Beranda / Romansa / Mengejar Cinta Duda Tetangga / Bab 8. Skatmat Alena Untuk Jeng Devi

Share

Bab 8. Skatmat Alena Untuk Jeng Devi

last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-09 00:55:53

Alena mengayuh sepedanya dengan santai. Seperti biasa ia kembali berkeliling beberapa blok sebelum ia pulang menuju rumahnya.

“Alena...!!” 

Alena menghentikan kayuhan kakinya di pedal sepeda lalu menoleh ke arah datangnya suara yang memanggilnya. Di sebuah persimpangan Alena melihat Jeng Devi berjalan tergesa-gesa dengan masih menggunakan seragam olah raga tadi.

“Tunggu Alena !” Jeng Devi kembali melambaikan tangan meminta Alena menunggunya. Alena mengangguk dan menunggu Jeng Devi dengan posisi masih berada di atas sepeda. Satu kakinya ia tangkringkan di atas pedal sepeda dan satu lagi kakinya bertumpu menginjak aspal.

“Jeng Devi belum pulang ?” sapa Alena bertanya karena melihat Jeng Devi masih kelayapan di jalan padahal tadi ia sudah lebih dahulu meninggalkan lapangan.

“Saya mampir dulu di rumah Bu Ratih, Alena.” lapor Jeng Devi tanpa diminta dengan sedikit terengah. Ia berdiri berhadapan dengan Alena da
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 9. Calon Mantu Jeng Devi

    Jeng Devi termenung setelah Alena menghilang dari pandangan matanya. Kalimat terakhir Alena serasa menampar wajahnya dan sampai kini masih terasa panas.“Sepertinya Alena mengetahui banyak hal tentang aku dan Arkhan.” pikir Jeng Devi di dalam hati.“Baiknya aku tanya Arkhan saja. Apa sih maunya dia? Sudah banyak uangku habis tapi kini dia mulai berpaling kepada Alena. Huuuh...!”Jeng Devi mengambil ponselnya lalu mencari nomor kontak Arkhan dan langsung memencet tombol call.Nada tunggu terdengar dan di layar ponsel tertulis ‘berdering’. Jeng Devi menunggu tapi sampai durasinya habis namun Arkhan tidak menjawab.“Uuuh... Tuh kaan...! Dia mulai menghindariku.” Jeng Devi terlihat makin kesal diperlakukan Arkhan seperti itu. Hatinya mulai panas dibakar rasa cemburu. Wanita berumur empat puluhan tahun itu clingak-clinguk dan lupa kalau dirinya masih berdiri di pinggir jalan.Dengan perasaan tak menentu Jeng De

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-09
  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 10. Pangeran Syurga

    Malam harinya di sebuah cafe.“Aku senang sekali kamu bisa datang Alena.” sambut Arkhan dengan mata berbinar. Malam itu Arkhan menjelma bagaikan seorang Pangeran Syurga yang tampil sungguh sangat menawan. Alena mengerjapkan matanya yang langsung saja tanpa basa-basi tiba-tiba menderita kelilipan akut. Janda cantik berbody goal tersebut hampir saja mengurungkan niatnya untuk melanjutkan acara dinner dengan lelaki itu. Kalau saja Arkhan tidak melihatnya kedatangannya tentu saja Alena akan lari terbirit-birit dan membatalkan sepihak perjanjian dinner dengannya. Nampaknya Alena mulai pesimis pada kekebalan yang ia miliki bisa diandalkan untuk menangkis serangan pesona laki-laki setampan Arkhan. Selain gagah dan tampan, Arkhan ternyata juga super romantis.Malam itu penampilan Arkhan sungguh sempurna. Stelan jas berbahan sutra berwarna hijau gelap melapisi kemeja hijau lumut dengan bahan silk dan dilengkapi pula dengan dasi warna senada. Rambut Arkhan ditata l

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-09
  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 11. Terlelap Di Kandang Buaya Darat

