“Kamu tidak salah mengajak dia?” Karina menunjuk Atlanta dengan ekspresi tidak bersahabatnya. Sore ini Rosea berencana pergi ke sebuah panti asuhan yang di kelola oleh Helvin, saat di luar rumah dia tidak sengaja bertemu dengan Atlanta dan tanpa perencanaan apapun Rosea mengaja Atlanta pergi. Siapa sangka jika ternyata Atlanta setuju. Kedatangan Rosea dan Atlanta di sambut beberapa anak yang saat ini terlihat sibuk mengambil beberapa buah kotak buku dan pakaian dari sebuah mobil box. “Atla, kenapa diam saja?” tanya Rosea. Atlanta mengallihkan pandangannya, melihat Rosea sepenuhnya. Pria itu sempat di buat diam memperhatikan keadaan panti asuhan dan keramahan anak-anak yang begitu senang menyambut kedatangan Rosea. Beberapa di antara mereka sempat berterima kasih atas hadiah yang Rosea kirimkan untuk mereka. Atlanta sungguh tidak menyangka jika dia akan di suguhkan pemandangan seperti ini, melihat kelembutan kebaikan Rosea yang begitu jarang bisa di lihat. Atlanta dengar dari ibu
Satu pesatu ruangan rumah Rosea mulai menyala menerangi seluruh ruangan. Rosea melangkah masuk di ikuti oleh Leonardo yang berada di belakangnya. Perkenalan singkat Leonardo dan Atlanta beberapa menit yang lalu tidak begitu menyenangkan untuk Leonardo. Atlanta dan Leonardo masih bisa bersikap tenang satu sama lainnya meski kini mereka saling sadar bahwa mereka menyukai orang yang sama. Meskipun begitu, ini bukanlah hal bisa Leonardo bisa diamkan begitu saja, terlebih Rosea dan Atlanta tinggal begitu dekat, mereka juga tampak akrab satu sama lainnya. “Kamu darimana?” Leonardo langsung angkat bicara begitu Rosea meletakan tasnnya di atas meja. Rosea berbalik, Rosea sudah bisa merasakan kemarahan dan rasa kecewa Leonardo sejak melihat kepulangan Rosea bersama Atlnta. Mudah untuk Rosea menjawab jika hubungan mereka masih sebatas rekan kerja, namun sekarang berbeda. Apapun perasaan Rosea kepada Leonardo saat ini, tetap saja status mereka sekarang adalah pacaran, Rosea harus memperlak
Okinawa Rosea sedikit terkejut ketika dia tersadar kini tengah berada di Okinawa bersama Leonardo yang mengajaknya untuk melewati kencan pertama mereka disini. Sebelumnya Rosea hanya pernah sekali datang ke Tokyo, itupun tidak sempat menginap karena kondisi keuangan. Rosea datang hanya untuk melihat pertunjukan idolanya dalam pertujukan Ice Skating. Rosea tidak menyangka jika kini dia bisa kembali ke Jepang dan menikmati banyak hal pemandangan yang jauh berbeda dengan keadaan beberapa negara asia lainnya. Setelah melewati perjalanan singkat dan pergi menuju hotel tujuan, mereka tidak langsung beristirahat. Leonardo membawa Rosea pergi berjalan-jalan. Berjalan kaki sambil berbincang santai membicarakan hal-hal kecil yang menyenangkan, merasakan beberapa makanan kaki lima dalam ketenangan, melihat pertunjukan hingga pergi bersepeda. Rosea sedikit terkejut, dia sempat khawatir Leonardo akan bersikap kaku dan pemilih, namun siapa sangka jika ternyata pria itu begitu hangat meski ter
