Di atas pesawat yang tengah mengudara ke Jakarta, Yunta kembali memikirkan tindakannya. “Apakah tindakan gua tadi salah ya?” dia merenung sambil memejamkan matanya. Alih-alih ingin memperbaiki hubungan ,tindakannya hari ini malah mengundang permusuhan. Handphonenya tiba-tiba bergetar, dia langsung memeriksa dan mendapati kalo ternyata group khusus Tim 8 sekarang sedang bergosip soal duduk bersama dengan Nyonya perusahaan. Gideon bahkan sempat-sempat menyematkan gambar ibunya Andre yang sedang duduk dengan melipat tangan di depan dada. Walau hanya terlihat dari samping, ekspresi tidak senang begitu jelas terpancarkan dari raut wajah Ibunya Andre. “Lu ngak apa-apa kan Yun?” Ranti tiba-tiba bertanya lewat chat personal. “Aman, bagaimana dengan ibunya Andre? Dia ngak tanya yang macam-maca ke kalian kan?” dia mencoba sedikit menggali informasi mengenai kondisi di pesawat yang ditumpangi ibunya Andre sekarang. “Ngak kok, semuanya baik-baik saja. Walau gua dan Natasya mungkin ngak tahu
“Ini bisa dihitung sebagai pelecehan loh,”Suara ini, Yunita membuka matanya dan terkejut melihat orang yang datang dan menahan tangan Ibunya Andre.“Long time no see, Yunita. Or I must call, Calon Nyonya Besar?” ucap lelaki tersebut sambil tersenyum.“Nyonya besar? Dasar perempuan tidak tahu malu. Siapa laki-laki ini, selingkuhanmu? Dasar..”“Masih kurang juga pelecehan fisik, masih mau saya kenakan pencemaran nama baik bu?”“CUKUP!!” Yunita akhirnya berteriak dengan suara nyaring. Dia sangat membenci kedua orang di dekatnya sekarang ini.Tidak mau menjadi pusat perhatian, dia memilih untuk mengalah. Dia masuk sebentar ke dalam kamar sebentar untuk mengambil tasnya, mengecup kening Andre dan setelahnya, dia langsung keluar.Di luar, dia menatap Ibunya Andre dengan tajam, ingin menegaskan kalau dia mundur hari ini bukan berarti dia mengaku kalah. Matanya lalu berganti melirik Roland kali ini; yang senyumannya sangat mengganggu baginya.“Lu, ikut gue,”Tanpa mengeluarkan sepatah kata p
Dia menjadi sedikit khawatir dengan apa yang akan terjadi berikutnya. Walau dia membenci Linda, tapi pengaruh Ayah Linda memang tidak bisa di pandang sebelah mata. Bahkan untuk karyawan sekelas dirinya yang belum sampai 6 bulan bekerja saja sudah tau cukup banyak soal sekuat apa posisi Ayah Linda di perusahaan.Akan tetapi, dia tetap yakin kalau Ayahnya Andre pasti akan punya cara tersendiri untuk mengatasi situasi ini. Sebab, Ayah Andre memang termasuk pebisnis handal; yang bahkan pernah masuk salah satu 10 CEO terbaik di negeri ini selama 3 tahun berturut-turut.“Akhirnya si ular itu mengeluarkan bisanya juga,” gerutu Natasya,“Berarti dia keluar waktu memang sengaja? Untuk membalas dendam ke keluarga CEO kita?” timpal Ranti,“Sudah pasti kan? Buat apa coba dia melepaskan salah satu posisi di Tim kita? Apalagi Tim kita yang paling banyak diinginkan orang-orang,” balas Natasya dengan mulut yang mencibir.“Sudah, gosip mulu lu pada,” dia menyela, “Tidak ada bagusnya membicarakan
