Risa bunga desa yang tak hanya memiliki paras yang cantik jelita, namun juga mempunya suara merdu, sejak kecil cita-citanya ingin menjadi biduan terkenal sekelas diva-diva yang sering dia lihat di televisi, namun apa daya di usianya yang hampir menginjak 22 tahun dirinya masih saja menjadi biduan kampung yang hanya bernyanyi dari panggung ke panggung di setiap acara hajatan dengan upah yang tak seberapa.
Ayahnya sudah meninggal sejak dirinya masih duduk di bangku kelas 2 SMU, dan meninggalkan seorang adik perempuan yang kini sudah masuk sekolah dasar. Ibunya Rosidah terpaksa harus berjualan sayur di emperan pasar demi menghidupi kedua anaknya, karena uang hasil manggung Risa yang tak cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari, apalagi dirinya tak punya jadwal manggung yang pasti, hanya sesekali kalau ada hajatan atau acara pemilihan kepala desa saja.Berangkat dari kekurangan ekonomi yang di alaminya dan hasrat ingin memperbaiki ekonomi keluarganya agar ibunya tak lagi harus bekerja dari pagi sampai sore hari di emperan pasar, dan kadang-kadang harus pontang panting menyelamatkan dagangannya karena ada razia petugas keamanan pasar yang melarang berjualan di bahu jalan, Risa memutuskan untuk hijrah ke Ibukota untuk mengikuti ajang pencarian bakat menyanyi idol-idolan bermodalkan nekat dan niat saja.Namun takdir berkata lain, dari peserta yang jumlahnya ribuan itu dirinya hanya masuk di seratus besar saja, dan harus rela gagal masuk ke tahapan berikutnya, padahal dirinya sangat berharap untuk dapat lolos seleksi di tahap berikutnya dan menjadi bintang terkenal yang dapat menghasilkan banyak uang.Impian mendapat uang banyak pun harus terbang begitu saja, untuk pulang kembali ke desa pun dirinya malu, apalagi ibunya sampai memberikan seluruh tabungannya pada Risa demi untuk agar anaknya bisa berangkat ke Ibukota mengejar cita-citanya.Seorang wanita bernama Ana yang katanya melihat Risa saat mengikuti audisi lomba sangat tertarik dengan suaranya, dia menawarkan pekerjaan pada Risa untuk bernyanyi di sebuah klub malam ternama dengan gaji yang sangat menggiurkan, tanpa pikir panjang Risa menyetujuinya, dengan satu syarat, dia hanya bernyai dan tak mau melakukan kerja lain selain itu, meskipun berasal dari desa, dia tau kalau di klub banyak predator yang mencari mangsa untuk di jadikan teman tidur atau sekedar pemuas nafsunya.Di sinilah Risa sekarang, di sebuah klub malam bergengsi di kawasan pusat kota, dimana tak sembarangan orang yang bisa masuk ke klub yang berada di lantai atas sebuah hotel itu, keberadaannya bahkan seperti dirahasiakan dari khalayak umum, hanya orang-orang dari kalangan atas dan mempunyai kartu khusus saja yang bisa memasuki klub malam dengan fasilitas serba mewah itu, ada puluhan ruang karaoke vvip, ruang kasino, dan bar dengan live music, dan selama 6 bulan sudah Risa menjadi penyanyi di area bar itu, menggantikan penyanyi sebelumnya yang keluar karena menikah dengan salah satu tamu yang menjadikannya simpanannya.Risa yang di klub itu mempunyai nama panggung Erisa Kalista tiba-tiba menjadi primadona di klub, Ana yang ternyata adalah mami di klub itu dan memegang kendali para pekerja wanita di sana merasa kalau nama Risa kurang menjual untuk seorang penyanyi di klub mewah itu.Banyak pria yang mendekati dan menawarkan