    Suasana mendadak menjadi kacau balau. Air hujan pun mulai turun dan semakin deras. Beberapa pelayan berlarian membantu Alena dan Arkhan yang terjebak di dalam reruntuhan aksesoris taman buat buatan tersebut.“Mari Tuan, Nyonya...!” Seorang pelayan yang telah mengangkat pohon besar buatan itu mengulurkan tangan untuk membantu Alena dan Arkhan yang tengah terjebak di dalamnya.Hujan kian menggila sehingga dalam sekejap saja tubuh mereka basah kuyup. Alena menggigil kedinginan karena tubuhnya yang basah dihembus pula oleh angin yang sangat kencang.“Kamu kedinginan Alena.” seru Arkhan di tengah derasnya hujan. Arkhan sangat mengkhawatirkan Alena yang terlihat pucat pasi dan tangannya dingin membeku.Alena tidak sanggup menjawab. Bibirnya gemetar dan giginya gemerutuk dan darahnya terasa membeku. Mereka berpandangan beberapa saat di dalam hujan. Alena merasakan kerinduannya akan belaian laki-laki muncul menyesakkan jiwa. Sudah lebih tiga

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-09
  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 12. Kepergok

    Dreeett..Pintu apartemen Arkhan perlahan dibuka. Lampu dan pendingin ruangan terlihat sudah menyala. Sosok Nova menyembul dari balik pintu dan memasuki apartemen Arkhan.“Kok Arkhan tidur di sofa?” Nova bertanya di dalam hatinya. Ia mulai curiga dan mengeledah semua ruangan. Alangkah terkejutnya Nova begitu melihat sesosok tubuh wanita cantik tergolek di atas ranjang di dalam kamar pribadi Arkhan.“Siapa dia?” Hati Nova bertanya lebih riuh. Nova perlahan mendekat dan meneliti siapa wanita yang tengah terlelap dengan pulas itu.“Astagaaa...!!” Nova menjerit kecil begitu melihat wajah Alena namun ia cepat-cepat menutup mulutnya. Nova sepertinya tidak ingin Alena dan Arkhan terbangun. Dengan sangat perlahan Nova mengeluarkan ponsel dari dalam tas yang ia sandang di bahunya lalu secepatnya mencari tombol kamera kemudian ia abadikan semua yang ia lihat di dalam apartemen itu. Mulai dari Alena yang tertidur pulas di dalam kamar deng

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-09
  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 13. Tiara Yang Malang

    “Lama sekali sih kamu bukain pintu!” Bima menghardik penjaga pintu gerbang dengan menyembulkan kepalanya ke kaca jendela mobil.Penjaga pintu gerbang itu tidak berani menegakkan kepalanya. Ia hanya menunduk dan bergumam.“Maaf Tuan Muda!”Bima memarkir mobilnya di halaman gedung besar itu. Beberapa orang lelaki berotot besar nampak berjaga-jaga di sekitar bangunan tersebut. Mereka serentak menundukkan kepala begitu Bima turun dari mobil.“Seret perempuan itu turun!” perintah Bima kepada mereka.“Baik Tuan Muda!” jawab keempat orang berbadan kekar itu dan langsung membuka pintu mobil dan menarik tangan Nova dengan kasar.“Apa-apaan kalian! Lepaskan aku!” teriak Nova meronta.Tapi keempat lelaki itu tidak peduli karena mereka digaji bukan untuk berbelas kasih. Mereka terus menyeret tubuh Nova ke dalam ruangan di mana seorang lelaki agak tua duduk bersama dua orang wanita penghiburnya. Lelaki itu terlihat sangat menikmati dua wanita muda yang dicumbunya secara bers

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-09
  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 14. Video Menyebar

    “Aduuuh...!!” Arkhan mengaduh sambil memegang pipinya yang baru saja ditampar Alena dengan keras.“Apa-apaan ini Alena ?” tanya Arkhan seraya menatap Alena tak mengerti.“Ayah macam apa kamu sampai tega membuang anakmu di jalan hah ?” tanya Alena garang sambil menunjuk wajah Arkhan yang terlihat kebingungan.“Papaaaa...!!!” Tiba-tiba Tiara yang berdiri di belakang Alena berlari memeluk lutut Arkhan dan menengadah menatap wajah ayahnya itu. Wajah bocah itu bersimbah air mata.“Tiara...? Kok kamu berpakaian begini, Nak?” Arkhan terkejut dan langsung duduk berjongkok lalu memeluk Tiara. Bola mata Arkhan seakan mau melompat keluar melotot menatap wajah Tiara yang lusuh lagi kumal.Alena bingung melihat sikap Tiara kepada Arkhan.“Tiara kok malah memeluk Arkhan? Tapi tadi katanya Arkhan telah meninggalkannya di jalan.” tanya hati Alena sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.&l

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-09
  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 15. Pertengkaran

