin.

"Tidak ada yang sedang bermain-main disini kecuali kau, Om Alan!"

Alan terkejut dengan nada suara tinggi yang dicetuskan keponakannya. Baru kali ini gadis itu bersuara kerasa padanya. Jika Alan marah pun Kimberly biasanya hanya bisa menangis, tanpa menjawab.

"Jangan membuatku marah, Kim. Cepat kembali ke kamarmu, besok kita akan datang ke universitas terbaik di kota ini. Kau akan kudaftarkan disana."

"BERHENTILAH BERSIKAP SEAKAN-AKAN KAU ADALAH PENGGANTI ORANG TUAKU, OM!"

"KIMBERLY!"

Kimberly tak lagi bisa menahan amarahnya. Ia benci saat Alan bersikap seperti orang tuanya. Gadis itu hanya ingin cintanya dibalas dengan cinta yang sederhana, seperti cinta laki-laki pada perempuan, bukan cinta seorang paman terhadap keponakannya.

Suara Alan tak kalah menggelegar. Saat mendengar gadis itu berteriak lantang emosi Alan pun ikut tersulut.

”Ternyata mencintaimu itu menyakitkan. Aku menyerah, Om! Aku akan berhenti merasakan cinta yang sejatinya hanya menambah lukaku semakin lebar.”

Airmata itu jatuh satu per satu. Diseka pun percuma, ia kembali mengalir dan justeru semakin deras.

Dada Alan terasa terhimpit mendengar ungkapan perasaan Kimberly yang ia pun tak tahu, apa yang ia rasakan terhadap gadis itu. Ada rasa tak rela jika cinta yang telah ia ketahui lama bersemi di hati sang keponakan, harus dipatahkan dengan paksa, meskipun itu semua akibat ulahnya.

"Berhentilah! Berhentilah mencintaiku meski dengan cara terjun ke jurang, Kim!"

***

Bab terkait

  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 2 - Keinichiro Alan

    "Berhentilah! Berhentilah mencintaiku meski dengan cara terjun ke jurang, Kim!"Ungkapan itu sekonyong-konyong keluar dari mulut Alan. Hati dan mulutnya yang tak sinkron membuat suasana menjadi panas padahal ruangan itu dilengkapi dengan pendingin ruangan.Kim kembali merasakan sakit yang tak berdarah. Rasa sakit itu seakan menguliti tubuhnya, mencabik seluruh harapan yang senyatanya masih tersimpan di hati gadis itu."Y-- ya. Aku pasti akan berhenti. Aku pastikan aku akan berhenti mencintaimu.. Keinichiro Alan."Kalimat terakhir yang diucapkan Kimberly sebelum berbalik arah meninggalkan sang paman yang masih terpaku di atas kursi kebesarannya membuat Alan mematung. Ingin menarik kata-katanya, namun lidahnya terasa kelu. Janji yang pernah terucap tak serta merta bisa ia ingkari begitu saja."Hhh.. kenapa kau harus mencintaiku, Kim? Kita bisa hidup bersama seandainya saja.... aaaaaakh......"Alan pun tak bisa menyembunyikan kegalauannya. Meski tak mau mengakui apa yang kini ia rasakan

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-08
  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 3 - Mematikan Rasa dengan Kejam

    "Awasi dan jaga keponakanku. Aku tak mau terjadi sesuatu seperti bulan lalu. Jika ada yang berusaha menyakitinya, kau boleh bertindak, Mike."Alan memberi titah pada seorang anak buahnya untuk menjaga Kimberly."Baik, Tuan. Apa.. Anda mengijinkan nona Kim untuk kembali bekerja di Cafe itu?" tanya Mike, pria bertubuh tinggi besar dengan bulu menghiasi sebagian rahangnya."Aku tak bisa melarangnya. Kimberly adalah gadis keras kepala. Orang tuanya saja tak bisa membuatnya jadi gadis penurut," sahut Alan seraya membuang napas panjang."Tapi Anda bisa membuatnya menjadi gadis yang penurut, Tuan. Setidaknya mengikuti semua kata-kata Anda."Ucapan dan senyum tipis Mike membuat Alan mengernyitkan dahinya. Ia tak mengerti maksud perkataan anak buahnya itu."Apa maksudmu? Aaah.. sudahlah! Ikuti saja perintahku Mike. Aku tak mau mendengar Kim terluka. Kau tahu itu, kan?"Mike kembali menyunggingkan senyum tipis di bibirnya. Meski baru satu tahun bekerja pada Alan, namun pria itu cukup memahami t

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-08
  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 4 - Aku kembali, Kim!

