******
Xavera terus tersenyum menatap lekat Tezza dengan ekspresi wajah manja membuat pria muda itu menahan diri untuk tidak muntah. Demi Tuhan, Tezza rasanya ingin segera angkat kaki dari sana tidak tahan dengan kelakuan wanita aneh bin ajaib itu, tetapi entah kenapa wanita di hadapannya ini seperti memiliki magnet dan juga ribuan cara agar dia tetap diam di sana menuruti setiap kemauan wanita itu.
Pria itu memalingkan wajah karena cukup gerah karena terus ditatap tanpa henti. Ia menatap ke sekelilingnya dan mendapati beberapa pria di sana menatap ke arah Xavera dengan tatapan buas dan liar, seakan ingin menelanjangi wanita yang duduk di hadapannya ini. Tezza melirik pakaian wanita di depannya, sebenarnya penampilannya cukup sopan. Wanita itu mengenakan dress hijau formal di atas lutut, hanya saja ketika duduk cukup memperlihatkan sebagian pahanya. Tezza sengaja melempar serbet yang ada di atas meja ke pangkuan Xavera membuat wanita itu terkejut dan ingin mengumpat kasar pada pria itu, tapi tertahan akibat ucapan singkat Tezza.
"Tutupi paha algojo milikmu itu," perintah Tezza singkat.
Xavera yang mendengarnya lantas membelalakkan mata pada Tezza sembari mengambil serbet di pahanya. Wanita itu menatap lekat serbet yang kini dalam genggamannya dan mencoba mencerna ucapan pria itu. Seolah bisa dengan mudah membaca isyarat mata yang diberikan Tezza, Xavera segera melebarkan serbet itu dan menutupi sebagian pahanya yang terbuka lebar dengan mengulum senyum malu-malu.
Tezza menyadari jika wanita yang duduk di depannya itu cukup menarik perhatian para pria hidung zebra yang ada di sana. Pria itu juga menelisik Xavera dari ujung rambut sampai separuh tubuhnya yang sebagian tertutup oleh meja. Xavera mengangkat sebelah alisnya dan menggigit bibirnya dengan gerakan menggoda pada Tezza.
"Kenapa kamu ngeliatin aku gitu amat? Mulai jatuh cinta ya? Kalo iya, aku bersyukur banget. Jadi, aku gak susah payah buat ngeluluh lantain hati kamu," ucap wanita itu penuh percaya diri dan tanpa rasa malu.
Tezza memutar bola mata lantas menggeleng tidak habis pikir dengan ucapan Xavera. Tingkat kepercayadirian wanita di depannya begitu tinggi bahkan tidak tertandingi sepertinya dengan makhluk Tuhan lain. Tezza harus meningkatkan kesabarannya untuk menghadapi wanita aneh dan mungkin sedikit terkena gangguan jiwa di hadapannya itu.
"Jangan terlalu percaya diri, Tante. Saya sama sekali tidak memiliki minat padamu.” Jawaban sangat pedas keluar dari mulut Tezza membuat Xavera harus menelan saliva karena terkena mental saat itu juga.
*****
Xavera menarik napas lalu mengembuskan sambil mengepalkan telapak tangannya menahan emosi yang siap muncrat kapan saja. Mulut berondong dingin-dingin empuk di depannya itu tajam bak pisau pemotong leher sapi.
Baru saja Xavera merasa senang hampir melayang karena perhatian yang diberikan Tezza padanya karena menyuruh menutupi pahanya dengan serbet, meskipun dengan embel-embel paha algojo, tetapi setelah itu ia didorong ke dasar jurang dengan begitu tega.
'Setan! Baru juga gue ngerasa terbang melayang ke angkasa, tau-tau gue dihempas lagi ke dasar jurang. Mulutnya pedes banget kayak cabe setan!' umpat Xavera dalam batinnya.
"Jadi, kenapa kamu ngeliatin aku segitunya kalo gak jatuh cinta?" tanya wanita itu penasaran.