    Sepuluh menit kemudian Alena sudah sampai di pintu pagar rumahnya. Ia turun dari atas sadel sepeda untuk membuka kunci pintu pagar tersebut. Tak lama kemudian Nova pun tiba pula di depan pintu pagar rumahnya. Pintu pagar rumah Alena bersisian langsung dengan pintu pagar rumah kontrakan Nova sehingga jarak mereka berdiri begitu dekat, hanya sekitar dua meter kurang saja. Nova terlihat memegang kunci pintu pagar rumahnya dan bersiap membukanya. Di dalam hati kedua perempuan itu tengah bergejolak perang dingin. Mereka yang biasa saling bertegur sapa kini sama-sama memilih diam.Riiiiit .....Alena dan Nova serentak memalingkan wajahnya ke jalan di depan rumah mereka. Suara rem mobil Arkhan sedikit mengganggu pendengaran.Tak lama kemudian Arkhan keluar dari dalam mobilnya. Tiara menyusul dari pintu samping sebelah kemudi.“Novaaaa! Apa-apaan kamu? Mengapa kamu tinggalkan Tiara di jalan hah?” Arkhan nampak tidak bisa lagi mengendalikan kemarahannya. Ia me

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-09
  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 16. Menjenguk Jeng Devi

    “Uuuh.”’Alena melemparkan kaos kakinya ke rak sepatu dengan perasaan marah. Rasa kesal kepada Nova masih membuatnya jengkel setengah mati. Alena tahu kalau Nova berusaha mempermalukan dirinya didepan semua orang. Dan ia menutupi perlakuan buruknya kepada Tiara dengan memancing penilaian negatif kepada Alena lewat video yang sengaja ia sebarkan.Dengan langkah gontai Alena berjalan ke dalam kamarnya dan mengambil handuk lalu masuk ke kamar mandi. Tak lama kemudian terdengar suara gemericik air di dalam kamar mandi. Alena melemaskan otot-ototnya yang tadi sempat tegang dengan berendam di dalam air yang sejuk.Sekitar tiga puluh menit kemudian Alena sudah siap berdandan. Ia mengenakan celana panjang dengan kemeja berwarna orange. Kulitnya yang putih bersih terlihat bersinar disandingkan dengan warna cerah. Hari ini Alena bermaksud akan menjenguk Jeng Devi di rumah sakit. Sudah dua hari Jeng Devi dirawat di sana namun Alena belum punya kesempatan untuk

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-09

Bab terbaru

  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 41. Di Lapangan

    Sore hari di lapangan senam.Alena sudah bersiap untuk datang ke lapangan untuk memandu senam sore itu. Seperti biasa, ia datang dengan menggunakan sepeda gunung dan bersepeda memutar kompleks perumahannya untuk sekedar melenturkan otot sebelum melakukan gerakan-gerakan senam.Melintasi rumah Jeng Devi, terlihat rumah itu sepi. Biasanya jam segini Jeng Devi sudah bersiap untuk berangkat ke lapangan.Ketika melewati rumah Bu Winda yang kini memang tidak berpenghuni, Alena teringat kalau Bu Winda telah memintanya untuk memasarkan rumah itu secepat mungkin. Alena langsung menghentikan langkahnya dan turun dari sepeda yang ia tunggangi. Beberapa kali jepretan ia tujukan ke rumah tersebut sebagai bahan baginya untuk memasarkan bangunan tersebut. Setelah merasa cukup, Alena melanjutkan perjalanannya menuju lapangan.Seperti biasa sudah banyak ibu-ibu yang berkumpul ketika Alena memarkirkan sepedanya. Memang selalu begitu, ibu-ibu datang satu jam lebih dulu sebelum wakt

  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 40. Diciduk

    “Huh.. dasar perempuan..! Arkhan mengomel sendiri sembari melangkahkan kaki menjauhi wanita cantik yang tadi menggodanya. Seorang Arkhan biasanya akan melayani tantangan wanita berkelas seperti itu. Tapi, bukan untuk mencintainya, tapi hanya untuk membuat wanita itu sendiri menderita. Yah.. menderita. Itu ia lakukan sebagai pembalasan dendam kepada seorang wanita istri kedua ayahnya yang telah membuat keluarga mereka berantakan dan ayahnya meninggal didalam penderitaan. Sementara itu Alena sudah sampai di halaman parkir dan bersiap membuka pintu mobilnya. Bermacam rasa berkecamuk dipikiran dan perasaan Alena. Yang jelas wanita itu sangat kecewa mendengar pengakuan Nova yang menyebutkan bahwa ia dan Arkhan masih berstatus suami istri.Kekecewaan Alena bukan tersebab karena ia berkeinginan untuk mendapatkan Arkhan. Tidak... Alena kesal karena teman dan tetangganya sudah menjadi korban penipuan Arkhan dan Nova.“Sungguh biadab!” maki Alena sambil membanting pintu mobilnya.Kunci diputar

  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 38. Saling Makan.