berbagai kemewahan demi untuk mencicipi tubuh molek sang biduan. namun Risa bergeming, dia tak tetap teguh dengan pendiriannya kalau disana dia menjual suara bukan menjual tubuh."Erika, seorang tamu memberi mu ini!" ujar Mami Ana sambil menunjukkan sebuah kunci mobil yang di hiasi pita berwarna pink ke hadapan Risa yang baru saja selesai bernyanyi dan kini berada di ruang ganti baju bersiap untuk pulang ke tempat kostnya."Kembalikan saja mih, aku tak mau menerima pemberian-pemberian yang tak masuk akal seperti itu, jelas dia tak akan cuma-cuma memberikan hadiah se mahal itu pada ku," tolak Risa."Kau saja yang mengembalikan aku tak enak hati, ini hadiah ke lima yang sudah kau tolak dari orang itu, orangnya ada di ruang karaoke nomor 4." Ujar mami Ana menyerahkan kunci itu ke tangan Risa yang urung mengganti pakaiannya karena harus menemui pria yang belakangan ini memberinya berbagai macam hadiah mewah, dan dengan terang-terangan mengatakan pada mami Ana ingin menjadikan dirinya istri ke tiganya."Siapa namanya,,, Hen----" Risa tampak sedang mengingat-ingat nama pria yang terus mengusiknya dengan berbagai hadiah mewah itu, saking banyaknya pria yang datang menggoda Risa."Hendrik,,, pak tua itu namanya Hendrik!" ujar Mami Ana yang tak pernah memaksakan pada anak buahnya untuk melayani atau tidak ajakan kencan dan lain sebagainya dengan para tamu, mami Ana merasa kalau mereka sudah sangat dewasa dan bisa memilih bagaimana mereka akan menjalani hidupnya. **Di sebuah ruang karaoke seorang pria tampan sedang asik dengan minuman beralkoholnya, di temani oleh tiga orang lady companion atau LC atau lebih di kenal dengan nama pemandu karaoke, satu orang wanita asik bernyanyi, satu orang lagi menari erotis di hadapannya sedangkan satu orang wanita lainnya sibuk menggerayangi tubuhnya yang kekar dengan semangat, mata pria itu terpejam nikmat saat perempuan bernama Nita yang akhir-akhir ini sering di sewanya untuk menemaninya di ruangan tempat mengulur kabel mic itu berjongkok di hadapannya dan bermain-main dengan adik kecilnya di bawah sana, sesekali pria itu meringis sambil menyandarkan kepalanya di sandaran sofa empuk yang di dudukinya itu."Sssshhsss,,,, sudah jangan bermain-main lagi, ayo cepat naik dan selesaikan permainannya,!" titah pria berwajah tampan khas keturunan timur tengah itu mengangkat tubuh Nita si pemandu lagu yang kini sudah topless dan hanya mengenakan rok pendek tanpa dalaman itu agar menari di atas tubuhnya.Namun baru saja dia merasakan kehangatan lubang yang kini menancap di atas nya, pintu ruang karaoke yang memang tak pernak di kunci karena selama ini tak pernah ada yang berani mengganggunya di dalam itu tiba-tiba di dorong dari luar.Seorang wanita bergaun hitam panjang dengan belahan yang sampai ke pangkal paha berdiri di hadapan pria yang kini sedang memangku Nita."Maaf tuan Hendrik, saya tidak bisa menerima hadiah anda, dan saya juga tidak bersedia untuk di jadikan istri anda, apalagi menjadi istri ke tiga, lihatlah kelakuan mu ini, tuan, ah sudahlah,,, yang jelas jangan ganggu saya lagi, karena saya tidak tertarik di peristri oleh pria seperti anda, jangan mengganggu atau memberi hadiah saya lagi!" ucap Risa seraya melemparkan kunci mobil itu ke meja yang di penuhi oleh minuman keras dan berbagai cemilan di atasnya."Haaaa,,, tuan