Adian berusaha mengobrak-abrik segala ingatannya tentang Erlin. Walau baru beberapa hari menjadi suami istri, tapi setidaknya hampir satu semester ini Erlin sudah menjadi mahasiswanya di kampus. Mana mungkin Adian tidak tahu sedikit pun tentang gadis itu.Adian mengingat bagaimana dia pernah memarahi Erlin karena terlambat. Dia juga pernah mengusir Erlin keluar dari kelas. Adian terus berusaha mengingat sampai menemukan satu nama orang yang terlihat selalu bersama dengan Erlin.“Windy. Kalau tidak salah nama gadis itu adalah Windy. Dia mahasiswa di kelas yang selalu bersama dengan Erlin. Apa mungkin aku hubungi saja Windy? Barangkali Erlin sedang ada bersamanya,” kata Adian bermonolog.Sebelum benar-benar harus menghubungi Windy, Adian lebih dulu mencoba untuk menghubungi nomor Erlin. Lebih baik jika mereka langsung berbicara berdua tanpa melibatkan orang lain. Apalagi dengan status pernikahan yang masih menjadi rahasia.Namun sekali dua kali tetap saja tidak ada respon dari Erlin. Ak
“Kebenarannya adalah Erlin istri saya. Ayo Erlin, kita pulang sekarang,” tegas Adian yang langsung menarik tangan Erlin untuk pergi.Sementara Windy masih mematung dalam ketidak percayaannya. Dia bingung memaknai sikap dan perkataan Adian. Tak punya kesempatan pula untuk meminta penjelasan dari temannya.Erlin hanya bisa menggigit bibir. Dia tidak menyangka Adian akan mengungkapkan status pernikahan mereka dengan mudahnya di hadapan Windy. Erlin mengerti Windy sangat terkejut. Bahkan sebelum pergi, tatapan mata temannya itu menyiratkan ada hutang penjelasan yang harus Erlin bayar di lain kesempatan.Erlin tidak berdaya selain mengikuti Adian masuk mobil. Dia tidak habis pikir dengan jalan pikiran Adian. Padahal Adian sendiri yang selalu menegaskan agar hubungan mereka dirahasiakan. Tapi nyatanya hari itu justru Adian yang membongkar semuanya.“Apa yang sudah Pak Adian lakukan tadi? Kenapa bapak mengungkapkan status pernikahan kita pada Windy? Apa bapak tidak khawatir hubungan kita aka
“Apa? Boom like dari Pak Adian? Kapan dia melakukannya?” kerling mata Erlin langsung membulat saat menatap layar ponsel. Dia cukup kaget saat melihat instagramnya dipenuhi notifikasi like dari akun Adian. Dia bahkan mendapati fakta baru bahwa Adian mulai menjadi followersnya.Erlin yang baru saja bangun tidur sontak langsung merasa segar seketika melihat itu. Dia memeriksa semua postingannya yang disukai oleh Adian. Kebanyakan adalah foto yang disukai adalah yang berkaitan dengan kegiatan kampus atau kegiatan ilmiah.“Seleranya kaku sekali,” gumam Erlin.Gadis itu perlahan turun dari tempat tidur. Dia mencari sosok Adian di beberapa tempat namun tak juga ditemukan. Entah ke mana laki-laki itu pergi. Erlin hanya ingat Adian keluar apartemen sejak menyuruhnya beristirahat.Tak menemukan Adian di dalam apartemen, Erlin pun tak lagi melakukan pencarian. Dia tidak mau terlalu peduli pada laki-laki itu. Jika memang sudah waktunya pulang, pasti Adian akan datang dengan sendirinya.Erlin mela
“Kalau kondisimu sudah terasa lebih baik, cepatlah bersiap,” titah Adian saat keluar dari kamar mandi. “Memangnya mau pergi ke mana, Pak?” tanya Erlin. “Ke rumah orang tuamu. Sejak menikah kita belum pernah mengunjungi mereka. Apa kamu tidak rindu?” “Tentu saja rindu,” jawab Erlin bersemangat. “Ya sudah ayo pergi ke sana.” “Baiklah. Saya akan siap dalam waktu singkat,” kata Erlin sembari bersorak riang. Gadis itu pun segera bersiap diri. Entah angin apa yang tiba-tiba membuat Adian mengajaknya berkunjung ke rumah orang tuanya. Erlin tidak tahu kalau Adian melakukan itu hanya untuk menghilangkan kecurigaan orang tua Erlin khususnya Gayatri. Setelah Erlin siap, mereka pun berangkat. Tidak ada pembicaraan khusus selama dalam perjalanan. Mereka hanya saling diam dan berkutat dengan isi pikirannya sendiri. Kedatangan Adian dan Erlin disambut gembira oleh Darman dan Gayatri. Gayatri langsung memeluk erat putri kesayangannya. Apalagi dia sempat sangat khawatir saat harus melepas Erlin