"Usiamu berapa sekarang?" tanya Tezza menaikkan sebelah alisnya.
Xavera mendadak merasa insecure mendengar pertanyaan menohok Tezza padanya. Ia takut pria itu akan lari terbirit-birit saat mendengar jawabannya atau bahkan akan menghinanya.
"Usia kamu sendiri berapa sekarang?" Xavera bertanya balik pada Tezza.
"Nineteen," jawab Tezza singkat dan cepat.
Xavera sukses tersedak salivanya sendiri mendengar jawaban Tezza.
'Anjim! Beneran kayak gue tantenya kalo kayak gini. Sialan! Beda 11 tahun, kampret!' umpat Xavera dalam batinnya.
"I'm--thirthy," lirih Xavera sambil menunduk.
Wanita itu ingin menutup kedua telinganya, takut dengan jawaban yang akan diberikan Tezza setelah tahu usianya. Xavera perlahan mengangkat wajah dan melirik Tezza yang hanya duduk diam sambil melipat kedua lengan ke depan dada memperhatikan Xavera kembali.
"Gak ada yang mau kamu ucapin lagi gitu---sama aku? Setelah kamu tau usiaku?" pancing Xavera.
Tezza mengedikkan bahunya seolah tidak peduli.
"Kamu bukan asli orang Indonesia?" Xavera mulai mengorek-orek informasi tentang Tezza.
"Hm!" Tezza hanya menjawab dengan gumaman.
Xavera mengangguk dan membatin, ‘bener-bener manusia irit suara. Buat jawab iya aja kayaknya susah banget. Nih orang selain angkuh, dia juga kayak kanebo kering—kaku banget.’
"Kamu datang ke sini buat liburan? Atau kuliah?" selidik Xavera.
"Something! Sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan orang asing."
Jawaban singkat Tezza itu kini sama sekali tidak membuat Xavera tersinggung. Ia menghargai pria itu untuk tidak menjelaskan secara rinci. Ia cukup tahu diri dan kembali mencoba mencairkan suasana di antara mereka berdua.
"Baiklah, it’s okay. Soon, aku juga bakal tau apa yang kamu kerjain, ‘kan kita jodoh," ucap Xavera sambil menaik turun alisnya mencoba menggoda Tezza.
Tezza hanya bisa menggelengkan kepala mendengar ucapan dan ekspresi Xavera padanya.
Makanan pesanan mereka dihidangkan satu per satu, Xavera menatap lekat dengan memasang ekspresi sangar kepada wajah pelayan wanita itu agar tidak mencuri lirik pada jodohnya.
"Kenapa Tante bisa ada di sini?" tanya Tezza santai sambil memotong steaknya.
Xavera spontan terbatuk-batuk karena tersedak salivanya sendiri. Panggilan jahanam itu meluncur bebas dari mulut Tezza untuknya. Pria itu dengan baik hati menyodorkan segelas air putih ke hadapan Xavera.
"Makan tidak perlu terburu-buru. Tidak ada yang akan mengambilnya," ujar Tezza.
'Mulut cabe setan! Semua ini karena mulut jahanam elo itu manggil gue tante. Sialan banget! Kenapa sih manggil gue tante mulu.' Caci maki Xavera dalam batinnya.
"Panggil aku Xave aja, gak usah pake embel-embel tante. Kamu bukan keponakanku, tapi kamu itu jodoh aku. Atau aku lebih suka kalo kamu manggil aku, 'Sayang'," kata Xavera penuh penekanan.
“Sangat tidak sopan menyapa orang yang lebih tua dengan memanggil nama. Bukankah begitu jika di sini?” Xavera mengembuskan napas beratnya mendengar jawaban Tezza.
"Tapi aku rela gak disopanin sama kamu. Dua rius deh!" kata wanita itu terus mencoba sabar.
"Lalu jawabannya? Kenapa kau bisa ada di sini? Sangat sulit mempercayai jika ini sebuah kebetulan,” tuding Tezza.