Hendrik?" ucap pria itu mengernyit, namun dia tak bisa membantah apapun karena Risa langsung pergi meninggalkan ruangan itu, melihat adegan seperti itu sudah sangat biasa bagi dirinya di lingkungan kerjanya yang sarat dengan para pemburu dosa dan kenikmatan sesaat."Dasar pria sakit jiwa, bisa bisanya dia merayu ku dengan begitu gencarnya sementara dia masih menaikkan wanita lain di atas tubuhnya, gannteng sih ganteng, tapi kalau kelakuannya berengsek kaya gitu, amit amit tujuh turunan!" gerutu Risa di sepanjang jalan saat keluar dari ruang karaoke setelah dia mengembalikan hadiah yang di dapatnya itu.Eits,,, tapi tunggu dulu,, bukannya Mami Ana sering menyebuit kalau Hendrik itu pria tua? Mami Ana yang salah atau matanya yang bermasalah karena melihat pria yang tadi di datanginya adalah pria muda dan tampan."Ah sudahlah, mau tua atau muda dan tampan sekali pun yang jelas pria itu berengsek!" umpatnya merasa kesal.Sementara di ruang karaoke pria yang tadi tiba-tiba di datangi Risa dan di semprot tanpa basa basi itu langsung menyingkirkan wanita yang masih bertengger di atas tubuhnya itu,"Sudahlah, menyingkir dari tubuhku!" titah pria itu mendorong Nita si pemandu karaoke paling top di klub itu hingga tubuhny
"Hai, sayang!" sapa Monik saat melihat Juan yang ternyata sudah menunggunya di parkiran rumah sakit."Kok, gak masuk aja ke ruang praktek ku, atau nunggu di loby?" tanya tunangan Juan yang sudah hampir lima tahun bersama itu."Di dalam gak bisa ngerokok!" jawab Juan datar, sambil mengacungkan rokok yang kini sedang di hisapnyasambil berdiri bersandar ke body mobilnya, sejurus kemudian dia melempar puntung rokok di bawah kakinya dan menginjaknya dengan ujung loafer mahalnya."Ishh, masih aja merokok, gak sehat tau! Kamu mau nanti terkena kangker--""Apa kau masih mau memberi penyuluhan tentang bahaya rokok atau mau langsung pergi dengan ku?" Tatapan Juan tajam dan dingin, membuat Monika mengatupkan mulutnya dengan seketika, sungguh dia tahu dan pahamsekali jika Juan bertunangan dengannya hanya karena paksaan orang tuanya, terutama hanya ingin menjalankan wasiat terakhir ayahnya saja, sehingga Monika Harus bisa terima dan bersabar meski Juan se
Tepat pukul 8 malam Juan sudah ada di klub, dia tak lagi menuju ruang Karaoke seperti biasanya, namun langung ke area bar yang jarang sekali dia sambangi, Juan merasa kurang nyaman dengan area Bar yang memungkinkan dirinya bertemu dengan banyak orang yang di kenalnya, dia lebih suka di ruang karaoke karena lebih privat baginya, lagi pula di ruang karaoke dia bisa mendapatkan semua yang menjadi tujuannya, musik, alkohol, dan wanita."Maaf tuan, Erisa masih berada di ruang ganti, sekitar satu jam lagi dia baru akan tampil." Ujar salah satu bartender yang meracikkan segelas minuman untuk Juan memberi tahu, secara tidak langsung dia pun ingin mengatakan kalau dirinya terlalu pagi untuk datang ke sebuah klub malam.Entahlah, Juan merasa begitu bersemangat malam ini, saampai dia tak sadar kalau waktu masih menunjukkan pukul 8 malam, dia begitu penasaran dengan penampilan Erisa jika di atas panggung, penasaran dengan suara nyanyiannya, dan penasaran saat membayangkan jika
