Setiap akhir pekan seperti ini Bian selalu ada di sisinya. Jasmine belum pernah ke pemakaman ibunya lagi semenjak dia dekat dengan Bian. Dia juga tidak mengatakan apa pun. Kalau dia mengajak Bian, sudah pasti pria itu tidak akan menolak. Malam ini, dia sedang melipat pakaian. Bian membantunya, benar-benar tanpa disuruh akan selalu melakukan pekerjaan ini. Padahal wibawa seorang bos tidak bisa direndahkan begitu saja. Sementara itu Noah sedang tidur, anak itu tadinya ditemani oleh Bian. Kemudian Jasmine melakukan pekerjaan rumah. Bian langsung duduk bersila dan membantunya melipat pakaian. Sudah sering sekali Bian mengajaknya untuk rujuk. Akan tetapi kisah cintanya Bian dengan Freya tidak sebentar. Dia justru merasa kalau pria itu akan kembali dengan mantannya kalau suatu saat bermasalah dengan Jasmine. Itulah yang membuat dia enggan menerima ajakan Bian untuk kembali. Waktu Bian mengangkat baju dan nyangkut. Lalu setelah dilihat ada bra Jasmine yang tersangkut di sana. Bian menyen
“Maaf, Nona. Anda tidak bisa masuk ke rumah ini. Nyonya kami tidak ada di rumah.” Freya yang sengaja ke rumah ini tapi sekarang dicegat oleh pengawal di depan rumah. Dia ingat, ini bukan satpam yang biasa memberikan izin masuk untuknya. “Saya ada urusan dengan pemiliknya.” “Tapi nyonya Tian tidak ada di rumah.” Pergerakan Freya berhenti ketika dia mendengar nama orang lain disebutkan. “Tian?” “Ya, nyonya kami sedang membawa anaknya ke rumah sakit bersama dengan suaminya.” Langkahnya Freya berhenti, dirinya tidak memaksa untuk masuk setelah mendengar nama wanita yang ada di rumah ini. “Tunggu sebentar. Siapa nama suaminya?” “Tuan kami bernama Maxim.”Freya tidak melanjutkan untuk mengamuk di sana. “Apakah ini penghuni baru?” “Ya, pemilik sebelumnya sudah pindah dari sini sejak lama. Jadi, sekarang rumah ini adalah miliknya tuan dan nyonya kami.” Freya langsung pergi dan masuk ke dalam mobilnya. Dia mengamuk setelah mendengar itu. Benar saja bahwa Bian memang tidak di sini sek
Bian meraba ponselnya yang berdering sedari tadi. Dia masih dalam keadaan tidur sekarang. Entah siapa yang menghubunginya.Ketika dia melihat layar ponselnya ada nama Edo di sana. Dia langsung menjawab telepon itu. “Ada apa masih pagi begini?” “Buka chat saya, Pak. Chat itu sangat penting.”“Hmm, tunggu sebentar.”Bian langsung membuka chat dari Edo ada berbagai tautan yang dikirimkan oleh pria itu dan kemudian dia melihat ada beberapa artikel yang mengejutkan dirinya.‘SKANDAL PENGUSAHA MENIKAH PURA-PURA DEMI HARTA’‘ISTRI PENGUSAHA YANG VIRAL TERNYATA WANITA BAYARAN’‘ISTRI SEORANG PENGUSAHA TERKENAL ADALAH SEORANG P3L4CUR’Bian yang baru saja membaca judul artikel itu langsung menghela napas begitu dia melihat judul itu. Lalu dia membacanya dan melihat fotonya bersama dengan Jasmine ketika pertama kali di dunia malam.Ditambah lagi gugatannya disebarluaskan oleh oknum tersebut.“Tolong hubungi semua penyedia layanan artikel itu. Perkarakan mereka!” ucapnya pada Edo yang masih di