Dua hari kemudian, Andre akhirnya di perbolehkan pulang—karena dia sedikit memaksa dengan mengatakan kalau dirinya sudah sehat sepenuhnya dan juga alasan klise kalau dirinya lebih mengetahui kondisi tubuhnya.Dan besoknya setelah diizinkan pulang, dia langsung memilih untuk masuk kerja.“Kamu yakin mau langsung masuk kerja?”Yunita terlihat mengkhawatirkannya. Namun dia tetap bersikeras untuk masuk kantor hari ini juga, sebab ada banyak hal yang harus di bereskan di tengah semua kekacauan ini.Begitu dirinya menginjakkan kaki di lobi perusahaan bersama Yunita yang sesekali membantunya berjalan.Sesuai apa yang di katakan Ayahnya, pandangan semua orang memang berubah. Tidak seperti dulu di mana semua orang menatapnya dengan santai. Tatapan semua orang sekarang berubah menjadi lebih segan, bahkan lebih terkesan agak sedikit takut.“Kita ke ruangan Ayahku dulu,” ucapnya saat mereka berada di dalam lift dan Yunita hendak menekan lantai 10.“Aku juga?” Yunita sempat bertanya, dia hanya men
‘The Party’ kata itulah yang sering Ayahnya katakan setiap pergi ke pesta yang hanya diadakan untuk para Investor atau pengusaha-pengusaha yang sudah di kenal saja sekali setahun, biasanya diadakan antara bulan September hingga Desember.Dia hanya pernah sekali mengikuti pesta itu, sekitar 3 tahun lalu di paris karena terpaksa menggantikan Ayahnya yang berhalangan hadir. Hadir ke pesta itu, tidak terlalu berbeda dengan menghadiri pesta mewah lainnya. Yang berbeda hanyalah status orang yang hadir. Banyak di antara mereka merupakan pengusaha-pengusaha kelas kakap ataupun politikus kaya raya. “Hmm, jadi semacam pesta orang kaya?” “Yah, itu kalau kamu dapat undangan tapi tidak punya tujuan tertentu dan asal hadir saja,” jawab Andre, karena apa yang di katakan Yunita ada benarnya, namun tidak sepenuhnya. Apalagi kalau sampai mengetahui agenda tersembunyi yang terkadang ada di pikiran orang-orang itu.“Terus, waktu itu kamu pergi sama siapa?” Dia tidak la
“Lama benar sih lu,” begitu masuk ke dalam pesawat, dia dan Andre langsung di sambut oleh pemilik pesawat besar ini, Ardi.Dia sebenarnya sudah pernah tidak sengaja membaca rumor mengenai kepemilikan pesawat pribadi terbesar yang secara misterius mendarat di bandara Cengkareng seminggu yang lalu. “Sorry, ada sedikit yang harus gua urus sebelum berangkat. Ah, dan perkenalkan, tunanganku, Yunita,” dia tidak bisa berkata apa-apa karena Andre yang memperkenalkannya secara tiba-tiba, “Yunita, ini Ardi. Dan kamu sudah tahu pasti yang duduk di sana itu..”“Kak Cynthia,” wajahnya langsung berseri begitu melihat Kak Cynthia yang walau hanya duduk saja terlihat sangat cantik.“Wah, ternyata fansmu masih cukup banyak juga ya honey,” “Bo.. Boleh..” dia agak gelagapan hanya untuk meminta tanda tangan dari artis favoritnya yang sekarang ini ada di depannya.“Silahkan, duduk di samping dia pun boleh, saya dan Andre memang harus berbincang tentang sesuatu,” Set
Melihat Andre yang pandangannya begitu terpaku, Yunita memutuskan untuk membalikkan badannya. “Ciao,” Roland menyapanya tanpa melihat ke arah Andre sedikit pun, jelas-jelas bermaksud untuk memprovokasi Andre. Di tambah lagi dengan kehadiran Linda yang sedang di gandeng oleh Roland, dia sudah bisa menduga apa yang sedang terjadi saat ini.“Kamu sudah selesai kan sayang? Ayo kita pergi dari sini,” sebelum Andre terpancing dan menyebabkan keributan yang tidak perlu, dia menarik Andre untuk menjauh dari Roland dan mulut berbisanya itu.“Apakah kamu akan berhenti kalau aku menyebarkan ini ke group kantor kalian?” Roland dengan senyum liciknya memperlihatkan ke arahnya sebuah foto di rumah sakit waktu itu, waktu di mana Ibunya Andre hampir menamparnya.“KAU..” “Sebarkan saja,” Andre menyela tepat sebelum dia hendak mengumpat ke arah Roland dan juga Linda, “Kalian ingatkan kalau gua perusahaan media? Dan foto itu?” Andre yang tertawa ringan membuatnya agak sediki