Mami ana bergegas menghampiri Risa yang baru saja sampai di ruang ganti pakaian."Erisa, apa kamu bosan bekerja di sini, atau kamu malah bosan hidup?" tanya Ana dengan wajahnya yang sudah di liputi amarah yang tak bisa lagi dia sembunyikan pada Risa."Apa maksudnya Mami, kenapa tiba tiba marah padaku tanpa sebab yang jelas?" ujar Risa dengan ekspresi kagetnya."Ah Erisa,,, kenapa kamu membuat keributan dengan tuan Juan di karaoke kemaren?" tatar Ana."TUan Juan? Karaoke?" Risa mengernyitkan dahinya, salah satu alisnya terangkat karena merasa sangat bingung dan tak mengerti dengan apa yang sedang di bicarakan mami Ana saat ini."Iya kemarin katanya kamu mengganggu tuan Juan saat sedang berada dalam ruang karaoke,""Tidak, aku tidak pernah mengganggu siapapun, apalagi siapa itu tuan Juan, aku bahkan tak mengenalnya, aku hanya mengermbalikan kunci mobil pemberian Hendrik, setelah itu sudah, aku pergi, tak ada ketemu Juan atau sia
"Aku bukan berhala, untuk apa kau sembah, aku hanya punya dua pilihan untuk mu, tidur dengan ku atau kencan selama dua minggu dengan ku?" ucap Juan memberi dua pilihan sulit untuk di pilih Risa saat ini.Lemaslah sudah kaki Risa kini, sesuai dengan yang dia pikirkan di kepalanya, pembicaraan ini ujung ujungnya pasti urusan ranjang dan hal itu memang tak membuatnya kaget lagi, baginya semua pria sama saja, yang ada di otaknya hanya seputar urusan organ bawah perut.Namun untuk pilihan kedua, rasanya terlalu ambigu di pikiran Risa, karena kata 'kencan' yang biasanya dia tahu adalah kata lain atau memperhalus dari ajakan tidur bareng dari pria pria berengsek semacam Juan."Kencan? Apa maksudnya dengan kencan?" Risa mengangkat sebelah alisnya, menunjukkan wkspresi bingungnya."Jadi kekasih ku selama dua minggu ke depan," ujar Juan, entah apa yang tengah dia rencanakan saat ini."Menjadi kekasih mu selama dua minggu,,,, tapi tak harus tid
"Ayo kita bicarakan peraturannya dari sekarang apa yang harus kau lakukan selama dua minggu ke depan selama kau berkencan dengan ku," Juan mendudukan dirinya di kursi, mentap Erisa yang masih berdiri dengan angkuhnya di hadapannya."Yang pertama, kau harus menjadi asisten pribadi ku di kantor selama dua minggu, sabtu minggu karena kantor libur, kau harus membantu pekerjaan di apartemen ku, atau kita bisa menghabiskan hari dengan kencan seperti kebanyakan orang seperti makan, nontion, jalan, seperti itulah!" sambung Juan."Cih, sepertinya anda bukan ingin mengajak ku berkencan, tapi lebih ingin asisten gratisan, apa di kantor mu kekurangan pekerja? Atau anda sudah tak mampu membayar asisten sehingga menggunakan aku, dengan alasan kesalahan yang aku lakukan?" Cibir Erisa dengan nada mengejeknya."Katakan berapa banyak kau ingin di bayar?" Ujar Juan dengan mata yang memandang tajam ke arah Erisa yang sejak awal seperti sangat anti dan selalu menghundari
Erisa menutupi telinganya dengan bantal, suara dering ponsel yang dia simpan di nakas dekat tempat tidurnya dirasa mengganggu tidurnya yang rasa-rasanya baru dua atau tiga jam saja, matanya masih terasa berat dan rapat sehingga dia merasa suara dering ponselnya itu sebuah gangguan.Sayangnya suara dering ponselnya tidak kunjung berhenti, membuat mau tidak mau akhirnya tangan Erisa terulur mencari-cari keberadaan ponselnya lantas menggeser tombol hijau di layar benda pipih itu dengan mata yang masih terpejam."Arrrggggh,,, orang berengsek mana yang menelpon ku pagi buta begini!" gerutu Erisa, yang tanpa sadar jika gerutuannya itu di dengar oleh si penelpon dari ujung telepon sana."Bangunlah,,, aku sudah berdiri di depan pintu kost mu dari setengah jam yang lalu, kalau tidak aku akan mendobraknya!" suara lantang dari ujung telepon itu membuat mau tidak mau Erisa terpaksa membuka matanya meski masih terasa lengket."Berengsek, siapa ini?" dumel Eris