    "Kimberly, ada yang mencarimu!" seru seorang waitress dengan suara sedikit lantang."Ya Tuhan.. kenapa hari ini aku disibukkan dengan orang-orang yang membuatku pusing. Siapa lagi yang mencariku?!""Apa kau kenal dengan orang yang mencariku, Jen?" tanya Kimberly pada gadis yang tadi berseru padanya."Mana aku tahu! Lagi pula kau tinggal lihat sendiri di depan. Pemuda itu tak mau dilayani selain denganmu, Kim. Hh.. jangan buat keributan lagi disini, Kimberly! Kau membuat kami sibuk beberapa minggu karena keributan bulan lalu."Jeni menampakkan wajah tak sukanya. Ia merasa kesal karena setelah keributan bulan lalu Cafe menjadi ramai pengunjung, akibatnya semua karyawan diminta lembur dan tak mendapat jatah libur.Kimberly keluar dari ruang khusus karyawan dan melangkah ke depan. Sekeras apapun ia memikirkan kiranya siapa orang yang ingin bertemu dengannya, namun tak ada nama selain Alan di otaknya."Tak mungkin dia, kan?" gumamnya seraya melangkah."Hai, My Princess."Lambaian tangan se

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-08
  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 5 - Kuda Putihku Lebih Tampan

    TIGA TAHUN YANG LALU.."Hai, Kim.."Seperti biasa, Genta menyapa Kimberly dengan senyum seorang player. Pemuda bermata sipit itu selalu bersikap sok ganteng. Ya.. memang benar, sih. Genta memang termasuk dalam kategori remaja tampan dan idola di sekolah bertaraf internasional itu, meski ketenarannya masih kalah jauh dari Borne."Hem.."Kimberly membalas sapaan pemuda genit itu dengan wajah acuh. Kim orang yang tak suka berbasa basi, apalagi dengan anggota genk Playboy macam Genta dan kawan-kawannya."Dih, galak banget jawabnya. Jangan galak-galak, Kim, nanti hilang cantiknya.""Iiiiish.. gombalanmu sangat norak!" Kim mencebikkan bibirnya seraya menatap malas pemuda itu. Tanpa mau menjawab ocehan Genta, ia gegas meninggalkan ruang kantin. Gadis itu tak tertarik untuk meladeni ocehan Genta."Kim, mau kemana?""Balik ke kelas!""Dih, makananmu belum habis, Kim!""Biarin! Buat kucing ibu kantin!" jawab Kim sekenanya."Kim, tunggu!"Ia tak peduli dengan seruan Rea yang memanggil namanya. L

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-23
  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 6 - Kau Cemburu

    "BRENGSEK!"Umpatan kasar tercetus begitu saja dari mulut Borne setelah dirinya berhasil menghindari sebuah kecelakaan. Pemuda itu langsung menoleh pada gadis di sampingnya, "Kim, kau tak papa?" tanyanya cemas.Kimberly hanya menggeleng kaku. Nampak sekali sebuah keterkejutan dan ketakutan di wajahnya, namun Kim berusaha untuk tenang dan tak membuat Borne panik.Borne membuka pintu mobilnya dengan kasar. Baru saja ia mau melangkah untuk melabrak pengemudi ceroboh yang hampir membuat mereka celaka, seorang pria sudah lebih dulu menghampiri mobilnya dan berjalan mendekati pintu sebelah tempat Kimberly berada."Kim, keluar!"Alan membuka kasar pintu mobil sebelah kanan dan meminta keponakannya untuk keluar dari sana."Om?""Cepat keluar Kimberly!"Kimberly tahu, itu bukan sebuah permintaan, tapi lebih pada perintah yang mendominasi. Wajah Alan yang dingin mampu membuat gadis itu tak mampu mengucapkan sebuah penolakan."Hei, Brengsek! Siapa kau?!"Suara Borne terdengar menggema. Di depan