Abraham menikmati kopinya yang baru di sajikan, pria paruh baya itu duduk santai di taman rumah sambil memperhatikan Prince yang saat ini sibuk bermain pasir bersama kura-kura yang dia bawa. Abraham mengenal Prince sejak anak itu berusia satu bulan. Semua yang ada pada diri Prince, sudah Abraham ketahui. Satu bulan terakhir ini Abraham mulai memperhatikan lebih serius cucunya itu, Abraham menyadari ada sesuatu yang berbeda pada cucunya. Prince, anak yang selalu bersikap dewasa itu, kini dia kembali bersikap seperti anak-anak normal lainnya. Prince menjadi sering berceloteh, banyak tersenyum dan lebih berani mengungkapkan isi hatinya dibandingkan dengan dulu yang hanya sibuk diam dan selalu memikirkan banyak hal disetiap tindakan yang dia ambil. Abraham penasaran, apa yang sudah merubah cucunya? Tidak mungkin Prince berubah seperti ini karena sendirianya, apalagi Prince selalu memiliki pendirian yang kuat seperti Leonardo. Abraham senang melihat Prince berubah. Kekhawatiran yang
Refleks Rosea memukul dada Leonardo. “Kenapa kamu tertawa? Itu tidak lucu.” “Aku terkejut dengan strategi berbisnis kamu Sea,” jawab Leonardo dengan sisa-sisa tawanya. “Bagaimana dengan kamu? Apa yang kamu suka?” Leonardo tersenyum lembut. “Dulu Aku sering menghabiskan waktu untuk bermain golf bersama teman-temanku, terkadang pergi berlibur bersama dengan mereka, sekarang saat senggang, terkadang aku lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dan bermain game bersama Prince.” “Apa makanan yang paling kamu suka?” Leonardo berbalik dan menghadap Rosea sepenuhnya, dengan mudahnya pria itu menarik Rosea agar duduk dipangkuannya. “Aku akan makan apapun selama itu enak dan jelas bahannya.” Mata Rosea sedikit menyipit, jawaban Leonardo terkesan menunjukan diri bahwa dia pria yang sederhana dan tidak mau repot. “Apa kamu seserderhana itu?” tanya Rosea hati-hati. “Semakin kamu tidak pemilih. Semakin cepat kamu mendapatkan sesuatu, dan semakin sedikit waktu yang kamu sia-siakan.” Rosea
“Ada apa sebenarnya dengan Leo? Kenapa dia membiarkan Prince memelihara anak kura-kura, bagaiamana jika ada bakteri salmonella?” Berta mengomel. Sejak tadi pagi, Prince sibuk dengan anak kura-kura dan meletakannya di sisi kolam, sementara dia sibuk berenang dan sesekali melihat hewan peliharaannya. Ini untuk pertama kalinya Prince memiliki hewan peliharaan, karena itu da terlihat begitu senang. Sayangnya, berbanding balik dengan Berta yang tidak suka saat melihatnya. Pagi ini, Berta baru pulang bekerja, dia langsung melihat keadaan Prince, sayangnya apa yang dia lihat tidak begitu menyenangkan hatinya karena Prince bersikap tidak seperti biasanya. “Ibu tidak lihat, Prince bahkan tidak menyentuh hewan itu dan hanya membiarkannya dikotak,” jawab Abraham. “Tapi tetap saja, itu tidak baik.” “Lebih baik dia bermain seperti itu dibandingkan sibuk dengan gadget.” Berta bersedekap, wanita itu menatap Abraham dengan serius. “Sebaiknya kita panggilkan babysitter.” “Tidak perlu, Prince ter
Genggaman erat tangan Leonardo terasa hangat, Rosea tidak berhenti tersenyum mendapatkan perhatian penuh Leonardo yang masih mengejutkan dirinya. Beberapa jam dari Okinawa ke Tokyo tidak membuat mereka berhenti untuk beristirahat. Mereka sempat pergi ke taman hiburan, beberapa tempat makan, dan toko buku, kini mereka pergi berjalan kaki di antara keramaian banyak orang sambil menikmati keindahan bangunan-bangunan di sekitar mereka. “Seharusnya kita membawa Prince, pasti dia senang,” ungkap Rosea yang tiba-tiba teringat Prince. Leonardo melepaskan genggaman tangannya, refleks dia menarik bahu Rosea untuk semakin mendekat dan tidak bertubrukan dengan pejalan kaki lainnya. “Jika Prince ada, dia bisa memonopoli waktu kita.” “Apa kamu pernah membawa dia ke taman bermain? Permainan apa yang dia suka? Sebenarnya aku ingin membawa dia pergi keluar, namun karena di kontrak tidak memperbolehkan dia pergi keluar, aku adi tidak berani.” Tubuh Leonardo menegang kaget, pria itu terpaku dalam l