Byurrrrr!Segelas orange jus yang tadinya berada di meja, secepat kilat kini isinya berpindah ke wajah Erisa yang tidak menyangka jika wanita di hadapannya akan berbuat nekat seperti itu. "Ah,,,berengsek! Apa-apaan ini!" kesal Erisa yang langsung berdiri dari tempat duduknya dan spontan menjambak rambut Monika yang tergerai, "Coba-coba mencari masalah dengan ku, huh?" sambung Erika dengan nafas yang memburu karena amarah."Auwww,,, sayang,,, tolong aku! Dia menyakiti ku!" teriak Monik sambil menahan rasa sakit di kulit kepalanya, akibat jambakan Erisa yang menggunakan kekuatan supernya.Namun sayangnya Juan hanya diam tidak perduli, meskipun banyak pasang mata menonton keributan yang di lakukan kedua wanita yang sedang berkelahi hebat di hadapannya, seolah dia merasa bangga menjadi objek yang di perebutkan oleh dua wanita cantik itu.Tanpa melepaskan tangan kirinya yang masih menjambak rambut Monika, tangan kanan Erisa meraih kopi bekas
Byurrrrr!Segelas orange jus yang tadinya berada di meja, secepat kilat kini isinya berpindah ke wajah Erisa yang tidak menyangka jika wanita di hadapannya akan berbuat nekat seperti itu. "Ah,,,berengsek! Apa-apaan ini!" kesal Erisa yang langsung berdiri dari tempat duduknya dan spontan menjambak rambut Monika yang tergerai, "Coba-coba mencari masalah dengan ku, huh?" sambung Erika dengan nafas yang memburu karena amarah."Auwww,,, sayang,,, tolong aku! Dia menyakiti ku!" teriak Monik sambil menahan rasa sakit di kulit kepalanya, akibat jambakan Erisa yang menggunakan kekuatan supernya.Namun sayangnya Juan hanya diam tidak perduli, meskipun banyak pasang mata menonton keributan yang di lakukan kedua wanita yang sedang berkelahi hebat di hadapannya, seolah dia merasa bangga menjadi objek yang di perebutkan oleh dua wanita cantik itu.Tanpa melepaskan tangan kirinya yang masih menjambak rambut Monika, tangan kanan Erisa meraih kopi bekas
Erisa menutupi telinganya dengan bantal, suara dering ponsel yang dia simpan di nakas dekat tempat tidurnya dirasa mengganggu tidurnya yang rasa-rasanya baru dua atau tiga jam saja, matanya masih terasa berat dan rapat sehingga dia merasa suara dering ponselnya itu sebuah gangguan.Sayangnya suara dering ponselnya tidak kunjung berhenti, membuat mau tidak mau akhirnya tangan Erisa terulur mencari-cari keberadaan ponselnya lantas menggeser tombol hijau di layar benda pipih itu dengan mata yang masih terpejam."Arrrggggh,,, orang berengsek mana yang menelpon ku pagi buta begini!" gerutu Erisa, yang tanpa sadar jika gerutuannya itu di dengar oleh si penelpon dari ujung telepon sana."Bangunlah,,, aku sudah berdiri di depan pintu kost mu dari setengah jam yang lalu, kalau tidak aku akan mendobraknya!" suara lantang dari ujung telepon itu membuat mau tidak mau Erisa terpaksa membuka matanya meski masih terasa lengket."Berengsek, siapa ini?" dumel Eris