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-24
  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 7 - Aku Mau Melamarmu

    DUA TAHUN YANG LALU..Seorang pria matang dengan garis wajah tegas mengepalkan tangannya di atas meja. Ia baru menerima berita tentang kematian kakak sepupu sekaligus kakak iparnya. Raut sedih dan menyesal tampak jelas di wajah pria itu. Apalagi kematian dua orang yang dianggap berjasa atas kesuksesannya sekarang begitu tragis. Kakak iparnya harus meninggal di meja operasi karena serangan jantung. Begitupun dengan kakak sepupunya, Merli Sita, wanita itu juga meninggal dengan cara mengenaskan. Merli ditemukan bunuh diri di Rumah Sakit Jiwa. Tubuhnya tergantung di kamar mandi karena tak kuat menerima kejatuhan dan kepergian suaminya."Cari keponakanku berada. Telusuri semua wilayah yang sekiranya didatangi Kimberly. Aku tak mau sesuatu terjadi padanya. Dua hari! Kau ku beri waktu dua hari untuk menemukannya."Keinichiro Alan, pria blasteran Indo-Jepang itu membuat sang asisten menelan paksa salivanya. Bagaimana mungkin dalam dua hari ia bisa menemukan seseorang yang bahkan tak pernah i

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-26
  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 8 - Pemuda Bodoh

    Bi..""Ya?""Apa-- menurut bibi-- om Alan benar-benar mencintaiku?"Kimberly mengambil nampan yang berisi makanan dari tangan kepala pelayan itu. Matanya tak lepas menatap sang pelayan hendak mencari jawaban dari pertanyaan yang barusan ia layangkan."Dia mencintaiku, kan, Bi?" tanyanya lagi karena belum ada sahutan dari mulut bi Jeni.Meski dalam sepersekian detik yang lalu wajah bibi Jeni menampakkan keterkejutan, namun perempuan tua itu cukup pintar mengubah rautnya agar kembali tenang. Ia mengambil kembali nampan yang kini berada di tangan Kimberly dan meletakkannya di atas meja kecil dekat ranjang gadis itu."Tentu saja tuan Alan mencintai Anda, Nona," ujar bi Jeni."Anda adalah satu-satunya keluarga yang dimiliki oleh tuan."Sambil tersenyum hangat bi Jeni menoleh dan menatap sendu wajah Kimberly. Namun itu bukanlah jawaban yang Kimberly inginkan. Bukan cinta seperti itu yang ia maksudkan. Meski kecewa ia pun membalas senyum perempuan tua itu."He em. Kau benar, Bi. Om Alan hany

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-28
  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 9 - Dewa Penolong Naina

    TIGA TAHUN YANG LALU"Hai ,Kim!"Suara yang sangat Kimberly kenal terdengar menyapa dan tersenyum. Tampaknya Borne masih tak menyerah. Di setiap pagi, tepatnya saat para siswa berdatangan Borne akan menyambut gadis itu di depan pintu kelas."Minggir, Borne. Aku mau masuk!""Senyum dulu, dong! Baru kuijinkan kau masuk!""Ck.. dasar tak tahu malu!" umpat Kimberly pelan namun dengan senyum mengejek.Borne seperti minta tiket pada gadis itu agar diijinkan masuk, padahal orang tua Kimberly adalah salah satu donatur terbesar di sekolahnya."Minggir atau kutendang milikmu!""Iiish! Jangan main-main dengan aset masa depanku, Kim!"Spontan pemuda tengil itu menutupi 'harta berharganya' dengan kedua tangan. Kimberly hanya tertawa geli melihat Borne ketakutan dengan ancaman palsunya. 'Mana mungkin aku menendang pusakanya, bisa-bisa Borne tak mampu memberi penerus pada keluarga Brahmaja.' Bathin Kimberly."Minggir!"Saat pemuda itu lengah dan tangannya masih menutupi sang pusaka, Kim mendorongny

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-28

Bab terbaru

  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 86 - Itu bukan Cinta!

