“Leo, ibumu memintaku agar kita rujuk demi masa depan Prince.”Leonardo tidak bereaksi seakan perkataan Mikhaila tidak begitu penting untuk di dengar dengan serius.Leonardo bersedekap, pria itu membuang mukanya dan memilih memperhatikan jendela besar yang tidak jauh di dekat mereka, memperhatikan langit yang semakin gelap.Benak Leonardo bertanya-tanya, apakah Rosea sudah beristirahat?Andai saja tadi mereka pulang beritirahat ke rumah baru mereka.“Leo, kamu mendengarkan aku tidak?” tanya Mikhaila dengan tenang dan terlihat begitu terbiasa dengan sikap dingin Leonardo.“Leo, sekarang aku berhenti bekerja setelah kakiku cedera. Tidak ada lagi yang aku lakukan selain membantu keluargaku, mungkin keputusan yang bagus jika kita kembali rujuk dan memberikan keluarga yang lengkap untuk Prince. Ibumu juga mengharapkan itu.”“Kamu datang hanya untuk mengatakan hal itu?” tanya Leonardo.“Benar.”“Aku tidak mau.”“Tapi kenapa? Kita pernah bersama-sama dalam waktu lama dan itu tidak menjadi se
Suara deringan telepon masuk terdengar di antara keheningan, Leonardo mengalihkan perhatiannya dari komputer pada handponenya, ada senyuman yang terlukis di bibir pria itu begitu melihat nama Rosea tertera di layar.Leonardo mengambil handponenya dan menerima panggilan itu.“Kamu sibuk?” tanya Rosea di sebrang sana.“Tidak,” jawab Leonardo samar.“Kamu sudah makan siang?”Tangan Leonardo terangkat, pria itu baru tersadar jika dia sudah melewatkan jam makan siangnya sejak satu jam yang lalu. “Belum.”“Kamu ingin makan apa? Aku bisa memasakannya untuk kamu.”Ada senyuman yang terlukis di bibir Leonardo, pria itu sampai mengusap dadanya merasakan ada sesuatu yang hangat di dalam hatinya. “Aku mau ratatouille.”“Aku akan membuatnya dan ke tempat kamu sebentar. Besok Prince ulang tahun, aku sudah berjanji membuat kue untuknya, namun nanti malam aku sangat sibuk takut tidak memiliki waktu untuknya”Leonardo diam terpaku, dengan terburu-buru pria itu membuka kalender di komputer. Benar saja,
Leonardo menangkap pinggang Rosea dan memeluknya. “Bisakah aku ikut?”Rosea tercengang kaget, betapa konyolnya pertanyaan Leonardo dan permintaannya hingga membuat Rosea sampai kehilangan kata-kata. “Kamu orang penting Leo, jika kamu memiliki waktu, habiskanlah dengan Prince,” nasihat Rosea dengan hati-hati.“Kamu terus menggunakan Prince untuk dijadikan alasan.”“Leo, ini hanya perjalanan pekerjaan biasa, kami pergi untuk membicarakan kerjasama bisnis, jangan memikirkan hal lain.”Tubuh Leonardo menurun, memeluk tubuh Rosea dengan erat, dengan berat hati dia mengangguk meski terpaksa.“Aku akan menyuruh seseorang mengikut kamu ya?” tanya Leonardo lagi terdengar memohon.Napas Rosea tertahan di dada, sekali lagi pertanyaan Leonardo membuatnya sampai kehilangan kata-kata. “Leo, ada apa dengan kamu? Kenapa kenapa harus di ikuti? Bara dan Rivan berteman sejak lama.”“Sea.”“Jangan bilang kamu cemburu.”“Memang aku cemburu,” jawab Leonardo tanpa ragu.Rosea semakin kehilangan kata-kata, c