“Kamu dapat kartu nama ini dari mana?” dia langsung bertanya saat melihat kartu nama dari L&C ada di salah satu dari 4 kartu yang di terima Andre.“Ada tadi perempuan yang kasih itu ke aku, dia katanya sudah lama memantau perusahaan keluargaku. Dan mereka memang sudah berminat untuk menghubungi lebih dulu,” jelas Andre, “Kenapa mukamu kaya begitu?”“Tidak salah lagi,” ucapnya dalam hati. “Honey?” “Hmm?” dia tersadar dari lamunannya dan menatap Andre, “Ada yang mau aku beritahukan ke kamu, but not here,”Wajah Andre mendadak berubah menjadi begitu serius. Mereka berdua akhirnya lebih dulu kembali ke hotel karena Ardi tampak masih ada urusan.Di perjalanan menuju hotel, Andre sama sekali tidak bertanya apapun. Mungkin karena mereka menggunakan supir, sehingga Andre tetap diam saja. “Apa yang ingin kamu ceritakan?” sesuai dugaannya, Andre langsung bertanya tanpa melepas pakaian terlebih dahulu, bahkan masih dalam keadaan memakai sepatu.
“Jangan salah paham. Aku hanya ngak mau orang-orang menganggap kejadian tadi adalah pertengkaran sepasang kekasih,” Andre langsung menjelaskan alasannya, mumpung hanya ada mereka berdua saja dalam lift saat ini.“Kenapa kamu tidak pernah memberikan aku kesempatan?”“Masih harus ku jelaskan berulang kali? Cinta itu tidak bisa di paksa, Linda. Kamu memang mungkin menyukaiku, tapi aku tidak pernah menganggap kamu lebih dari seorang teman dan tetangga. Mau sampai kapanpun kamu memaksakan perasaanmu padaku, aku tidak akan bisa menerima perasaanmu.Malah aku akan menjadi ornag brengsek kalau menerima perasaanmu meski aku tidak menyukaimu sedikit pun,” Andre menjelaskan.“Lalu kenapa harus dengan Yunita, walau dia sudah menyakitimu seperti itu, kenapa kamu malah memilih dia?” Linda kembali bertanya ketika mereka berdua keluar dari dalam lift.Andre menghela nafas saat akan membuka pintu apartemennya, “Kami memang mempunyai masa lalu yang pahit. Tapi semua itu hanya salah paham. Kamu tidak ta
Melihat Roland dan Linda turun dari mobil yang sama, Andre berjalan kembali ke dalam restoran, ke ruangan tadi. Kali ini, dia sudah tidak bisa lagi untuk bersikap ramah dan lebih memilih memasang wajah ketus setiap kali menatap Pak Martaka.“Kenapa wajahmu begitu?” Yunita mendekatkan diri dan berbisik di dekat Andre,“Kamu lihat saja sendiri nanti,” jawab Andre, dia kembali meneguk segelas Sprite tanpa jeda sedikit pun. Matanya sekarang menatap Pak Martaka dengan sorotan tajam.Sementara Yunita yang heran dengan sikap Andre sekarang ini, hanya diam saja sambil sesekali melirik ke mana Andre menatap. Namun begitu pintu terbuka, dia bisa langsung mengerti apa penyebab perubahan mood pada diri Andre saat ini.Dia mendengus tersenyum begitu melihat Roland dan juga Linda saling melingkarkan tangannya satu sama lain layaknya sepasang kekasih.“Y.. Yunita?” Roland melepaskan lengannya dari Linda, wajahnya terlihat seperti seorang suami yang sedang ketahuan berselingkuh.“Kalian saling kenal?