    Lift di lantai ruang CEO terbuka, seorang perempuan keluar dari sana dengan langkah terburu dan wajah serius."Nona, Anda tidak boleh--"Diam kau!"Perempuan itu mengindahkan larangan sekretaris Alan Satou, ia tetap melangkah menuju ruangan pria itu."Alan."Kanaya menyerukan nama tunangannya sesaat setelah pintu terbuka."Hhh.. mau apa kau kesini? Mike si bodoh itu selalu saja tak menggubris perintahku."Alan membuang pandangannya dengan malas. Ia tengah tak berselera untuk meladeni Kanaya."Aku hanya ingin mengatakan, jika aku tak bisa bersamamu, tak ada perempuan lain yang boleh bersamamu. Kau milikku, Alan.""Aku sudah malas mendengar rengekanmu, Nay. Cepat keluar dari sini atau aku harus memanggil keamanan untuk menyeretmu keluar.""Kau tidak akan bisa membuatku keluar dari sini. Aku tak pernah main-main."Alan yang sudah sangat malas meladeni Kanaya langsung meraih gagang telpon hendak mendial nomor keamanan kantornya."KANAYA!"Alan membanting gagang telpon saat melihat mantan

  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 85

    Lift di lantai ruang CEO terbuka, seorang perempuan keluar dari sana dengan langkah terburu dan wajah serius."Nona, Anda tidak boleh--"Diam kau!"Perempuan itu mengindahkan larangan sekretaris Alan Satou, ia tetap melangkah menuju ruangan pria itu."Alan."Kanaya menyerukan nama tunangannya sesaat setelah pintu terbuka."Hhh.. mau apa kau kesini? Mike si bodoh itu selalu saja tak menggubris perintahku."Alan membuang pandangannya dengan malas. Ia tengah tak berselera untuk meladeni Kanaya."Aku hanya ingin mengatakan, jika aku tak bisa bersamamu, tak ada perempuan lain yang boleh bersamamu. Kau milikku, Alan.""Aku sudah malas mendengar rengekanmu, Nay. Cepat keluar dari sini atau aku harus memanggil keamanan untuk menyeretmu keluar.""Kau tidak akan bisa membuatku keluar dari sini. Aku tak pernah main-main."Alan yang sudah sangat malas meladeni Kanaya langsung meraih gagang telpon hendak mendial nomor keamanan kantornya."KANAYA!"Alan membanting gagang telpon saat melihat mantan

  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 85 - Kau Milikku!

    Sinar sang surya masih terasa menyengat meski ia telah perlahan menuju Barat. Pertemuan Kimberly dengan Genta yang mungkin akan menjadi pertemuan terakhirnya dengan pemuda itu sedikit menyisakan rasa pilu. Bukan karena gadis itu mencintai Genta, namun ada rasa tak tega saat Kimberly harus menolak ungkapan cinta pemuda itu untuk kedua kalinya.Taksi online sudah sampai mengantarnya ke depan gerbang tinggi mansion milik sang paman. Perlahan gadis itu merasakan sesuatu saat melangkah masuk ke dalam bangunan megah itu."Selamat Sore, Nona Kim.""Sore, Pak."Senyum tenang terkulum dari bibir mungil gadis itu, namun terasa ada sebuah kejanggalan dari raut sang security penjaga pos pintu gerbang."Bi, ada apa dengan wajahmu?"Lagi-lagi Kimberly menemukan wajah tegang dari pelayan di mansion itu. Bi Jeni yang menyambut kedatangannya tampak kaku dan ketakutan."Tu-- tuan Satou.. menunggu Anda di ruang kerjanya, Nona," sahut pelayan tua itu dengan tergagap."Alan? Alan sudah pulang, Bi?""Iya.