"Ayo kita bicarakan peraturannya dari sekarang apa yang harus kau lakukan selama dua minggu ke depan selama kau berkencan dengan ku," Juan mendudukan dirinya di kursi, mentap Erisa yang masih berdiri dengan angkuhnya di hadapannya."Yang pertama, kau harus menjadi asisten pribadi ku di kantor selama dua minggu, sabtu minggu karena kantor libur, kau harus membantu pekerjaan di apartemen ku, atau kita bisa menghabiskan hari dengan kencan seperti kebanyakan orang seperti makan, nontion, jalan, seperti itulah!" sambung Juan."Cih, sepertinya anda bukan ingin mengajak ku berkencan, tapi lebih ingin asisten gratisan, apa di kantor mu kekurangan pekerja? Atau anda sudah tak mampu membayar asisten sehingga menggunakan aku, dengan alasan kesalahan yang aku lakukan?" Cibir Erisa dengan nada mengejeknya."Katakan berapa banyak kau ingin di bayar?" Ujar Juan dengan mata yang memandang tajam ke arah Erisa yang sejak awal seperti sangat anti dan selalu menghundari
"Aku bukan berhala, untuk apa kau sembah, aku hanya punya dua pilihan untuk mu, tidur dengan ku atau kencan selama dua minggu dengan ku?" ucap Juan memberi dua pilihan sulit untuk di pilih Risa saat ini.Lemaslah sudah kaki Risa kini, sesuai dengan yang dia pikirkan di kepalanya, pembicaraan ini ujung ujungnya pasti urusan ranjang dan hal itu memang tak membuatnya kaget lagi, baginya semua pria sama saja, yang ada di otaknya hanya seputar urusan organ bawah perut.Namun untuk pilihan kedua, rasanya terlalu ambigu di pikiran Risa, karena kata 'kencan' yang biasanya dia tahu adalah kata lain atau memperhalus dari ajakan tidur bareng dari pria pria berengsek semacam Juan."Kencan? Apa maksudnya dengan kencan?" Risa mengangkat sebelah alisnya, menunjukkan wkspresi bingungnya."Jadi kekasih ku selama dua minggu ke depan," ujar Juan, entah apa yang tengah dia rencanakan saat ini."Menjadi kekasih mu selama dua minggu,,,, tapi tak harus tid
Mami ana bergegas menghampiri Risa yang baru saja sampai di ruang ganti pakaian."Erisa, apa kamu bosan bekerja di sini, atau kamu malah bosan hidup?" tanya Ana dengan wajahnya yang sudah di liputi amarah yang tak bisa lagi dia sembunyikan pada Risa."Apa maksudnya Mami, kenapa tiba tiba marah padaku tanpa sebab yang jelas?" ujar Risa dengan ekspresi kagetnya."Ah Erisa,,, kenapa kamu membuat keributan dengan tuan Juan di karaoke kemaren?" tatar Ana."TUan Juan? Karaoke?" Risa mengernyitkan dahinya, salah satu alisnya terangkat karena merasa sangat bingung dan tak mengerti dengan apa yang sedang di bicarakan mami Ana saat ini."Iya kemarin katanya kamu mengganggu tuan Juan saat sedang berada dalam ruang karaoke,""Tidak, aku tidak pernah mengganggu siapapun, apalagi siapa itu tuan Juan, aku bahkan tak mengenalnya, aku hanya mengermbalikan kunci mobil pemberian Hendrik, setelah itu sudah, aku pergi, tak ada ketemu Juan atau sia
Tepat pukul 8 malam Juan sudah ada di klub, dia tak lagi menuju ruang Karaoke seperti biasanya, namun langung ke area bar yang jarang sekali dia sambangi, Juan merasa kurang nyaman dengan area Bar yang memungkinkan dirinya bertemu dengan banyak orang yang di kenalnya, dia lebih suka di ruang karaoke karena lebih privat baginya, lagi pula di ruang karaoke dia bisa mendapatkan semua yang menjadi tujuannya, musik, alkohol, dan wanita."Maaf tuan, Erisa masih berada di ruang ganti, sekitar satu jam lagi dia baru akan tampil." Ujar salah satu bartender yang meracikkan segelas minuman untuk Juan memberi tahu, secara tidak langsung dia pun ingin mengatakan kalau dirinya terlalu pagi untuk datang ke sebuah klub malam.Entahlah, Juan merasa begitu bersemangat malam ini, saampai dia tak sadar kalau waktu masih menunjukkan pukul 8 malam, dia begitu penasaran dengan penampilan Erisa jika di atas panggung, penasaran dengan suara nyanyiannya, dan penasaran saat membayangkan jika