“Kamu bicara apa sih? Saya menyayangimu, Erlin” kata Adian sembari merengkuh tubuh Erlin dan membawa ke dalam pelukannya.Erlin begitu terkejut mendapatkan perlakuan seperti itu secara tiba-tiba. Dia tertegun dalam pelukan Adian. Perasaannya tak jelas seperti apa sekarang.Dia mendengar dengan baik kata-kata yang diucapkan Adian. Tidak tahu apakah dia harus percaya atau tidak. Ucapan Adian terdengar tulus. Tapi Erlin masih merasa heran saja dengan sikap Adian.Tidak hanya memeluk, Adian juga mengusap lembut punggung Erlin. Siapa yang tak merasa nyaman mendapatkan perlakuan demikian. Untuk sejenak Erlin tak mau memikirkan perihal kebenaran dan pertanyaan hati yang membingungkan. Dia memilih untuk menikmati kenyamanan itu.Hatinya berkata seandainya fakta itu berlangsung lama, mungkin Erlin tidak akan begitu menyesali pernikahannya. Meskipun terlihat sangat kaku dan dingin, tapi ternyata Adian adalah seorang laki-laki yang bisa bersikap baik dalam menghadapi wanita. Menikah tak selalu b
Adian tercekat mendapat pertanyaan seperti itu dari ayah mertuanya. Padahal semua sikap yang ditunjukkan Adian hanyalah sandiwara. Sekarang Adian berada dalam kebingungan.Dia senang jika orang tua Erlin percaya dengan sandiwaranya karena memang itu yang dia inginkan. Tapi saat berbicara dari hati ke hati seperti itu, tak dapat dipungkiri ada rasa bersalah yang Adian rasakan. Dia sudah berbohong.“Maksud pertanyaan papa bagaimana ya?” tanya Adian salah tingkah.“Lupakan saja. Maaf tidak seharusnya papa bertanya sesuatu yang terlalu pribadi seperti itu. Papa hanya terbawa perasaan seorang ayah yang ingin putrinya bahagia,” kata Darman.Adian merasa terselamatkan karena Darman tak benar-benar menuntut jawaban. Adian sungguh tak memilikinya selain kebohongan.Meski begitu, perkataan lanjutan yang diucapkan Darman kembali membuat Adian merasa memikul beban.“Intinya hanya satu, saya titip Erlin pada Nak Adian. Tolong jaga dan perlakukan dia dengan baik. Apalagi dalam kondisinya yang harus
“Salah saya apa, Pak?” tanya Erlin tak mengerti karena dia juga diusir dari kelas oleh Adian“Sejak awal kalian berdua memang sudah tidak fokus. Saya tidak mau mempertahankan orang-orang yang bisa mengganggu jalannya perkuliahan. Kasihan mahasiswa lain yang ingin serius belajar,” tegas Adian.Erlin tak bisa membantah kalau sudah seperti itu. Dia pun beranjak dari tempat duduknya walau dengan perasaan sangat jengkel. Sementara Windy justru tersenyum senang karena memiliki teman senasib yang diusir saat perkuliahan.Dua gadis itu kemudian meninggalkan kelas. Windy tertawa lepas. Sementara Erlin masih merasa kesal.“Sialan kamu, Win. Gara-gara kamu nih aku ikut dikeluarkan dari kelas,” keluh Erlin.“Kok jadi aku yang salah? Suami kamu tuh yang sialan,” bantah Windy tak terima.“Istrinya aja diusir apalagi yang cuma mahasiswi biasa seperti aku. Nanti sampai di rumah kasih aja dia pelajaran. Jangan dikasih jatah gitu,” imbuh Windy dengan mengerlingkan mata tanda menggoda.“Jatah apaan sih?
“Ssttt...jangan keras-keras ngomongnya,” kata Erlin memberi peringatan keras pada Windy. Temanya itu terkadang memang sulit dikondisikan. Erlin sibuk menoleh kanan kiri takut ada orang lain yang mendengar mereka.“Iya, Maaf. Enggak sengaja,” balas Windy dengan santainya. Tidak seperti Erlin yang selalu merasa takut kebenaran hubungannya diketahui banyak orang.“Jadi sebenarnya gimana?” tanya Windy masih menuntut penjelasan.Mau tidak mau Erlin pun menceritakan bahwa dia dan Adian memang menikah karena sebuah insiden. Namun bukan insiden seperti yang terlintas dalam pikiran Windy. Erlin menjelaskan bahwa dia memang hamil sebelum menikah tapi bukan karena hubungan terlarang melainkan karena inseminasi salah sasaran.Penjelasan Erlin tentang inseminasi itu semakin berbuntut panjang. Dia juga harus menceritakan tentang Adian yang memilih jalan inseminasi untuk mendapatkan keturunan karena tidak ingin menikah. Jelas saja Windy merasa sangat aneh dan tidak menyangka hal itu. Sama seperti re