Jasmine mengambil cuti tahunan karena dia selama ini belum mengambil cuti dari perusahaan sebelumnya. Dia telah izin pada seniornya untuk cuti. Meskipun belum izin pada Bian. Akan tetapi Sierra memberikan izin untuk seminggu dan sisanya akan diambil belakangan. Ketika dia berada di pemakaman ibunya mengajak Noah. Beberapa panggilan masuk namun tidak bisa dia angkat. Jasmine memilih untuk pulang dari sana dan kemudian mengajak anaknya untuk makan sebelum ke rumah. Ketika dia telah sampai di restoran. Orang-orang menatapnya sangat menjijikkan. Makanan datang. Jasmine menikmati itu dengan anaknya. “Kamu suka, Noah?” “Ya, ini enak, Ma.” “Makan yang banyak! Besok harus sekolah. Mama bakalan tungguin. Mama cuti.” “Cuti itu apa, Ma?” “Mama libur kerja selama seminggu.” “Waaaah, nanti bisa main sama Mama. Om Bian nggak ke rumah, Ma?” “Om lagi sibuk. Paling nanti hari Jum’at atau Sabtu baru ke rumah lagi.” Anaknya sudah terlalu dekat dengan Bian. Wajar menurutnya kalau anak itu sang
“Melihat kekacauan yang kamu timbulkan. Ini pasti akan menghancurkan nama baik papa kamu, Bian.”Sekarang dia berada di rumah sang mama. Ada adiknya juga di sini yang datang ketika mengetahui Bian ada di sini. “Aku tahu. Papa juga tidak akan membiarkanku jatuh paling dalam.” “Kamu masih membencinya saat dia berusaha begitu keras untuk mengembalikan nama baikmu.” “Ya.” “Apa syarat yang papa kamu berikan sampai kamu benar-benar terlihat lebih kalem sekarang?” “Aku diminta menjauhi Jasmine. Tapi tidak sepenuhnya aku menjauhi dia. Karena aku punya tanggung jawab terhadap hidupnya.” “Bian, apa yang papa kamu katakan mungkin bisa jadi masukan buat kamu. Biar kamu nggak ceroboh juga melakukan apa pun.” Dia menganggukkan kepalanya ketika mendengar ucapan sang mama. Tapi di sana ada Noah yang tidak bisa dia tinggalkan begitu saja. “Mungkin ini adalah teguran. Tapi aku benar-benar tidak bisa meninggalkan dia.” “Kakak, apa pun yang sedang kakak usahakan. Tolong jangan gegabah la
“Jasmine wanita yang baik. Dia tidak seburuk yang diberitakan. Orang-orang membuat berita buruk tentangku dan dia agar aku jatuh. Kenyataannya, dia kebih baik dari Freya. Sehebat apa pun orang lain mengagumi, Freya. Orang yang pernah hidup dengannya adalah aku. Bahkan kalau membandingkan Jasmine dengan Freya, itu tidak setara. Aku menemukannya di tempat hiburan malam, aku sadari tentang itu. Akan tetapi dia masih terjaga, dia bukan orang sembarangan disentuh pria lain.”Bian mati-matian membela Jasmine di hadapan orang tuanya agar dia bisa menemui wanita itu. Keinginannya sangat bulat untuk bertemu lagi dengan Jasmine. Semua orang memandang Jasmine rendah.Foto yang tersebar antara dirinya dan juga Freya tersebar. Apalagi semuanya sudah tersebar luas di sosial media. Fotonya Jasmine sebagai orang ketiga juga tidak luput dari media. Ini karena perusahaannya cukup terkenal di kalangan dunia bisnis. Bian yang bahkan dikenal baik sebagai developer beberapa apartemen. Ditambah lagi sekaran
Jasmine menerima resi dari ekspedisi tentang barangnya yang dikirim dengan truck. Dia mengirim ke Batam dan akan pergi meninggalkan ibu kota. Jasmine yang awalnya tidak pernah berpikir sampai sejauh itu. mengingat dia tidak mungkin membiarkan Noah tidak sekolah. Mau tidak mau harus pergi dari sini untuk menghindari gosip murahan seperti itu.Biasanya setiap anak perempuan ketika mendapatkan masalah akan mengadu kepada orang tuanya. Berbeda halnya dengan Jasmine yang harus menghadapi semuanya sendirian.Sekarang tinggal dirinya bersama dengan Noah di sini. Kalau urusan rumah, dia sudah meminta kepada Edo untuk menjualnya. Dia tidak akan kembali lagi ke tempat ini karena setiap kali dia muncul di depan Bian. Akan ada masalah lagi.“Ma, kita mau ke mana?” Noah muncul ketika dia sedang bengong dan rumah ini sudah tidak ada lagi barangnya Jasmine. Besok dia akan berangkat meninggalkan ibu kota dan akan jauh dari Bian.Dia bahkan tidak bisa keluar setelah skandal itu muncul. Kehidupannya se