Beberapa pil kontrasepsi darurat berada di tangan Rosea, apa yang dilakukan Leonardo hari ini sudah membuat Rosea berhasil dihantui ketakutan, sepanjang jalan pulang Rosea sampai beberapa kali berhenti berkendara karena diserang kepanikan hebat. Tidak ada tujuan lain di pikirannya selain harus pergi ke apotik untuk membeli obat.Satu kali Rosea meminumnya di jalan, dan kini dia kembali diserang kepanikan lagi yang membuat dia ingin meminum obat lagi.Rosea terduduk lemas, mencoba mengambil ketenangn dan tetap berpikir rasional.Rosea membuang napasnya dengan berat, di liriknya koper yang sudah dia siapkan untuk keberangkatan singkatnya keluar kota.Lelah, jiwa Rosea mulai merasakan perasaan lelah itu. Mungkin dengan pergi keluar kota dia akan sedikit terlepas dari sesaknya keberadaan Leonardo.Tersirat dibenak Rosea untuk meminta Leonardo agar mereka berjaga jarak sementara waktu, namun sulit untuknya mengatkan hal ini setiap kali melihat betapa hebatnya reaksi berlebihan Leonardo kar
Prince duduk sendirian memisahkan diri dari Mikhaila yang duduk di sebuah sofa, memperhatikan Prince yang tengah sibuk mencorat-coret sebuah pen di tablet.Mikhaila memperhatikan ke sekitar arah dan menyadari jika kini Leonardo tengah menerima panggilan dari asistantnya untuk membicarakan pekerjaan.“Prince, kamu marah kepada mama?” tanya Mikhaila, sejak tadi Prince hanya diam dan sibuk dengan dirinya sendiri.“Aku tidak suka orang yang suka berbohong,” ucap Prince terdengar pelan namun jelas.Mikhaila sempat dibuat terdiam mendengar jawaban Prince, pikiran wanita itu sampai bertanya-tanya, dari mana Prince bisa berbicara seperti itu?“Mama tidak berbohong Prince, mama kembali untuk bisa kembali bersama kamu dan ayahmu, nenek Berta juga setuju. Mama janji akan menjadi mama yang baik untuk kamu,” bujuk Mikhaila.Prince tidak menjawab, anak itu kembali melihat tabletnya. Mendengar nama Berta membuat Prince takut.“Prince, kamu tidak mau mama di sini dan jadi mama kamu yang sebenarnya?”
“Kenapa kamu mengundang mantan kamu ke sini Leo?” Tanya Rosea usai mendapatkan waktu berdua di dapur.“Aku tidak mengundangnya Sea, dia datang ke sini tiba-tiba. Aku tidak bisa mengusirnya karena ada Prince.”“Seharusnya kamu memberitahu aku, Leo.”“Kamu tidak suka sama dia?”Rosea tercengang kaget, dengan mudahnya Leonardo melontarkan pertanyaan tidak masuk akal. “Bukan itu masalahnya Leo, aku ingin bertemu Prince dalam situasi yang lebih baik agar saling memiliki kesan yang baik.”Leonardo mengusap rambut Rosea dan tersenyum. “Kamu tidak perlu memiliki hubungan yang baik dengan dia Sea, jika kamu mengenal dia, mungkin kamu akan menyesal.”Rosea membuang napasnya dengan berat, memang bila di ingat apa yang sudah Mikhaila katakan beberapa saat yang lalu, Rosea sedikit tersinggung, namun Rosea masih tetap berusaha berpikir positif.“Cincin ini,” Rosea mengalihkan topic pembicaraannya dengan menunjukan cincin bermata ruby yang tersemat di tangannya. “Aku tidak tahu kenapa kamu memberika
“Tidak mau, aku benci Mama! Mama jahat!” teriak Prince.Prince mulai menangis dan memeluk pinggang Rosea. “Kenapa Mama jahat kepada Sea?” tanya Prince terisak.“Mama tidak jahat Prince.”“Mama selalu bohong.”“Mama tidak bohong, percayalah Prince.”“Tidak mau!”“Ada apa?” tanya Leonardo yang baru kembali, pria itu melangkah lebar mendekat dan melihat keterdiaman Rosea yang terlihat pucat menahan amarah dan kesedihan. Tanpa perlu diminta penjelasannya sedikitpun Leonardo sudah bisa memahami situasi yang terjadi.Pandangan Leonardo langsung teralihkan pada Mikhaila yang kini terlihat panik. “Sebaiknya jangan pernah menemui Prince lagi jika kamu masih selalu bangga dengan sifat tidak tahu malumu itu.”Pupil mata Mikhaila melebar. “Apa maksud kamu?”“Kamu tuli atau bodoh? Harus berapa kali aku berkata seperti ini,” jawab Leonardo dengan tajam.Mikhaila terlihat marah, ucapan Leonardo membuatnya merasa dipermalukan di hadapan Rosea. Mikhaila tidak terima Leonardo memarahaninya di hadapan o