  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 84 - Hari Perpisahan

    Mobil sedan berlabel burung berwarna biru berhenti di depan Cafe sebrang SMA Penabur, sekolah Kimberly dulu. Gadis itu keluar dari mobil dan berjalan menuju tempat pertemuannya dengan Genta."Kim!"Tangan Genta melambai ke arah Kimberly, dengan senyum cerah bertengger di bibir pemuda tampan itu."Maaf aku terlambat, Ta.""He em. Duduklah, kau mau pesan apa? Menu favoritmu?"Kening Kimberly sedikit mengerut, "memangnya kau tahu apa menu favoritku disini?" tanyanya meragu.Pemuda itu kembali tersenyum dan kembali meminta Kimberly untuk duduk."Aku tahu semua tentangmu, Kim. Apapun itu," jawabnya dengan tenang."Warna kesukaanku?""Hijau.""Eeem.. lagu kesukaanku?""Epiphany.""Waw.. eeem, ini pasti kau tak tahu, Ta. Pemain sepak bola yang kusuka?"Kimberly tersenyum remeh saat Genta terdiam untuk berpikir."Kalau aku tahu.. apa aku boleh meminta sesuatu padamu?""Hh? Kalau begitu kau tak perlu--"Ricardo Ijection Santos Leite. Kau sangat mengidolakannya sejak remaja. Pemain sepak bola d

  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 83

    "Hhh... oke, jadi apa yang harus saya lakukan untuk meredam berita ini. Kita tak bisa mendiamkanya begitu saja, nama baik Anda bisa tercoreng dan itu akan membuat para pemegang saham ragu dengan kredibilitas Anda.""Kau fokus saja pada peluncuran produk baru kita di Jepang. Masalah ini biar jadi urusanku," titah Alan pada sang asisten."Baiklah. Kalau begitu saya pergi dulu."Mike keluar dari ruang CEO untuk melakukan beberapa pekerjaan di luar kantor.Drt..Drt..Drt..Gawai Alan bergetar, nama Kimberly terpampang disana. Dengan sigap pria itu mendial tombol hijau karena khawatir terjadi sesuatu dengan kekasihnya.”Sayang, apa terjadi sesuatu?”(”Alan, video peristiwa di mall tadi beredar luas di sosial media. Apa kau baik-baik saja?”)”Hhh.. jangan mengkhawatirkanku, Moon. Itu hanya berita sampah, sebaiknya kau tak perlu membuka akun sosial mediamu dulu. Lebih baik kau istirahat.”(”Kau sudah melihatnya? Ada yang merekam saat kau menampar Kanaya, Alan. Itu akan mempengaruhi pekerjaa

  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 82 - Hot News

    Kimberly dan Naina keluar dari toko pakaian dengan membawa tiga paper bag berlogo brand ternama."Nai, aku lapar. Kita makan dulu, ya.""Oke." Naina memberi kode setuju pada jarinya."Hai, Kim. Sepertinya Alan memberimu kompensasi sangat banyak setelah kejadian malam itu."Suara seorang perempuan yang dikenal Kimberly membuat dirinya dan Naina menoleh bersamaan."Apa itu semua kompensasi dari Alan karena telah membawamu ke atas--"Cukup, Kanaya!"PlakkBelum selesai Kanaya menjatuhkan mental Kimberly, Alan yang muncul tiba-tiba lebih dulu melayangkan sebuah tamparan di pipi wanita itu. Matanya tajam menatap nyalang Kanaya yang terkejut mendapat sebuah tamparan keras, padahal Alan tak pernah sekalipun berbuat kasar padanya."Brengsek! Kau--"Kau sudah keterlaluan, Kanaya! Sekali lagi kau mencoba menyakiti calon istriku, aku tak akan segan-segan berbuat lebih kasar lagi padamu!"Ancaman Alan membuat mulut Kanaya ternganga namun kelu. Kata calon istri cukup membuat wanita itu terhenyak s