“Kamu sembunyikan Noah dari aku selama ini, Jasmine. Kamu nggak kasih aku kesempatan untuk jadi orang tua buat anakku sendiri.” “Sejak kapan kamu tahu kalau Noah adalah anakmu?” Bian berdiri di depannya Jasmine. Tatapan pria itu sangat tajam sekali kemudian Jasmine hanya bisa meneteskan air matanya. “Sejak kamu bilang kalau Noah bukan anakku ketika dia celaka olehku.” Langkah Bian semakin dekat yang membuat Jasmine merasa panik oleh mantan suaminya. “Kalau bukan karena Noah. Aku tidak akan sejauh ini untuk meyakinkanmu. Semuanya demi dia dan juga aku menyesal telah bercerai denganmu. Bukan semata aku ingin tubuhmu, bukan semata juga aku memanfaatkanmu, Jasmine. Bedakan kapan aku serius dan kapan aku harus main-main.” Jasmine mengira kalau selama ini Bian tidak pernah tahu soal statusnya Noah. Dia berbohong tentang dirinya menikah dengan orang lain dan Noah adalah hasil pernikahan kedua dirinya. Sayangnya Bian tidak sepolos itu untuk percaya begitu saja pada Jasmine. Pria itu lebih
Bian tidak ingin mengambil keputusan yang fatal lagi seperti kemarin-kemarin. Dia tidak mau kalau dia dan istrinya bercerai lantaran dirinya yang tidak bisa menjadi suami yang baik. Dia menganggap perasaan istrinya terlalu lebay. Dia menganggap perasaan istrinya berlebihan ketika wanita itu cemburu. Padahal, yang terjadi sebenarnya adalah dirinya tidak pernah lagi mengerti bagaimana rasanya dicemburui. Tidak pernah merasakan itu sebelumnya pada wanita lain. Freya tidak pernah cemburu padanya, Adelia tidak pernah peduli terhadapnya. Berbeda dengan Jasmine yang bahkan menangis karena ulahnya. Sepele, tapi menyakiti istrinya. Bian tidak mau lagi melakukan itu dan menyakiti Jasmine lebih dalam lagi. Sekarang, dia ingin hidup dengan akur dan baik-baik saja bersama dengan istrinya. Dia menuduh Jasmine berubah ketika pulang dari rumahnya Ulfa. Tanpa dia sendiri sadari kalau selama ini yang membuat istrinya berubah adalah ulahnya sendiri. Bian terlalu jauh membuat istrinya menderita. Dia
“Dari sekian banyak pilihan, kenapa kamu memutuskan untuk bercerai sama aku, Mas?” Padahal Bian sendiri tahu, semenjak mereka bertengkar. Jasmine selalu menangis tengah malam. Bian menyadarinya, tidak ingin mengganggu istrinya malam itu. Pelariannya ke alkohol juga tidak mempan. Rasanya masih terlalu sakit kalau dia ingat betapa bodohnya dia. Secara naluri, dia masih menyayangi istrinya. Dia juga tidak ingin berpisah dengan istrinya. Jasmine adalah orang yang dia cintai. Dunia ini seolah-olah akan berhenti begitu Bian mengatakan ingin bercerai dari istrinya. Padahal dia sendiri sangat tahu kalau dirinya sangat mencintai istrinya. Dia meninggalkan semua wanita demi bisa bertahan dengan istrinya. Dia tidak meminta pendapat dari orang lain. Dia hanya berharap kalau ini akan segera selesai. Yaitu dengan cara melepaskan wanita yang begitu dicintainya. Memang dari awal Bian sudah merasa kalau dirinya itu tidak bisa menjaga rumah tangganya lagi. Bian juga sudah berusaha bertahan, namun