Prince benar-benar meminta maaf seperti apa yang sempat Rosea nasihatkan kepadanya. Suara Prince bergetar saat mengucapkan maaf, namun yang menjadi perhatian adalah sikap Mikhaila.Kepercayaan dirinya, kesomobongan dan tatapannya yang tajam itu hilang entah kemana, wanita itu terlihat seperti terguncang hebat akan sesuatu.Setelah berbicara singkat dengan Prince, Mikhaila tidak membuang waktu lebih lama lagi, bahkan dia tidak berucap sepatah katapan kepada Rosea, Mikhaila terburu-buru pergi pulang seperti seseorang yang ketakutan.Entah apa yang sudah dikatakan oleh Leonardo kepadanya, namun Rosea percaya betul jika kemungkinan Leonardo mengancam sesuatu kepadanya.Kepergian Mikhaila tersedikit melegakan hati Rosea, andai Mikhaila akan tetap berada di sekitarnya lebih lama, Rosea pasti akan memutuskan pergi.Rosea membawa Prince ke meja dan memulai untuk tiup lilin, menikmati sepotong kue yang telah dia buat. Prince terlihat senang, sementara Leonardo dan Rosea terlibat ketegangan mes
Suara tangisan terdengar di dalam kamar ketika Leonardo kembali pulang, Prince terbaring di ranjangnya tengah di tangani oleh dokter karena mengalami demam lagi. Prince meracau, bergerak gelisah dalam tidurnya, dia terus menangis merintih kesakitan memanggil Leonardo dan memintanya untuk dipertemukan dengan Rosea. “Demamnya masih belum turun, kita harus menjaganya lebih ketat, jika demamnya tidak kunjung mereda, Prince harus dibawa ke rumah sakit.” Leonardo menyandarkan bahunya pada dinding, pria itu tidak banyak berbicara dan hanya bisa memandangi Prince yang kini terus bergerak meracau dan menggigil kesakitan. Sekali lagi dan di waktu yang bersamaan, Leonardo harus menerima diri bahwa kini tidak hanya hatinya yang terluka atas kepergian Rosea, puteranya mengalami hal yang sama. Pembicaraan Prince dengan Rosea mengguncang perasaannya, anak itu tidak mampu menangani emosional dan tekanan yang memenuhi kepalanya. Prince tidak ingin ditinggalkan, namun dia juga tidak tahu mengapa Ro
Suasana rumah berantakan, Abraham mengamuk tidak terkendali sebelum dia memutuskan pergi keluar dan ikut mencari keberadaan Rosea di mana untuk meminta maaf.Kini tinggal Berta seorang diri dengan sebuah renungan yang dalam atas tindakan yang telah dia perbuat yang tanpa sadar menghancurkan keluarganya sendiri. Hubungannya dengan Leonardo menjadi hancur, dan perusahaan yang tidak tertangani kacau. Kepergian Leonardo dari perusahaan adalah sebuah pukulah besar yang tidak mudah di tangani.“Nyonya, Anda harus istirahat,” nasihat seorang assistant rumah tangga.Berta tidak menggubris, dengan lemah wanita itu pergi keluar rumah dan meminta sang sopir untuk mengantarkannya ke rumah Rosea. Berta harus menurunkan egonya untuk menyelamatkan keluargnya, Berta harus meminta maaf dan tidak lagi mengganggu Rosea.Hanya Rosea yang bisa mengubah keputusan Leonardo saat ini.“Kamu tahu di mana rumah Rosea?” tanya Berta pada sopirnya.“Saya tidak tahu, tapi saya akan menayakannya pada anak buah Anda.