Xavera berdecak. "Tadinya aku ada jadwal temu klien, tapi tiba-tiba jadwalnya di-cancel. Dia ada jadwal syuting mendadak. Jadi, ya gitu deh. Aku sudah terlanjur di sini dan ngeliat kamu, si jodoh aku, mangkanya aku samperin." Cerita Xavera dan Tezza hanya mengangguk.
Keduanya kembali melanjutkan menyantap makanannya dengan damai dan tentram. Tezza seolah menyadari, jika orang-orang di dalam restoran itu menatap mereka berdua. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya, Tezza merasa diperhatikan oleh orang-orang selama berada di Indonesia dan kini ia memiliki kesempatan untuk bertanya pada orang yang sudah terbiasa hidup di Indonesia, mengingat wajah Xavera bukan asli orang pribumi.
"Apa semua orang di sini kalau melihat yang good looking akan menatapnya terus menerus?" Xavera yang begitu peka langsung menatap sekitarnya.
Wanita cantik nan seksi itu menaruh garpu dan pisaunya lalu menyangga dagu dengan kedua telapak tangannya memandang lekat Tezza.
"Tentu saja. Jika mereka manusia normal pasti akan melakukan hal seperti itu, bahkan makhluk Tuhan yang melenceng pun akan seperti itu," jawab Xavera dengan senyum menggoda Tezza.
Tezza berdecak. "Saya tidak suka diperhatikan sedemikian rupa. Itu adalah hal yang sangat menyebalkan!" gerutu Tezza.
Xavera terkekeh. “Orang gak akan peduli. Mereka ah—tidak, termasuk aku, akan sangat senang memperhatikan pria tampan, apalagi pria itu, kamu.” Xavera mengedipkan sebelah matanya dan Tezza sama sekali tidak terpengaruh.
Tezza berdiri dan berjalan menuju kasir, sedangkan Xavera mengamati pria muda itu dengan saksama. Ia memperhatikan punggung lebar, postur tubuh Tezza sangat proposional dan masuk dalam kriteria pria yang ia cari selama ini. Akan tetapi, pikiran Xavera tiba-tiba tersadar dengan apa yang dilakukan Tezza saat itu, wanita itu tidak berharap pesanannya akan dibayar oleh Tezza karena seharusnya ia yang membayar semuanya karena ia yang mengajak Tezza makan.
"Saya mau pulang. Kau bisa lanjutkan sendiri makannya," pamit Tezza sambil mengambil gitar yang diletakkan di kursi.
Lengannya dicekal Xavera. "Kamu bayarin makanan aku?" tanya Xavera bingung.
"Iya," jawab Tezza singkat.
"Kenapa dibayari? Seharusnya aku yang bayari, ‘kan aku yang ngajak kamu makan," protes Xavera.
Wanita itu cukup tahu diri. Tezza bisa jadi hanya mahasiswa yang memiliki uang jajan pas-pasan karena dulu juga ia sewaktu seusia Tezza seperti itu. Jadi, ia akan sangat memaklumi jika dirinya yang membayar makanan mereka.
"Apa hal sepele seperti ini harus diributkan? Kekanakan sekali," keluh Tezza melangkah meninggalkan Xavera.
Wanita itu menganga mendengar ucapan Tezza yang begitu dewasa sama sekali tidak seperti pikiran kebanyakan pria seusianya. Lagi pula, bahasa yang dipakai Tezza sama sekali tidak berlebihan dan benar-benar elegan. Xavera semakin bertekad tidak akan melepaskan jodohnya. Ia akan mengejarnya sampai benar-benar ia dapatkan.
"Tunggu!" jerit Xavera pada Tezza yang berjalan dengan langkah lebar di depannya.
Sepatu tinggi terkutuk yang dipakai Xavera membuatnya tertatih-tatih untuk mengejar ketertinggalan langkah Tezza yang lebih dulu.