“Tim dari Departemen Drama dan Web Series sudah berusaha bernegosiasi dengan dia, sudah 10 kali bahkan. Tapi orang ini selalu menolak dengan alasan yang terbilang agak sulit. Dia ingin jaminan royalti 10% setelah acaranya selesai, gaji pokok di naikkan 20%, dan cast harus patuh penuh terhadap aturannya. Tapi..”“Tidak banyak aktor ataupun aktris yang menyukai dia,” dia menyela Yunita yang sedang menjelaskan secara singkat progress negosiasi dengan Martaka,“Kamu tahu?”“Sudah jelas,” dia menjawab dengan nada jutek. Sebab dia pernah bekerja sama satu kali dengan orang itu. Dan jujur saja, dirinya sendiri memang sangat muak dengan cara kerja Martaka yang terbilang ‘over perfeksionis’.Walau begitu, memang sih semua project yang di pegang oleh orang itu selalu saja berhasil menjadi hits di dunia hiburan. Dan sangat kebetulan, penulis untuk proyek kali ini termasuk orang besar dan juga sama menyebalkan dengan Martaka, hanya ingin bekerja dengan orang-orang paling top di bidangnya.“Tapi k
Seperti yang di ucapkan Yunita, Ayah Ibunya menerima Andre dengan senyum ramah. Bahkan Ayahnya memeluk erat Andre dan menyebutnya sebagai ‘calon menantu kesayangan’. Sama seperti ayahnya, ibunya memeluk Andre sambil mengucapkan ‘terima kasih’—yang baginya, seperti permintaan maaf yang tulus jika dia harus menerjemahkannya.“Akhirnya datang juga orang yang paling di bicarakan di rumah ini seminggu terakhir,”Semua orang tiba-tiba menoleh ketika Angelica yang baru saja datang berbicara.“Kakak,” Yunita langsung menimpali, sebab kakaknya ini sangat suka sekali bercanda dengan memasang wajah serius seperti yang sedang terjadi sekarang.“What? Kakak cuma menyambut calon suami kesayanganmu kok. Tahu ngak..”Mendengar kakaknya berbicara seperti itu, dia sudah bisa langsung tahu apa yang akan kakaknya katakan berikutnya. Dengan buru-buru dia berlari ke arah kakaknya dan berusaha menutup mulu
Besoknya, sesuai dengan perjanjiannya dengan Yunita kemarin di kantor, Andre dan Nia menunggu Yunita di Plaza Senayan, tepatnya di salah satu outlet brand mewah yang menjadi simbol orang kaya, G***i. “Memangnya kakak punya duit apa?” Merasa dirinya terlalu di rendahkan oleh adiknya satu ini, dia kemudian mengeluarkan dompetnya dan memamerkan beberapa kartu kredit black card dari beberapa bank ternama. “Masih mau ngomong?” ucapnya sambil tersenyum sinis. “Kakak ikutan investasi bodong ya?” “What the.., kagak lah. Kakak itu kalo setiap gajian, setengahnya kakak invest ke dalam berbagai hal,” Setelah selesai menjawab, dia tersadar akan satu kesalahan fatal yang baru saja di perbuat, yaitu menjelaskan soal keuangan pribadinya kepada Nia. Dan ketika dia melirik ke sampingnya, betul saja, Nia kini menatapnya dengan tatapan tajam. “Begitu ya, giliran aku minta sesuatu pasti dibilang nanti-nanti. Kalau Kak Yunita, kakak langsung gercep
“Ngak mungkin,” ibunya tampak syok dan menggelengkan kepala, “Dia tidak mungkin akan melakukan seperti itu, mama tidak percaya. Kamu pasti mengatakan itu untuk membuat mama benci dengan dia kan? Supaya mama merestui kamu dan Yunita, wanita licik itu,”“Nak, tuduhanmu itu cukup berbahaya? Kamu punya buktinya?”“Iya kak. Meski aku juga ngak suka dengan Kak Linda, tapi tuduhan kakak itu terlalu berbahaya,”“Kenapa? Aku mendengarnya sendiri kok, saat di Italia,” dia sengaja tidak melibatkan Yunita dalam hal ini, karena ibunya pasti akan mengarahkan semua tuduhan ke Yunita lagi, “Dan dia bahkan datang bersama dengan Roland, CEO baru dari saingan kita,”“Tunggu dulu, Roland dari JC Group? Yang baru saja mengakuisisi D&D Media tahun lalu?”“Yup, siapa lagi memang saingan terkuat kita saat ini selain mereka,”Melihat ayahnya yang menghela nafas, dia menduga kalau ayahnya sudah tahu soal Roland. Dan menurutnya, Ayahnya pasti menyembunyikan sesuatu darinya.“Jadi rumor itu benar ternyata,”“Rum