"Hai, sayang!" sapa Monik saat melihat Juan yang ternyata sudah menunggunya di parkiran rumah sakit."Kok, gak masuk aja ke ruang praktek ku, atau nunggu di loby?" tanya tunangan Juan yang sudah hampir lima tahun bersama itu."Di dalam gak bisa ngerokok!" jawab Juan datar, sambil mengacungkan rokok yang kini sedang di hisapnyasambil berdiri bersandar ke body mobilnya, sejurus kemudian dia melempar puntung rokok di bawah kakinya dan menginjaknya dengan ujung loafer mahalnya."Ishh, masih aja merokok, gak sehat tau! Kamu mau nanti terkena kangker--""Apa kau masih mau memberi penyuluhan tentang bahaya rokok atau mau langsung pergi dengan ku?" Tatapan Juan tajam dan dingin, membuat Monika mengatupkan mulutnya dengan seketika, sungguh dia tahu dan pahamsekali jika Juan bertunangan dengannya hanya karena paksaan orang tuanya, terutama hanya ingin menjalankan wasiat terakhir ayahnya saja, sehingga Monika Harus bisa terima dan bersabar meski Juan se
"Dasar pria sakit jiwa, bisa bisanya dia merayu ku dengan begitu gencarnya sementara dia masih menaikkan wanita lain di atas tubuhnya, gannteng sih ganteng, tapi kalau kelakuannya berengsek kaya gitu, amit amit tujuh turunan!" gerutu Risa di sepanjang jalan saat keluar dari ruang karaoke setelah dia mengembalikan hadiah yang di dapatnya itu.Eits,,, tapi tunggu dulu,, bukannya Mami Ana sering menyebuit kalau Hendrik itu pria tua? Mami Ana yang salah atau matanya yang bermasalah karena melihat pria yang tadi di datanginya adalah pria muda dan tampan."Ah sudahlah, mau tua atau muda dan tampan sekali pun yang jelas pria itu berengsek!" umpatnya merasa kesal.Sementara di ruang karaoke pria yang tadi tiba-tiba di datangi Risa dan di semprot tanpa basa basi itu langsung menyingkirkan wanita yang masih bertengger di atas tubuhnya itu,"Sudahlah, menyingkir dari tubuhku!" titah pria itu mendorong Nita si pemandu karaoke paling top di klub itu hingga tubuhny
Risa bunga desa yang tak hanya memiliki paras yang cantik jelita, namun juga mempunya suara merdu, sejak kecil cita-citanya ingin menjadi biduan terkenal sekelas diva-diva yang sering dia lihat di televisi, namun apa daya di usianya yang hampir menginjak 22 tahun dirinya masih saja menjadi biduan kampung yang hanya bernyanyi dari panggung ke panggung di setiap acara hajatan dengan upah yang tak seberapa.Ayahnya sudah meninggal sejak dirinya masih duduk di bangku kelas 2 SMU, dan meninggalkan seorang adik perempuan yang kini sudah masuk sekolah dasar. Ibunya Rosidah terpaksa harus berjualan sayur di emperan pasar demi menghidupi kedua anaknya, karena uang hasil manggung Risa yang tak cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari, apalagi dirinya tak punya jadwal manggung yang pasti, hanya sesekali kalau ada hajatan atau acara pemilihan kepala desa saja.Berangkat dari kekurangan ekonomi yang di alaminya dan hasrat ingin memperbaiki ekonomi keluarganya agar ibu