    “Hipnotiiiis....!!”Jeng Nisa kembali berteriak dan beberapa orang yang berkumpul ikut-ikutan meneriaki Nova.Sadar dirinya diteriaki penghipnotis, Nova langsung ambil langkah seribu. Bergegas ia memacu mobilnya sebelum suasana semakin tidak terkendali.“Sial! Hampir saja aku dikeroyok di gedung itu. Syukur aku cepat-cepat pergi.” Nova menarik nafas dalam sambil memperlambat laju kendaraannya setelah merasa suasana cukup aman. Ia sudah jauh meninggalkan kantor Tuan Suryo dan tidak mungkin ada yang mengejarnya. Setidaknya begitulah pikiran Nova.Tidak sampai 10 menit lagi ia akan sampai di rumah sakit tempat Tiara dirawat oleh Dokter Marwa.Nova melirik perhiasan Jeng Devi yang tadi ia minta paksa kepada perempuan itu. Satu paket perhiasan super mahal tersebut masih tergetak begitu saja di jok sebelah kiri dari Nova yang mengemudi. Wajah Nova berubah menjadi sumringah dan dengan tangan kirinya ia raup satu set perhiasan b

  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 37. Hipnotis?

    Di waktu yang sama di pagi menjelang siang itu, di rumah sakit tempat Tiara dirawat tengah terjadi pertengkaran cukup sengit antara Arkhan dan Dokter Marwa. Arkhan bersikeras untuk memindahkan Tiara ke rumah sakit lain karena merasa tidak puas dengan pengobatan yang dilakukan oleh rumah sakit itu khususnya Dokter Marwa. Selama ini Tiara memang selalu di rawat di rumah sakit tersebut atas paksaan Nova. Arkhan tidak tahu sama sekali bahwa Tiara sudah dijadikan korban untuk melancarkan aksi Nova yang bersekongkol dengan Dokter Marwa.“Anda tidak bisa memindahkan pasien seenaknya saja, Tuan Arkhan.”“Kenapa tidak? Tiara adalah putriku! Aku berhak menentukan yang terbaik untuk putriku!” tandas Arkhan menatap tajam tepat ke kedua mata Dokter Marwa. Sekali-kali ia mengalihkan pandangannya ke arah Tiara yang terbaring lemah dengan hanya sedikit saja tanda kehidupan terlihat di tubuhnya. Dadanya masih turun naik walau itu terlihat sangat lambat. Sement

  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 36. Hilang Muka

    Sementara itu di dalam toilet kantor Tuan Suryo, Jeng Devi belum kuasa memberantas ketakutannya. Nafasnya tersengal sehingga menarik perhatian dua orang ibu-ibu yang tengah merapikan dandanannya di hadapan sebuah cermin besar yang ada di sana.“Jeng tidak apa-apa, Jeng?” Satu orang dari dua wanita itu memegang kedua bahu Jeng Devi yang terlihat sempoyongan.“Terima kasih! Saya tidak apa-apa.” ucap Jeng Devi sambil menoleh ke wajah perempuan yang menolongnya.“Jeng Nisa?”Jeng Devi menyebut nama perempuan yang menolongnya itu begitu mereka berbalas tatapan.“Oh, Jeng Devi? Ooh... Saya pikir tadi siapa?” sahut perempuan yang ternyata bernama Nisa.Nisa adalah istri dari rekan kerja Tuan Suryo dulunya sewaktu Tuan Suryo masih bertugas di kantor pusat Jakarta.“Apa kabar, Jeng? Sudah lama sekali kita tidak bertemu.”“Oh kabar baik Jeng. Jeng Nisa bagaimana?”&