"Anjir! Sakit banget lagi kaki gue. Bener-bener sialan ini sepatu!" gerutu Xavera sambil tertatih berjalan menahan rasa perih di bagian tumit kakinya.
Ia terus berjalan menunduk melihat bagian belakang tumit kakinya dan tanpa ia sadari menabrak tubuh seseorang. Bak di drama Korea atau Cina, bokong seksi Xavera terselamatkan, tidak jadi terhempas di lantai karena lengannya ditahan oleh orang itu. Adegan sangat romantis membuat wajah Xavera memanas.
"Apa kau punya kebiasaan menabrak orang? Sepertinya kau suka sekali melakukan itu," tanya Tezza ketus dengan sebelah alis terangkat.
Xavera hanya mengulum senyum menahan malu dan juga meringis menahan sakit di kakinya.
Tezza melirik ke arah tumit Xavera dan menarik wanita itu untuk duduk di kursi kosong yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Pria muda itu berjongkok di depan Xavera dan melepas sepatu yang dikenakan Xavera.
"Eh—mau apa?" tanya Xavera terkejut.
"Kasih plester. Tumit kakimu lecet dan sedikit berdarah," jawab Tezza membuat Xavera speechless.
Jantung Xavera berdetak begitu kencang. Pipinya memanas dan sudah pasti memerah. Perlakuan manis dan gentlemen yang dilakukan Tezza persis seperti harapan Xavera selama ini dari mantan-mantan kekasihnya. Tezza terlihat angkuh, sangat irit bicara dan cenderung dingin, tapi ia selalu melakukan tindakan yang bisa melelehkan hati kaum hawa.
'Jantung gue kayaknya mau lepas!' batin Xavera sambil bersorak girang.
*****
Hallo, jangan lupa kasih komentar dan juga review buat cerita ini yah ^^Terima kasih banyak semuanya :)*****Setelah adegan seperti di dalam drama Korea atau Cina, Xavera mengamati lekat-lekat plester di tumitnya dan memandangi wajah Tezza yang bak tembok, rata tidak memiliki ekspresi asam manis pahit. Sikap dingin dan angkuh yang ditampilkan oleh Tezza bisa membuat nyali orang yang melihatnya menciut, tapi tidak berlaku pada Xavera. Tidak ada rasa takut yang muncul di dirinya, yang ada hanyalah rasa penasaran yang kian menjadi-jadi ingin kenal lebih dekat dengan pria muda itu."Ukuran kaki berapa?" Pertanyaan yang diajukan Tezza secara tiba-tiba membuat Xavera tersentak dari lamunannya."Hah?! Apa? Gimana? Nanya apa tadi?" Xavera bertanya balik dengan wajah kagetnya."Ukuran kaki algojo ini berapa?" Ulang Tezza sambil menunjuk telapak kaki Xavera."Empat puluh dua," jawab Xavera spontan.Tezza ber
*****Tezza berhasil mengantarkan Xavera sampai ke lobi apartemen wanita itu. Benar saja apa yang dikatakan wanita yang sedang berusaha untuk turun dari motornya, jika apartemen mereka berdekatan. Ini adalah murni sebuah kebetulan, tidak mungkin wanita itu menyewa apartemen di sana hanya untuk mengelabuhinya. Xavera memegang lengan Tezza erat dan berusaha untuk turun dari jok motor yang cukup tinggi itu. Wanita itu khawatir, ia akan jatuh saat menjulurkan kakinya ke tanah. Pinggangnya cukup terasa panas dan pegal karena duduk miring di atas motor sport itu karena ia tidak terbiasa, bahkan itu adalah pertama kalinya Xavera menumpang di kendaraan roda dua yang mirip seperti yang dikendarai oleh Valentino Rossi.Xavera sibuk mengobrak abrik isi tasnya lalu menatap Tezza dengan ekspresi wajah cemas membuat Tezza