Suara bantingan pintu terdengar keras membuat Berta yang tengah bekerja tersentak kaget dan harus segera berdiri melihat kedatangan Leonardo yang mendatanginya.Setelah cukup lama menolak untuk bertemu, kini akhirnya Leonardo datang sendiri menemuinya.Berta sudah bisa merasakan kemarahan dan kebencian Leonardo terhadap dirinya, entah apalagi yang kini akan membuat Leonardo marah. Berta berharap ini mengenai kandasnya hubungan Leonard dan Rosea.“Apa yang sebenarnya Ibu mau?” tanya Leonardo dengan geraman dan mata menyala-nyala di penuhi oleh amarah yang meledak-ledak. “Ibu pikir aku akan menurut jika Ibu bertindak gila seperti ini padaku? Ibu salah, semakin Ibu berusaha menekanku, aku semakin yakin keluar dari keluarga sampah ini!”Tubuh Berta dipenuhi ketegangan karena apa yang ingin di dengar berbeda dengan apa yng di ucapkan oleh Leonardo.“Kita bicara baik-baik Le,” bujuk Berta.“Mengapa kita harus bicara baik-baik jika semuanya sudah tidak ada yang membaik?” tanya balik Leonardo
Rosea membuka handponenya setelah beberapa hari ini dia matikan, tangan wanita itu gemetar melihat ada beberapa pekerjaan yang batal, termasuk pekerjaan yang baru akan dia dapatkan dari meeting di Bali. Semua itu terjadi karena artikel buruk yang menyebar luas di kalangan rekan kerjanya.Nama Rosea tetap tercoreng meski berita itu sudah turun.Semua kerja kerasnya yang di bangun dan dia perjuangkan selama ini harus hangus oleh sebuah fitnah kejam yang mengarah kepadanya. Rosea tidak tahu kehancuran apalagi yang akan dia terima bila dia terus berada di sisi Leonardo.Tidak hanya kariernya, Berta juga sudah mengirim banyak orang untuk menerornya. Terror itu tidak hanya mengarah pada kediamanya, ada banyak pesan masuk dan ancaman pembunuhan bila Rose tidak menyingkir dari kehidupan keluarga Abraham.Ini sangat menyakitkan untuk Rosea, namun akan lebih menyakitkan untuknya bila terus mempertahankan semuanya.Rosea tidak ingin keluarganya menjadi sasaran selanjutnya Berta.Desakan suara ta
Rosea berdiri di depan cermin, memperhatikan dirinya sendiri dengan seksama. Sudah hampir empat hari ini dia mengurung diri dan tidak melakukan kontak apapun siapapun, pekerjaannya yang terbengkalai dikerjakan Helvin begitu dia tahu jika Rosea dengan mengalami masalah.Rosea sudah berbicara dengan Karina secara khusus untuk membicarakan apa yang ingin Rosea lakukan kedapannya, ada banyak hal yang kemungkinan terjadi diluar dari apa yang selama ini Rosea rencanakan dalam hidupnya.Rosea tidak memiliki sedikitpun ketenangan sejak mendapatkan terror di malam itu, ancaman demi ancaman terus datang kepadanya hingga membuat Rosea takut untuk keluar sendirian.Rosea bersyukur karena Karina juga Emmanuel terus menemaninya dan mendorongnya untuk kembali bangkit menjadi lebih berani, mereka tidak membirkan Rosea sendirian karena kondisinya yang tidak stabil.Perasaan Rosea terasa sedikit lebih tenang, kini dia ingin pergi keluar seorang diri untuk menyelesaikan semua masalah yang memang sudah s