  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 35. Bisikan

    Di pagi yang sama Alena juga terlihat bergegas memacu mobilnya. Pagi itu Alena bermaksud menjenguk Bu Winda di penjara setelah beberapa kali niatnya itu terhalang oleh berbagai persoalan yang menyambangi hidupnya.Sebagai tetangga yang hubungannya cukup baik dengan Bu Winda, tentu saja ia merasa tidak enak jika tidak memberi perhatian kepada wanita itu. Bu Winda masih berstatus tahanan di sebuah kantor polisi yang tengah mendalami kasusnya.Sebelum sampai ke tempat yang ingin ditujunya, Alena mampir dulu ke sebuah toko makanan dan buah-buahan. Alena membeli beberapa jenis roti-rotian dan juga buah segar.“Semoga Bu Winda sedikit terhibur dengan kedatanganku.” bisik hati Alena sambil tersenyum menatap barang bawaannya. “Setelah menjenguk Bu Winda, barulah aku ke rumah sakit untuk menjenguk Tiara. Kasihan sekali anak itu. Hmm.. andaikan aku punya anak tidak akan mungkin aku sia-siakan ya Allah.”Alena menyetir mobilny

  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 34. Pecah Empedu

    "Jelaskan kepada Papa apa maksud Saskia tadi, Ma? Mengapa anak itu seperti memusuhi Mama?” Dua pertanyaan meluncur dari bibir Tuan Suryo.Wajah Jeng Devi menekuk tanpa berani bertatapan dengan suaminya itu.“Ah, tidak ada apa-apa, Pa! Mungkin Saskia lagi boring saja atau sedang bermasalah dengan pacarnya.” sahut Jeng Devi berusaha tenang. Ia menarik kursi dan mendudukinya. Ia raih sepotong roti lalu ia oleskan selai dengan menggunakan pisau roti yang tumpul. Kemudian roti tersebut ia letakkan di atas piring di depan Tuan Suryo.“Ayo sarapan dulu, Pa. Nanti kita telat datang ke kantor, Papa.” ucap Jeng Devi berusaha mengalihkan perhatian suaminya dari masalah Saskia.Tuan Suryo kembali duduk, namun wajahnya tidak lagi jernih. Ia lirik jam besar yang berdiri megah di sudut ruang. Pukul 08.10 wib. Ia sadar sudah tidak punya waktu banyak untuk mengorek keterangan dari istrinya.“Biik...! Mana kopinyaaa...!” kemarahan ia luahkan kepada Bik Sumi yang belum menghidangkan kop

  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 33. Pertengkaran

    Pagi datang terasa lebih cepat dari biasanya. Setidaknya itu yang dirasakan oleh Jeng Devi. Setelah semalaman ia sangat sulit memejamkan matanya, dan baru satu jam ia terlelap ternyata pagi sudah nyata menjelma.“Ma, bangun! Sudah siang!”Tuan Suryo menepuk lembut pipi Jeng Devi yang terlihat masih pulas tertidur. Wanita yang masih terlihat cantik itu mengerjapkan matanya sedemikian rupa.“Sudah jam berapa, Pa?” sahut Jeng Devi malas.“Jam 7 pagi!” sahut Tuan Suryo merapikan letak dasinya. Hari ini ia ada acara penting di kantor pusat perusahaan tempat ia bekerja dan siangnya dirinya pun harus berangkat ke sebuah kota lain dimana ia menjadi pimpinan cabang di sana.Tuan Suryo memang sangat sibuk karena ia memangku jabatan yang sangat penting di perusahaan BUMN tersebut. Kinerja Tuan Suryo memang patut diandalkan dan diacungi jempol. Selain cerdas, Tuan Suryo juga tipe orang yang jujur. Ia tidak pernah terlibat koru

  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 32. Menunggu Pagi

    Nova telah berlalu dari kediaman Jeng Devi, namun tidak dengan ketakutan yang kini terbentang nyata di mata wanita itu. Ia terhenyak di kursi mewah yang tertata rapi di teras rumahnya yang megah. Nova telah menabuhkan ancaman yang sangat menakutkan. Wanita itu sudah lebih satu jam terduduk lesu dengan menyandarkan bahunya ke sandaran kursi. Dedaunan berisik seakan menertawakan kebodohan yang telah dilakukannya.“Oooh... Kemana aku harus mencari uang 1 milyar sampai besok pagi? Uang di tabunganku hanyalah untuk biaya kuliah anak-anakku. Kalau sampai uang itu aku pakai, suamiku pasti marah besar dan pasti akan segera menceraikan aku... Ooh..mengapa harus begini hidupku. Mengapa aku ikut-ikutan berlomba mendapatkan si Arkhan itu. Aku benar-benar telah terperdaya dengan ketampanan wajahnya sehingga aku berani mengkhianati suamiku sendiri yang tengah berjuang untuk memberi kemewahan hidup kepadaku dan anak-anakku...” Jeng Devi mengeluh pilu. Dua tetes air menganak sungai

DMCA.com Protection Status