mengerutkan kening."Sayang, pinjem ponsel kamu dong. Ponsel aku ke mana yah? Kok gak ada di tas aku," ucap Xavera terlihat panik dan denga
Please banget, jangan lupa buat kasih komentar dan juga review bintang 5 buat cerita ini yah.Kalo baik hati boleh juga kirimin GEM tiap hari tanpa batas ^^Tengcuu muaaah*****Masuk ke dalam apartemennya, Xavera berjingkrak-jingkrak kegirangan. Wanita itu berputar-putar sambil memeluk erat helm pemberian Tezza ke dalam pelukannya, bahkan ia menciumi helm itu tanpa sadar."Anjrit! Lupa—ini helm penuh polusi malah gue ciam cium." Xavera bermonolog sambil mencoba membersihkan bibirnya."Icikiwirr! Gue ngerasa jadi ABG lagi kalo kayak gini tiap hari. Ngegebet cowok yang dingin-dingin empuk yang mulutnya pedes nampol kayak cabe setan, tapi bikin gue makin ketagihan dan bersemangat buat ngejadiinnya jodoh,""Tuhan—kalo boleh milih, kayaknya gue dinikahi aja sama Tezza. Gak apa-apa deh beda sebelas tahun, asal bikin bahagia terus." Doa Xavera sambil tersenyum lebar.Bagi wanita itu, tindakan T
Jangan lupa komentar dan reviewnya ya Ebebkuuuu*****Kedua bola mata Xavera membulat sempurna, rasa kantuknya hilang begitu saja saat membaca nama yang meneleponnya malam-malam begini.Mantanku Dajal 👿 is calling ....Xavera mengembuskan napas beratnya sebelum mengangkat panggilan itu. Wanita itu harus menahan diri untuk tidak terpancing emosi karena sikap bebal pria itu pada ucapannya."Baby, I miss you so bad!" "Baby bala-bala, please, jangan marah lagi. Ayo, kita sudahi perang dingin ini. Aku gak bisa diginiin sama kamu,""Aku gak kuat, aku gak mau, please, ayo kita balikan!" “Kamu mau apa? Nanti aku turuti, asal kamu gak ngambek-ngambek begini lagi.”Gejolak di dalam perut Xavera seakan ingin meledak saat mendengar ucapan lembut terkesan berlebihan keluar dari mulut seorang pria berbadan kekar dan bertampang g
HALLO! PLEASE JANGAN LUPA TINGGALIN KOMENTAR KALIAN DAN JUGA REVIEW BUAT CERITA INI YAH. HAPPY READING ^^*****"Dia bukan gebetan gue---" Xavera menggantung kalimatnya lalu menghadap Lea sepenuhnya dengan mata berbinar dan senyum lebar."Jadi?""Dia itu jodoh gue," kata Xavera antusias berbarengan dengan siraman jus jeruk ke wajahnya secara tiba-tiba.Tidak hanya Xavera dan Lea yang terkejut, tapi semua orang yang ada di restoran itu ikut terkejut dan menoleh, memperhatikan keributan yang tiba-tiba terjadi.Belum sempat Xavera membersihkan wajah dan bajunya yang basah akibat siraman jus jeruk tiba-tiba itu, kini pipinya kembali mendapatkan serangan dari sebuah telapak tangan. Seketika pipi Xavera terasa kebas dan memerah.Xavera memegangi pipi bekas tamparan, ia memilih diam dan menatap nyalang ke arah wanita memakai dress mini yang sama sekali
Hallo, jangan lupa tinggalin komentar, kasih ulasan buat cerita ini dan juga GEM yah. Thank you semuanya muaaah****Tezza menyampirkan jaket miliknya untuk menutupi bagian tubuh atas Xavera yang tercetak jelas pakaian dalamnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Xavera menoleh dan membelalakkan kedua bola matanya, tidak hanya wanita itu yang terkejut, tapi Lea, Kellan, Sarah dan semua orang di sana ikut terpana akan tindakan Tezza itu.Tezza menatap balik Xavera dan menaikkan sebelah alisnya.“Silakan lanjutkan pertengkarannya,” ucap Tezza santai.‘Dasar mulut cabe setan! Bisa-bisanya dia bicara kayak gitu di situasi kayak gini,’ rutuk Xavera dalam batinnya.Tidak bisa semudah itu Tezza pergi. Xavera dengan cekatan menahan lengan pria itu agar tetap berdiri di sampingnya. Kellan menatap tangan Xavera pada pria muda asing itu seketika tidak kuasa ingin mengamuk lagi."Kita b