“Sudah satu minggu saya menunggu kamu, kemana saja?” Rosea tertawa malu, langkahnya bergerak cepat memeluk pria paruh baya yang kini tengah merentangkan tangannya. Pria itu tersenyum lebar menepuk-nepuk bahu Rosea begitu mereka berpelukan. “Saya sibuk, maaf ya sudah menunggu lama.” “Tidak apa-apa, ayo masuk.” Edric menarik bahu Rosea, menuntunnya masuk ke dalam sebuah restaurant besar berlantai dua dengan nuansa tionghoa. Restaurant itu tampak ramai di kunjungi banyak orang. “Bagaimana kabar tante Imel?” “Baik, sekarang sibuk di klinik.” “Jadi, Om Endric memanggil saya untuk apa?” Endric memeluk bahu Rosea dengan kuat, satu tangannya menopang tongkat untuk membantunya berjalan. “Sebentar lagi oma Yuji akan ulang tahun ke depalan enam, saya ingin meminta bantuan kamu untuk memperbaiki kalung dan giok kesayangan oma Yuji karena sudah hampir dua tahun ini tidak bisa dia pakai setelah kejadian itu.” Senyuman Rosea sedikit memudar, dia sudah kenal keluarga Endric cukup lama karena
Suara tangisan terdengar di dalam kamar ketika Leonardo kembali pulang, Prince terbaring di ranjangnya tengah di tangani oleh dokter karena mengalami demam lagi. Prince meracau, bergerak gelisah dalam tidurnya, dia terus menangis merintih kesakitan memanggil Leonardo dan memintanya untuk dipertemukan dengan Rosea. “Demamnya masih belum turun, kita harus menjaganya lebih ketat, jika demamnya tidak kunjung mereda, Prince harus dibawa ke rumah sakit.” Leonardo menyandarkan bahunya pada dinding, pria itu tidak banyak berbicara dan hanya bisa memandangi Prince yang kini terus bergerak meracau dan menggigil kesakitan. Sekali lagi dan di waktu yang bersamaan, Leonardo harus menerima diri bahwa kini tidak hanya hatinya yang terluka atas kepergian Rosea, puteranya mengalami hal yang sama. Pembicaraan Prince dengan Rosea mengguncang perasaannya, anak itu tidak mampu menangani emosional dan tekanan yang memenuhi kepalanya. Prince tidak ingin ditinggalkan, namun dia juga tidak tahu mengapa Ro
Suasana rumah berantakan, Abraham mengamuk tidak terkendali sebelum dia memutuskan pergi keluar dan ikut mencari keberadaan Rosea di mana untuk meminta maaf.Kini tinggal Berta seorang diri dengan sebuah renungan yang dalam atas tindakan yang telah dia perbuat yang tanpa sadar menghancurkan keluarganya sendiri. Hubungannya dengan Leonardo menjadi hancur, dan perusahaan yang tidak tertangani kacau. Kepergian Leonardo dari perusahaan adalah sebuah pukulah besar yang tidak mudah di tangani.“Nyonya, Anda harus istirahat,” nasihat seorang assistant rumah tangga.Berta tidak menggubris, dengan lemah wanita itu pergi keluar rumah dan meminta sang sopir untuk mengantarkannya ke rumah Rosea. Berta harus menurunkan egonya untuk menyelamatkan keluargnya, Berta harus meminta maaf dan tidak lagi mengganggu Rosea.Hanya Rosea yang bisa mengubah keputusan Leonardo saat ini.“Kamu tahu di mana rumah Rosea?” tanya Berta pada sopirnya.“Saya tidak tahu, tapi saya akan menayakannya pada anak buah Anda.