  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 81 - Kompensasi

    "Anda memanggil saya, Tuan?""Mike, datanglah ke mansionku dan berikan ini pada Kimberly.Alan menyerahkan sebuah black card pada asistennya."Ini.. untuk nona Kim?" tanya pemuda itu."He em. Itu hadiah karena dia sudah bisa memanggil namaku.""Hah?" Mike tak mengerti dengan apa yang dibicarakan bosnya."Sudah jangan banyak tanya! Kau serahkan kartu ini saja pada Kimberly dan langsung kembali ke kantor. Dua jam lagi kita rapat internal."Bagi Mike, titah Alan adalah sesuatu yang mustahil ia bantah. Apa yang dikatakan pria itu, itulah yang harus ia jalani."Baik, saya pergi sekarang."*"Waaah.. aku baru lihat rumah semegah ini, Kim. Sepertinya aku akan tersesat jika berada disini sendirian."Kimberly sengaja mengundang Naina ke mansion Alan, kebetulan gadis itu tengah libur bekerja."Disini ada petunjuk arah, Nai." Kimberly menunjuk tulisan led yang ada di depannya. Bi Jeni meminta Alan untuk membuat petunjuk arah untuk memudahkan pelayan yang baru bekerja disana."Waaah.. ini bukan

  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 80 - Tetaplah Menjadi Diri Sendiri

    ”Hei, gadis sombong! Pantas saja kau tak masuk-masuk kerja, ternyata si Kuda Putih sudah melamarmu, ya!”-NainaBaru saja bangkit dari ranjang, mata Kimberly dibuat mengerjap beberapa kali saat membaca pesan chat dari Naina."Dari mana Naina tahu kalau Alan melamarku?" tanyanya pada diri sendiri.”Kau tahu dari mana, Nai? Maaf aku tak memberi kabar apapun selama beberapa hari ini. Nanti saat masuk kerja akan kuceritakan.”-Kimberly”Hhh, tuan putri pasti baru bangun dan belum melihat berita hangat yang sudah jadi perbincangan. Bukalah sosial mediamu, Kim. Kau akan tahu sendiri dari mana aku bisa tahu.”-NainaKimberly langsung membuka akun sosial medianya. Sudah banyak tag video di akun instagram gadis itu."Video apa ini? Kenapa banyak sekali yang menandai akunku?"Matanya membola dengan mulut ternganga saat prosesi lamaran yang Alan lakukan untuknya terpampang jelas di gawainya. Video itu seperti sudah disetting dan diedit sedemikian rupa oleh seseorang, siapa lagi kalau bukan sang

  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 79 - Mata Hijau Zamrud

    "A-- A- Lan.""Berikan tanganmu, Moon.."Alan meminta Kimberly memberikan jemarinya untuk disematkan cincin bermata zamrud yang ia beli beberapa hari yang lalu."Tapi--""Kau tak mau menerima lamaranku?""Bu-- bukan! Aku-- Alan, apa-- kau serius? Ini-- bukan hanya karena kejadian malam itu?"Alan bangkit dan berdiri di hadapan gadis itu, menatap tajam wajah cantik yang masih meragukan ketulusannya, "kau masih meragukan ketulusanku, Moon?" tanyanya dengan tangan mendekap wajah Kimberly."Aku hanya tak mau menjadi beban tanggung jawabmu. Aku benci dikasihani, apalagi--"Ssst.. tak ada yang mengasihanimu, Kim. Sebelum peristiwa malam itu pun aku sudah berniat untuk melamarmu. Apapun yang terjadi aku hanya ingin kau yang jadi pendamping hidupku."Jemari Alan memotong ucapan Kimberly. Ia hanya ingin meyakinkan kesungguhannya pada gadis itu. Tak ada yang harus dikasihani, dan tak ada yang harus bertanggung jawab. Semua yang terjadi adalah kesalahan yang sama-sama tak diinginkan, namun kesal

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status