Bian menganggap remeh rasa cemburunya Jasmine yang selama ini dia rasakan. Tidak menyangka kalau kalimat itu keluar dari mulut suaminya sendiri. Dia tidak pernah menduga kalau suaminya akan menganggap perasaannya tidak penting seperti itu. Setelah pertengkaran beberapa malam yang lalu. Bian pun tidak ada kata permintaan maaf sampai detik ini. Jasmine yang merasa kalau suaminya memang sangat sulit untuk mengerti perasaannya. Menikah dengan Bian dua kali, tidak serta merta membuatnya merasa baik-baik saja. Menikah hanya karena alasan demi anak. Tapi juga tidak baik untuk kesehatan mentalnya. Memang Bian baik terhadap anak-anak, ternyata pria itu abaikan semua yang dikatakan oleh Jasmine. Memang benar, dia harusnya diam saja tanpa banyak protes terhadap rumah tangganya. Tidak layak juga protes kalau tidak pernah didengarkan. Jasmine mulai menyesali ketika dia memberontak malam itu. Mulai menyesal telah mengeluarkan semua yang ada di dalam hatinya. Mulai merasa kalau dirinya tidak a
“Pa, Papa nggak berantem sama mama, kan?” Bian sedang berenang berdua dengan Noah, anaknya bertanya tentang kondisi rumah tangga mereka. Bian memang tidak pernah bertengkar dengan istrinya. Bian sedang di tepi kolam renang justru tersenyum dengan pertanyaan anaknya. Tidak ada pertengkaran apa pun yang terjadi di dalam rumah tangga mereka. Hanya saja, beberapa hari yang lalu Jasmine mengatakan dirinya sedang lelah saja. “Mama cuman capek aja, Noah. Setiap ibu pasti akan merasakan itu.” “Tapi, Pa. Papa kenapa ketemu lagi sama Nina dan mamanya?” Bian yang tadinya mengabaikan soal itu, tiba-tiba saja dia menoleh kepada anaknya. “Dari mana kamu tahu?” “Pak Egi bilang sama aku tadi waktu jemput ke tempat les. Katanya, Pak Egi sama mama ke taman belakang kantor waktu antar makan siang. Terus Papa di sana sama Nina dan mamanya.” Bian bertemu dengan Adelia tidak ada maksud apa-apa, dia hanya menemui wanita itu lantaran Nina ingin bertemu dengannya. Tidak ada maksud lain yang Bian laku
Seminggu dia pergi bersama dengan Celia. Bian tidak menghubunginya apalagi bertanya apakah dia sudah sampai atau tidak. Justru dia dibiarkan begitu saja. Tidak seperti biasanya, memang pria itu sudah berubah. Jasmine tadinya memang ingin liburan bersama dengan Celia berdua. Setelah dikabari oleh kakak sepupunya kalau Ulfa ada di rumah kakaknya. Jasmine pun akhirnya ke sana dan jaraknya lebih dekat. Dia juga cerita keluh kesahnya dan menceritakan bagaimana Bian dulu juga pernah main wanita di masa lalu. Jasmine yang baru mengenal cinta justru terjebak dalam pernikahan waktu itu. Dia cemburu, tidak bisa mengungkapkannya. Sekarang, dia cemburu. Masih bisa diam juga tanpa berani berkata apa-apa. “Terus, mau sampai kapan kamu sama Celia di sini?” tanya Halim, kakak sepupunya. Jasmine duduk di sebelah kakak sepupunya di sebuah taman yang ada di rumah itu. “Mungkin lusa akan pulang. Kasihan Noah juga di sana.” Dulu, dia menerima Bian kembali karena dia kasihan kepada Noah. Lalu kemudia
“Ada yang ingin kamu omongin sama aku nggak, Mas?” Jasmine ingin tahu apakah suaminya ingin mengatakan sesuatu seperti pertemuan atau apa pun itu. Dia akan mendengarkan semuanya. Terutama dia tidak akan berpikir berlebihan setelah mengetahui suaminya masih bertemu dengan mantan istrinya. Kalau itu adalah Freya, mungkin tidak akan sesakit ini.Merasa dikhianati oleh suaminya lantaran Bian tidak mengatakan apa pun dengan jujur. Pertemuan yang dilakukan di belakang Jasmine termasuk kejahatan dalam rumah tangga. Hilangnya kejujuran dan juga tidak ada yang tahu apa yang terjadi setelahnya. Bian meletakkan ponselnya di atas meja. Menatap Jasmine kemudian tersenyum. “Nggak ada, Sayang.” Jasmine menganggukkan kepalanya dengan perlahan, dia tahu kalau ternyata suaminya hanya pura-pura. Bahkan dari kemarin, Bian tidak meminta jatahnya. Ada apa? Kenapa pria itu berubah sekarang? Jasmine merasa seorang istri yang hanya menerima kesalahan Bian beberapa kali. Tahu kalau watak main wanita itu t