’Kanker otak stadium 2’4 kata itu membuat harapan yang ada dalam dirinya menjadi hancur seketika, dia tidak bisa menerima kenyataan kalau dirinya harus di diagnosis menderita penyakit mematikan itu.Dia bingung harus mengatakan apa ke keluarganya, melihat wajah kesedihan mereka saja dia tidak sanggup. Dan Yunita, yang sudah dia janji akan menikah tahun ini, dia tidak tega harus merusak momen-momen bahagia yang tengah mereka rasakan sekarang ini.Dia lalu duduk di bangku taman di taman yang ada di rumah sakit, “Kenapa kau memberikan cobaan yang berat seperti ini?” dia bergumam dalam hatinya, mengeluh pada yang maha kuasa. Sejujurnya, dia tidak mengerti di mana letak kesalahannya sehingga di pantas menerima cobaan yang begitu berat seperti ini. “Apa karena aku melawan kehendak mama soal pacaran selama ini?” dia kembali bergumam memikirkan semua alasan yang mungkin saja menjadi penyebab dia menerima cobaan seberat ini. Saat kembali ke mobilnya,
“Kamu kenapa sih sayang? Dari tadi kaya kurang fokus begitu,” Yunita bertanya dengan menyipitkan mata saat mereka berdua sedang menunggu pesanan mereka di sebuah restoran tidak jauh dari hotel, karena sebentar lagi mereka sudah harus kembali ke hotel. Andre menatap mata Yunita sejenak. Dia lalu tersenyum dan memilih untuk berbohong, “Ngak kok, aku sedang mikirin soal Roland dan Linda saja. Bagaimana kita harus bersikap ke mereka kalo berpapasan secara tidak sengaja,” “Kamu masih mikirin itu? Ngak usah terlalu di pikirkan lah. Ingat kan? Sepandai-pandainya tupai meloncat, suatu saat pasti akan jatuh juga. Sama kaya mereka, sepandai apapun mereka merencanakan dan menyembunyikan niat mereka, pasti akan ketahuan juga suatu saat. Yang penting, kita menghindari mereka saja untuk saat ini. Oke?” “Baik kalau begitu, untuk urusan mereka berdua, aku serahkan semua ke kamu,” “Duh, seharusnya sebagai calon kepala keluarga, kamu itu..” “Wait,” perkataan Yunita—khusu
Setelah mendengar cerita Yunita, Andre cukup syok. Dia tidak menyangka kalau Linda akan berbuat sejauh itu. Di kuasai oleh perasaan amarah, dia mengambil teleponnya dan hendak menelepon Karto.“Kamu mau apa?” Yunita bertanya,“Apalagi? Tentu saja akan aku masukkan dia ke penjara,”Yunita secara tiba-tiba mengambil telepon miliknya dan menutup teleponnya. Hal itu membuatnya terkejut. “Dan kamu punya bukti kalau dia yang melakukan itu?” “Pasti akan ada sendiri nanti, yang penting sekarang kita harus melaporkannya lebih dahulu. Kamu mau membiarkan orang yang sudah hampir membunuh kita berkeliaran bebas seperti itu?”“Coba kamu pikirkan, kalau kamu melapor ke polisi sekarang. Bisa saja Roland dan Linda langsung mengambil tindakan pencegahan dengan menyingkirkan semua bukti yang ada. Dan ujung-ujungnya? Bisa kamu yang kena laporan balik atau pencemaran nama baik,” Merasa perkataan Yunita ada benarnya, dia berdiri dari kursinya dan berjalan menuju balkon untuk menghilangkan penat de