Suara bantingan pintu terdengar keras membuat Berta yang tengah bekerja tersentak kaget dan harus segera berdiri melihat kedatangan Leonardo yang mendatanginya.Setelah cukup lama menolak untuk bertemu, kini akhirnya Leonardo datang sendiri menemuinya.Berta sudah bisa merasakan kemarahan dan kebencian Leonardo terhadap dirinya, entah apalagi yang kini akan membuat Leonardo marah. Berta berharap ini mengenai kandasnya hubungan Leonard dan Rosea.“Apa yang sebenarnya Ibu mau?” tanya Leonardo dengan geraman dan mata menyala-nyala di penuhi oleh amarah yang meledak-ledak. “Ibu pikir aku akan menurut jika Ibu bertindak gila seperti ini padaku? Ibu salah, semakin Ibu berusaha menekanku, aku semakin yakin keluar dari keluarga sampah ini!”Tubuh Berta dipenuhi ketegangan karena apa yang ingin di dengar berbeda dengan apa yng di ucapkan oleh Leonardo.“Kita bicara baik-baik Le,” bujuk Berta.“Mengapa kita harus bicara baik-baik jika semuanya sudah tidak ada yang membaik?” tanya balik Leonardo
Rosea membuka handponenya setelah beberapa hari ini dia matikan, tangan wanita itu gemetar melihat ada beberapa pekerjaan yang batal, termasuk pekerjaan yang baru akan dia dapatkan dari meeting di Bali. Semua itu terjadi karena artikel buruk yang menyebar luas di kalangan rekan kerjanya.Nama Rosea tetap tercoreng meski berita itu sudah turun.Semua kerja kerasnya yang di bangun dan dia perjuangkan selama ini harus hangus oleh sebuah fitnah kejam yang mengarah kepadanya. Rosea tidak tahu kehancuran apalagi yang akan dia terima bila dia terus berada di sisi Leonardo.Tidak hanya kariernya, Berta juga sudah mengirim banyak orang untuk menerornya. Terror itu tidak hanya mengarah pada kediamanya, ada banyak pesan masuk dan ancaman pembunuhan bila Rose tidak menyingkir dari kehidupan keluarga Abraham.Ini sangat menyakitkan untuk Rosea, namun akan lebih menyakitkan untuknya bila terus mempertahankan semuanya.Rosea tidak ingin keluarganya menjadi sasaran selanjutnya Berta.Desakan suara ta
Rosea berdiri di depan cermin, memperhatikan dirinya sendiri dengan seksama. Sudah hampir empat hari ini dia mengurung diri dan tidak melakukan kontak apapun siapapun, pekerjaannya yang terbengkalai dikerjakan Helvin begitu dia tahu jika Rosea dengan mengalami masalah.Rosea sudah berbicara dengan Karina secara khusus untuk membicarakan apa yang ingin Rosea lakukan kedapannya, ada banyak hal yang kemungkinan terjadi diluar dari apa yang selama ini Rosea rencanakan dalam hidupnya.Rosea tidak memiliki sedikitpun ketenangan sejak mendapatkan terror di malam itu, ancaman demi ancaman terus datang kepadanya hingga membuat Rosea takut untuk keluar sendirian.Rosea bersyukur karena Karina juga Emmanuel terus menemaninya dan mendorongnya untuk kembali bangkit menjadi lebih berani, mereka tidak membirkan Rosea sendirian karena kondisinya yang tidak stabil.Perasaan Rosea terasa sedikit lebih tenang, kini dia ingin pergi keluar seorang diri untuk menyelesaikan semua masalah yang memang sudah s