Lea ternyata sudah sampai lebih dahulu dibanding Xavera atau Kellan, si empunya masalah. Ia mendesah lega karena masih memiliki waktu luang untuk melakukan video call dengan suaminya dan menceritakan secara singkat serta padat pada belahan jiwanya yang sedang berada di belahan benua lain. Menunggu sekitar dua menit lima belas detik, akhirnya wajah suami Lea muncul di layar ponselnya."Kakanda, kamu tau gak? Hari ini tuh, bener-bener kayak nano-nano," ujar Lea pada suaminya yang sedang bergelung di dalam selimut tanpa basa-basi."Hmm ... kenawhy, Adinda? Ada yang cipokan lagi di kafe? Apa mesum?" ceplos Aldebaran dengan suara serak setengah sadar.
*****Pembicaraan mereka seketika berhenti saat pegawai Lea mengantarkan minuman dan juga makanan kecil untuk mereka semua.Meskipun Sarah terdiam dengan hardikan Xavera, tetapi wanita itu tetap saja berani menatap Xavera dengan pandangan meremehkan. Akan tetapi, Xavera sendiri menatap Sarah seolah ingin mengunyah wanita itu karena terlalu kesal. Lagi pula, di ruangan tertutup itu, ia tidak perlu menjaga imagenya agar terlihat baik-baik saja. Jika saja, Sarah berani melakukan tindakan seperti di restoran tadi, Xavera tidak akan tinggal diam untuk memberikan balasan yang lebih parah.Ucapan berondong mulut cabe setan tadi cukup membuat Xavera sadar, jika dirinya tidak boleh tinggal diam. Xavera harus menjadi dirinya sendiri tanpa perlu anggapan dari orang lain. Bahkan di mata Tezza, Xavera adalah ratu iblis. Julukan yang mengerikan dan memang sebenarnya cocok dengan diri Xavera yang sebenarnya."Baby, kita datang ke sini buat ngomong dengan kepala
Happy Reading^^INI BAB ENDING, SUDAH MERANGKUM SEMUANYA DI BAB INI HEHEJADI, GAK AKAN ADA EKSTRA PART YAH! KALO PUN ADA, MUNGKIN NANTI DI VERSI CETAK ^^****Tidak ada yang tidak mungkin jika terus berusaha kerasSatu petuah yang cukup dipercayai oleh Xavera di dalam menjalani kesehariannya. Tinggal jauh dari orang tuanya membuat wanita itu tumbuh menjadi seorang pekerja keras, ambisius, penuh percaya diri dan bertekad kuat. Ia mencoba peruntungan untuk hidup di ibu kota yang cukup kejam. Bekerja keras jalur halal untuk mencapai semua impiannya. Setelah melewati masa-masa kehidupan yang penuh dengan masalah, sampai akhirnya Xavera di titik di mana ia mendapatkan apa yang ia inginkan.Selama dua bulan yang lalu, kehidupan Xavera berubah total. Dirinya benar-benar merasa sangat sibuk. Pernikahan antar ne