“Bibi, aku saja yang masak. Tolong bantu aku jaga, Celia, ya!” Dia membawa anak keduanya menghadap kepada asisten rumah tangga yang ikut dengannya. Hari ini dia akan pergi bertemu dengan Amber dan juga Sophie. Mereka bertiga akan berkumpul lagi setelah sekian lama tidak bertemu. Jasmine juga akan menyiapkan makan siang untuk suaminya. Sekalian ketika berangkat ke rumah Amber nanti, dia ke kantor suaminya terlebih dahulu untuk membawakan bekal. Seperti biasa, Bian sangat menyukai masakan yang dibuatkan oleh Jasmine. Dia memasak sendirian di dapur. Lalu kemudian membiarkan Celia bersama dengan sang bibi di ruang tengah. Usai dia memasak, Jasmine langsung mandi dan menyiapkan segala kebutuhan yang akan dia perlukan nanti untuk Celia selama berada di rumah Amber. Entah itu pakaian ganti dan juga popok. Dia diberikan izin untuk bertemu dengan Amber karena dia mengatakan akan diantar oleh sopirnya. Bian sangat sensitif sekali membiarkan Jasmine keluar. Lalu kemudian setelah selesai be
“Pak, ada seseorang menunggu Anda di taman belakang kantor,” beritahu Sierra begitu Bian baru saja kembali dari proyek. Bian langsung turun dan pergi ke taman kantor yang tidak jauh dari tempat ini. Lalu kemudian kaki jenjangnya melangkah dengan sangat cepat ke sana. Baru saja tiba di sana, tubuhnya langsung bereaksi ketika melihat wanita bersama dengan anak kecil sedang duduk di bangku taman. Dia menghampiri secara perlahan dan wanita itu kemudian menoleh. Anak kecil itu berlari ke arahnya. “Papa,” dipeluknya Bian sangat erat. “Maafkan aku, Bian. Aku menemuimu kembali. Bukan maksudku mencarimu lagi. Aku tahu, kamu sudah menikah dan mungkin kamu sudah punya kehidupan yang lebih layak. Namun, dia menangis dan selalu mencarimu.” Bian berjongkok dan memeluk anak kecil yang dibawa oleh wanita itu. Wajar rasanya kerinduan Nina tidak akan pernah berakhir. Karena selama ini yang merawat anak ini adalah dirinya. Bian memang tidak ingin berakhir dengan pengkhianatan. Lalu dia menggendong
Tangis seorang bayi memenuhi ruangan yang khusus untuk Jasmine. Kelahiran bayi perempuan yang baru saja beberapa menit lalu. Melengkapi kehidupan rumah tangga mereka yang pada akhirnya mampu membuat Bian takjub dengan istri dan juga anaknya. Dia merasa bangga sekali pada istrinya yang telah melahirkan bayi secantik itu. Dia juga bangga kepada anak perempuan yang lahir dengan selamat dan proses persalinan Jasmine dengan normal. Di rumah sakit pilihan Amber untuk Jasmine melahirkan. Suasana begitu tegang sebelum si kecil dilahirkan. Beberapa kali Jasmine mengerang kesakitan. Berpikir kembali jika itu dirasakan oleh Jasmine beberapa tahun lalu ketika melahirkan Noah sendirian. Selama beberapa tahun terakhir istrinya telah berjuang sendirian. Melihat anak keduanya lahir, harapan baru telah muncul dalam kehidupannya Bian. Menunggu selama ini untuk kehadiran anak kedua mereka. Meskipun sebenarnya dia melihat kalau Noah juga sangat berharap adiknya segera lahir ke dunia ini. Bian bisa t