Prince duduk dalam kesendirian di pagi hari, sesekali anak itu menyeka air matanya dan melihat ke sekitar, Leonardo tidak pulang sejak kemarin dan Prince hanya di urus oleh para pekerja di rumah.Prince tertunduk dan kembali menangis sendirian, suasana hatinya dilanda oleh kegelisahan dan perasaan yang mendesaknya ingin menangis. Prince merasakan ada sesuatu yang lain akhir-akhir ini, ayahnya terlihat tidak bahagia dan Rosea tidak datang ke rumahnya.Semua ini terjadi sejak pesta ulang tahunnya. Sejak kedatangan ibunya yang bertemu Rosea.Berta tidak datang ke rumah, sekalinya dia datang, para pekerja tidak mengizinkan bertemu Prince. Prince juga tidak lagi diminta untuk menemui Berta dan melewati banyak pelajaran yang melelahkan. Keputusan Leonardo yang menjauhkan Prince dari Berta membuat Prince tersadar bahwa ayah dan neneknya itu tengah bertengkar.Suara langkah seseorang terdengar dari sudut ruangan membuat Prince melihat ke arah pintu.Leonardo datang dalam keadaan kusut dan ter
Rosea tertidur meringkuk sendirian di ranjang, butuh waktu lama untuk dia bisa kembali menenangkan diri di temani Karina, jiwa Rosea terguncang dalam ketakutan.Rosea tidak dapat berhenti menangis begitu melihat ratusan artikel berita online yang bermunculan membuat berita bohong.Karina khawatir sebuah berita bohong yang sebar luaskan Berta akan sampai ke tangan keluarga Rosea dan rekan kerjanya, nama Rosea akan hancur tercoreng oleh sebuah fitnah.Bertahun-tahun Rosea berusaha keras mendedikasikan hidupnya dengan bekerja dan membangun namanya sendiri, sangat tidak adil jika namanya tercoreng begitu saja.Betapa bekerja kerasnya Karina menuntut Leonardo bertindak cepat untuk menurunkan semua berita yang dibuat.Beruntungnya Leonardo memahami dampak berita bohong yang Berta sebarkan, kurun dari waktu dua jam, secara perlahan berita itu menghilang.“Untuk saat ini, biarkan Sea tinggal di sini. Aku tidak ingin dia bertemu dengan Leo untuk sementara waktu, biarkan dia tenang dan mengambi
Berta meletakan alat makannya di atas piring begitu dia selesai makan.“Anda ingin berbicara apa dengan saya?” tanya Rosea.Tubuh Berta menegak, wanita itu itu menatap tajam Rosea dengan pandangan merendahkan seperti biasanya. “Kita langsung pada intinya saja, kamu harus sadar jika kamu dan Leonardo tidak memiliki kemungkinan sedikitpun untuk bersama. Daripada membuang waktu, sebaiknya tinggalkan dia sekarang sebelum kamu merasa menyesal.”Rosea terdiam mendengarkan ucapan mendikte Berta seperti saat pertama kali mereka bertemu.“Keluarga kami tidak bisa menerima orang sembarangan, jika kamu tetap berusaha bertahan seperti ini, kamu akan hancur karena saya bisa menghancurkan kamu dan keluarga kamu.”Berta mengambil tasnya dan mengambil sebuah cek, lalu mengisinya, dengan angkuhnya wanita itu menyodorkannya di hadapan Rosea. “Ambil uang lima milliar itu, lalu tinggalkan Leo dan jangan pernah muncul lagi hadapannya. Sudah cukup banyak uang Leo berikan sama kamu, kamu juga masih muda dan
Rosea ingin tidur, namun hatinya terjebak kegundahan lagi yang membuatnya terus membuka mata dan hanya diam terpaku melihat langit-langit kamar, begitu pula dengan Leonardo yang kini terbaring di sampingnya.Leonardo terjaga sepenuhnya, tangannya menggenggam tangan Rosea di bawah selimut. Pria itu terbaring mirip menatap lekat Rosea, rambutnya yang masih setengah masih terlihat membasahi bantal.“Apa yang kamu inginkan dalam hidup ini Sea?” tanya Leonardo serius.“Aku tidak tahu, aku menjalani apa yang ingin aku jalani. Bagaimana dengan kamu sendiri?”Leonardo terdiam cukup lama sampai akhirnya sebuah kalimat keluar dari mulutnya. “Aku hanya ingin bahagia dan hidup tanpa penyesalan.”Rosea bergerak pelan dan membalas tatapan hangat pria itu, ada jiwa yang kosong di mata pria itu yang membuat Rosea bergerak mendekat dan masuk ke dalam dekapannya.Hangat dan lembut kulit Leonardo membuat Rosea memejamkan mata dan menarik napasnya dalam-dalam, Rosea membalas pelukan Leonardo dan merasaka