Share

Tebak cenayang

Rafandra benar-benar nekat menemui Kayana di rumahnya. Setelah adegan tampar tadi malam, ia masih belum puas untuk menjahilinya dan berakhir dengan meluapnya kata-kata ketus dari bibir Kayana. Tak mengapa, yang terpenting Kayana tidak berubah.

Tepat pukul delapan pagi, Rafandra berdiri di depan pintu rumah Kayana. Pagar depan terbuka lebar, jadi ia bisa masuk ke dalam tanpa harus memanggil.

Rumah Kayana masih sepi tapi dari luar terdengar suara piring dan sendok beradu. Rafandra memastikan, pasti keluarga kecil itu sedang makan pagi.

Tokk tokk

Rafandra mengetuk pintu perlahan. Ditunggunya lima menit, belum juga ada pergerakan. Lalu ia ketuk lagi untuk kedua kalinya.

"Siapa?" teriak Kayana yang suaranya terdengar dari luar. "Si—" Kayana terkejut begitu membuka pintu depan. Rafandra melebarkan senyumnya menyambut Kayana yang sinis.

"Udah siap?" tanya Rafandra tanpa basa-basi.

"Gue lagi sarapan. Kenapa lu datang pagi?" tanya Kayana sedikit ketus.

"Biar enggak kepanasan di jalan."
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status