Prince duduk dalam kesendirian di pagi hari, sesekali anak itu menyeka air matanya dan melihat ke sekitar, Leonardo tidak pulang sejak kemarin dan Prince hanya di urus oleh para pekerja di rumah.Prince tertunduk dan kembali menangis sendirian, suasana hatinya dilanda oleh kegelisahan dan perasaan yang mendesaknya ingin menangis. Prince merasakan ada sesuatu yang lain akhir-akhir ini, ayahnya terlihat tidak bahagia dan Rosea tidak datang ke rumahnya.Semua ini terjadi sejak pesta ulang tahunnya. Sejak kedatangan ibunya yang bertemu Rosea.Berta tidak datang ke rumah, sekalinya dia datang, para pekerja tidak mengizinkan bertemu Prince. Prince juga tidak lagi diminta untuk menemui Berta dan melewati banyak pelajaran yang melelahkan. Keputusan Leonardo yang menjauhkan Prince dari Berta membuat Prince tersadar bahwa ayah dan neneknya itu tengah bertengkar.Suara langkah seseorang terdengar dari sudut ruangan membuat Prince melihat ke arah pintu.Leonardo datang dalam keadaan kusut dan ter
Rosea tertidur meringkuk sendirian di ranjang, butuh waktu lama untuk dia bisa kembali menenangkan diri di temani Karina, jiwa Rosea terguncang dalam ketakutan.Rosea tidak dapat berhenti menangis begitu melihat ratusan artikel berita online yang bermunculan membuat berita bohong.Karina khawatir sebuah berita bohong yang sebar luaskan Berta akan sampai ke tangan keluarga Rosea dan rekan kerjanya, nama Rosea akan hancur tercoreng oleh sebuah fitnah.Bertahun-tahun Rosea berusaha keras mendedikasikan hidupnya dengan bekerja dan membangun namanya sendiri, sangat tidak adil jika namanya tercoreng begitu saja.Betapa bekerja kerasnya Karina menuntut Leonardo bertindak cepat untuk menurunkan semua berita yang dibuat.Beruntungnya Leonardo memahami dampak berita bohong yang Berta sebarkan, kurun dari waktu dua jam, secara perlahan berita itu menghilang.“Untuk saat ini, biarkan Sea tinggal di sini. Aku tidak ingin dia bertemu dengan Leo untuk sementara waktu, biarkan dia tenang dan mengambi
Berta meletakan alat makannya di atas piring begitu dia selesai makan.“Anda ingin berbicara apa dengan saya?” tanya Rosea.Tubuh Berta menegak, wanita itu itu menatap tajam Rosea dengan pandangan merendahkan seperti biasanya. “Kita langsung pada intinya saja, kamu harus sadar jika kamu dan Leonardo tidak memiliki kemungkinan sedikitpun untuk bersama. Daripada membuang waktu, sebaiknya tinggalkan dia sekarang sebelum kamu merasa menyesal.”Rosea terdiam mendengarkan ucapan mendikte Berta seperti saat pertama kali mereka bertemu.“Keluarga kami tidak bisa menerima orang sembarangan, jika kamu tetap berusaha bertahan seperti ini, kamu akan hancur karena saya bisa menghancurkan kamu dan keluarga kamu.”Berta mengambil tasnya dan mengambil sebuah cek, lalu mengisinya, dengan angkuhnya wanita itu menyodorkannya di hadapan Rosea. “Ambil uang lima milliar itu, lalu tinggalkan Leo dan jangan pernah muncul lagi hadapannya. Sudah cukup banyak uang Leo berikan sama kamu, kamu juga masih muda dan
Rosea ingin tidur, namun hatinya terjebak kegundahan lagi yang membuatnya terus membuka mata dan hanya diam terpaku melihat langit-langit kamar, begitu pula dengan Leonardo yang kini terbaring di sampingnya.Leonardo terjaga sepenuhnya, tangannya menggenggam tangan Rosea di bawah selimut. Pria itu terbaring mirip menatap lekat Rosea, rambutnya yang masih setengah masih terlihat membasahi bantal.“Apa yang kamu inginkan dalam hidup ini Sea?” tanya Leonardo serius.“Aku tidak tahu, aku menjalani apa yang ingin aku jalani. Bagaimana dengan kamu sendiri?”Leonardo terdiam cukup lama sampai akhirnya sebuah kalimat keluar dari mulutnya. “Aku hanya ingin bahagia dan hidup tanpa penyesalan.”Rosea bergerak pelan dan membalas tatapan hangat pria itu, ada jiwa yang kosong di mata pria itu yang membuat Rosea bergerak mendekat dan masuk ke dalam dekapannya.Hangat dan lembut kulit Leonardo membuat Rosea memejamkan mata dan menarik napasnya dalam-dalam, Rosea membalas pelukan Leonardo dan merasaka