Happy reading ^^Phew! 1 bab lagi ending bener-bener ending yah! Gak ada ekstra part wkwkwkudah Shin rangkum jadi 1 bab aja. hehe*****Dengan wajah memberengut, Xavera yang telah berganti baju keluar dari kamar sambil menggeret dua koper besar di tangannya. Xavera berjalan tanpa menoleh ke arah Tezza yang sama sekali tidak memedulikannya meskipun pria muda itu sedang duduk di sofa. Xavera mendengkus kesal ketika tahu Tezza bergeming malah memilih menyandarkan punggung pada sofa sambil menonton televisi.“Kau mau pergi? Sekarang? Apa aku harus memesankan taksi untukmu?” Pertanyaan Tezza sukses membuat tanduk Ratu Iblis Xavera muncul begitu saja.Dada wanita itu naik turun menahan gejolak amarah yang sudah siap meledak. Xavera menatap Tezza seolah ingin mencabik-cabik pria muda itu sampai mati kehabisan darah.“Kenapa kau memandangku seperti itu? Apakah ada yang salah dengan ucapanku?” tanya Tezza lagi dengan e
2 bab lagi ending hehehe ^^SELAMAT MENGUCAPKAN SELAMAT TINGGAL DENGAN PASANGAN HEBOH INI!HAPPY READING ^^******Sudah kurang lebih dua minggu terakhir ini, Xavera tinggal satu atap bersama Tezza. Wanita itu begitu senang dan juga bahagia. Mereka seakan sedang berlatih menjadi pasangan suami istri harmonis. Xavera akan pergi bekerja pada pagi hari dan sore ketika pulang kerja akan disambut dengan wajah tampan pria berondong kesayangannya. Mereka menghabiskan waktu malam berdua dengan berbagai kegiatan, mulai dari memasak bersama sampai berolahraga ranjang pada malam hari.Hari Sabtu merupakan hari bermalas-malasan bagi Xavera. Wanita cantik itu libur bekerja dan seharian akan bersantai bersama Tezza. Xavera melingkarkan lengannya ke tubuh Tezza. Memeluk pria itu dengan posesif dan menghirup aroma parfum maskulin yang menjadi favoritnya saat ini. Wanita itu mendongakkan kepalanya menatap lekat Tezza."Kenapa?" ta
Happy Reading ^^Jangan lupa komentar yang banyak buat part ini :)*****Sarah tersenyum penuh arti. Semua yang telah ia rencanakan berjalan mulus tanpa kecurigaan yang berarti dari pihak Xavera. Wanita itu sengaja memancing Xavera keluar dari tempat persembunyiannya karena Sarah telah mengetahui jika Xavera saat ini tinggal di apartemen Tezza yang memiliki akses begitu ketat untuk ditembus. Pancingannya ternyata berhasil. Dirinya tersenyum penuh kemenangan melihat balasan pesan yang dikirimkan Lea padanya.“Ternyata begitu mudah buat mancing lo keluar kandang. Kalo tau begini, dari awal gue udah ngelakuin siasat ini, biar lebih cepet gue ngelenyapin lo dari dunia ini,” gumam Sarah sambil memainkan satu gelas berisi whisky di tangannya.“Kellan, lo harus berbangga diri karena punya pacar kayak gue.” Sarah bermonolog merasa bangga atas apa yang telah ia lakukan.*****Sarah sengaja memesan secara k
Finally, bisa update lagi ^^Jangan lupa banjirin kolom komentar yah!Happy reading*******“Gue baru dapet kabar tentang kecelakaan lo. Hasil penyelidikan menunjukkan adanya dugaan kesengajaan. CCTV di Kafe memperjelas kejadian itu. Polisi juga nemuin salah satu saksi mata yang ada di Tempat Kejadian Perkara,” jelas Lea.Xavera dan Tezza menyimak tanpa ingin menyela.“Polisi gak menyebutkan dalang dari kecelakaan itu, tapi entah kenapa otak gue tertuju ke salah satu musuh bebuyutan lo, Sarah,” ungkap Lea tanpa basa-basi.Xavera diam, tidak mengucapkan sepatah kata pun mendengar hasil pemikiran Lea yang tidak jauh berbeda dengan apa yang ada di dalam otaknya.“Dia satu-satunya orang yang patut dicurigai. Toh, dia yang keliatan benci banget sama elo, selain dia gak ada lagi yang ngebenci lo segitunya,” ucap Lea mengeluarkan uneg-uneg di d
Longtime no see!Tinggal 5 BAB menuju Ending!Cerita ini bakal Shin selesaiin bulan ini dan kemungkinan bakal ada versi cetaknya tahun 2022 heheheOkay! Happy Reading yah******Setelah pergulatan panjang semalam. Xavera berhasil lebih dahulu membuka matanya. Wanita seksi itu merasakan lengan kekar Tezza melingkari perut rampingnya. Sudut bibir Xavera tertarik ke atas. Pipinya bersemu merah ketika mengingat kejadian apa yang ia alami beberapa jam yang lalu.Bukan menangis meraung-raung karena segel apelnya dibuka, melainkan Xavera mencoba mencubit tangannya sendiri untuk memastikan jika ia tidak sedang berhalusinasi. Rasa sakit yang wanita cantik itu rasakan cukup membuatnya yakin jika pergulatan itu adalah sebuah kenyataan. Xavera merasa tidak ada rasa penyesalan, kekecewaan apalagi kesedihan yang timbul di dalam dirinya, melainkan rasa takut dan ragu yang membayanginya secara tiba-tiba. Wanita itu memikirkan kemungkinan buruk
Part spesial untuk semua pembaca Ratu Iblis dan Berondong mulut cabe setan. 🌝🌝🌝Part yang seharusnya gak ada, akhirnya jadi ada🥶🥶🥶Udahlah, pokoknya selamat menikmati sajian buah-buah segar di bab ini 💃🏻 sampe ketemu di bab-bab berikutnya yang segera akan Shin akhiriHappy Reading ❤️Baca gak review? Keterlaluan 🌝Baca gak komen? Bener-bener dah! 😭******"Kau mau pisang?" Bisikan Tezza yang tiba-tiba di telinga Xavera membuat wanita itu meloncat kaget dari tempatnya.
Happy reading ^^Jangan lupa tinggalin jejak komentar sebanyak-banyaknya di sini dan juga di review! Thank you ❤️****Sarah menutup telepon dengan kesal lalu membanting ponsel itu ke atas sofa. Ia berkacak pinggang, emosinya terbakar mendnegar jawaban yang diberikan Xavera. Kini Xavera seolah sedang menantangnya secara terang-terangan.Sarah tidak akan membiarkan wanita itu selamat lagi. Ia harus melenyapkan Xavera segera karena sudah membuatnya begitu kesal dan marah."Dasar jalaaang! Awas aja lo yah. Gue bakal bikin lo nyesel karena berurusan sama gue. Gue bakal lenyapin elo!" desis Sarah penuh tekad.Sarah mendekati ranjang dan mengelus lembut dahi Kellan yang tertidur pulas setelah mabuk berat. Pria itu terlihat begitu tena
Happy reading ^^Jangan lupa komentarnya yah!******Mungkin inilah waktu yang tepat dan yang didambakan oleh Xavera telah hadir. Tindakan berani dan agresif Tezza membuat Xavera tergerak untuk bertindak tidak jauh berbeda dengan pria muda itu lakukan.Tangannya bergerak untuk mengelus bagian dada Tezza lalu beralih perlahan ke pundak, kemudian melingkarkan tangannya di tengkuk Tezza. Pria muda nan tampan itu kembali menyelipkan lidahnya ke dalam mulut Xavera dan disambut antusias oleh wanita cantik itu.Tezza dengan pelan dan penuh kehati-hatian menggerakkan tangannya untuk membelai tulang rusuk Xavera dibalik pakaian yang masih dikenakan kekasih cantiknya itu. Tezza menatap kedua bola mata Xavera seolah meminta persetujuan wanita itu agar memperbolehkannya untuk menyentuh kedua gundukan bulat kenyal milik Xavera dan diberi anggukan samar sehingga Tezza tak ragu untuk melancarkan aksi liarnya.Xavera mendesah dengan napas yang